tag:blogger.com,1999:blog-36714653564684146532024-03-28T08:39:50.725+07:00WIDOYOKO.... berani menjalani kehidupan, adalah sebuah konsekuensi untuk ikut membangun sebuah peradaban yang lebih bertanggung jawab ...widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.comBlogger2722125tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-28045606395087400542024-03-28T08:39:00.000+07:002024-03-28T08:39:00.531+07:00Mengutip kata-kata Almarhum Bapak BJ Habibie bahwa “... dibalik suksesnya seorang pria selalu ada wanita hebat”. Ketika pria tersebut telah menikah tentu saja yang mendukung kesuksesan adalah Istri. Dan ketika masih sendiri, wanita hebatnya adalah Ibunda tercinta. Mari kita mengenal sosok Ibunda dari Pak BJ Habibie. Beliau bernama Tuty Habibie Puspowardoyo asli Yogya. Sebelum menikah, Ibu Tuty pernah aktif dalam pergerakan politik di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau turut aktif dalam Partai Kedaualat Rakyat (di masa pergerakan kemerdekaan), bahkan pernah menduduki Wakil Ketua. Teman-teman seperjuangannya antara lain Lanto Daeng Pasewang (bekas Gubernur Sulawesi), Ny Saelan (Ibu mertua Menhankam Jendral M. Jusuf), Soekarjdo Wiryopranoto, Henk Rondonuwu dan Arnold Mononutu. Ibu Tuty pertama kali berkenalan dengan suaminya di Batavia tahun 1927. Ketika itu Ibu Tuty tinggal di rumah adik dari orang tuanya bernama dr. Poespo. Tahun 1928 mereka menikah dan pindah ke Makassar. Awalnya pernikahan mereka tidak disetejui orangtua Ibu Tuti dikarenakan pada saat itu Pak Habibie suaminya baru saja lulus dari sekolah pertanian di Bogor (Middlebare Landbouw School). Sesudah menikah, beliau ikut suami yang berdinas di Jawatan Pertanian Gorontalo. Suami tercinta meninggal ketika Ibu Tuty hamil anak ke-8. Suami meninggal dunia ketika sujud shalat sesudah mengucapkan “Allahu-Akbar”. Ke-8 putera putrinya adalah: Tuty Sri Sulaksmi, Satoto Habibie, Winny Habibie, Bj Habibie, JE Habibie, Sri Rejeki, Sri Rahayu dan Timmy Habibie. Demi pendidikan anak-anaknya, Ibu Tuty memboyong anak-anaknya dari Gorontalo untuk disekolahkan di Yogyakarta. Demi membiayai 8 anak dan 2 anak angkat, Ibu Tuty menjadi wiraswasta, dengan melakukan tender impor-ekspor kecil-kecilan. Setiap hari pulang pergi Bandung-Jakarta dengan mobil sendiri atau naik kereta api. Bisnisnya berkembang hingga mampu mendirikan perusahaan bernama CV Srikandi. Beliau juga membangun kos-kosan di jl Imam Bonjol 14 Bandung yang diberi nama Jutinto yaitu singkatan dari nama anak-anaknya Jaju, Timmy dan Tanto. Beliau tidak pernah membedakan perlakuan terhadap anak-anak kandungnya dengan anak-anak kos. Syarat kos di rumahnya adalah wajib berada di rumah jam 18-19.00 pada hari biasa dan jam 23.00 pada hari minggu. Selain untuk menjaga agar mereka belajar pada waktunya, juga agar bisa makan bersama-sama tidak masing-maisng. Bagi yang sudah punya pacar boleh pacaran dimalam minggu saja. Yang indekos dirumahnya adalah mahasiwa yang berasal dari berbagai daerah: Tapanuli, Ambon, Jawa, Gorontalo, Bugis dan lainnya. Mulai dari lingkungan kecil Ibu Tuti selalu mengajarkan anak-anaknya hidup rukun dan saling menghormati. Karena terkenal sebagai Ibu kos yang sangat disiplin, pernah suatu saat papan nama “Awas ada anjing galak” di depan rumah, pernah diganti oleh mahasiswa yang indekos dengan “Awas ada Eyang galak”. Berkat kegigihan dalam mendidik anak-anaknya, semua anak-anaknya menjadi orang sukses semua bahkan anak-anak kosnya, antara lain : Prof Dr. Ir Amiruddin (mantan Rektor Unhas), Ir Andi Junde, Albert Purwayla (mantan Walikota Ambon), Ir. Sahala Tobing. Filsafat hidup beliau: berbuat baik kepada siapa saja, tanpa memandang asal-usulnya. Memberi pertolongan kepada orang yang benar-benar membutuhkan dan menghadapi semua cobaan hidup dengan kerja keras, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. Sumber: Suara Karya, 21-4-1978. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team) #tokoh #wanita #Habibie #Gorontalo #Yogyakarta #Bandung<p> Mengutip kata-kata Almarhum Bapak BJ Habibie bahwa “... dibalik suksesnya seorang pria selalu ada wanita hebat”. Ketika pria tersebut telah menikah tentu saja yang mendukung kesuksesan adalah Istri. Dan ketika masih sendiri, wanita hebatnya adalah Ibunda tercinta.</p><p><br /></p><p>Mari kita mengenal sosok Ibunda dari Pak BJ Habibie. Beliau bernama Tuty Habibie Puspowardoyo asli Yogya. Sebelum menikah, Ibu Tuty pernah aktif dalam pergerakan politik di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau turut aktif dalam Partai Kedaualat Rakyat (di masa pergerakan kemerdekaan), bahkan pernah menduduki Wakil Ketua. Teman-teman seperjuangannya antara lain Lanto Daeng Pasewang (bekas Gubernur Sulawesi), Ny Saelan (Ibu mertua Menhankam Jendral M. Jusuf), Soekarjdo Wiryopranoto, Henk Rondonuwu dan Arnold Mononutu.</p><p><br /></p><p>Ibu Tuty pertama kali berkenalan dengan suaminya di Batavia tahun 1927. Ketika itu Ibu Tuty tinggal di rumah adik dari orang tuanya bernama dr. Poespo. Tahun 1928 mereka menikah dan pindah ke Makassar. Awalnya pernikahan mereka tidak disetejui orangtua Ibu Tuti dikarenakan pada saat itu Pak Habibie suaminya baru saja lulus dari sekolah pertanian di Bogor (Middlebare Landbouw School). </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-BLT6FDjjKZxk1JTsQZeJvYZxNO_scdULY21P6kdWVRY4PPEnSRWEbdL0zAkYcIaAD0VIwqExLxyMZvK8g4nUCGw4h-pPMSfayeuhoFzBpj6VgQIXEzEr9fBE3te0m2sfJOwPZbAqXWl_lH17-BJ4O7rX8wznV-6x9MQJhacA-pFSrq0JaLg1pVNttp4/s450/FB_IMG_1711589788604.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="431" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-BLT6FDjjKZxk1JTsQZeJvYZxNO_scdULY21P6kdWVRY4PPEnSRWEbdL0zAkYcIaAD0VIwqExLxyMZvK8g4nUCGw4h-pPMSfayeuhoFzBpj6VgQIXEzEr9fBE3te0m2sfJOwPZbAqXWl_lH17-BJ4O7rX8wznV-6x9MQJhacA-pFSrq0JaLg1pVNttp4/s320/FB_IMG_1711589788604.jpg" width="306" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Sesudah menikah, beliau ikut suami yang berdinas di Jawatan Pertanian Gorontalo. Suami tercinta meninggal ketika Ibu Tuty hamil anak ke-8. Suami meninggal dunia ketika sujud shalat sesudah mengucapkan “Allahu-Akbar”. Ke-8 putera putrinya adalah: Tuty Sri Sulaksmi, Satoto Habibie, Winny Habibie, Bj Habibie, JE Habibie, Sri Rejeki, Sri Rahayu dan Timmy Habibie.</p><p>Demi pendidikan anak-anaknya, Ibu Tuty memboyong anak-anaknya dari Gorontalo untuk disekolahkan di Yogyakarta. Demi membiayai 8 anak dan 2 anak angkat, Ibu Tuty menjadi wiraswasta, dengan melakukan tender impor-ekspor kecil-kecilan. Setiap hari pulang pergi Bandung-Jakarta dengan mobil sendiri atau naik kereta api. Bisnisnya berkembang hingga mampu mendirikan perusahaan bernama CV Srikandi. Beliau juga membangun kos-kosan di jl Imam Bonjol 14 Bandung yang diberi nama Jutinto yaitu singkatan dari nama anak-anaknya Jaju, Timmy dan Tanto.</p><p> </p><p>Beliau tidak pernah membedakan perlakuan terhadap anak-anak kandungnya dengan anak-anak kos. Syarat kos di rumahnya adalah wajib berada di rumah jam 18-19.00 pada hari biasa dan jam 23.00 pada hari minggu. Selain untuk menjaga agar mereka belajar pada waktunya, juga agar bisa makan bersama-sama tidak masing-maisng. Bagi yang sudah punya pacar boleh pacaran dimalam minggu saja. Yang indekos dirumahnya adalah mahasiwa yang berasal dari berbagai daerah: Tapanuli, Ambon, Jawa, Gorontalo, Bugis dan lainnya. Mulai dari lingkungan kecil Ibu Tuti selalu mengajarkan anak-anaknya hidup rukun dan saling menghormati. Karena terkenal sebagai Ibu kos yang sangat disiplin, pernah suatu saat papan nama “Awas ada anjing galak” di depan rumah, pernah diganti oleh mahasiswa yang indekos dengan “Awas ada Eyang galak”.</p><p><br /></p><p>Berkat kegigihan dalam mendidik anak-anaknya, semua anak-anaknya menjadi orang sukses semua bahkan anak-anak kosnya, antara lain : Prof Dr. Ir Amiruddin (mantan Rektor Unhas), Ir Andi Junde, Albert Purwayla (mantan Walikota Ambon), Ir. Sahala Tobing. </p><p><br /></p><p>Filsafat hidup beliau: berbuat baik kepada siapa saja, tanpa memandang asal-usulnya. Memberi pertolongan kepada orang yang benar-benar membutuhkan dan menghadapi semua cobaan hidup dengan kerja keras, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. </p><p><br /></p><p>Sumber: Suara Karya, 21-4-1978. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)</p><p><br /></p><p>#tokoh #wanita #Habibie #Gorontalo #Yogyakarta #Bandung</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-41051428015727984232024-03-28T08:07:00.004+07:002024-03-28T08:07:54.271+07:00Demam Ramadhan, meski cuaca panas, pembeli berbondong-bondong ke pasar seperti di pasar Tanah Abang ini untuk membeli sepasang sepatu baru atau baju baru yang merupakan bagian dari perayaan Idul Fitri. Sumber: The Jakarta Post, 27 Mei 1986 Halaman 1. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #Ramadhan #Idulfitri<p> Demam Ramadhan, meski cuaca panas, pembeli berbondong-bondong ke pasar seperti di pasar Tanah Abang ini untuk membeli sepasang sepatu baru atau baju baru yang merupakan bagian dari perayaan Idul Fitri.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiACzq_vNePrRiWiWgcKdOExB91oRElqx5nWal0qDpoGtZmsH0y6KwApUXra9usffs6-W3DmQeTczLoyHVtqpLeVSfJAqTQTqsMwjVxcLwv-IuRdT7vmDyWWu4LbTGllyK2rXUPObEGkFMfOeducS4aeMaUgc83hcHPJ16hxPxmjph-23dTHXjWQuHEbw8/s720/FB_IMG_1711587927566.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="506" data-original-width="720" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiACzq_vNePrRiWiWgcKdOExB91oRElqx5nWal0qDpoGtZmsH0y6KwApUXra9usffs6-W3DmQeTczLoyHVtqpLeVSfJAqTQTqsMwjVxcLwv-IuRdT7vmDyWWu4LbTGllyK2rXUPObEGkFMfOeducS4aeMaUgc83hcHPJ16hxPxmjph-23dTHXjWQuHEbw8/s320/FB_IMG_1711587927566.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Sumber: The Jakarta Post, 27 Mei 1986 Halaman 1. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)</p><p><br /></p><p>#Ramadhan</p><p>#Idulfitri</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-73732270977366361942024-03-27T22:43:00.004+07:002024-03-27T22:43:53.341+07:00LUAS WILAYAH KEKUASAAN ACEH wilayah kekuasaan negara kesultanan aceh darussalam di abad-abad kejayaannya 15-17 M. hingga aceh masuk dalam predikat kerajaan islam terbesar kelima di dunia mewakili asia tenggara.<p> LUAS WILAYAH KEKUASAAN ACEH</p><p><br /></p><p>wilayah kekuasaan negara kesultanan aceh darussalam di abad-abad kejayaannya 15-17 M. hingga aceh masuk dalam predikat kerajaan islam terbesar kelima di dunia mewakili asia tenggara.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikVjJxELpC4VGWVkXnr3yWgHn8ml0iykHN-DWsrMOfzpqzGgIJTYFXT0Udt_-QEE3-JlBArORsUOFXbSwbNNZgXjDP2ZHEPoeqZB5Mg4NhjAeys53lwjHJSVcRex9Y6MqMDD3DsN5kHvk4wtplCXMXGmkgPbsQi6eKRJZgq6NNnzfOulzejcENXTVUH0k/s779/FB_IMG_1711554089085.