12 May 2014

AYO KE MAGELANG




Magelang Utara – Kampung Kalisari, Kelurahan Wates, Magelang Utara menjadi penggagas kampung organik di Kota Magelang. Setidaknya, upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah ini sudah dirintis oleh ibu-ibu kreatif di kampung setempat sejak dua tahun lalu. Ketua Paguyuban Perempuan Pengelola Sampah Terpadu, Legok Makmur, Kalisari, Nur lamiah mengatakan, upaya kreatif pihaknya itu muncul dari rencana pemanfaatan sampah. Sebab, tidak dipungkiri bahwa selama ini warga di kampung setempat kurang memperhatikan smpah ini.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.

Namun berkat kerja keras para penggagas dari RT 01 RW 08 Kelurahan Wates ini, sampah yang biasanya hanya memberikan dampak bau tidak sedap, disulap menjadi barang-barang laik jual. Tak pelak, usaha 7 (tujuh) ibu-ibu di lingkungan RT setempat, kini sudah memiliki penghasilan lain dari pengolahan sampah tersebut. “Semua dari sampah. Ada kampung organik,yang terdiri dari tanaman sayur dan buah-buahan, bank sampah, recycle sampah dan lainnya. Bahkan, sekarang kita sudah punya koperasi sendiri, “ jelas Nur Lamiah.

Diantara hasil pengolahan sampah itu, Nur Lamiah dan beberapa ibu rumah tangga lainnya terus mengembangkan upaya-upaya lain untuk menciptakan sebuah terobosan baru, antara lain : usaha peternakan, perikanan, penjualan sembako dan lainnya. “Di sektor peternakan, kita punya ayam arab, tentunya sudah ada pesanan dari pelanggan. Kemudian, supaya ibu-ibu ini peduli dengan sampah, kita terapkan sistem barter sampah dengan sembako. Sampah ditimbang dan hasilnya nanti bisa mendapatkan sembako,” imbuh Nur Lamiah.

Ditambahkan Lisdiarti, Ibu RT 01 RW 08 Kelurahan Wates, bahwa keberadaan Kampung Organik di kawasan itu saat ini sudah memiliki aneka tanaman yang cukup kompleks. Untuk sayuran, bahkan pihaknya membudidayakan sawi jepang, yang harganya cukup mahal. “Semuanya didapat dari hasil pengolahan sampah ini. Tidak ada yang perlu mengeluarkan uang pribadi itu. Ya mulai dari komposnya, kemudian pengadaan pot, biaya itu kita alokasikan dari hasil penjualan recycle sampah,” ujarnya.

Tak pelak, Kampung Kalisari yang sudah menggagas dua tahun kampung organik ini, kini menjadi kawasan perkampungan satu-satunya di Kota Magelang yang tidak diperbolehkan mengikuti Lomba Kampung Organik. Selain menajdi yang pertama, Kampung Kalisari juga menjadi perkampungan langganan kunjungan Kementerian Lingkungan Hidup. “Kemarin ada penilaian Adipura juga kesini. Itu namanya ada di buku tamu. Kami harap Kota Magelang bisa meraih Adipura lagi, “ pungkasnya. (wid)

Sumber :
Magelang Ekspress, Senin 12 Mei 2014, Kota Magelang






NUR LAMIAH




Magelang Utara – Kampung Kalisari, Kelurahan Wates, Magelang Utara menjadi penggagas kampung organik di Kota Magelang. Setidaknya, upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah ini sudah dirintis oleh ibu-ibu kreatif di kampung setempat sejak dua tahun lalu. Ketua Paguyuban Perempuan Pengelola Sampah Terpadu, Legok Makmur, Kalisari, Nur lamiah mengatakan, upaya kreatif pihaknya itu muncul dari rencana pemanfaatan sampah. Sebab, tidak dipungkiri bahwa selama ini warga di kampung setempat kurang memperhatikan smpah ini.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.

Namun berkat kerja keras para penggagas dari RT 01 RW 08 Kelurahan Wates ini, sampah yang biasanya hanya memberikan dampak bau tidak sedap, disulap menjadi barang-barang laik jual. Tak pelak, usaha 7 (tujuh) ibu-ibu di lingkungan RT setempat, kini sudah memiliki penghasilan lain dari pengolahan sampah tersebut. “Semua dari sampah. Ada kampung organik,yang terdiri dari tanaman sayur dan buah-buahan, bank sampah, recycle sampah dan lainnya. Bahkan, sekarang kita sudah punya koperasi sendiri, “ jelas Nur Lamiah.

