13 February 2024

DIPONEGORO

 Lukisan sketsa Pangeran Diponegoro koleksi Rijksmuseum Amsterdam & buku Babad Diponegoro koleksi perpustakaan Koninklijke Instituut van Taal Land en Volkenkunde Leiden.

Di pameran De Grote Indonesië Tentoonstelling di De Nieuwe Kerk Amsterdam.


Sebelum Pangeran Diponegoro diasingkan ke Sulawesi, beliau sempat ditahan di Batavia (Jakarta). Pangeran Diponegoro menempati kamar penahanan yg sempit di Stadhuis alias Balaikota Batavia (yg kini menjadi Museum Sejarah Jakarta), dari 8 April s/d 3 Mei 1830 sambil menanti keputusan kelanjutan atas nasib dirinya.

Di kamar tahanan yg masih tetap terjaga keasliannya hingga di jaman now terdapat ranjang tempat tidur, meja tulis beserta kursi & sangkar burung, karena beliau berkegemaran memelihara burung. Kamar beserta perabot kecuali sangkar burung dahulunya merupakan apartement pribadi Sipir (kepala penjara, dari kata Cipier dlm bahasa Belanda) kota Batavia yg wajib mengosongkan kamar tersebut untuk sementara apabila tahanan politik berstatus sosial tinggi ditempatkan di lokasi tersebut.










Pangeran Diponegoro tak seorang diri selama 26 hari penahanan di Batavia.Beliau ditemani oleh istri : Raden Ayu Retnoningsih, adik perempuan : Raden Ayu Dipowiyono, adik ipar : Raden Tumenggung Dipowiyono & 16 punokawan (pengikut). Semua pengikut Pangeran Diponegoro diasramakan di belakang Stadhuis.

Dan tak banyak yg bisa dilakukan beliau semasa penahanan di Batavia. Untuk mengisi waktu, Pangeran Diponegoro menulis surat kepada keluarganya, antara lain ditujukan untuk ibundanya : Raden Ayu Mangkorowati & putra sulungnya : Pangeran Diponegoro Enem (muda)  Surat2 tersebut menguraikan keprihatinan beliau semasa di Batavia.

Untuk memulihkan Malaria yg dideritanya, Pangeran Diponegoro rajin meminum jamu seperti temu lawak & beras kencur, Beliaupun gemar mengunyah sirih.


Seorang seniman merangkap hakim Batavia asal Belgia : Adrianus Johannes Bik (Duinkerken 13 Januari 1790 - Brussel 1 Oktober 1872) yg bertugas mengawasi Pangeran Diponegoro sempat melukis sketsa wajah beliau. Sketsa kemungkinan mirip dg wajah aslinya, tetapi jika dilihat pada bagian tangan terlihat adanya kesalahan tehnis di saat proses menggambar : tangan tidak benar2 menyandar pada sandaran kursi yg diduduki oleh beliau (seakan-akan lengan bawah menganbang di atas sandaran kursi) & keris yg disandang beliau terlihat relatif lebih kecil dibanding dg wajah beliau (yg cenderung terlihat menyerupai patrem=keris kecil untuk wanita) yg semuanya menunjukkan, bahwa sang pelukis memang tidak begitu mengetahui ttg adat & budaya lokal.

Bik menciptakan lukisan wajah Pangeran Diponegoro tersebut dgn tujuan sebagai pelengkap benda2 barang bukti lainnya yaitu benda2 rampasan yg semula milik pribadi Pangeran Diponegoro sebelum dikirim ke Belanda yg membuktikan bahwa sang Pangeran telah berhasil ditangkap.


Selain Pangeran Diponegoro yg sempat menjadi penghuni kamar tersebut 103 th sebelum beliau adalah Pangeran Ario Mangkunagoro, ayahanda dari pendiri Kadipaten Mangkunegaran : K.G.P.A.A.Mangkunagoro I sebelum diasingkan ke Afrika Selatan di th 1727.

Penulis : Bambang Sujarwanto

No comments:

Post a Comment