27 February 2024

TRAGEDI DI BENTENG JURANGSAPI Ditulis oleh : Warisan Adiluhung Blambangan Setelah Bagus Singayudha sampai di Sentong, utusan Mas Anom Sutajiwa itu menyampaikan semuanya kepada Pangeran Danuningrat dan Mas Anom Sutajiwa bahwa di Banger Bagus Singayudha bertemu dengan Mas Bagus Tepasana dan membantunya dari Banger, ke Pasuruhan bertemu FC.Hogewitz, lalu ke Madura dan kemudian ke Surabaya bertemu Gezhagebber Hendrik Breton. Perintah dari Gezaghebber yaitu untuk menemuinya di Besuki yang akan disertai oleh Adipati Bangkalan Panembahan Cakraningrat V guna membahas rencana selanjutnya sambil menunggu balasan dari Gubernur Jenderal pantai utara Jawa di Semarang. Sementara itu di Kadipaten Lamajang, utusan Pangeran Agung Wilis menghadap Adipati Mas Bagus Lumajang Raden Kertanegara dan menceritakan kejadian kesalahpahaman yang terjadi di kedhaton Manik Lingga dan mencari keberadaan Pangeran Danuningrat untuk memintanya kembali ke Blambangan serta menjelaskan kesalahpahaman tempo hari. Mas Bagus Lumajang menyesali kejadian tersebut yang diakibatkan oleh putera kandungnya sendiri Mas Bagus Tepasana. Segala ajaran kebaikan telah diberikan oleh Mas Bagus Lumajang beserta istrinya Mas Ayu Tawi( bibi prabu Danuningrat dan Agung Wilis ), namun sayangnya Mas Bagus Tepasana lebih nyaman tinggal bersama pamannya Tumenggung Jayalelana II bupati Banger yang sangat dekat dengan VOC-Belanda dan bupati bawahan lainnya. Akhirnya Mas Bagus Lumajang berjanji jika menemui keponakannya itu Pangeran Danuningrat, akan segera membawanya ke kutharaja Blambangan. Di Sentong, utusan Agung Wilis lainnya yaitu Bekel Ruwa dan Ki Jagabencing segera menghadap Adipati Sentong untuk mencari Pangeran Danuningrat, mereka menjelaskan bahwa kerusuhan yang terjadi di kutharaja tempo hari adalah kesalah pahaman semata dan tidak ada niatan sedikit pun Pangeran Mas Agung Wilis untuk makar kepada Pangeran Danuningrat, kedatangannya ke kutharaja hanyalah menanyakan orang bayaran yang membunuh Ki Ajar Gunung Srawet dan menangkap Mas Bagus Tepasana serta Mas Anom Sutajiwa yang menjadi otak dari pembunuhan Ranggasutata. Ki Bekel Ruwa meminta Pangeran Danuningrat beserta seluruh keluarga keraton untuk kembali ke Blambangan, permaisuri Sayu Ratna Nawangsasi beserta para puteri-puteri Blambangan yaitu Sayu Bali, Sayu Tunjungningrat, dan Sayu Talaga menyetujui permintaan Agung Wilis yang tulus itu, daripada hidup terlunta-lunta tidak jelas. Tapi Mas Anom Sutajiwa menolak karena takut akan hukuman yang akan diterimanya, hingga akhirnya Pangeran Danuningrat menolak permintaan Agung Wilis tersebut dengan mengatakan bahwa tahta Blambangan sudah dia pasrahkan kepada adiknya tersebut, dan ikhlas jika adiknya menjadi raja menggantikannya tapi beliau meminta maaf jika puteranya diminta untuk dihukum, Pangeran Danuningrat menolaknya dengan tegas. Setelah pernyataan tersebut, Ki Bekel Ruwa dan Ki Jagabencing mengundurkan diri. Keesokan harinya, utusan Banger Mas Bagus Tepasana bersama dengan utusan kompeni bernama Benjamin menemui rombongan Pangeran Danuningrat di Sentong untuk mengajaknya ke benteng Jurangsapi yang berada di ujung paling barat kerajaan Blambangan, dan melanjutkan perjalanan ke Besuki guna bertemu dengan Panembahan Cakraningrat V dan Tumenggung Jayalelana II untuk membahas rencana pembalasan bersama Madura dan Kompeni ke Blambangan. Setelah menginap semalaman di benteng Jurangsapi dan akan melanjutkan ke Besuki, pasukan dari Mengwi pimpinan Ki Wayahan Kotang segera mengepung benteng Jurangsapi dan meminta Mas Bagus Tepasana beserta Mas Anom Sutajiwa segera menyerahkan diri. Di luar Benteng Jurangsapi telah banyak pasukan mengepung, disebelah selatan ada Ki Demang Ulung dan Ki Perangalas, di barat berjaga Ki Maniklungit dan Ki Gancangawas, dan di sisi utara ada Ki Kudapamutung yang siap menangkap musuh. Pangeran Danuningrat segera meminta Benjamin untuk menyelamatkan seluruh keluarganya ke desa Tambak, lalu kemudian Pangeran Danuningrat bertemu dengan pasukan Ki Wayahan Kotang dan meminta untuk segera menyerahkan putera mahkota Mas Anom Sutajiwa dan Mas Bagus Tepasana. Mas Anom Sutajiwa dan Mas Bagus Tepasana yang ketakutan di dalam benteng mencoba melarikan diri melalui pintu utara yang telah dilumpuhkan oleh Benjamin bersama dengan Senopati Amongesti, tapi sayang sekali sebuah peluru telah bersarang di kaki Mas Bagus Tepasana yang jatuh ke dalam jurang, Mas Anom Sutajiwa yang hendak menolong juga terkena tembakan senapan dan terjatuh kedalam jurangsapi. Blambangan, 17 Anggara Wage wuku Dungulan 1945 çaka Sumber sejarah: Babad Wilis Winarsih; Babad Blambangan Serat Mas Wilis Aji ramawidi; dari Blambangan menjadi Banyuwangi Dr.prof. Sri Margana; Perebutan Hegemoni