Diantara hasil pengolahan sampah itu, Nur Lamiah dan beberapa ibu rumah tangga lainnya terus mengembangkan upaya-upaya lain untuk menciptakan sebuah terobosan baru, antara lain : usaha peternakan, perikanan, penjualan sembako dan lainnya. “Di sektor peternakan, kita punya ayam arab, tentunya sudah ada pesanan dari pelanggan. Kemudian, supaya ibu-ibu ini peduli dengan sampah, kita terapkan sistem barter sampah dengan sembako. Sampah ditimbang dan hasilnya nanti bisa mendapatkan sembako,” imbuh Nur Lamiah.

Ditambahkan Lisdiarti, Ibu RT 01 RW 08 Kelurahan Wates, bahwa keberadaan Kampung Organik di kawasan itu saat ini sudah memiliki aneka tanaman yang cukup kompleks. Untuk sayuran, bahkan pihaknya membudidayakan sawi jepang, yang harganya cukup mahal. “Semuanya didapat dari hasil pengolahan sampah ini. Tidak ada yang perlu mengeluarkan uang pribadi itu. Ya mulai dari komposnya, kemudian pengadaan pot, biaya itu kita alokasikan dari hasil penjualan recycle sampah,” ujarnya.

Tak pelak, Kampung Kalisari yang sudah menggagas dua tahun kampung organik ini, kini menjadi kawasan perkampungan satu-satunya di Kota Magelang yang tidak diperbolehkan mengikuti Lomba Kampung Organik. Selain menajdi yang pertama, Kampung Kalisari juga menjadi perkampungan langganan kunjungan Kementerian Lingkungan Hidup. “Kemarin ada penilaian Adipura juga kesini. Itu namanya ada di buku tamu. Kami harap Kota Magelang bisa meraih Adipura lagi, “ pungkasnya. (wid)

Sumber :
Magelang Ekspress, Senin 12 Mei 2014, Kota Magelang






KALISARI JADI PERINTASI KAMPUNG ORGANIK




Magelang Utara – Kampung Kalisari, Kelurahan Wates, Magelang Utara menjadi penggagas kampung organik di Kota Magelang. Setidaknya, upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah ini sudah dirintis oleh ibu-ibu kreatif di kampung setempat sejak dua tahun lalu. Ketua Paguyuban Perempuan Pengelola Sampah Terpadu, Legok Makmur, Kalisari, Nur lamiah mengatakan, upaya kreatif pihaknya itu muncul dari rencana pemanfaatan sampah. Sebab, tidak dipungkiri bahwa selama ini warga di kampung setempat kurang memperhatikan smpah ini.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.

Namun berkat kerja keras para penggagas dari RT 01 RW 08 Kelurahan Wates ini, sampah yang biasanya hanya memberikan dampak bau tidak sedap, disulap menjadi barang-barang laik jual. Tak pelak, usaha 7 (tujuh) ibu-ibu di lingkungan RT setempat, kini sudah memiliki penghasilan lain dari pengolahan sampah tersebut. “Semua dari sampah. Ada kampung organik,yang terdiri dari tanaman sayur dan buah-buahan, bank sampah, recycle sampah dan lainnya. Bahkan, sekarang kita sudah punya koperasi sendiri, “ jelas Nur Lamiah.

Diantara hasil pengolahan sampah itu, Nur Lamiah dan beberapa ibu rumah tangga lainnya terus mengembangkan upaya-upaya lain untuk menciptakan sebuah terobosan baru, antara lain : usaha peternakan, perikanan, penjualan sembako dan lainnya. “Di sektor peternakan, kita punya ayam arab, tentunya sudah ada pesanan dari pelanggan. Kemudian, supaya ibu-ibu ini peduli dengan sampah, kita terapkan sistem barter sampah dengan sembako. Sampah ditimbang dan hasilnya nanti bisa mendapatkan sembako,” imbuh Nur Lamiah.

Ditambahkan Lisdiarti, Ibu RT 01 RW 08 Kelurahan Wates, bahwa keberadaan Kampung Organik di kawasan itu saat ini sudah memiliki aneka tanaman yang cukup kompleks. Untuk sayuran, bahkan pihaknya membudidayakan sawi jepang, yang harganya cukup mahal. “Semuanya didapat dari hasil pengolahan sampah ini. Tidak ada yang perlu mengeluarkan uang pribadi itu. Ya mulai dari komposnya, kemudian pengadaan pot, biaya itu kita alokasikan dari hasil penjualan recycle sampah,” ujarnya.

