27 February 2024

* PRASASTI KEPING TEMBAGA LAGUNA FILIPINA, BUKTI HEGEMONI KADATWAN MDANG RI BHUMI MATARAM DI FILIPINA * (Angka tahun pada prasasti Keping Tembaga Laguna Filipina terbaca tanggal 21 April 900 Masehi). 1. ALIH AKSARA PRASASTI. ``... swasti shaka warsa Tita masa di [ng] jyotisa, caturthi krisna paksa soma wara sana tatkala dayang angkatan lawan dengannya sanak barngaran si bukah anak da dang hwan namwaran dibari waradana wi shuddhapatra ulih sang pamegat senapati di tundung barja[di] dang hwan nayaka tuhan pailah jayadewa. dikrama dang hwan namwaran dengan dang kayastha shuddhanu diparlappas hutang da walenda kati 1 suwarna 8 di hadapan dang hwan nayaka tuhan puliran kasumuran dang hwan nayaka tuhan pailah barjadi ganashakti dang hwan nayaka tuhan binwangan barjadi bishruta tathapi sadana sanak kapawaris ulih sang pamegat dewata [ba]rjadi sang pamegat medang dari bhaktinda diparhulun sang pamegat ya makanya seadanya anak cucu dang hwan namwaran suddha ya kapawaris di hutang da dang hwan namwaran di sang pamegat dewata. ini grang syat syapanta ha pashkat ding ari kamudyan ada grang urang barujara welung lappas hutang da dang.... `` 2. TERJEMAHAN PRASASTI. ^^.... Selamat. Tahun Saka 822 Bulan (Maret-April) menurut penanggalan hari keempat setelah bulan mati, Senin (21 April 900 M). Pada saat ini 𝘿𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜 𝘼𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣 (seorang wanita?) dan saudaranya bernama 𝙎𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝; Anak-anak dari Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 diberikan sebuah piagam pengampunan (𝙨𝙝𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖𝙥𝙖𝙩𝙧𝙖) penuh dari sang pemegang pimpinan di 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣, digantikan oleh Sang Tuan 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 dari 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝; 𝙅𝙖𝙮𝙖𝙙𝙚𝙬𝙖. Atas perintahnya; secara tertulis Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 telah dimaafkan sepenuhnya dan dibebaskan dari 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜-𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜𝙣𝙮𝙖, sebanyak satu 𝙠𝙖𝙩𝙞 dan delapan 𝙎𝙪𝙬𝙖𝙧𝙣𝙖 ( = 865 grm) di hadapan Sang Tuan 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙆𝙖𝙨𝙪𝙢𝙪𝙧𝙖𝙣 di bawah petunjuk dari Sang Tuan 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝. Oleh karena kesetiannya dalam berbakti; Sang Tuan yang termahsyur dari 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣, mengakui semua kerabat 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 yang masih hidup yang telah diakui oleh Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖 yang digantikan oleh Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂 (Mataram Kuna). Oleh sebab itu seluruh anak cucu Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 sudah dimaafkan dari segala hutang Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 kepada Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖. (Pernyataan ini), dengan demikian menjelaskan kepada siapapun setelahnya, bahwa jika di masa depan benar orang yang mengatakan belum bebas sama sekali hutangnya Sang Tuan..........^^ 3. IKHTISAR. Dari uraian isi Prasasti Keping Tembaga Laguna (21 April 900 Masehi) tersebut di atas maka dapat diketahui adanya beberapa hal yaitu : Terdapat penyebutan nama - nama tempat seperti : • 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜 • 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝 • 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 • 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 • 𝙈𝙚𝙙𝙖𝙣𝙜 (Mataram Kuna). Nama tempat 𝙏𝙤𝙣𝙙𝙤 dan 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖 ( berada di Barang Bay, San Lorenzo, Norzaga Raya, Filipina), 𝘽𝙪𝙣𝙪𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 ( terdapat di Obando, Filipina), 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙡𝙖𝙣 (?), 𝙈𝙚𝙙𝙖𝙣𝙜 / Mataram Kuna (Kadatwan Mdang ri Bhumi Mataram di Jawa). Dari penyebutan beberapa nama tempat seperti : 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣 ( = 𝙏𝙤𝙣𝙙𝙤), 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝 ( = 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖), 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 ( = 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙡𝙖𝙣), 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 ( = 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣), dimana tempat - tempat yang disebutkan di atas hingga saat ini beberapa masih diketemukan di Filipina. Sedangkan kata 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂 (Mdang ri Bhumi Mataram) yang mengikuti nama sebuah jabatan pejabat Kerajaan Medang (Mataram Kuna), yang tentunya terdapat di Jawa. Nama tokoh 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 (mendiang ? ) yang memiliki hutang emas kira - kira seberat 865 gram kemudian dibebaskan dari hutangnya ( 𝙙𝙞𝙥𝙖𝙧𝙡𝙖𝙥𝙥𝙖𝙨 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜) dengan diberi piagam penetapan pengampunan penuh (𝙨𝙝𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖𝙥𝙖𝙩𝙧𝙖) oleh seorang pejabat daerah (𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖𝙩𝙞) di 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜. Penggantinya bernama 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝, bernama 𝙅𝙖𝙮𝙖𝙙𝙚𝙬𝙖 dengan mengajak anak - anak 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙢, yaitu 𝘿𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜 𝘼𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣 (perempuan ?) dan 𝙨𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝 mengajukan banding untuk memperkuat penetapan pembebasan (𝙙𝙞𝙥𝙖𝙧𝙡𝙖𝙥𝙥𝙖𝙨 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜 ) sebelumnya di hadapan 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣; yaitu 𝙆𝙖𝙨𝙪𝙢𝙪𝙧𝙖𝙣, dan selanjutnya diperkuat oleh 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣. Sebagai klimaksnya banding penetapan bagi pembebasan hutang emas bagi seluruh anak cucu (𝙨𝙖𝙙𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙘𝙪𝙘𝙪) dan seluruh keturunan (𝙨𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖 𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙥𝙖𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨) 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣. Selanjutnya keputusan banding tersebut diperkuat (𝙗𝙖𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞) oleh 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖 dan lalu terakhir ditingkat yg lebih tinggi lagi oleh 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂. Adanya penyebutan nama Pejabat Kerajaan seperti 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 dan 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 ( = pejabat pemutus perkara semacam hakim pengadilan), yang umumnya kerap kali di dapati di dalam prasasti - prasasti Raja - Raja Mataram Kuna di Jawa Abad IX - X M dst. Demikian pula dalam penggunaan manggala prasasti yg menguraikan tarikh Saka ^^.... 𝙨𝙬𝙖𝙨𝙩𝙞. 822 𝙨𝙖𝙠𝙖 𝙬𝙖𝙧𝙨𝙖𝙩𝙞𝙩𝙖 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙙𝙞 [𝙣𝙜]𝙟𝙮𝙤𝙨𝙩𝙞𝙨𝙖, 𝙘𝙖𝙩𝙪𝙧𝙩𝙝𝙞 𝙠𝙧𝙞𝙨𝙣𝙖 𝙥𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙨𝙤𝙢𝙖𝙬𝙖𝙧𝙖 𝙨𝙖𝙣𝙖... ^^ yang dikonversi menjadi tahun 21 April 900 Masehi. Dalam penggunaan Aksara penulisan prasasti menggunakan 𝘼𝙠𝙨𝙖𝙧𝙖 𝙅𝙖𝙬𝙖 𝙆𝙪𝙣𝙖, sangat erat kaitannya dengan besarnya pengaruh Jawa Kuna pada awal Abad ke - X Masehi di era kejayaan Kerajaan Mataram Kuna. Adanya penyebutan nama warga di kalangan rakyat jelata yaitu 𝙨𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝 juga sudah umum kita dapati di dalam isi prasasti - prasasti di Jawa Abad ke IX-X M dst (di era kejayaan Kerajaan Mataram Kuna).