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="779" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikVjJxELpC4VGWVkXnr3yWgHn8ml0iykHN-DWsrMOfzpqzGgIJTYFXT0Udt_-QEE3-JlBArORsUOFXbSwbNNZgXjDP2ZHEPoeqZB5Mg4NhjAeys53lwjHJSVcRex9Y6MqMDD3DsN5kHvk4wtplCXMXGmkgPbsQi6eKRJZgq6NNnzfOulzejcENXTVUH0k/s320/FB_IMG_1711554089085.jpg" width="296" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-33524863977419268612024-03-27T11:19:00.003+07:002024-03-27T11:19:34.369+07:00🇮🇩Ada laporan yang menyatakan bahwa Pakubuwono X, Sultan Jakarta di Indonesia, memiliki mobil Benz Victoria pertama di Asia Tenggara. Menurut beberapa sumber, Pakubuwono X membeli mobil ini pada tahun 1893, yang akan menjadikannya salah satu mobil paling awal di wilayah tersebut. Benz Victoria adalah model mobil populer yang diproduksi oleh produsen Jerman Benz & Cie di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Itu adalah mobil kecil, ringan yang ditenagai oleh mesin satu silinder dan bisa menampung dua penumpang. Sementara ada perdebatan mengenai siapa yang memiliki mobil pertama di Asia Tenggara, jelas bahwa pengenalan mobil ke wilayah tersebut merupakan peristiwa penting yang memiliki dampak mendalam terhadap transportasi, industri, dan masyarakat secara keseluruhan. ©️ seasia.co #ASEANurbanist <p> 🇮🇩Ada laporan yang menyatakan bahwa Pakubuwono X, Sultan Jakarta di Indonesia, memiliki mobil Benz Victoria pertama di Asia Tenggara. Menurut beberapa sumber, Pakubuwono X membeli mobil ini pada tahun 1893, yang akan menjadikannya salah satu mobil paling awal di wilayah tersebut.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8sZmqC9DNA6MLcooAPddMc6ZgLjU7zcQ88v_RvlZCdiTgqDFhYLheUaaubXvceJcmH512IniGbxHOQc1Aappp0M6egGTxW0Cdw_oCl6jYP0J9l_6oZaoxBn1wQ1r4PJq4wsAbICa2Jk7ZGd2uI7Y0oBrYSyiyln3CGG7ZvfCkOrbKlnSTuyEeGGeraR8/s720/FB_IMG_1711513002829.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8sZmqC9DNA6MLcooAPddMc6ZgLjU7zcQ88v_RvlZCdiTgqDFhYLheUaaubXvceJcmH512IniGbxHOQc1Aappp0M6egGTxW0Cdw_oCl6jYP0J9l_6oZaoxBn1wQ1r4PJq4wsAbICa2Jk7ZGd2uI7Y0oBrYSyiyln3CGG7ZvfCkOrbKlnSTuyEeGGeraR8/s320/FB_IMG_1711513002829.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Benz Victoria adalah model mobil populer yang diproduksi oleh produsen Jerman Benz & Cie di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Itu adalah mobil kecil, ringan yang ditenagai oleh mesin satu silinder dan bisa menampung dua penumpang.</p><p><br /></p><p>Sementara ada perdebatan mengenai siapa yang memiliki mobil pertama di Asia Tenggara, jelas bahwa pengenalan mobil ke wilayah tersebut merupakan peristiwa penting yang memiliki dampak mendalam terhadap transportasi, industri, dan masyarakat secara keseluruhan.</p><p><br /></p><p>©️ seasia.co</p><p>#ASEANurbanist </p><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-41542252827314107602024-03-27T10:45:00.001+07:002024-03-27T10:45:05.306+07:00<p> Hotel Splendid Malang. Ca. 1930 Tropenmuseum</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3yVQP0Ts3rVICkmOM2KCfcunYilsXDicTr-uef3xQuURgWg95TJxID5KrxZ2u6dR-CvE51ZGVHJ6srFBuJCJIYj0wzxGATZlKyxdjIWSx2lU0LvT0sV4uHdG6xnbI1jee3xedjcZrI9PcZF0wckB3kXPH524kh1Vi9eFDP-5FNXXEGwEDUw9P451pGiI/s1000/FB_IMG_1711510939941.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="606" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3yVQP0Ts3rVICkmOM2KCfcunYilsXDicTr-uef3xQuURgWg95TJxID5KrxZ2u6dR-CvE51ZGVHJ6srFBuJCJIYj0wzxGATZlKyxdjIWSx2lU0LvT0sV4uHdG6xnbI1jee3xedjcZrI9PcZF0wckB3kXPH524kh1Vi9eFDP-5FNXXEGwEDUw9P451pGiI/s320/FB_IMG_1711510939941.jpg" width="194" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-43055278904753386862024-03-27T08:48:00.001+07:002024-03-27T08:48:37.450+07:00Sebuah acara tradisi selama bulan puasa, setelah sholat Tarawih di masjid-masjid, mushola. Biasanya dilanjutkan dengan menikmati makanan kecil. Hidangan yang disuguhkan tersebut konon juga merupakan pemberian warga setempat secara bergiliran. Acara tersebut dinamakan "Jaburan", seperti nampak dalam potret berikut yang dilakukan di Masjid Al Taqwa, Kelurahan Bongsari Semarang Barat pada Tahun 1979. Sumber: Suara Merdeka, 4 Agustus 1979 Halaman 2 Kolom 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #Puasa #Ramadhan #Tarawih<p> Sebuah acara tradisi selama bulan puasa, setelah sholat Tarawih di masjid-masjid, mushola. Biasanya dilanjutkan dengan menikmati makanan kecil. Hidangan yang disuguhkan tersebut konon juga merupakan pemberian warga setempat secara bergiliran. Acara tersebut dinamakan "Jaburan", seperti nampak dalam potret berikut yang dilakukan di Masjid Al Taqwa, Kelurahan Bongsari Semarang Barat pada Tahun 1979.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hz4w-Cm5nx_KzETkK064lGhmDUOT1r9nd_JYIfW2gjZgzwBt13R2k0jee7u1Uk9Gh_NT298eWfc8K2Np9MZyxiS6aDgzojetkznn1pruKudY7o3qLUHsJGxJ5sX8zyfD3NrFfSuhwHAeosu_hG1YTup1kmKYVIr3tUvJeCr8Ko9Y9H2jM6J5s0k2Sbc/s720/FB_IMG_1711499613866.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="538" data-original-width="720" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hz4w-Cm5nx_KzETkK064lGhmDUOT1r9nd_JYIfW2gjZgzwBt13R2k0jee7u1Uk9Gh_NT298eWfc8K2Np9MZyxiS6aDgzojetkznn1pruKudY7o3qLUHsJGxJ5sX8zyfD3NrFfSuhwHAeosu_hG1YTup1kmKYVIr3tUvJeCr8Ko9Y9H2jM6J5s0k2Sbc/s320/FB_IMG_1711499613866.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Sumber: Suara Merdeka, 4 Agustus 1979 Halaman 2 Kolom 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)</p><p><br /></p><p>#Puasa</p><p>#Ramadhan</p><p>#Tarawih</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-33032210489840922922024-03-27T08:47:00.001+07:002024-03-27T08:47:30.291+07:00Kotagede (Kutha Gede /Kitha Ageng) sebenarnya bukan berarti Kota besar (big city) karena kata "Kutha" (jawa); "Kota" (melayu) maupun "Cota" (tagalog, c dibaca k) mempunyai arti yg sama yaitu "beteng atau benteng" (fort - english). Barangkali Kotagede mendapatkan namanya karena pembangunan benteng besar baluwarti mengelilingi perdikan mentaok yg diberikan sultan Pajang, oleh Panembahan Senopati sebagai pertanda madheg mardhika, lepas dari Pajang (gambar 1) Menurut bausastra jawi : kutha I [ngoko] kitha [krama] : 1 pagêr bata mubêng, bètèng; 2 nêgara (gêgrombolaning pakampungan, [kosok-baline] desa); kêkutha ak: bêbètèng, gawe nêgara; dikuthani ak: dibètèngi, didêgi kutha. II kw: makutha. Jadi kutha awalnya mengacu pada benteng atau fort. Istilah melayu hingga kini masih memakai kota untuk merujuk benteng pertahanan, sebagaimana tagalog juga demikian. Kota yang bermaksud "city" adalah makna lainnya, sesudah mengalami perkembangan. Benteng Baluwarti sebagai benteng besar sehingga berjuluk "kutha gedhe" ini bekas lokasinya dapat dilihat di peta pamfleat dari UGM. Tidak ada reruntuhan puing atau apapun, hanya berupa bekas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Baluwarti sebelah timur menjadi toponim kampung baluwarti, kotagede. Benteng Cepuri sebenarnya mengitari lokasi kedaton ini, yg sekarang menjadi toponim kampung ndalem, kotagede. Termasuk disini adalah makam hastarengga dan situs watu gilang dan watu gatheng, kampung kedaton kotagede. Reruntuhan cepuri masih terlihat di beberapa tempat. Nb : Menurut catatan Van Mook dalam 1926, nama mentereng saat itu memang bukan Kotagede atau Kutha Gedhe, tetapi sebagaimana tertulis dalam catatan Belanda di awal 1900an, adalah “Pasar Gede” atau “Passar Gedeh” dan masyarakat Yogya biasa menyingkatnya sebagai “Sargede” hingga awal 80an, nama ini masih akrab disebut. Kutha Gedhe merupakan wilayah kejawan (bahasa Jawa krama : kejawen), yang berarti wilayah dimana tidak ada sewa-menyewa tanah kerajaan kepada pengusaha-pengusaha perkebunan bangsa Eropa (Plandan) Plandan berasal dari kata “Pe+Landa+an” atau adanya sewa-menyewa kepada orang Eropa (Walanda/Landa). Secara tradisi Kotagede tidak boleh disewakan atau dijual kepada Bangsa Eropa dan Timur Jauh/Cina. Tradisi ini masih dikekalkan hingga kini. Hingga tahun 1925 kendaraan dilarang lewat jembatan Tegalgendu - akses utama dari kraton - kecuali kendaraan raja berserta keluarganya. Maksudnya akses masuk dari barat (kota Yogya) hanya bisa melewati Tegalgendu tetapi jembatan Tegalgendu rupanya dulu hanya dikhusukan untuk sultan, jadi mungkin kalau memakai mobil harus berhenti di barat jembatan. Narasi Sejarah Jogyakarta<p> Kotagede (Kutha Gede /Kitha Ageng) sebenarnya bukan berarti Kota besar (big city) karena kata "Kutha" (jawa); "Kota" (melayu) maupun "Cota" (tagalog, c dibaca k) mempunyai arti yg sama yaitu "beteng atau benteng" (fort - english).</p><p><br /></p><p>Barangkali Kotagede mendapatkan namanya karena pembangunan benteng besar baluwarti mengelilingi perdikan mentaok yg diberikan sultan Pajang, oleh Panembahan Senopati sebagai pertanda madheg mardhika, lepas dari Pajang (gambar 1)</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA1owAHdLsP-5TiEaCjminDupgwoRwUaNMtU20XflWC4KDqSpluSBxlYmLA_mx98HlZgh8vhGxh2_IDPEn2GYPYrCLCauDlQ6EBJ_tXI6dmrKiuCxXGlkn7TI3RE55XeBph4-46rT2pOFFR_4R1fOWPGOU96b9hyphenhyphenQ8RbyzNQAAotQIFh_K6CjuHjEA9sA/s488/FB_IMG_1711503891121.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="488" data-original-width="488" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA1owAHdLsP-5TiEaCjminDupgwoRwUaNMtU20XflWC4KDqSpluSBxlYmLA_mx98HlZgh8vhGxh2_IDPEn2GYPYrCLCauDlQ6EBJ_tXI6dmrKiuCxXGlkn7TI3RE55XeBph4-46rT2pOFFR_4R1fOWPGOU96b9hyphenhyphenQ8RbyzNQAAotQIFh_K6CjuHjEA9sA/s320/FB_IMG_1711503891121.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Menurut bausastra jawi :</p><p><br /></p><p>kutha I [ngoko] kitha [krama] :</p><p>1 pagêr bata mubêng, bètèng; </p><p>2 nêgara (gêgrombolaning pakampungan, [kosok-baline] desa); </p><p><br /></p><p>kêkutha ak: bêbètèng, gawe nêgara; </p><p>dikuthani ak: dibètèngi, didêgi kutha. </p><p>II kw: makutha.</p><p><br /></p><p>Jadi kutha awalnya mengacu pada benteng atau fort. Istilah melayu hingga kini masih memakai kota untuk merujuk benteng pertahanan, sebagaimana tagalog juga demikian. Kota yang bermaksud "city" adalah makna lainnya, sesudah mengalami perkembangan.</p><p><br /></p><p>Benteng Baluwarti sebagai benteng besar sehingga berjuluk "kutha gedhe" ini bekas lokasinya dapat dilihat di peta pamfleat dari UGM. Tidak ada reruntuhan puing atau apapun, hanya berupa bekas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Baluwarti sebelah timur menjadi toponim kampung baluwarti, kotagede.</p><p><br /></p><p>Benteng Cepuri sebenarnya mengitari lokasi kedaton ini, yg sekarang menjadi toponim kampung ndalem, kotagede. Termasuk disini adalah makam hastarengga dan situs watu gilang dan watu gatheng, kampung kedaton kotagede. Reruntuhan cepuri masih terlihat di beberapa tempat.</p><p><br /></p><p>Nb :</p><p><br /></p><p>Menurut catatan Van Mook dalam 1926, nama mentereng saat itu memang bukan Kotagede atau Kutha Gedhe, tetapi sebagaimana tertulis dalam catatan Belanda di awal 1900an, adalah “Pasar Gede” atau “Passar Gedeh” dan masyarakat Yogya biasa menyingkatnya sebagai “Sargede” hingga awal 80an, nama ini masih akrab disebut.</p><p><br /></p><p>Kutha Gedhe merupakan wilayah kejawan (bahasa Jawa krama : kejawen), yang berarti wilayah dimana tidak ada sewa-menyewa tanah kerajaan kepada pengusaha-pengusaha perkebunan bangsa Eropa (Plandan)</p><p><br /></p><p>Plandan berasal dari kata “Pe+Landa+an” atau adanya sewa-menyewa kepada orang Eropa (Walanda/Landa). Secara tradisi Kotagede tidak boleh disewakan atau dijual kepada Bangsa Eropa dan Timur Jauh/Cina. Tradisi ini masih dikekalkan hingga kini.</p><p><br /></p><p>Hingga tahun 1925 kendaraan dilarang lewat jembatan Tegalgendu - akses utama dari kraton - kecuali kendaraan raja berserta keluarganya.</p><p><br /></p><p>Maksudnya akses masuk dari barat (kota Yogya) hanya bisa melewati Tegalgendu tetapi jembatan Tegalgendu rupanya dulu hanya dikhusukan untuk sultan, jadi mungkin kalau memakai mobil harus berhenti di barat jembatan.