26 May 2012

Gagap

Saya yakin seratus persen, pada suatu ketika, kita pasti diberi tugas mendadak tanpa ada persetujuan dan kehendak dari kita untuk menyelesaikan tugas tersebut dikarenakan memang itu bukan pekerjaan kita. Kemampuan atau skill tertentu memang harus kita miliki dan pahami, yang tentunya kemanfaatannya tidak bisa langsung kita nikmati, namun kegunaannya sangat bermanfaat pada waktu-waktu yang mendadak dan tidak bisa kita tolak untuk tidak menerimanya. Kemampuan sederhana, seperti : mengoperasionalkan komputer, menguasai secara sederhana program-program software komputer, kebisaan mengemudikan sepeda motor atau mobil, memahami ilmu kesehatan praktis, mendalami secara praktis kelistrikan, penguasaan membuat adonan makanan praktis, dan berbagai pengetahuan praktis lainnya. Kegagapan serta ketidakmampuan mengelola kemampuan serta keahlian pengetahuan akan berdampak menjadikan seseorang akan bingung berbuat apa ketika pada suatu waktu dituntut untuk menjadi bisa. Gagap terhadap pengetahuan bisa diatasi dengan berbagai solusi alternatif, misalnya : membaca berbagai literatur, mengadopsi pengetahuan praktis, bertukar informasi, menghadiri berbagai acara yang memungkinkan terjadinya barter data dan pengetahuan. Jangan malu untuk selalu menggali berbagai pengetahuan yang akan memperkaya khasanah pemikiran otak kita.

15 May 2012

Pilih Dia

Dalam siklus kehidupan manusia, manusia dihadapkan pada tahapan tahapan yang harus dilalui, dan setiap orang akan melalui jalannya sendiri-sendiri yang tidak mungkin sama antara yang satu dengan yang lain. Berbagai problem yang dihadapi, membutuhkan penyelesaian yang tidak sama dan harus berbeda solusi penyelesaiannya. Berbagai kecenderungan akan muncul pada setiap fase kehidupan, dan ini akan memperkaya akal pada diri manusia sebagai bentuk struggle of life. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia diwajibkan memiliki pilihan (choice). Pilihan ini merupakan suatu hal yang menjadi keharusan melekat pada diri manusia. Mau tidak mau, suka tidak suka, manusia harus menentukan pilihan kemana dia harus melangkah, jalan apa yang harus ditempuh, alat apa yang harus dibawa dalam mengaruhi bahtera kehidupan, orang macam apa yang harus dipercaya dalam menemani dalam keadaan susah maupun senang. Kadang pilihan yang sudah dijatuhkan tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang pilihan yang sudah ditetapkan bersebarangan dengan angan dan cita yang sudah diimpikan. Namun ada juga pilihan yang tidak sesuai harapan, justru dirasakan sebagai berkah dalam kehidupan karena begitu menyenangkan, bengitu memudahkan perjalanan dalam hidupnya. Hidup memenag misteri, demikian juga pilihan untuk bertahan hidup menjadi suatu yang lebih misterius untuk dianalisa dengan akal manusia.

11 May 2012

Manusia Pinggiran

Awal Oktober 2009, tangisan bersaut-sautan di tanah Minang. Rumah-rumah kokoh yang dibangun dengan dana jutaan, luluh lantak rata dengan tanah. Bukit-bukit yang perkasa, lumer menerjang apa saja yang bisa diterjang. Jiwa-jiwa tercerabut dari raga menuju keharibaan Sang Pencipta. Tua-muda, laki-perempuan, menceracau tak karuan ketika gedebum langit-langit rumah pada runtuh menubruk bumi. Harta benda yang dipendam bertahun-tahun, hilang musnah dalam sekejab. Penguasapun tak dapat berbuat apa-apa menghadapi kemurkaan alam. Pemuda gagahpun seketika menjadi banci yang meraung-raung menangis, entah menangisi apa. Wanita cantikpun seketika menjadi nenek jompo yang tidak tahu mau lari kemana menghadapi keganasan alam. Anak-anak masih asyik bermain ketika bencana alam itu memenggal keceriaan mereka. Benar, alam murka tanpa pernah memandang kepada siapa ia mengharu biru kehidupan.