 * PRASASTI KEPING TEMBAGA LAGUNA FILIPINA, BUKTI HEGEMONI KADATWAN MDANG RI BHUMI MATARAM DI FILIPINA *



(Angka tahun pada prasasti Keping Tembaga Laguna Filipina terbaca tanggal 21 April 900 Masehi).


1. ALIH AKSARA PRASASTI.


``... swasti shaka warsa Tita masa di [ng] jyotisa, caturthi krisna paksa soma wara sana


tatkala dayang angkatan lawan dengannya sanak barngaran si bukah anak da

dang hwan namwaran dibari waradana wi shuddhapatra ulih sang pamegat senapati di tundung barja[di] dang hwan nayaka tuhan pailah jayadewa. 


dikrama dang hwan namwaran dengan dang kayastha shuddhanu diparlappas hutang da walenda kati 1 suwarna 8 di hadapan dang hwan nayaka tuhan puliran kasumuran dang hwan nayaka tuhan pailah barjadi ganashakti dang hwan nayaka tuhan binwangan barjadi bishruta tathapi sadana sanak kapawaris ulih sang pamegat dewata [ba]rjadi sang pamegat medang

dari bhaktinda diparhulun sang pamegat


ya makanya seadanya anak cucu dang hwan namwaran suddha ya kapawaris di hutang da dang hwan namwaran di sang pamegat dewata. 


ini grang syat syapanta ha pashkat ding ari kamudyan ada grang urang barujara welung

lappas hutang da dang.... ``


2. TERJEMAHAN PRASASTI.


^^.... Selamat. Tahun Saka 822 Bulan  (Maret-April) menurut penanggalan hari keempat setelah bulan mati, Senin (21 April 900 M). 


Pada saat ini 𝘿𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜 𝘼𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣 (seorang wanita?)  dan saudaranya bernama 𝙎𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝; Anak-anak dari Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 diberikan sebuah piagam pengampunan

(𝙨𝙝𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖𝙥𝙖𝙩𝙧𝙖) penuh dari sang pemegang pimpinan di 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣, digantikan oleh Sang Tuan 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 dari 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝; 𝙅𝙖𝙮𝙖𝙙𝙚𝙬𝙖. 


Atas perintahnya; secara tertulis Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 telah dimaafkan sepenuhnya dan dibebaskan dari 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜-𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜𝙣𝙮𝙖, sebanyak satu 𝙠𝙖𝙩𝙞 dan delapan 𝙎𝙪𝙬𝙖𝙧𝙣𝙖 ( = 865 grm) di hadapan Sang Tuan 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙆𝙖𝙨𝙪𝙢𝙪𝙧𝙖𝙣 di bawah petunjuk dari Sang Tuan 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝. 


Oleh karena kesetiannya dalam berbakti; Sang Tuan yang termahsyur dari 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣, mengakui semua kerabat 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 yang masih hidup yang telah diakui oleh Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖 yang digantikan oleh Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂 (Mataram Kuna). 


Oleh sebab itu seluruh anak cucu Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣

sudah dimaafkan dari segala hutang Sang Tuan 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 kepada Sang Penguasa (𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩) 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖. 


(Pernyataan ini), dengan demikian menjelaskan kepada siapapun setelahnya, bahwa jika di masa depan benar orang yang mengatakan belum bebas sama sekali hutangnya Sang Tuan..........^^


3. IKHTISAR.


       Dari uraian isi Prasasti Keping Tembaga Laguna (21 April 900 Masehi) tersebut di atas maka dapat diketahui adanya beberapa hal yaitu :


Terdapat penyebutan nama - nama tempat seperti : 


• 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜

• 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝

• 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣

• 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣

• 𝙈𝙚𝙙𝙖𝙣𝙜 (Mataram Kuna). 


       Nama tempat 𝙏𝙤𝙣𝙙𝙤  dan 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖 ( berada di Barang Bay, San Lorenzo, Norzaga Raya, Filipina), 𝘽𝙪𝙣𝙪𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 ( terdapat di Obando, Filipina), 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙡𝙖𝙣 (?),  𝙈𝙚𝙙𝙖𝙣𝙜 / Mataram Kuna

(Kadatwan Mdang ri Bhumi Mataram di Jawa).


       Dari penyebutan beberapa nama tempat seperti : 𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣 ( = 𝙏𝙤𝙣𝙙𝙤), 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝 ( = 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖), 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 ( = 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙡𝙖𝙣), 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 ( = 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣), 

dimana tempat - tempat yang disebutkan di atas hingga saat ini beberapa masih diketemukan di Filipina.