</p><p><br /></p><p>Narasi Sejarah Jogyakarta</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-48620861068224514702024-03-27T03:27:00.001+07:002024-03-27T03:27:32.724+07:00Pada tahun 1950-an atau 1960-an belajar bahasa Indonesia, membaca buku Bahasa Indonesia dengan nada merdu seperti membaca syair atau pantun.<p> Pada tahun 1950-an atau 1960-an belajar bahasa Indonesia, membaca buku Bahasa Indonesia dengan nada merdu seperti membaca syair atau pantun.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh20hyphenhyphenSgowRTuUkvDyXK1Tjm6JDsJO8MqHyKQ3wwA74AZ9UIc-IO8i5B0wTU-GkXucrfV0Wc8RyLSX-ZkV_b1WoPKLomoWTrknIPN5yBCoRrwrppFhYeWDy0A5QGbD3H42DYm5HKIClXYab-alyG1Vy1n-fCu7GErTT4Xmk80E82Ta4jb2mbI5ymji2HQQ/s1111/FB_IMG_1711484690739.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1111" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh20hyphenhyphenSgowRTuUkvDyXK1Tjm6JDsJO8MqHyKQ3wwA74AZ9UIc-IO8i5B0wTU-GkXucrfV0Wc8RyLSX-ZkV_b1WoPKLomoWTrknIPN5yBCoRrwrppFhYeWDy0A5QGbD3H42DYm5HKIClXYab-alyG1Vy1n-fCu7GErTT4Xmk80E82Ta4jb2mbI5ymji2HQQ/s320/FB_IMG_1711484690739.jpg" width="207" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-59834218790450830982024-03-26T12:00:00.001+07:002024-03-26T12:00:28.798+07:00Potret calon penumpang kereta api penuh sesak memadati stasiun Gambir, Jakarta di tahun 1990. Gerbong-gerbong kereta api yang terisi penuh seperti mengisyaratkan, bagaimana pun caranya mudik lebaran harus tetap terlaksana. Tampak dalam gambar, sebuah gerbong kereta api seperti terseok membawa beban di luar batas. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Wawasan, 24 April 1990 halaman 1 kolom 6-9 (Skala Team) #mudik #lebaran #keretaapi #stasiunGambir<p> Potret calon penumpang kereta api penuh sesak memadati stasiun Gambir, Jakarta di tahun 1990. Gerbong-gerbong kereta api yang terisi penuh seperti mengisyaratkan, bagaimana pun caranya mudik lebaran harus tetap terlaksana. Tampak dalam gambar, sebuah gerbong kereta api seperti terseok membawa beban di luar batas. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGADmY5dURPBzrW8LRjfb4U20p3k4ArLdEJVEVG-3huef8lvTO2SKhsquDfqcNlR8XIXUOwBirJKLgPZrt-kmBqwgKrSzg2LxML8Ls8LL-VkVHIcziuvwYbwgBuYj8J9OfjtpdT1Ed916WJbrDzdx6xt18VxjIOfsmRXxu_-j8qgpAjljKVybZs3f3Hhg/s720/FB_IMG_1711429063712.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="525" data-original-width="720" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGADmY5dURPBzrW8LRjfb4U20p3k4ArLdEJVEVG-3huef8lvTO2SKhsquDfqcNlR8XIXUOwBirJKLgPZrt-kmBqwgKrSzg2LxML8Ls8LL-VkVHIcziuvwYbwgBuYj8J9OfjtpdT1Ed916WJbrDzdx6xt18VxjIOfsmRXxu_-j8qgpAjljKVybZs3f3Hhg/s320/FB_IMG_1711429063712.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI</p><p>Sumber : Wawasan, 24 April 1990 halaman 1 kolom 6-9 (Skala Team)</p><p><br /></p><p>#mudik #lebaran #keretaapi #stasiunGambir</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-18960879247040655752024-03-26T09:25:00.000+07:002024-03-26T09:25:03.005+07:00Bahau-Dajaks van de Mahakam in oorlogskleeding Vervaardigingsjaar : ca.1910 Potret sekelompok (prajurit) suku Dayak Bahau/Kayan Bahau/Kayan Mekam dari Mahakam,mengenakan baju perang dengan persenjataan dan perisai besar...foto sekitar tahun 1910 (KITLV2414)<p> Bahau-Dajaks van de Mahakam in oorlogskleeding</p><p>Vervaardigingsjaar : ca.1910</p><p> Potret sekelompok (prajurit) suku Dayak Bahau/Kayan Bahau/Kayan Mekam dari Mahakam,mengenakan baju perang dengan persenjataan dan perisai besar...foto sekitar tahun 1910</p><p>(KITLV2414)</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizX3Dkx0U_ZmfXViZS09seFEjK64TnirwKD_ZKCgnXGA6KZ7uL3_pmxuVaGNjZPrj9cEebXmC4ZBc5IkYZGAuE40Gu_QSzg3xBZCqvJDUPmtNCGE0MTPvYji_2N6ZewizLtwhBZhZU3kaYjwwb1cEoOOhlI7Bj3XOeAJ2Vuid1Gu7wmLU-WW7xpH5aCwU/s720/FB_IMG_1711419657544.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="594" data-original-width="720" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizX3Dkx0U_ZmfXViZS09seFEjK64TnirwKD_ZKCgnXGA6KZ7uL3_pmxuVaGNjZPrj9cEebXmC4ZBc5IkYZGAuE40Gu_QSzg3xBZCqvJDUPmtNCGE0MTPvYji_2N6ZewizLtwhBZhZU3kaYjwwb1cEoOOhlI7Bj3XOeAJ2Vuid1Gu7wmLU-WW7xpH5aCwU/s320/FB_IMG_1711419657544.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-19147971174194180362024-03-26T08:21:00.001+07:002024-03-26T08:21:25.386+07:00Pada Masa Itu: Tentara Belanda sedang menyaksikan pertunjukkan Jaran Kepang di Salatiga Jawa Tengah Tahun 1947 #momentold<p> Pada Masa Itu: Tentara Belanda sedang menyaksikan pertunjukkan Jaran Kepang di Salatiga Jawa Tengah Tahun 1947</p><p>#momentold</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrkMqyPuqeMp-X2OYDstXi-b-p29fm1zgxgI95afhGI881YrnEu38WNLtKiMiCDzfVtUW_Qq4Q-WBSYsm3amQbxi2q4Vv9OEv-BOhaSMqHDNRaeXFKQnhPajPw1voQ4jQIu8sXakhflrnimU8q5AW0lDlf_Wxga5w_7aThcP9ZyrEOzMga_2ljxTr61I4/s785/FB_IMG_1711415947747.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="785" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrkMqyPuqeMp-X2OYDstXi-b-p29fm1zgxgI95afhGI881YrnEu38WNLtKiMiCDzfVtUW_Qq4Q-WBSYsm3amQbxi2q4Vv9OEv-BOhaSMqHDNRaeXFKQnhPajPw1voQ4jQIu8sXakhflrnimU8q5AW0lDlf_Wxga5w_7aThcP9ZyrEOzMga_2ljxTr61I4/s320/FB_IMG_1711415947747.jpg" width="294" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-53901437350134019122024-03-25T17:34:00.000+07:002024-03-25T17:34:00.155+07:00MAS NGABEHI LORING PASAR Danang Sutowijaya pernah menjadi penduduk Surakarta. Dia tinggal di Loring Pasar Laweyan. Kampung Loring Pasar dan Pasar Laweyan sampai sekarang masih ada. Beliau tinggal di bekas rumah Ki Ageng Ngenis (kakeknya). Ketika tinggal di situ beliau mendapat gelar Mas Ngabehi Loring Pasar. Setelah Ki Ageng Pemanahan , ayahnya, mendapat hadiah Alas Mentaok dari Sultan Hadiwijaya Pajang, beliau pindah ke tempat baru itu. Singkatnya, beliau menggantikan ayahnya, dan memerintah kerajaan Mataram 1588-1601 dengan gelar Panembahan Senopati. (SB). .Foto: Lukisan imajiner Panembahan Senopati.<p> MAS NGABEHI LORING PASAR</p><p><br /></p><p>Danang Sutowijaya pernah menjadi penduduk Surakarta. Dia tinggal di Loring Pasar Laweyan. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5VmE3bWYTo9sA5WMqkaiM7giQfbfEjhiE-E9Grs6hIeJYAci14DJq9TlZSVfprPPm2Rsv_gJGXfraWOQUUgHRchBdMWOv8PkNxhqsaktdn7axYkxFeY5tp4SYuKUwj1qBLQ8ESMoLfbtp-PPUSFGQKaJ-ULygyMXUlHFLy5B_0QPpeQvj9X180k4aRmM/s890/FB_IMG_1711362687710.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="890" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5VmE3bWYTo9sA5WMqkaiM7giQfbfEjhiE-E9Grs6hIeJYAci14DJq9TlZSVfprPPm2Rsv_gJGXfraWOQUUgHRchBdMWOv8PkNxhqsaktdn7axYkxFeY5tp4SYuKUwj1qBLQ8ESMoLfbtp-PPUSFGQKaJ-ULygyMXUlHFLy5B_0QPpeQvj9X180k4aRmM/s320/FB_IMG_1711362687710.jpg" width="259" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Kampung Loring Pasar dan Pasar Laweyan sampai sekarang masih ada. Beliau tinggal di bekas rumah Ki Ageng Ngenis (kakeknya). Ketika tinggal di situ beliau mendapat gelar Mas Ngabehi Loring Pasar.</p><p><br /></p><p>Setelah Ki Ageng Pemanahan , ayahnya, mendapat hadiah Alas Mentaok dari Sultan Hadiwijaya Pajang, beliau pindah ke tempat baru itu. Singkatnya, beliau menggantikan ayahnya, dan memerintah kerajaan Mataram 1588-1601 dengan gelar Panembahan Senopati. (SB).</p><p><br /></p><p>.Foto: Lukisan imajiner Panembahan Senopati.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-3000890285145525562024-03-25T14:56:00.001+07:002024-03-25T14:56:05.202+07:00Potret seorang petani yang akan pergi ke sawah, terpaksa belajar menulis terlebih dahulu karena kena razia cegatan PBH (Pemberantasan Buta Huruf) yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kegiatan semacam ini dilakukan untuk memastikan bahwa warga-warga desa sudah mendapatkan pembelajaran dan bebas buta aksara. Selain melakukan kegiatan cegatan PBH, pemerintah Kabupaten juga membentuk Kelompok Kerja Wajib Belajar Dan Juga Kelompok Kejar Paket/A. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Berita Yudha, 29 Juni 1984 halaman 7 kolom 4-7 (Skala Team) #petani #cegatanPBH #butaaksara #Pati<p> Potret seorang petani yang akan pergi ke sawah, terpaksa belajar menulis terlebih dahulu karena kena razia cegatan PBH (Pemberantasan Buta Huruf) yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kegiatan semacam ini dilakukan untuk memastikan bahwa warga-warga desa sudah mendapatkan pembelajaran dan bebas buta aksara. Selain melakukan kegiatan cegatan PBH, pemerintah Kabupaten juga membentuk Kelompok Kerja Wajib Belajar Dan Juga Kelompok Kejar Paket/A. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2bFPbaa47iXLXfzdiUamwk9G732upyI3t635Dxf7C8osQX3gf6u_p7mf2wWdqQTfsaDiHYcf5pGcxkNMZvpyOEKZZCUWXw7sO_U3p9Fw-jgKySrAOeFQAUH5z304Of0mYM94GmQgdbbsH3cNIlpveC3_9RveMMSdOMhCcPrhU_4DajmmfeWXzWLEYu5Y/s720/FB_IMG_1711353158693.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="530" data-original-width="720" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2bFPbaa47iXLXfzdiUamwk9G732upyI3t635Dxf7C8osQX3gf6u_p7mf2wWdqQTfsaDiHYcf5pGcxkNMZvpyOEKZZCUWXw7sO_U3p9Fw-jgKySrAOeFQAUH5z304Of0mYM94GmQgdbbsH3cNIlpveC3_9RveMMSdOMhCcPrhU_4DajmmfeWXzWLEYu5Y/s320/FB_IMG_1711353158693.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI</p><p>Sumber : Berita Yudha, 29 Juni 1984 halaman 7 kolom 4-7 (Skala Team)</p><p><br /></p><p>#petani #cegatanPBH #butaaksara #Pati</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-36855510475653203032024-03-25T10:36:00.001+07:002024-03-25T10:36:05.594+07:00UNTUNG SUROPATI Untung Surapati lahir di Gelgel, Bali, sekitar tahun 1660 – meninggal dunia di Bangil, Pasuruan, Mataram, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya yang legendaris menceritakan perjuangan Untung Suropati dari seorang budak VOC hingga menjadi seorang raja di Kabupaten Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara. Kisah perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975. Asal usul Untung Surapati, Nama aslinya Sura Wira Aji. Menurut Babad Tanah Jawi Untung Suropati sebetulnya berasal dari Bali, ditemukan oleh Kapten van Baber, seorang perwira VOC yang sedang ditugaskan di Kota Makasar. Kapten van Baber kemudian menjualnya kepada perwira VOC bernama van Moor di Bali untuk dibawa bersamanya ke Batavia. Saat menjadi budak, Untung berusia tujuh tahun. Semenjak memiliki budak baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama "Si Untung" tapi menurut penulis hal ini meragukan karena kata Untung dalam Bahasa Belanda adalah Gelukkig bukan Untung. Tapi mungkin ada sumber cerita lain yang lebih tepat, cuman penulis belum menemukannya. Selama mengikuti tuannya Van Moor, Untung mendapat tugas untuk menemani Suzanne putri semata wayang Van Moor, Kebersamaan Untung dan Suzanne ini menimbulkan benih2 cinta diantara mereka. Sampai kemudian saat sudah beranjak dewasa mereka dinikahkan diam2 oleh guru Untung Surapati yaitu Kyai Embun. Pernikahan mereka ini akhirnya terbongkar dan membuat Van Moor marah besar. Pernikahan ini dianggap memalukan Van Moor, karena tidak mungkin seorang budak menikahi anak tuannya. Untung kemudian dijebloskan ke penjara Stadhuis Batavia. Di dalam penjara inilah benih kebencian Untung kepada VOC semakin tertanam. Sementara Suzanne sendiri sebelumnya sempat melahirkan anak dari Untung Suropati dan diberi nama Robert. Suzanne dan Robert akhirnya pulang ke Belanda, dan Suzanne meninggal dalam perjalanan di kapal laut menuju Belanda, karena iba melihat nasib Robert, akhirnya salah seorang sahabat Suzanne mengambil Robert sebagai anak angkatnya di Belanda. Mendapat nama Surapati Di dalam penjara Untung berhasil menghimpun para tahanan dan berhasil kabur dari penjara setelah melumpuhkan seorang penjaga tahanan, di sepanjang jalan Untung dan para tahanan membuat kekacauan dan menjadi buronan VOC. Sementara itu Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa raja Banten dikalahkan VOC. Putranya yang bernama Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi. Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya. Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan Vaandrig (Letnan Muda) Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684. Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tetapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan VOC. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah. Ketika melewati Kesultanan Cirebon, Untung berkelahi dengan Raden Surapati, anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Surapati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama "Surapati" oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung. Mengingat keadaan Cirebon yang dirasakan kurang aman, Sultan Cirebon meminta Untung untuk pergi ke Kartasura Mataram untuk meminta perlindungan. Terbunuhnya Kapten Tack Untung alias Surapati akhirnya tiba di Kartasura dan mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Patih Nerangkusuma adalah tokoh anti VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar membatalkan perjanjiannya dengan bangsa Belanda tersebut. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Surapati. Kapten François Tack (perwira VOC senior yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC. Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung. Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng mereka. Bergelar Tumenggung Wiranegara Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Surapati mengalahkan bupatinya, yaitu Anggajaya, yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena ia sendiri sudah kenal dengan Surapati di Kartasura. Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dan bergelar Tumenggung Wiranegara. Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC. Kematian Untung Surapati Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada tahun 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Tahun 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan. Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu. Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut. Perjuangan putra-putra Surapati Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka. Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706. Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka. Dalam karya sastra dan media lain Kisah perjalanan hidup Untung Surapati yang legendaris, selain sekarang menjadi nama jalan yang umum di Indonesia, juga cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra. Salah satunya dalam Babad Tanah Jawi. Kisah Untung juga diceritakan dalam Babad Trunajaya-Surapati. Dalam babad ini, Untung diceritakan memiliki sifat yang ramah, pemberani dan berhati baik. Sumber Wikipedia, buku sejarah pasuruan (pemkab) Penulis Hindia Belanda Melati van Java (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada tahun 1887. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati. Taman Burgemeester Bisschopplein di Batavia (sekarang Jakarta) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "Taman Suropati" untuk mengabadikan nama Untung Surapati.<p> UNTUNG SUROPATI</p><p><br /></p><p>Untung Surapati lahir di Gelgel, Bali, sekitar tahun 1660 – meninggal dunia di Bangil, Pasuruan, Mataram, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya yang legendaris menceritakan perjuangan Untung Suropati dari seorang budak VOC hingga menjadi seorang raja di Kabupaten Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimBjYc4lwj9_6ErDhsK4hrpYMg_mnW3F3Qb-SQba19OIaSilaAljeucyhOMM4MNvNCafo6ORfcC7p2FXk0wvPrVJtx4hQ8uCgiBxeb-RlGGEqR01NWi-gkYM2BfpEal-7kWC-H0G-vjFQQzWPzuZNiQ0RHWXVN5o_SpM4ZY4RTyQrWVQRbsFZauCeAAyM/s1017/FB_IMG_1711337635645.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1017" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimBjYc4lwj9_6ErDhsK4hrpYMg_mnW3F3Qb-SQba19OIaSilaAljeucyhOMM4MNvNCafo6ORfcC7p2FXk0wvPrVJtx4hQ8uCgiBxeb-RlGGEqR01NWi-gkYM2BfpEal-7kWC-H0G-vjFQQzWPzuZNiQ0RHWXVN5o_SpM4ZY4RTyQrWVQRbsFZauCeAAyM/s320/FB_IMG_1711337635645.jpg" width="227" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Kisah perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.</p><p><br /></p><p>Asal usul</p><p>Untung Surapati, Nama aslinya Sura Wira Aji. Menurut Babad Tanah Jawi Untung Suropati sebetulnya berasal dari Bali, ditemukan oleh Kapten van Baber, seorang perwira VOC yang sedang ditugaskan di Kota Makasar. Kapten van Baber kemudian menjualnya kepada perwira VOC bernama van Moor di Bali untuk dibawa bersamanya ke Batavia. Saat menjadi budak, Untung berusia tujuh tahun. Semenjak memiliki budak baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan sehingga diberi nama "Si Untung" tapi menurut penulis hal ini meragukan karena kata Untung dalam Bahasa Belanda adalah Gelukkig bukan Untung. Tapi mungkin ada sumber cerita lain yang lebih tepat, cuman penulis belum menemukannya.</p><p><br /></p><p>Selama mengikuti tuannya Van Moor, Untung mendapat tugas untuk menemani Suzanne putri semata wayang Van Moor, Kebersamaan Untung dan Suzanne ini menimbulkan benih2 cinta diantara mereka. Sampai kemudian saat sudah beranjak dewasa mereka dinikahkan diam2 oleh guru Untung Surapati yaitu Kyai Embun. Pernikahan mereka ini akhirnya terbongkar dan membuat Van Moor marah besar. Pernikahan ini dianggap memalukan Van Moor, karena tidak mungkin seorang budak menikahi anak tuannya. Untung kemudian dijebloskan ke penjara Stadhuis Batavia. Di dalam penjara inilah benih kebencian Untung kepada VOC semakin tertanam. Sementara Suzanne sendiri sebelumnya sempat melahirkan anak dari Untung Suropati dan diberi nama Robert. Suzanne dan Robert akhirnya pulang ke Belanda, dan Suzanne meninggal dalam perjalanan di kapal laut menuju Belanda, karena iba melihat nasib Robert, akhirnya salah seorang sahabat Suzanne mengambil Robert sebagai anak angkatnya di Belanda. </p><p><br /></p><p>Mendapat nama Surapati</p><p>Di dalam penjara Untung berhasil menghimpun para tahanan dan berhasil kabur dari penjara setelah melumpuhkan seorang penjaga tahanan, di sepanjang jalan Untung dan para tahanan membuat kekacauan dan menjadi buronan VOC.</p><p> </p><p>Sementara itu Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa raja Banten dikalahkan VOC. Putranya yang bernama Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi.</p><p><br /></p><p>Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya.</p><p><br /></p><p>Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan Vaandrig (Letnan Muda) Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684.</p><p><br /></p><p>Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tetapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan VOC. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah.</p><p><br /></p><p>Ketika melewati Kesultanan Cirebon, Untung berkelahi dengan Raden Surapati, anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Surapati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama "Surapati" oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung. Mengingat keadaan Cirebon yang dirasakan kurang aman, Sultan Cirebon meminta Untung untuk pergi ke Kartasura Mataram untuk meminta perlindungan.</p><p><br /></p><p>Terbunuhnya Kapten Tack</p><p><br /></p><p>Untung alias Surapati akhirnya tiba di Kartasura dan mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Patih Nerangkusuma adalah tokoh anti VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar membatalkan perjanjiannya dengan bangsa Belanda tersebut. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Surapati.</p><p><br /></p><p>Kapten François Tack (perwira VOC senior yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.</p><p><br /></p><p>Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung. Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng mereka.</p><p><br /></p><p>Bergelar Tumenggung Wiranegara</p><p><br /></p><p>Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Surapati mengalahkan bupatinya, yaitu Anggajaya, yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena ia sendiri sudah kenal dengan Surapati di Kartasura.</p><p><br /></p><p>Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dan bergelar Tumenggung Wiranegara.</p><p><br /></p><p>Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC.</p><p><br /></p><p>Kematian Untung Surapati</p><p><br /></p><p>Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada tahun 1704 Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Tahun 1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.</p><p><br /></p><p>Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.</p><p><br /></p><p>Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Surapati yang segera dibongkarnya. Jenazah Surapati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.</p><p><br /></p><p>Perjuangan putra-putra Surapati</p><p><br /></p><p>Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.</p><p><br /></p><p>Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706.</p><p><br /></p><p>Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.</p><p><br /></p><p>Dalam karya sastra dan media lain</p><p>Kisah perjalanan hidup Untung Surapati yang legendaris, selain sekarang menjadi nama jalan yang umum di Indonesia, juga cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra. Salah satunya dalam Babad Tanah Jawi. Kisah Untung juga diceritakan dalam Babad Trunajaya-Surapati. Dalam babad ini, Untung diceritakan memiliki sifat yang ramah, pemberani dan berhati baik.</p><p><br /></p><p>Sumber Wikipedia, buku sejarah pasuruan (pemkab)</p><p><br /></p><p>Penulis Hindia Belanda Melati van Java (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada tahun 1887. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati.</p><p><br /></p><p>Taman Burgemeester Bisschopplein di Batavia (sekarang Jakarta) pasca kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi "Taman Suropati" untuk mengabadikan nama Untung Surapati.