Para penguasa dengan lagak wibawa dan mulut berbusa-busa menerangkan berbagai metode menghadapi murka alam, padahal mereka sendiri takut setengah mati apabila mereka sendiri yang tertimpa musibah karena apa yang mereka sampaikan pada khalayak tidak lebih dari “bualan sampah”. Mereka sendiri sebenarnya “loyo”, tak tahu mau berbuat apa dan bingung mau berbuat apa. Dasar pengecut, sontoloyo, maunya ingin didengar omongannya dan dituruti semua keinginannya ………………….. Bertobatlah Para Penguasa, mumpung murka alam belum menjemputmu !!!!.

Para pengusaha berlagak alim dengan mendermakan hartanya, padahal hatinya gelisah dan takut hartanya berkurang, dasar munafik….. Maunya namanya berkibar-kibar diatas tumpukan jasad dalam reruntuhan bangunan, moga-moga mendapat keuntungan dalam suasana duka……….. Sudah tahu Saudaranya tertimpa musibah, malah tega menari-nari dan berfoya-foya di hotel berbintang untuk mendapatkan kenikmatan hidup yang hanya sekejap.

Pegawai Berseragam, Aktifis, Tukang Becak, Kuli Bangunan, Kernet, Sopir, Pelacur, Pendeta, Pak Kyai, Romo, Para Bhiksu, Politisi, Pejabat, Pedande, Germo, Dosen, Guru, Lurah, Preman, Copet, Garong, Peragawan-Peragawati, Siswa-Mahasiswa, Petani, Nelayan, ……. sambil makan makanan lezat dan minum minuman menyegarkan, matanya menatap tajam tayangan mengharukan dilayar gelas dan telinganya mendengarkan ceracau penyiar yang memberitakan penderitaan korban bencana. Bahan diskusi menjadi bertambah, rentang waktu diskusi juga bertambah lama, ………………… dan mereka asyik bercengkerama dengan keluarga sambil melihat jalan terbelah, gedung-gedung miring menunggu ambruk, para korban yang lemah lunglai di tenda-tenda pengungsian.

Alam murka karena ulah manusia. Harmonisasi kehidupan yang indah dirusak oleh tabiat manusia. Polah manusia sudah berakulturasi dengan tingkah binatang. Bapak menghamili anak. Ibu berzina dengan anaknya. Tua-muda pake ganja, sabu-sabu, narkotika, dan zat adiktif lainnya. Korupsi yang udah menjadi budaya. Prostitusi menjadi gaya hidup. Budaya buka baju menjadi mode. Kebohongan menjadi landasan hidup. Tipu-menipu adalah kewajiban. Hukum tidak menjadi panglima, Kasih Uang Habis Perkara (KUHP). Penegak hukum menjadi perusak hukum. Kriminalisasi merambah setiap lini kehidupan. Beranak-pinaknya pembalak liar, perusak lingkungan dan cukong-cukong perusak alam. Kolusi berkembang biak. Nepotisme dimana-mana. Pengangguran dan kejahatan bergandengan tangan. Kemiskinan dan kesenjangan menjadi proyek. Gosip menjadi tuntunan. Isu-isu miring menjadi komoditi.

Akibatnya bencana alam bertubi-tubi melanda negeri kita. Kita tidak pernah belajar dari pengalaman dan menjadi pelupa bahwa bencana alam tidak pernah mengenal dimensi (alam dan manusia merupakan satu dimensi). Ketika Gunung Agung di Bali, Gunung Krakatau di Selat Sunda, Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Merapi di Perbatasan Jogja-Magelang, Gunung Galunggung di Jawa Barat meletus dan menelan banyak korban, kita tersentak dan baru mengingat Allah. Namun bulan-bulan selanjutnya kita melupakan Allah dan kita melakukan lagi hal-hal yang dimurkai Allah tanpa pernah merasa bersalah dan melupakan tragedi yang pernah terjadi.
Ketika kita asyik memanjakan kenikmatan dunia, kita disentakkan oleh tsunami di Aceh. Barulah Allah disebut-sebut nama-Nya untuk dimintai pertolongan. Namun, apa yang terjadi kemudian, Allah ditinggalkan lagi dan manusia lebih senang bergaul dengan kehidupan duniawi yang melenakan.
Peristiwa itu berulang lagi, dengan terjadinya bencana banjir di Situ Gintung, semburan lumpur Lapindo, gempa bumi di Jawa Barat, Bencana Gempa Bumi 7,6 SR di Sumatra Barat.
Masihkah kita akan meninggalkan Allah..................................
Tidak takutkah kita akan murka alam.......................................
Pilihan dipundak anda sekalian.................................................
Allah Tidak Pernah Tidur