 TRAGEDI DI BENTENG JURANGSAPI



Ditulis oleh : Warisan Adiluhung Blambangan 


             Setelah Bagus Singayudha sampai di Sentong, utusan Mas Anom Sutajiwa itu menyampaikan semuanya kepada Pangeran Danuningrat dan Mas Anom Sutajiwa bahwa di Banger Bagus Singayudha bertemu dengan Mas Bagus Tepasana dan membantunya dari Banger, ke Pasuruhan bertemu FC.Hogewitz, lalu ke Madura dan kemudian ke Surabaya bertemu Gezhagebber Hendrik Breton. Perintah dari Gezaghebber yaitu untuk menemuinya di Besuki yang akan disertai oleh Adipati Bangkalan Panembahan Cakraningrat V guna membahas rencana selanjutnya sambil menunggu balasan dari Gubernur Jenderal pantai utara Jawa di Semarang.


Sementara itu di Kadipaten Lamajang, utusan Pangeran Agung Wilis menghadap Adipati Mas Bagus Lumajang Raden Kertanegara dan menceritakan kejadian kesalahpahaman yang terjadi di kedhaton Manik Lingga dan mencari keberadaan Pangeran Danuningrat untuk memintanya kembali ke Blambangan serta menjelaskan kesalahpahaman tempo hari. Mas Bagus Lumajang menyesali kejadian tersebut yang diakibatkan oleh putera kandungnya sendiri Mas Bagus Tepasana.

Segala ajaran kebaikan telah diberikan oleh Mas Bagus Lumajang beserta istrinya Mas Ayu Tawi( bibi prabu Danuningrat dan Agung Wilis ), namun sayangnya Mas Bagus Tepasana lebih nyaman tinggal bersama pamannya Tumenggung Jayalelana II bupati Banger yang sangat dekat dengan VOC-Belanda dan bupati bawahan lainnya.

Akhirnya Mas Bagus Lumajang berjanji jika menemui keponakannya itu Pangeran Danuningrat, akan segera membawanya ke kutharaja Blambangan.