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-13585077207554271692024-03-25T10:32:00.001+07:002024-03-25T10:32:13.664+07:00KERAJAAN MAJAPAHIT DALAM CATATAN PERJALANAN PENJELAJAH EROPA (ITALIA) Odorico da Pordenone (nama asli Odorico Mattiussi, atau Mattiuzzi) (Villanova, Pordenone, k.1286 - Udine, Friuli, 14 Januari 1331) adalah seorang pendeta Ordo Fransiskan dan penjelajah terkenal Abad Pertengahan yang berasal dari Italia. Ia menulis dalam bukunya "Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese", "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatra, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan Perjalanan Odorico ke Timur dimulai sekitar tahun 1316-1318 dari Venesia, kemudian melalui Konstantinopel, Jazirah Turki dan Iran menuju Hormuz di Teluk Persia. Dari Hormuz perjalanan dilanjutkan dengan berlayar, dan berturut-turut menyinggahi berbagai pelabuhan di Mumbai, Malabar, Srilangka, Madras, Sumatra, Jawa, Banjarmasin di pantai selatan Kalimantan, Champa, dan akhirnya Guangzhou. CATATAN TENTANG KERAJAAN MAJAPAHIT Gambaran Majapahit menurut Odorico Mattiussi, pendeta yang namanya lebih dikenal dengan Odorico da Pordenone, menyebutkan: "Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Khan Agung (Kubilai Khan) dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." Odorico menyebut bahwa Raja Jawa memerintah atas "tujuh raja yang bermahkota". Mungkin yang dimaksudnya merujuk pada Bhattara Saptaprabhu atau tujuh Bhattara atau Bhre (Adipati/Adipati Wanita), yang merupakan tujuh penatua berpengaruh dan juga memerintah tujuh nagara atau kerajaan daerah, sesuai dengan provinsi Majapahit di timur dan tengah Jawa; yaitu Kahuripan, Daha, Tumapel, Wengker, Lasem, Pajang, dan Mataram. Daerah-daerah tersebut merupakan kawasan inti dari negara Majapahit. Di buku itu Odorico hanya menyebut kunjungannya di Jawa, tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Selain raja Jawa yang menguasai tujuh raja bawahan, diisebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkih, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia pun menyebutkan istana raja Jawa yang sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia menyebut pula bahwasannya raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kurun waktu yang dilalui Odorico selama perjalannya di Nusantara antara tahun 1318-1330, bersamaan dengan era Majapahit di bawah kekuasaan Raja Jayanegara atau Tribhuana Tunggadewi. Di masa ini Majapahit masih belum menapaki klimaks kejayaannya. Kemudian Odorico melanjutkan perjalanannya menuju Brunei Darussalam. Catatan dari situs resmi Vikariat Apostolik Brunei Darussalam menyebutkan bahwa Odorico mengunjungi Brunei Darussalam di tahun 1325. Sekitar tahun 1324-1327, Odorico tinggal di Cina yang saat itu di bawah kekuasaan Dinasti Yuan, untuk menjalankan tugas misionarisnya. Ia kemudian melakukan perjalanan pulang melalui jalan darat, rutenya diperkirakan melewati Mongolia, Tibet, Persia utara, dan Tabriz di perbatasan Iran dan Armenia. Atas tugas-tugas misionarisnya, ia dijuluki "Rasul bagi Bangsa Cina". Dalam perjalanan ketika hendak melapor kepada Paus di Avignon, Odorico jatuh sakit di Pisa. Ia kemudian kembali ke Udine Italia dan meninggal di sana tahun 1331. Pada bulan Juli tahun 1755, Odorico dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIV.<p> KERAJAAN MAJAPAHIT DALAM CATATAN PERJALANAN PENJELAJAH EROPA (ITALIA) </p><p><br /></p><p>Odorico da Pordenone (nama asli Odorico Mattiussi, atau Mattiuzzi) (Villanova, Pordenone, k.1286 - Udine, Friuli, 14 Januari 1331) adalah seorang pendeta Ordo Fransiskan dan penjelajah terkenal Abad Pertengahan yang berasal dari Italia.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUj9VRVThyphenhyphenxkjLhCHHpXvydJZoAWaEH2ouroUvMuIMzhXeEHkm56d-aZcDWTGb-AjytwKTNg_TGsn6JVfwNJuI5BuIPGjKyKN1fCtb5ifl9UEuviXzZBECaoHNGKHUfIfoXQ-sMxDDH7Bt4hX9R3wu6pi3F31RGDJCoe6sDTg7NO11nRpOkuOE_Bql5Hs/s660/FB_IMG_1711337229022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="660" data-original-width="505" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUj9VRVThyphenhyphenxkjLhCHHpXvydJZoAWaEH2ouroUvMuIMzhXeEHkm56d-aZcDWTGb-AjytwKTNg_TGsn6JVfwNJuI5BuIPGjKyKN1fCtb5ifl9UEuviXzZBECaoHNGKHUfIfoXQ-sMxDDH7Bt4hX9R3wu6pi3F31RGDJCoe6sDTg7NO11nRpOkuOE_Bql5Hs/s320/FB_IMG_1711337229022.jpg" width="245" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Ia menulis dalam bukunya "Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese", "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatra, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan</p><p><br /></p><p>Perjalanan Odorico ke Timur dimulai sekitar tahun 1316-1318 dari Venesia, kemudian melalui Konstantinopel, Jazirah Turki dan Iran menuju Hormuz di Teluk Persia. Dari Hormuz perjalanan dilanjutkan dengan berlayar, dan berturut-turut menyinggahi berbagai pelabuhan di Mumbai, Malabar, Srilangka, Madras, Sumatra, Jawa, Banjarmasin di pantai selatan Kalimantan, Champa, dan akhirnya Guangzhou. </p><p><br /></p><p>CATATAN TENTANG KERAJAAN MAJAPAHIT</p><p><br /></p><p>Gambaran Majapahit menurut Odorico Mattiussi, pendeta yang namanya lebih dikenal dengan Odorico da Pordenone, menyebutkan: "Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Khan Agung (Kubilai Khan) dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." Odorico menyebut bahwa Raja Jawa memerintah atas "tujuh raja yang bermahkota".</p><p><br /></p><p>Mungkin yang dimaksudnya merujuk pada Bhattara Saptaprabhu atau tujuh Bhattara atau Bhre (Adipati/Adipati Wanita), yang merupakan tujuh penatua berpengaruh dan juga memerintah tujuh nagara atau kerajaan daerah, sesuai dengan provinsi Majapahit di timur dan tengah Jawa; yaitu Kahuripan, Daha, Tumapel, Wengker, Lasem, Pajang, dan Mataram. Daerah-daerah tersebut merupakan kawasan inti dari negara Majapahit.</p><p><br /></p><p>Di buku itu Odorico hanya menyebut kunjungannya di Jawa, tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Selain raja Jawa yang menguasai tujuh raja bawahan, diisebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkih, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya.</p><p><br /></p><p>Ia pun menyebutkan istana raja Jawa yang sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia menyebut pula bahwasannya raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kurun waktu yang dilalui Odorico selama perjalannya di Nusantara antara tahun 1318-1330, bersamaan dengan era Majapahit di bawah kekuasaan Raja Jayanegara atau Tribhuana Tunggadewi. Di masa ini Majapahit masih belum menapaki klimaks kejayaannya.</p><p><br /></p><p>Kemudian Odorico melanjutkan perjalanannya menuju Brunei Darussalam. Catatan dari situs resmi Vikariat Apostolik Brunei Darussalam menyebutkan bahwa Odorico mengunjungi Brunei Darussalam di tahun 1325.</p><p><br /></p><p>Sekitar tahun 1324-1327, Odorico tinggal di Cina yang saat itu di bawah kekuasaan Dinasti Yuan, untuk menjalankan tugas misionarisnya. Ia kemudian melakukan perjalanan pulang melalui jalan darat, rutenya diperkirakan melewati Mongolia, Tibet, Persia utara, dan Tabriz di perbatasan Iran dan Armenia.</p><p><br /></p><p>Atas tugas-tugas misionarisnya, ia dijuluki "Rasul bagi Bangsa Cina". Dalam perjalanan ketika hendak melapor kepada Paus di Avignon, Odorico jatuh sakit di Pisa. Ia kemudian kembali ke Udine Italia dan meninggal di sana tahun 1331. Pada bulan Juli tahun 1755, Odorico dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIV.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-34990886026354844702024-03-25T09:37:00.001+07:002024-03-25T09:37:16.259+07:00Salah satu tradisi lebaran di masyarakat Indonesia adalah berkirim atau dikirimi ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri”. Sebelum eranya sosial media, tradisi berkirim ucapan, antara lain melalui “Kartu Pos”. Kala itu kedatangan selembar Kartu Pos dinanti dan menjadi kebahagiaan tersendiri untuk penerimanya. Si Penerima Kartu Pos serasa menjadi seseorang yang istimewa. Di eranya sosial media seperti “Whatsapp” ucapan selamat Idul Fitri cukup dengan pesan dengan desain dan rangkaian kalimat yang dengan mudah dicari di dunia maya. Ucapan di Whatsapp atau platform sosial media semakin canggih dibuat semakin membuat istimewa Si Pengirimnya karena perlu usaha khusus untuk membuat pesan ucapan yang istimewa, meski risiko mendapatkan tanggapan atau respons yang biasa saja. Sumber: Nusantara, 10 Mei 1954. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team) #tradisi #lebaran #kartuPos<p> Salah satu tradisi lebaran di masyarakat Indonesia adalah berkirim atau dikirimi ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri”. Sebelum eranya sosial media, tradisi berkirim ucapan, antara lain melalui “Kartu Pos”. Kala itu kedatangan selembar Kartu Pos dinanti dan menjadi kebahagiaan tersendiri untuk penerimanya. Si Penerima Kartu Pos serasa menjadi seseorang yang istimewa. </p><p><br /></p><p>Di eranya sosial media seperti “Whatsapp” ucapan selamat Idul Fitri cukup dengan pesan dengan desain dan rangkaian kalimat yang dengan mudah dicari di dunia maya. Ucapan di Whatsapp atau platform sosial media semakin canggih dibuat semakin membuat istimewa Si Pengirimnya karena perlu usaha khusus untuk membuat pesan ucapan yang istimewa, meski risiko mendapatkan tanggapan atau respons yang biasa saja. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-tz3jyCwUzOjwDDW2K7rSRk4goRHCfYI8BfgUaMm33OqJkWQbKwpjYY1QyGiGFffaXZakpL3IAWFmGqErcWIRXVUxuBw1PFhawhSBUKUveY3P3DUwLl_GJJF3CgpT_ZMlrVzrHmXzRVJAOJz087k1-GABGJK-fj9QcSTOvZLADQ_NEBG9yqHVqbe38M8/s578/FB_IMG_1711334056171.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="578" data-original-width="526" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-tz3jyCwUzOjwDDW2K7rSRk4goRHCfYI8BfgUaMm33OqJkWQbKwpjYY1QyGiGFffaXZakpL3IAWFmGqErcWIRXVUxuBw1PFhawhSBUKUveY3P3DUwLl_GJJF3CgpT_ZMlrVzrHmXzRVJAOJz087k1-GABGJK-fj9QcSTOvZLADQ_NEBG9yqHVqbe38M8/s320/FB_IMG_1711334056171.jpg" width="291" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Sumber: Nusantara, 10 Mei 1954. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)</p><p>#tradisi #lebaran #kartuPos</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-89475921463355683252024-03-25T08:25:00.001+07:002024-03-25T08:25:40.608+07:00Jika kemarin telah diunggah potret mereka yang sesudah sahur menanti subuh dengan berjalan-jalan santai, maka potret berikut memperlihatkan kegiatan lain lagi dari kaum remaja dan anak-anak pada tengah malam sejak awal puasa. Dengan alat-alat musik seadanya, lengkap dengan pengeras suara (dalam kotak salon) yang ditempatkan di gerobag pengangkut air. Mereka membawakan lagu-lagu dan diselingi kata-kata sahur... sahuur... sahur. Maksudnya untuk membangunkan dan mengingatkan masyarakat untuk sahur. Sumber: Suara Merdeka, 1 Agustus 1979 Halaman 2 Kolom 5. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #Sahur #Puasa #Ramadhan<p> Jika kemarin telah diunggah potret mereka yang sesudah sahur menanti subuh dengan berjalan-jalan santai, maka potret berikut memperlihatkan kegiatan lain lagi dari kaum remaja dan anak-anak pada tengah malam sejak awal puasa. Dengan alat-alat musik seadanya, lengkap dengan pengeras suara (dalam kotak salon) yang ditempatkan di gerobag pengangkut air. Mereka membawakan lagu-lagu dan diselingi kata-kata sahur... sahuur... sahur. Maksudnya untuk membangunkan dan mengingatkan masyarakat untuk sahur. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXVPw_oWCUCxI6sOKwYVLG3UdImRe3KnOgQMWgVWAFysBJHLiBSUvR9HRBpZ392sxih7tkyEOTh732I1jYHFpOw008YPJhFpPp3841q63t9BNJEGDUhH16E_ftdHeLYu1uUsut6KGL7Mohs7MuQ8RniBkNB_tBbhFyAADxYUMU1Q4tGTS-MYW-cyYAsNU/s720/FB_IMG_1711329756560.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="518" data-original-width="720" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXVPw_oWCUCxI6sOKwYVLG3UdImRe3KnOgQMWgVWAFysBJHLiBSUvR9HRBpZ392sxih7tkyEOTh732I1jYHFpOw008YPJhFpPp3841q63t9BNJEGDUhH16E_ftdHeLYu1uUsut6KGL7Mohs7MuQ8RniBkNB_tBbhFyAADxYUMU1Q4tGTS-MYW-cyYAsNU/s320/FB_IMG_1711329756560.