Kejedhot Lagi

Bila dipikir-pikir, apa sich enaknya dikejar dead line pekerjaan yang harus dirampungkan. Kebiasaan belajar begadang, wayangan, mungkin salah satu sebab mengapa ketika sudah memasuki dunia kerja, attitude yang jelek itu masih kebawa-bawa. Ketika melaksanakan meeting, sepertinya dengan mudah menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan dan semudah itu menetapkan tanggal serta waktu pelaksanaan. Dalam angan dan pikiran, ah waktunya masih lama dan mudah untuk dikerjakan. Sampai rumahpun dengan pikiran enteng, ah pasti bisa dan mudah untuk dikerjakan dengan sambil lalu. Jam berjalan, haripun berlalu, deadline pekerjaan itupun semakin mendekat. Bukan dikerjakan, malah asyik dengan berbagai lamunan dan berselancardi dunia maya menghabiskan waktu, tanpa sempat memikirkan tugas utama yang harus diselesaikan di depan mata. Nah loe, giliran udah batas limit 12 jam dikejar pekerjaan untuk kejar tayang, baru tahu sudah terlena dengan berbagai aktifitas yang sebetulnya kalau dibagi sesuai perencanaan, pastinya pekerjaan itu sudah selesai 5 hari yang lalu. dan giliran waktu mendekati Hari-H, baru terasa megap-megap menyelesaikan pekerjaan remeh temeh yang mudah dikerjaan, namun begitu berat dikerjaan karena menganggap remeh pekerjaan. Baru tahu ya, itulah “kejedhot” namanya. Aku yang sering “kejedhot” itu broer. Hehe….

Manusia Mampu

“emangnya kamu bisa ya !”. Ungkapan yang merendahkan sekaligus menyangsikan kemampuan seseorang, selalu hadir ketika seseorang dalam kaca mata awam tidak meyakinkan untuk bisa melakukan suatu pekerjaan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari performance orang tersebut dalam keseharian. Orang yang pendiam, kalem, lemah lembut, cenderung diremehkan memiliki kemampuan dalam hal pekerjaan memberikan suatu araha
n di hadapan audience. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang penampilannya cenderung gaul abis, yang suka cas cis cus, banyak omong, suka bercerita, cenderung mendapat apresiasi bahwa orang ini pasti memiliki kemampuan menaklukkan audience dimanapun dan kapanpun. Pandangan yang didasarkan “mata wadag” sah-sah saja, itu menjadi hak setiap orang untuk melakukan penilaian tersendiri. Setiap orang pasti dibekali kemampuan yang tak terlihat (inner), dalam pribadi mereka, dan yang setiap orang pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dimana kemampuan (skill) ini sangat bermanfaat dalam menaklukkan kehidupan. Kemampuan ini bisa diperdalam dengan melakukan latihan yang kontinue, dimatangkan dengan pengalaman dan bekerja keras dilaksanakan di alam kasunyatan. Memiliki kemampuan yang ngedap edapi, tidak ada artinya apabila itu untuk kepentingan diri pribadi. Lebih elegan dan memiliki daya manfaat, apabila skill yang dimiliki ditularkan dan bermanfaat untuk kehidupan. Tinggal bagaimana kita mengasah kemampuan yang ada pada diri kita agar memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan

Keinginan

Keinginan merupakan hasrat yang melekat dalam diri manusia. Manusia yang masih hidup, pasti dalam dirinya memiliki suatu naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Setiap diri manusia memiliki perbedaan dalam menerjemahkan hasrat yang dimiliki antara yang satu dan dengan yang lainnya pasti memiliki perbedaan, hal ini sudah menjadi kodrat dan fitrah manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap manusia memiliki hasrat untuk maju dan berkembang. Alam merupakan tantangan bagi manusia untuk ditaklukkan dan dijadikan media mengekspresikan diri manusia dan mengakyualisasi berbagai hasrat yang dimiliki manusia. Berbagai produk yang dihasilkan manusia merupakan bukti bahwa dalam diri manusia tereksplor berbagai keinginan untuk menciptakan dan merekayasa berbagai macam alat dan macam teknologi yang memanjakan kebutuhan manusia. Tanpa adanya hasrat, maka kehidupan menjadi stagnan dan dengan adanya keinginan maka kehidupan manusia akan dipermudah. Coba bayangkan apabila dalam diri manusia tidak adanya keinginan untuk maju dan berkembang, maka yang terjadi adalah alam akan menguasai manusia, manusia akan diperbudak oleh alam, manusia tinggal mengharap pada alam dan kehidupan akan monoton tanpa warna.