Di Sentong, utusan Agung Wilis lainnya yaitu Bekel Ruwa dan Ki Jagabencing segera menghadap Adipati Sentong untuk mencari Pangeran Danuningrat, mereka menjelaskan bahwa kerusuhan yang terjadi di kutharaja tempo hari adalah kesalah pahaman semata dan tidak ada niatan sedikit pun Pangeran Mas Agung Wilis untuk makar kepada Pangeran Danuningrat, kedatangannya ke kutharaja hanyalah menanyakan orang bayaran yang membunuh Ki Ajar Gunung Srawet dan menangkap Mas Bagus Tepasana serta Mas Anom Sutajiwa yang menjadi otak dari pembunuhan Ranggasutata. Ki Bekel Ruwa meminta Pangeran Danuningrat beserta seluruh keluarga keraton untuk kembali ke Blambangan, permaisuri Sayu Ratna Nawangsasi beserta para puteri-puteri Blambangan yaitu Sayu Bali,  Sayu Tunjungningrat, dan Sayu Talaga menyetujui permintaan Agung Wilis yang tulus itu, daripada hidup terlunta-lunta tidak jelas. Tapi  Mas Anom Sutajiwa menolak karena takut akan hukuman yang akan diterimanya, hingga akhirnya Pangeran Danuningrat menolak permintaan Agung Wilis tersebut dengan mengatakan bahwa tahta Blambangan sudah dia pasrahkan kepada adiknya tersebut, dan ikhlas jika adiknya menjadi raja menggantikannya tapi beliau meminta maaf jika puteranya diminta untuk dihukum, Pangeran Danuningrat menolaknya dengan tegas. Setelah pernyataan tersebut, Ki Bekel Ruwa dan Ki Jagabencing mengundurkan diri.


             Keesokan harinya, utusan Banger Mas Bagus Tepasana bersama dengan utusan kompeni bernama Benjamin menemui rombongan Pangeran Danuningrat di Sentong untuk mengajaknya ke benteng Jurangsapi yang berada di ujung paling barat kerajaan Blambangan, dan melanjutkan perjalanan ke Besuki guna bertemu dengan Panembahan Cakraningrat V dan Tumenggung Jayalelana II untuk membahas rencana pembalasan bersama Madura dan Kompeni ke Blambangan.

Setelah menginap semalaman di benteng Jurangsapi dan akan melanjutkan ke Besuki, pasukan dari Mengwi pimpinan Ki Wayahan Kotang segera mengepung benteng Jurangsapi dan meminta Mas Bagus Tepasana beserta Mas Anom Sutajiwa segera menyerahkan diri. Di luar Benteng Jurangsapi telah banyak pasukan mengepung, disebelah selatan ada Ki Demang Ulung dan Ki Perangalas, di barat berjaga Ki Maniklungit dan Ki Gancangawas, dan di sisi utara ada Ki Kudapamutung yang siap menangkap musuh.


Pangeran Danuningrat segera meminta Benjamin untuk menyelamatkan seluruh keluarganya ke desa Tambak, lalu kemudian Pangeran Danuningrat bertemu dengan pasukan Ki Wayahan Kotang dan meminta untuk segera menyerahkan putera mahkota Mas Anom Sutajiwa dan Mas Bagus Tepasana.

Mas Anom Sutajiwa dan Mas Bagus Tepasana yang ketakutan di dalam benteng mencoba melarikan diri melalui pintu utara yang telah dilumpuhkan oleh Benjamin bersama dengan Senopati Amongesti, tapi sayang sekali sebuah peluru telah bersarang di kaki Mas Bagus Tepasana yang jatuh ke dalam jurang, Mas Anom Sutajiwa yang hendak menolong juga terkena tembakan senapan dan terjatuh kedalam jurangsapi.


Blambangan, 17 Anggara Wage wuku Dungulan 1945 çaka


Sumber sejarah:


Babad Wilis

Winarsih; Babad Blambangan

Serat Mas Wilis

Aji ramawidi; dari Blambangan menjadi Banyuwangi

Dr.prof. Sri Margana; Perebutan Hegemoni

No comments:

Post a Comment