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Sumber: Suara Merdeka, 1 Agustus 1979 Halaman 2 Kolom 5. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)</p><p><br /></p><p>#Sahur</p><p>#Puasa</p><p>#Ramadhan</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-54679077013115633232024-03-24T14:27:00.001+07:002024-03-24T14:27:07.758+07:00KAPAL YANG DIBUAT DARI KAYU RAKSASA DARI PULAU YANG DIRAHASIAKAN "Cerita Arus Balik jadi sempurna setelah Pak Pram dapat kabar soal kayu nani," kata Tumiso. Itu sebuah kayu berat dan keras yang bahkan tak mempan ditusuk oleh paku. "Dijadikan papan enggak bisa, dijadikan tonggak pun enggak bisa," tutur Tumiso. Kayu itu "dijadikan" Pram sebagai lunas atau dasar kapal armada Majapahit saat berkeliling tujuh samudra dalam buku Arus Balik. Kapal itu berangkat dari Majapahit ke Malagasi, Tumasik atau Singapura, sampai ke Bangbang Wetan. "Nah ini, perahu Majapahit itu dari kayu ini," Tumiso menirukan Pram setelah ia mendengar cerita dari seorang tapol tentang kayu super yang ditemukannya di lautan. Kayu itu hingga kini masih banyak ditemui di Pulau Buru Selatan. *foto hanya ilustrasi<p> KAPAL YANG DIBUAT DARI KAYU RAKSASA DARI PULAU YANG DIRAHASIAKAN</p><p><br /></p><p>"Cerita Arus Balik jadi sempurna setelah Pak Pram dapat kabar soal kayu nani," kata Tumiso. Itu sebuah kayu berat dan keras yang bahkan tak mempan ditusuk oleh paku. "Dijadikan papan enggak bisa, dijadikan tonggak pun enggak bisa," tutur Tumiso.</p><p><br /></p><p>Kayu itu "dijadikan" Pram sebagai lunas atau dasar kapal armada Majapahit saat berkeliling tujuh samudra dalam buku Arus Balik. Kapal itu berangkat dari Majapahit ke Malagasi, Tumasik atau Singapura, sampai ke Bangbang Wetan.</p><p><br /></p><p>"Nah ini, perahu Majapahit itu dari kayu ini," Tumiso menirukan Pram setelah ia mendengar cerita dari seorang tapol tentang kayu super yang ditemukannya di lautan. Kayu itu hingga kini masih banyak ditemui di Pulau Buru Selatan.</p><p><br /></p><p>*foto hanya ilustrasi</p><p>Oleh : Waluyo Sugito</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbfWPqtrk3XhYq5usFWHMp2DnXtPVR_inuZetyThXKBSwHWnQu6M1owB8xp8v4ALrfPrlbxTLmEZsF6YR4GWWeMrfHTscI6jFmSFC5wyQ0EPFmNrjbhquEsji4_jgLwshwJadGgTcdfhr0ewJO2vu7NPGxnbBUGzLLP-PVGhw_dnE9uVk5LznU4dX_dyg/s515/FB_IMG_1711265081225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="286" data-original-width="515" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbfWPqtrk3XhYq5usFWHMp2DnXtPVR_inuZetyThXKBSwHWnQu6M1owB8xp8v4ALrfPrlbxTLmEZsF6YR4GWWeMrfHTscI6jFmSFC5wyQ0EPFmNrjbhquEsji4_jgLwshwJadGgTcdfhr0ewJO2vu7NPGxnbBUGzLLP-PVGhw_dnE9uVk5LznU4dX_dyg/s320/FB_IMG_1711265081225.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-7149397714307220802024-03-24T11:36:00.001+07:002024-03-24T11:36:26.669+07:00Suku Tolaki Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Tolaki merupakan etnis yang berdiam di jazirah tenggara pulau Sulawesi. Suku Tolaki merupakan suku asli daerah Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka. Suku Tolaki tersebar di 7 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur. Masyarakat Tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak peradaban, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi di beberapa gua atau kumapo di Konawe bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua-gua di daerah ini umumnya terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo, Wiwirano, Langgikima, Lamonae, diantaranya gua Tanggalasi, gua Tengkorak I, gua Tengkorak II, gua Anawai Ngguluri, gua Wawosabano, gua Tenggere dan gua Kelelawar serta masih banyak situs gua prasejarah yang belum teridentifikasi. Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon 14 di laboratorium Arkeologi Miami University Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa daripada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah berlangsung sejak 5000 tahun Sebelum Masehi. Di dalam gua-gua tersebut menyimpan banyak artefak baik tengkorak manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan, gerabah, porselin baik itu buatan China, Thailand, VOC, Hindia Belanda, batu pemujaan, terdapat beberapa gambar atau adegan misalnya binatang, tapak tangan, gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa Tolaki merupakan atau masuk kedalam rumpun bahasa Austronesia, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras Mongoloid, yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur, masuk daerah Sulawesi, hingga masuk daratan Sulawesi Tenggara. Sebelum kerajaan Konawe muncul, telah ada beberapa kerajaan kecil yaitu: Padangguni berkedudukan di Abuki pada saat itu yang menjadi rajanya adalah mokole Bunduwula. Kerajaan Besulutu di Besulutu dengan rajanya bernama Mombeeti, dan kerajaan Wawolesea di Toreo dengan rajanya Wasangga. Berdasarkan oral tradition atau tradisi lisan masyarakat Tolaki jauh sebelum kerajaan Konawe terbentuk. Sumber:Manan, Fajria Novart (1986). Sistem Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 5.<p> Suku Tolaki</p><p><br /></p><p>Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Tolaki merupakan etnis yang berdiam di jazirah tenggara pulau Sulawesi. Suku Tolaki merupakan suku asli daerah Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqN_xwzCmLPsnQo1OeKdc5SXLzsVgOOkHmz815r9o9gOoouLhcwzCDElE3P0oFdzSVtmgsb53pgJgbTkOlanJzjAiVFgsAij7qvVLeqPT2wdH-0lE4bqOqRYBwoHWTCE8ey3OJgqDvVVM4rXFWW39vJoBJSf6yaPSOeF8qiFw9OPX_WaqG5J-8uA8l8xY/s720/FB_IMG_1711254837625.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqN_xwzCmLPsnQo1OeKdc5SXLzsVgOOkHmz815r9o9gOoouLhcwzCDElE3P0oFdzSVtmgsb53pgJgbTkOlanJzjAiVFgsAij7qvVLeqPT2wdH-0lE4bqOqRYBwoHWTCE8ey3OJgqDvVVM4rXFWW39vJoBJSf6yaPSOeF8qiFw9OPX_WaqG5J-8uA8l8xY/s320/FB_IMG_1711254837625.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Suku Tolaki tersebar di 7 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur.</p><p><br /></p><p>Masyarakat Tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak peradaban, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi di beberapa gua atau kumapo di Konawe bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua-gua di daerah ini umumnya terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo, Wiwirano, Langgikima, Lamonae, diantaranya gua Tanggalasi, gua Tengkorak I, gua Tengkorak II, gua Anawai Ngguluri, gua Wawosabano, gua Tenggere dan gua Kelelawar serta masih banyak situs gua prasejarah yang belum teridentifikasi.</p><p><br /></p><p>Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon 14 di laboratorium Arkeologi Miami University Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa daripada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah berlangsung sejak 5000 tahun Sebelum Masehi. Di dalam gua-gua tersebut menyimpan banyak artefak baik tengkorak manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan, gerabah, porselin baik itu buatan China, Thailand, VOC, Hindia Belanda, batu pemujaan, terdapat beberapa gambar atau adegan misalnya binatang, tapak tangan, gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa Tolaki merupakan atau masuk kedalam rumpun bahasa Austronesia, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras Mongoloid, yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur, masuk daerah Sulawesi, hingga masuk daratan Sulawesi Tenggara.</p><p><br /></p><p>Sebelum kerajaan Konawe muncul, telah ada beberapa kerajaan kecil yaitu: Padangguni berkedudukan di Abuki pada saat itu yang menjadi rajanya adalah mokole Bunduwula. Kerajaan Besulutu di Besulutu dengan rajanya bernama Mombeeti, dan kerajaan Wawolesea di Toreo dengan rajanya Wasangga. Berdasarkan oral tradition atau tradisi lisan masyarakat Tolaki jauh sebelum kerajaan Konawe terbentuk.</p><p><br /></p><p>Sumber:Manan, Fajria Novart (1986). Sistem Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 5.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-91767377358814480032024-03-24T11:04:00.001+07:002024-03-24T11:04:06.210+07:00TEUKU TANDI BUNGÔNG TALOÉ pada tahun 1902 dalam sebuah pertempuran dasyat antara pejuang aceh dibawah pimpinan teuku tandi bungông taloé dengan pasukan marsose, para pejuang aceh berhasil membunuh pimpinan marsose yaitu de bruijn. akibat kematian de bruijn ini pihak belanda melipat gandakan serangan ke daerah barat aceh, khususnya ke bungông taloé, tripa seunagan dan beutông. pasukan belanda yang dipimpin oleh letnam gosenson yang menjabat sebagai kepala bivak jeuram berhasil menangkap teuku tandi bungông taloé. maka berakhir pula lah perjuangan beliau dalam melawan penjajah belanda pada tahun 1907 bersama beliau juga ditangkap teuku pang ulé side, setelah sebelumnya belanda juga berhasil mematahkan perjuangan teuku keumangan.<p> TEUKU TANDI BUNGÔNG TALOÉ</p><p><br /></p><p>pada tahun 1902 dalam sebuah pertempuran dasyat antara pejuang aceh dibawah pimpinan teuku tandi bungông taloé dengan pasukan marsose, para pejuang aceh berhasil membunuh pimpinan marsose yaitu de bruijn.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBRJZg6VUjFjvESo5kfjqakbQW8m35EXsfCNpHfmNo5O3V2SQeIjujlFTFXczAwDOBp5ttVuVjxkp1Ec8pIduwbyMCWMp2N_-Wdj1SOyG4q9gm6mD5KBWA8q95iPth8-QtgcNKiL896A-dZs3xTm_i_9dTVq5c9EqrCTjlOpnGf7D4f6xF6srsunN6HU/s891/FB_IMG_1711252849198.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="891" data-original-width="716" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBRJZg6VUjFjvESo5kfjqakbQW8m35EXsfCNpHfmNo5O3V2SQeIjujlFTFXczAwDOBp5ttVuVjxkp1Ec8pIduwbyMCWMp2N_-Wdj1SOyG4q9gm6mD5KBWA8q95iPth8-QtgcNKiL896A-dZs3xTm_i_9dTVq5c9EqrCTjlOpnGf7D4f6xF6srsunN6HU/s320/FB_IMG_1711252849198.jpg" width="257" /></a></div><br /><p><br /></p><p>akibat kematian de bruijn ini pihak belanda melipat gandakan serangan ke daerah barat aceh, khususnya ke bungông taloé, tripa seunagan dan beutông.</p><p><br /></p><p>pasukan belanda yang dipimpin oleh letnam gosenson yang menjabat sebagai kepala bivak jeuram berhasil menangkap teuku tandi bungông taloé.</p><p><br /></p><p>maka berakhir pula lah perjuangan beliau dalam melawan penjajah belanda pada tahun 1907 bersama beliau juga ditangkap teuku pang ulé side, setelah sebelumnya belanda juga berhasil mematahkan perjuangan teuku keumangan.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-59812165547330283752024-03-24T03:30:00.001+07:002024-03-24T03:30:20.832+07:00Toko penjual perlengkapan rumah tangga di Malang. Circa 1895 KITLV<p> Toko penjual perlengkapan rumah tangga di Malang. Circa 1895 KITLV</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNeRNwKIKRp-XgKwHsNphYvEMNXdU4_1KHZ_0DqeNry06bjZNxbmuQ4tJ2V49ygNw0nxerfA_Y6FAVBUYtbAYu6qCe5ObqTcz3VHrcEJ1FnJp0hIRRHRf4CNH0rXPTd1uSfZW9L7z2qqTD_OUJFXSg1Acfb8TL5ES_OgxlZEIiF23zGQppTYOu40f7wxo/s720/FB_IMG_1711225672965.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="476" data-original-width="720" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNeRNwKIKRp-XgKwHsNphYvEMNXdU4_1KHZ_0DqeNry06bjZNxbmuQ4tJ2V49ygNw0nxerfA_Y6FAVBUYtbAYu6qCe5ObqTcz3VHrcEJ1FnJp0hIRRHRf4CNH0rXPTd1uSfZW9L7z2qqTD_OUJFXSg1Acfb8TL5ES_OgxlZEIiF23zGQppTYOu40f7wxo/s320/FB_IMG_1711225672965.