Makan Minum

Mengapa sih kita perlu makan dan minum ? Padahal kita tahu sendiri, habis makan nantinya juga lapar lagi. Setelah puas minum, toh nantinya juga akan haus lagi. Mendingan tidak usah makan dan minum sekalian, pastinya nanti juga lapardan haus lagi. Kalau tidak makan dan minum, hidup jadi lebih ngirit, tidak usah membeli berbagai kebutuhan makanan dan minuman. Pikiran dan pertanyaan konyol tersebut, hampir selalu ada dan menjadi pertanyaan ketika kita mengalami suatu fase dalam kehidupan, terutama ketika fase masa kanak-kanak. Namun bagi saya, pertanyaan itu adalah penanda bahwa manusia itu cerdas dan mengapa diberi akal untuk berpikir. Dengan pertanyaan itu dibangun suatu kesadaran bahwa fase kehidupan itu sudah sunatulloh. Hidup itu akan selalu berputar menurut aturan main dari sang Pencipta, tinggal bagaimana kita memberi warna terhadap kehidupan itu sendiri akan tidak terjadi stagnasi kehidupan. Pagi, Siang, Sore, malam, Pagi lagi, dan seterusnya, itulah roda kehidupan yang harus kita jalani, kita tidak bisa berpikir bahwa kehidupan itu cukup siang saja, cukup malam saja. Tidak, kita harus berpikir bahwa hidup itu bergerak, dan semua harus dilalui untuk kepentingan hidup itu sendiri. Filosofi bahwa kita harus makan meskipun nanti lapar, dikandung maksud bahwa untuk hidup manusia harus bekerja, untuk hidup manusia harus berpikir, untuk hidup manusia harus bersosialisasi dengan manusia lain. Manusia harus menggunakan otaknya untuk berpikir, menggunakan kekuatannya untuk bekerja, menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk menaklukkan alam dan kehidupan itu sendiri. Hehe, yuk makan yuk ! yuk minum yuk !

Sebentar Saja

Pernahkah ketika sedang sibuk dan sedang asyik mengerjakan suatu pekerjaan, terlintas dalam alam pikiran bahwa anda adalah seorang yang superior, seorang yang hebat, seorang ” superman “, seorang yang paling bisa. Ketika anda memiliki pikiran tersebut, berarti anda manusia yang wajar, manusia yang dihinggapi penyakit individualistik, sama dengan manusia lain di muka bumi ini. Ketika anda bisa dengan mudah mengerjakan suatu pekerjaan, maka anda akan berpikir bahwa andalah seorang pemenang, manusia yang paling bisa dan tidak memerlukan orang lain dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Begitulah manusia, manusia super ego. Sedikit bisa, merasa paling bisa. Sedikit bekerja, merasa yang paling berjasa. Sedikit usaha, merasa paling kerja keras dalam bekerja. Seorang manusia yang dari segi anatomi memiliki keterbatasan, namun merasa paling digdaya. Seorang manusia yang dari segi pemikiran memiliki keterbatasan, namun merasa bahwa dirinya seorang pemikir ulung. Itulah manusia, mbok yao sebentar saja berpikir, manusia itu makluk yang lemah, makluk yang membutuhkan makluk lain untuk bersinergi dalam membangun peradaban. Berpikir sebentar bahwa dalam tubuhnya terdiri dari seonggok daging, yang perlu dirawat dan diopeni agar nantinya bisa menundukkan kehidupan untuk membangun kesejahteraan bersama. Mbok yao, sebentar saja beristirahat untuk berpikir bahwa dunia itu begitu indah apabila dihuni bersama-sama, dirawat bersama-sama, saling tulung tinulung membangun kebudayaan yang adi luhung. Sebentar saja yuk melakukan instropeksi bahwa manusia itu makluk paling lemah sekaligus makluk paling kuat.