Tak pelak, Kampung Kalisari yang sudah menggagas dua tahun kampung organik ini, kini menjadi kawasan perkampungan satu-satunya di Kota Magelang yang tidak diperbolehkan mengikuti Lomba Kampung Organik. Selain menajdi yang pertama, Kampung Kalisari juga menjadi perkampungan langganan kunjungan Kementerian Lingkungan Hidup. “Kemarin ada penilaian Adipura juga kesini. Itu namanya ada di buku tamu. Kami harap Kota Magelang bisa meraih Adipura lagi, “ pungkasnya. (wid)

Sumber :
Magelang Ekspress, Senin 12 Mei 2014, Kota Magelang






KAMPUNG ORGANIK




Magelang Utara – Kampung Kalisari, Kelurahan Wates, Magelang Utara menjadi penggagas kampung organik di Kota Magelang. Setidaknya, upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah ini sudah dirintis oleh ibu-ibu kreatif di kampung setempat sejak dua tahun lalu. Ketua Paguyuban Perempuan Pengelola Sampah Terpadu, Legok Makmur, Kalisari, Nur lamiah mengatakan, upaya kreatif pihaknya itu muncul dari rencana pemanfaatan sampah. Sebab, tidak dipungkiri bahwa selama ini warga di kampung setempat kurang memperhatikan smpah ini.
“Waktu itu ada anggaran dari Kelurahan Wates untuk pengelolaan sampah. Kita awali dengan dana yang sangat sedikit itu untuk mengolah sampah dengan karya-karya sederhana. Misalnya kompos, tanaman organik dan aksesoris dari sampah,” katanya, saat ditemui di kediamannya.

Namun berkat kerja keras para penggagas dari RT 01 RW 08 Kelurahan Wates ini, sampah yang biasanya hanya memberikan dampak bau tidak sedap, disulap menjadi barang-barang laik jual. Tak pelak, usaha 7 (tujuh) ibu-ibu di lingkungan RT setempat, kini sudah memiliki penghasilan lain dari pengolahan sampah tersebut. “Semua dari sampah. Ada kampung organik,yang terdiri dari tanaman sayur dan buah-buahan, bank sampah, recycle sampah dan lainnya. Bahkan, sekarang kita sudah punya koperasi sendiri, “ jelas Nur Lamiah.

Diantara hasil pengolahan sampah itu, Nur Lamiah dan beberapa ibu rumah tangga lainnya terus mengembangkan upaya-upaya lain untuk menciptakan sebuah terobosan baru, antara lain : usaha peternakan, perikanan, penjualan sembako dan lainnya. “Di sektor peternakan, kita punya ayam arab, tentunya sudah ada pesanan dari pelanggan. Kemudian, supaya ibu-ibu ini peduli dengan sampah, kita terapkan sistem barter sampah dengan sembako. Sampah ditimbang dan hasilnya nanti bisa mendapatkan sembako,” imbuh Nur Lamiah.

Ditambahkan Lisdiarti, Ibu RT 01 RW 08 Kelurahan Wates, bahwa keberadaan Kampung Organik di kawasan itu saat ini sudah memiliki aneka tanaman yang cukup kompleks. Untuk sayuran, bahkan pihaknya membudidayakan sawi jepang, yang harganya cukup mahal. “Semuanya didapat dari hasil pengolahan sampah ini. Tidak ada yang perlu mengeluarkan uang pribadi itu. Ya mulai dari komposnya, kemudian pengadaan pot, biaya itu kita alokasikan dari hasil penjualan recycle sampah,” ujarnya.

Tak pelak, Kampung Kalisari yang sudah menggagas dua tahun kampung organik ini, kini menjadi kawasan perkampungan satu-satunya di Kota Magelang yang tidak diperbolehkan mengikuti Lomba Kampung Organik. Selain menajdi yang pertama, Kampung Kalisari juga menjadi perkampungan langganan kunjungan Kementerian Lingkungan Hidup. “Kemarin ada penilaian Adipura juga kesini. Itu namanya ada di buku tamu. Kami harap Kota Magelang bisa meraih Adipura lagi, “ pungkasnya. (wid)

Sumber :
Magelang Ekspress, Senin 12 Mei 2014, Kota Magelang






05 May 2014

MLAKU MLAKU TILIK KAMPUNG

Walikota Magelang, Ir Sigit Widyonindito, MT, "Mlaku-Mlaku Tilik Kampung" bersama seluruh jajaran SKPD Pemerintah Kota Magelang melaksanakan pemantauan langsung kondisi lingkungan dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung di 57 RT dan 9 RW Kelurahan Kemirirejo Kota Magelang pada hari Kamis, 1 Mei 2014, mulai jam 07.00 WIB - selesai.



http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.magelangkota.go.id%2Fread%2Fpage%2Fsiaran-pers%2F2014%2F05%2F01%2F221512%2Fwalikota-magelang-%3A--kampung-organik-kita-tidak-kalah-dengan-kampung-organik-di-surabaya&h=lAQFPYFgu&s=1