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-62458187098249744592024-03-23T20:57:00.004+07:002024-03-23T20:57:43.341+07:00Rara Oyi (Roro Oyi atau Rara Hoyi) adalah seorang putri dari Demang Mangunjaya (nama Tionghoa: Ma Oen) asal Surabaya.Di gambarkan Rara Oyi memiliki wajah blasteran Cina Jawa, yang tentunya biasanya sangat cantik. Sunan Amangkurat I yang sedang berduka atas meninggalnya istrinya, Kanjeng Ratu Malang memberikan perintah kepada hulubalang kerajaan, Nayatruna dan Yudhakarti untuk mencari penggantinya. Keduanya kemudian pergi dan menemukan Rara Oyi yang masih berusia belia di Kali Mas, Surabaya. Rara Oyi kemudian diboyong ke Keraton Plered dan dititipkan oleh Amangkurat I kepada Ngabei Wirareja sampai Rara Oyi tumbuh dewasa untuk dirawat dan disiapkan untuk menjadi selir Amangkurat I. Suatu saat Pangeran Tejaningrat (Raden Mas Rahmat), putra Amangkurat I yang diangkat menjadi Adipati Anom (Putra Mahkota) diminta ayahnya (Amangkurat I) untuk menikah dengan putri Adipati Cirebon, tetapi Adipati Anom tidak ada hasrat kepadanya, suatu hari Adipati Anom berjalan2 ke kediaman Ngabei Wirareja dan bertemu Rara Oyi yang sudah beranjak dewasa, melihat kecantikan Rara Oyi Adipati Anom jatuh cinta dan meminta Ngabei Wirareja menyerahkannya, Ngabei Wirareja menolak untuk menyerahkan Rara Oyi karena Rara Oyi adalah calon selir yang akan dipinang oleh ayahnya. Cintanya tak terbalas Adipati Anom akhirnya sakit-sakitan karena tidak diijinkan mendapatkan Rara Oyi. Tidak tega melihat keponakannya sakit-sakitan Pangeran Pekik (sumber lainnya menyebut Pangeran Purbaya karena Pangeran Pekik sudah wafat pada tahun 1659) membantu Adipati Anom untuk mengambil Rara Oyi dan meminta Wirarejo untuk menyerahkan Rara Oyi kepada Adipati Anom dan akan bertanggung jawab sepenuhnya. Akhirnya Adipati Anom pun membawa lari Rara Oyi dan menikahinya diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya. Saat akan mengambil Rara Oyi Amangkurat I yang mengetahui bahwa Rara Oyi sudah diambil Adipati Anom kemudian menjadi murka, dan menghukum siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut. Wirareja dan keluarganya diasingkan di Ponorogo (namun dihabisi di tengah jalan). Adipati Anom harus memilih untuk hidup dengan Rara Oyi namun pada akhirnya tak bisa menjadi penguasa, atau membunuh Rara Oyi dan dapat menjadi penguasa. Pada akhirnya, Adipati Anom memilih untuk menghabisi Rara Oyi dengan cara menusukkan keris ke perut Rara Oyi, akhirnya Rara Oyi meninggal secara tragis dan dikubur ke tanah Lipura. Sementara menurut sumber lainnya, Rara Oyi dikebumikan di pemakaman Banyusumurup dengan nama Kanjeng Ratu Mangkurat. Kejadian tersebut terjadi pada 1668-1670 M. Noted : cerita diambil dari sumber-sumber yang ada (wikipedia dll, untuk kebenaran cerita diserahkan kepada masing2, karena tidak ada bukti sejarah yang kuat untuk membenarkan cerita tersebut.<p> Rara Oyi (Roro Oyi atau Rara Hoyi) adalah seorang putri dari Demang Mangunjaya (nama Tionghoa: Ma Oen) asal Surabaya.Di gambarkan Rara Oyi memiliki wajah blasteran Cina Jawa, yang tentunya biasanya sangat cantik. Sunan Amangkurat I yang sedang berduka atas meninggalnya istrinya, Kanjeng Ratu Malang memberikan perintah kepada hulubalang kerajaan, Nayatruna dan Yudhakarti untuk mencari penggantinya. Keduanya kemudian pergi dan menemukan Rara Oyi yang masih berusia belia di Kali Mas, Surabaya. Rara Oyi kemudian diboyong ke Keraton Plered dan dititipkan oleh Amangkurat I kepada Ngabei Wirareja sampai Rara Oyi tumbuh dewasa untuk dirawat dan disiapkan untuk menjadi selir Amangkurat I.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOostEEzcgTjI2SaCfik15q04JsLB8L_dEMexeC55raDo0gpulYOOqaisLYmCbKmiU6pqH3yKWxCDAvur8N_FbJeWDIrVXMa4jByLm1WX76coPuWiIxx9VU4OMr_IwldaTl14wkXmhRMRYpiUONdxBYkZpz5XVeUZ1_sMcxMznZfJ31MhlMomk9GwHYfI/s550/FB_IMG_1711202109482.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="513" data-original-width="550" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOostEEzcgTjI2SaCfik15q04JsLB8L_dEMexeC55raDo0gpulYOOqaisLYmCbKmiU6pqH3yKWxCDAvur8N_FbJeWDIrVXMa4jByLm1WX76coPuWiIxx9VU4OMr_IwldaTl14wkXmhRMRYpiUONdxBYkZpz5XVeUZ1_sMcxMznZfJ31MhlMomk9GwHYfI/s320/FB_IMG_1711202109482.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Suatu saat Pangeran Tejaningrat (Raden Mas Rahmat), putra Amangkurat I yang diangkat menjadi Adipati Anom (Putra Mahkota) diminta ayahnya (Amangkurat I) untuk menikah dengan putri Adipati Cirebon, tetapi Adipati Anom tidak ada hasrat kepadanya, suatu hari Adipati Anom berjalan2 ke kediaman Ngabei Wirareja dan bertemu Rara Oyi yang sudah beranjak dewasa, melihat kecantikan Rara Oyi Adipati Anom jatuh cinta dan meminta Ngabei Wirareja menyerahkannya, Ngabei Wirareja menolak untuk menyerahkan Rara Oyi karena Rara Oyi adalah calon selir yang akan dipinang oleh ayahnya. Cintanya tak terbalas Adipati Anom akhirnya sakit-sakitan karena tidak diijinkan mendapatkan Rara Oyi. Tidak tega melihat keponakannya sakit-sakitan Pangeran Pekik (sumber lainnya menyebut Pangeran Purbaya karena Pangeran Pekik sudah wafat pada tahun 1659) membantu Adipati Anom untuk mengambil Rara Oyi dan meminta Wirarejo untuk menyerahkan Rara Oyi kepada Adipati Anom dan akan bertanggung jawab sepenuhnya. Akhirnya Adipati Anom pun membawa lari Rara Oyi dan menikahinya diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya.</p><p><br /></p><p>Saat akan mengambil Rara Oyi Amangkurat I yang mengetahui bahwa Rara Oyi sudah diambil Adipati Anom kemudian menjadi murka, dan menghukum siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut. Wirareja dan keluarganya diasingkan di Ponorogo (namun dihabisi di tengah jalan). Adipati Anom harus memilih untuk hidup dengan Rara Oyi namun pada akhirnya tak bisa menjadi penguasa, atau membunuh Rara Oyi dan dapat menjadi penguasa. Pada akhirnya, Adipati Anom memilih untuk menghabisi Rara Oyi dengan cara menusukkan keris ke perut Rara Oyi, akhirnya Rara Oyi meninggal secara tragis dan dikubur ke tanah Lipura. Sementara menurut sumber lainnya, Rara Oyi dikebumikan di pemakaman Banyusumurup dengan nama Kanjeng Ratu Mangkurat. Kejadian tersebut terjadi pada 1668-1670 M.</p><p>Noted : cerita diambil dari sumber-sumber yang ada (wikipedia dll, untuk kebenaran cerita diserahkan kepada masing2, karena tidak ada bukti sejarah yang kuat untuk membenarkan cerita tersebut.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-20627244755915574392024-03-23T20:50:00.004+07:002024-03-23T20:50:59.921+07:00~~~ S. A. W. U. N. G. G. A. L. I. N. G ~~~ (Dinamika Politik Surabaya vs Kertasura) Pasca mangkatnya Adipati Terung Raden Kusen di era Majapahit akhir, Adipati Surabaya di era Demak dipegang oleh Adipati Tranggana atau Pangeran Rekyana putra Raden Qasim Sunan Drajat dg Dewi Sufiyah putri Sunan Gunung Jati. Putranya, Raden Panji Wiryakrama meneruskan sbg Adipati Surabaya yang berkonflik dg Pajang. Untuk mendamaikan konflik Pajang-Surabaya, Sunan Prapen dari Giri Kedhaton menikahkan putri Sultan Hadiwijaya dg Panji Wiryakrama. Di era awal Mataram Islam Adipati Surabaya diteruskan oleh putra Panji Wiryakrama yaitu Panji Jayalengkara (1546-1625) murid Sunan Prapen. Di masanya Surabaya menjadi kota pelabuhan yang sangat ramai. Panembahan Senopati pun tergiur untuk menaklukan Surabaya. Sunan Prapen (1548-1605) kembali menjadi penengah Adipati Jayalengkara dan para adipati jawa tengah dan jawa timur yang menolak kekuasaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati (1586-1601). Putra Senopati, Panembahan Hanyakrawati (1601-1613) dari Mataram berusaha manaklukan Surabaya yang lebih makmur tetapi selalu gagal. Surabaya akhirnya takluk pada Mataram pada 1625 di era Sultan Agung. Putranya, Raden Pekik Jenggolo diangkat sebagai Adipati Surabaya (1625-1670) dan dinikahkan dg adik Sultan Agung Ratu Pandan Sari. Beliau ditugasi untuk menggulingkan Panembahan Ageng Giri (1616-1636/cucu sunan Prapen) di Giri Kedhaton pada 1636. Pasca wafatnya Pangeran Pekik Jenggolo pada 1670, Adipati Surabaya dilimpahkan kepada Hangga Wangsa yang bergelar Djangrana I (1670-1678). Beliau adalah putra Sunan Boto Putih atau Pangeran Lanang Dangiran putra Prabu Tawang Alun, raja Blambangan di Kedhawung Jember. Adiknya, Mas Sanepo meneruskan tahta ayahnya bergelar Prabu Tawangalun II (1655-1690) di Macan Putih. Pangeran Lanang Dangiran gemar bertapa di laut sampai hanyut di pantai Sedayu Lamongan diasuh oleh Kyai Kendil Wesi dan dinikahkan dengan putri Ki Bimotjili (seorang ulama dari Cirebon). Pada tahun 1595 Pangeran Lanang Dangiran bersama istri dan anak-anaknya pergi ke Surabaya, menetap di timur kali Pegirian dukuh Botoputih untuk berguru kepada Sunan Prapen kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Botoputih sambil membantu Raden Pekik. Sunan Botoputih wafat pada 1638 di usia 70 tahun meninggalkan 7 anak, 2 putra laki-laki yang bernama Hanggawangsa dan Hanggadjaya telah dipersiapkan menjadi pemimpin. Hanggawangsa menggantikan Raden Pekik sebagai bupati Surabaya bergelar Djangrana I (1670-1678) sedangkan adiknya Hanggadjaya diangkat sebagai bupati di Pasuruan (1678-1686) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Tercatat dalam sejarah Tumenggung Djangrana I dikenal sebagai bupati Surabaya yang berjasa besar membantu Amangkurat Amral melawan pemberontakan Trunajaya. Kedua-duanya dibesarkan di Surabaya. Amangkurat Amral sejak kecil oleh Pangeran Pekik di Surabaya sebelum akhirnya berpindah ke kraton Plered sebagai putra mahkota. Pada 1677 Djangrana berhasil merebut meriam pusaka Nyai Setomi dari tangan pemberontak di Gresik. Beliau juga yang berhasil membebebaskan Pangeran Cakraningrat II bupati Madura yang dibuang Trunajaya di hutan Lodaya (dekat Blitar). Djangrana gugur di gapura benteng Kediri pada Desember 1678. Dimine Francois Valentina yang ikut dalam peperangan di Kediri mencatat: " Satu-satunya pemberani dalam peperangan itu adalah Kiyahi Yangrono, pangeran Surabaya, yang dengan naik kuda serta menggenggam pistol terjun dalam sungai tanpa menghiraukan berondongan senapan dari musuh, menyusup dalam barisan musuh. Lima hari sesudah peristiwa itu pasukan kita dapat merebut benteng Kediri kira2 pada awal atau pertengahan Desember 1678, dan dalam penyerbuan Kediri itu, Sang Pahlawan Pangeran Surabaya tadi kedapatan mati dalam gapuro benteng kota. Adipati Jangrana lalu di makamkan di Boto Putih Surabaya. Adipati Jangrana I menurunkan 5 anak, yaitu: 1. Djangrana Il yang bernama kecil Surodirono 2. Djajapuspita, Adipati Panatagama 3. Wiradirja 4. Surengrana, Natapura 5. Kartayuda. Adipati Djangrana II menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Surabaya. Ia diangkat oleh Amangkurat II sebagai Adipati Kliwon dari pesisir Wetan bersamaan dengan di angkatnya Cakraningrat II menjadi Panembahan Madura dan Adipati Wedono seluruh pesisir wetan Jawa. Pasca pemberontakan Trunajaya, Jangrana ll ditugasi memadamkan perlawanan Tawangalun ll dari Blambangan yang dituduh membantu dana bagi pemberontakan Trunajaya. Namun ia berperang setengah-setengah karena dalam hati ia memihak Tawangalun II yang masih terhitung kakeknya sendiri. Jangrana ll ini dikenal berdedikasi dan bereputasi tinggi dibuktikan dengan keberhasilannya memadamkan pemberontakan trah Giring-Kajoran yang dilakukan oleh Ki Ageng Wanakusuma dan dua