Sedangkan kata 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂 (Mdang ri Bhumi Mataram) yang mengikuti nama sebuah jabatan pejabat Kerajaan Medang (Mataram Kuna), yang tentunya terdapat di Jawa.


       

       Nama tokoh 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣 (mendiang  ? ) yang memiliki hutang emas kira - kira seberat 865 gram kemudian dibebaskan dari hutangnya ( 𝙙𝙞𝙥𝙖𝙧𝙡𝙖𝙥𝙥𝙖𝙨 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜) dengan diberi piagam penetapan pengampunan penuh (𝙨𝙝𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖𝙥𝙖𝙩𝙧𝙖) oleh seorang pejabat daerah (𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖𝙩𝙞) di

𝙏𝙪𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜. 


       Penggantinya bernama 

𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙖𝙞𝙡𝙖𝙝, bernama 𝙅𝙖𝙮𝙖𝙙𝙚𝙬𝙖 dengan mengajak anak - anak 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙢, yaitu 𝘿𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜 𝘼𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣 (perempuan  ?) dan 𝙨𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝

mengajukan banding untuk memperkuat penetapan pembebasan (𝙙𝙞𝙥𝙖𝙧𝙡𝙖𝙥𝙥𝙖𝙨 𝙝𝙪𝙩𝙖𝙣𝙜 ) sebelumnya di hadapan 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝙋𝙪𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣; yaitu 𝙆𝙖𝙨𝙪𝙢𝙪𝙧𝙖𝙣, dan selanjutnya 

diperkuat oleh 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 di 𝘽𝙞𝙣𝙬𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣. 

       Sebagai klimaksnya banding penetapan bagi pembebasan hutang emas bagi seluruh anak cucu (𝙨𝙖𝙙𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙘𝙪𝙘𝙪) dan seluruh keturunan (𝙨𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖 𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙥𝙖𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨) 𝘿𝙖𝙣𝙜 𝙃𝙬𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙢𝙬𝙖𝙧𝙖𝙣. 

       Selanjutnya keputusan banding tersebut diperkuat (𝙗𝙖𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞) oleh 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝘿𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖 dan lalu terakhir ditingkat yg lebih tinggi lagi oleh 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 𝙈𝙀𝘿𝘼𝙉𝙂.

       

       Adanya penyebutan nama Pejabat Kerajaan  seperti 𝙉𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖 dan 𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙢𝙚𝙜𝙖𝙩 ( = pejabat pemutus perkara semacam hakim pengadilan), yang umumnya kerap kali di dapati di dalam prasasti - prasasti Raja - Raja Mataram Kuna di Jawa Abad IX - X M dst. 


       Demikian pula dalam penggunaan manggala prasasti yg menguraikan tarikh Saka ^^.... 𝙨𝙬𝙖𝙨𝙩𝙞. 822 𝙨𝙖𝙠𝙖 𝙬𝙖𝙧𝙨𝙖𝙩𝙞𝙩𝙖 𝙢𝙖𝙨𝙖 𝙙𝙞 [𝙣𝙜]𝙟𝙮𝙤𝙨𝙩𝙞𝙨𝙖, 𝙘𝙖𝙩𝙪𝙧𝙩𝙝𝙞 𝙠𝙧𝙞𝙨𝙣𝙖 𝙥𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙨𝙤𝙢𝙖𝙬𝙖𝙧𝙖 𝙨𝙖𝙣𝙖... ^^

yang dikonversi menjadi tahun 21 April 900 Masehi. 

       Dalam penggunaan Aksara penulisan prasasti menggunakan 𝘼𝙠𝙨𝙖𝙧𝙖 𝙅𝙖𝙬𝙖 𝙆𝙪𝙣𝙖, sangat erat kaitannya dengan besarnya pengaruh Jawa Kuna pada awal Abad ke - X Masehi di era kejayaan Kerajaan Mataram Kuna.

      Adanya penyebutan nama warga di kalangan rakyat jelata yaitu 𝙨𝙞 𝘽𝙪𝙠𝙖𝙝 juga sudah umum kita dapati di dalam isi prasasti - prasasti di Jawa Abad ke IX-X M dst (di era kejayaan Kerajaan Mataram Kuna).

No comments:

Post a Comment