putranya Jaya Lalana dan Jaya Purusa dari Gunungkidul yg dibantu oleh Kertanadi dan Kertinegoro dari trah Kajoran terhadap Amangkurat ll di Kertasura pada 1683, ia pulang dengan meminta residen Surabaya menyambut kedatangannya menggunakan tembakan salvo. Pada saat pemberontakan Untung Surapati di Kertasura, diam-diam ia dilindungi oleh Amangkurat II di dalam keraton yang berakhir dengan terbunuhnya Kapten Tack 8 Februari 1686 dengan 20 tusukan oleh tangan Untung Suropati, ia pun menjadi buron Belanda. Pada 1686 Untung Surapati mendapat restu Amangkurat II untuk pergi ke timur merebut Pasuruan yang saat itu dipimpin Hanggadjaya. Setelah berhasil, ia pun diangkat menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara. Adipati Hanggajaya melarikan diri ke Surabaya meminta bantuan pada keponakannya, Jangrana lI namun tidak ditanggapinya karena Jangrana II juga tidak suka terhadap VOC. Tetapi takdir tidak bisa ditolak, pada 1690 Jangrana ll dan Cakraningrat II (bupati Madura) akhirnya mendapat tugas Amangkurat II merebut kembali Pasuruan dari tangan Untung Surapati atas perintah VOC. Keduanya pun menyanggupinya dan terjadilah perang antara kedua belah pihak. Namun perang ini hanya perang sandiwara untuk menyenangkan VOC seakan Amangkurat II tetap setia pada perintah Belanda dg menyuruh dua adipatinya. Amangkurat II wafat pada 1703 dan terjadilah perebutan tahta di Kartasura antara Amangkurat lll (Sunan Mas) dengan Pangeran Puger, pamannya. Dalam hal ini Jangrana ll memihak pada Pangeran Puger (Pakubuwana I). Pada tahun 1705 Pakubuwana I dengan bantuan VOC di Semarang berhasil merebut istana Kartasura dan mengusir Amangkurat III ke Madiun. Pada 1706 Untung Suropati bupati Pasuruan mengirim bantuan untuk melindungi Sunan Amangkurat III. Pada tahun 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya bergerak menyerang Pasuruan karena Amangkurat III dilindungi Untung Surapati. Dalam perang tersebut Jangrana ll melakukan gerakan sabotase yang merugikan Belanda, karena ia sendiri adalah sahabat Untung Surapati. Pada akhirnya.perlawansn Untung Surapati berakhir. Ia tertangkap dan wafat di Pasuruan pada 1706. Adapun Amangkurat lll menyerah di Surabaya pada 1708 dan dibuang ke Sri Langka. Pasca peristiwa itu pihak VOC ganti melaporkan pengkhianatan Jangrana ll kepada Pakubuwana I pada 1709. Jangrana ll terbukti telah merugikan VOC dalam peperangan tersebut. Djangrana II ditunjuk sebagai pemandu perjalanan pasukan gabungan Kertasura dan VOC dalam penyerbuan ke Pasuruan. Ia dengan sengaja memilih jalur yang sulit dengan melewati rawa-rawa, sehingga banyak tentara Belanda yang jatuh sakit dan mati dalam perjalanan. Jangrana ll sendiri juga dinilai bertempur setengah hati, terbukti ada satupun prajurit Surabaya yang gugur melawan pasukan Untung Surapati di Pasuruan, ini aneh bin ajaib. Pakubuwono I dalam keadaan dilematis, ia dihadapkan pada perjanjian baru dengan VOC menggantikan perjanjian lama yg telah dilakukan oleh Amangkurat III. Pada perjanjian lama Kertasura harus menebus utang perang Trunojoyo sebanyak 2,5 juta gulden. Sementara pada perjanjian baru Kertasura diharuskan untuk mengirim beras sebanyak 13.000 ton beras setiap tahunnya kepada Belanda selama 25 tahun. Rangkaian perjanjian tersebut membuat Pakubuwana I tersandera dan dengan terpaksa menjalankan perintah Belanda memberikan hukuman mati Adipati Djangrana II tim suskesnya yang telah membelanya matia-matian hanya demi menjaga harga diri raja di hadapan VOC. Djangrsna II wafat pada hari kamis 20 Februari 1709 jam 9 pagi di gapuro Kemandungan Kraton Kartasura setelah di hujani 25 tusukan keris oleh algojo Kartasura dan di makamkan di Astana Laweyan di Surakarta. Peristiwa tersebut kontan membuat marah rakyat Surabaya. Sang adik Tumenggung Jayapuspita yang memimpin Kadipaten Kasepuhan bersama saudaranya Kyai Tumenggung Wiradirja yang memimpin Kadipaten Kanoman segera mengangkat senjata melawan Kertasura pada 1718. Babad Tanah Jawi memberitakan kisah pemberontakan Arya Jayapuspita panjang lebar. Jayapuspita disebut sebagai pewaris sifat-sifat Jangrana, kakaknya, yaitu gagah berani, mencintai rakyat, dan taat beragama. Selain pemimpin militer juga pemimpin agama dengan gelar Tumenggung Jaya Puspita Panatagama. Pada tahun 1714 Jayapuspita menolak menghadap ke Kartasura. Ia menyusun pemberontakan sebagai pembalasan atas kematian kakaknya Jangrana II. Daerah-daerah pesisir seperti Gresik, Tuban, dan Lamongan jatuh ke tangannya. Pada 1717 gabungan pasukan VOC dan Kartasura berangkat menyerbu Surabaya. Mereka bermarkas di desa Sepanjang. Perang besar terjadi. Jayapuspita mendapat bantuan dari Bali dibawah pimpinan Dewa Kaloran yang membawahi tiga bupati yaitu Dewa Saka, Dewa Sade dan Dewa Bagus Bala. Pada 1718 adik Jayapuspita yang memimpin Kadipaten Kanoman Tumenggung Wiradirja gugur di medan laga. Pasca runtuhnya benteng pertahanan di Wonokromo, Jayapuspita bersama warga Surabaya melakukan bedhol negoro dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Japan (dekat Mojokerto) dengan didampingi kedua adiknya yang masih hidup, yaitu Surengrana dan Kartayuda. Pada Februari 1719, Pakubuwana I dari Mataram meninggal. Penggantinya adalah Mas Suryanata (Amangkurat IV, 1719-1726). Pangeran Arya Dipanegara kakak Amangkurat IV yang sedang diberi tugas oleh ayahnya PB I untuk menangkap Jayapuspita berbalik arah bergabung dengan kelompok Jayapuspita di Japan. Tetapi Pangeran Blitar yang bermarkas di Kraton Kerta Sekar Pleret berhasil membujuk Jayapuspita untuk bergabung dengannya dan memsnfaatkan kekuatannya di Japan untuk menggempur kubu Arya Dipanegara di Madiun. Arya Dipanegara kalah dan menyingkir ke Baturatna sebelum akhirnya bergabung dengan kelompok Karta Sekar di Pleret bersama kakaknya, Pangeran Purbaya. Pada bulan November 1720 gabungan pasukan Kartasura dan VOC dibawah pimpinan Patih Cakrajaya dan Admiral Bergman memutuskan untuk menyerang Mataram di Kerta. Kota Karta Sekar dihancurkan, kelompok Pangeran Blitar menyingkir ke timur dan ia meninggal pada 1721 akibat wabah penyakit di daerah Malang. Perjuangan dilanjutkan Pangeran Purbaya yang berhasil merebut Lamongan. Namun kekuatan musuh jauh lebih besar. Perlawanan Jayapuspita yang mengangkat dirinya dengan gelar Adipati Panatagama berakhir ketika ia sakit keras dan meninggal di Japan tahun 1720. Perjuangannya diteruskan oleh Tumenggung Surengrana (Natapura) di Lamongan yang kemudian bergabung dengan pasukan Pangeran Purbaya. Namun kekuatan Tumenggung Surengrana di Japan tidak setangguh sebelumnya karena pasuksn Bali yang menyokong Jayapuspita memilih mrmbubarkan diri dan kembali ke daerah asalnya. Temenggung Surengrana tidak mampu mempertahankan Japan dan menyerah pada tahun 1722. Japan kembali ke Kertasura, adapun Surabaya menjadi milik VOC. Pangeran Purbaya dibuang ke Batavia pada 1723. Ditengah hiruk pikuknya perang Surabaya-Kertasura muncul kisah legenda yang selalu dikenang oleh warga Surabaya yaitu SAWUNGGALING. Siapa beliau gerangan dan bagaimana kisah kepahlawanannya? Menurut tedhak Dermayudan (CB 145-1-E No 2) Sawunggaling memerintah Surabaya pasca wafatnya Jayapuspita. Adapun menurut Silsilah Pangeran Lanang Dangiran, Baba asal usul Keluarga Kasepuhan Kanoman Surabaya, halaman 49-50 oleh Raden Panji Ario Makmur, Surabaya 01 Agustus 1966, Sawunggaling tercatat sebagai putra Tumenggung Surengrana putra ke 4 Hanggawangsa putra Lanang Dangiran. Ada juga yang menganggap Sawunggaling putra Djangrana II yang meninggal di Lawean, kakak Jayapuspita. Menurut pendapat ini Sawunggaling terhitung keponakan Jayapuspita yang sama-sama melakukan perlawanan terhadap Belanda. Sawunggaling bagaimanapun adalah tokoh legendaris semi-historis yang sulit untuk diidentifikasi sosoknya dalam historiografi Surabaya tetapi hadir dalam pikiran masyarakat terutama lewat tradisi tutur. Sejarah yang tercecer mewakili semangat perlawanan rakyat Surabaya yang luput dari sejarah resmi. Alkisah, pada pertengahan tahun 1686. Rombongan Adipati Surabaya Jayengrana ll putra Hanggawangsa sedang berkuda berkeliling daerah Kadipaten dan singgah di Desa Lidah Wetan. Waktu itu kawasan ini masih berupa hutan dan daerah rawa-rawa yang tidak begitu jauh dengan aliran sungai Kali Brantas. Saat tiba di desa Lidah Wetan itu, sang Adipati berhenti di depan rumah Kepala Desa Lidah Wetan, Wangsadrana. Adipati Jayengrana yang didampingi penasehat kadipaten Surabaya ARYA SURADIREJA masuk dan beristirahat di rumah kepala desa itu. Sedangkan pengawalnya tetap berada di luar. Saat jamuan makan siang, Adipati Jayengrana dan Arya Suradireja dilayani anak semata wayang kepala desa bernama Rara Blengoh yang berusia 19 tahun. Melihat kecantikan Rara Blengoh hati sang Adipati telah ditinggal mati isterinya selama 4 tahun yang lalu kembali bergelora. Kegelisahan hati sang adipati ditangkap oleh Wangsadrana dan Arya Suradireja. Singkat cerita, sang Adipati melamar sang gadis. Rara Blengoh merasa terkejut dan bingung untuk menjawabnya. Namun setelah diberi pengertian akan status Adipati yang sudah empat tahun menduda, Rara Blengoh menerima pinangan itu. Setelah ditentukan waktunya, upacara pernikahan pun diselenggarakan di desa Lidah Wetan dan sengaja tidak dilaksanakan di Kadipaten Surabaya, untuk menjaga hati dan perasaan lima putera Jayengrana yaitu Raden Mas Sawungkarna (9 tahun), Raden Mas Sawungsari (7 tahun), Raden Mas Jaya Puspita (6 tahun) dan dua anak bungsu lahir kembar, Raden Mas Suradirana dan Raden Mas Umbulsangga (4 tahun). Setelah pernikahan dan resmi menjadi isteri Raden Mas Jayengrana, Rara Blengoh mendapat gelar kehormatan Raden Ayu Dewi Sangkrah. Namun, sang adipati tetap tidak membawa isterinya ke kadipaten. Justru sang Adipati lah yang sering menginap di rumah kepala desa Lidah Wetan itu. Dan dari cinta keduanya terlahirlah seorang anak yang bernama Jaka Berek yang kemudian dikenal dengan Sawunggaling pada 1687. Zaman itu, keadaan situasi membuat kesibukan Jayengrana ll sebagai Adipati Surabaya luar biasa. Inilah yang membuat sang adipati tidak sempat lagi mendatangi isterinya di desa Lidah Wetan, karena situasi yang cukup gawat dampak dari pemberontakan Untung Surapati terhadap Belanda. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, usia putra Jayengrana ll, Jaka Berek pun meningkat remaja. Pertengahan tahun 1704, saat Jaka Berek memasuki usia 17 tahun, ia meminta izin kepada ibunya, untuk menemui sang ayah di kadipaten Surabaya. Melihat kesungguhan hati si anak, maka kakeknya Wangsadrana berusaha meningkatkan ilmu dan kemampuan beladirinya serta sopan-santun kerajaan. Setelah dianggap matang, Jaka Berek diizinkan berangkat ke kadipaten dengan berjalan kaki menyusuri pinggir anak sungai Kali Brantas, yakni Kali Surabaya, sampai ke Kalimas. Di tengah perjalanan ketika melewati jalan desa sekitar Gunungsari. Seekor kuda lewat dengan membawa seorang laki-laki berkulit putih dalam keadaan pingsan di punggungnya. Kuda itu berhenti tatkala melihat Jaka Berek. Seolah-olah minta tolong, kuda itu menghampiri Jaka Berek. Tidak menunggu lama, Jaka Berek mengangkat tubuh laki-laki berhidung mancung itu ke bawah pohon. Kemudian Jaka Berek memberi minum dan membaca mantera yang pernah diajarkan kakeknya. Tak lama kemudian bule itu siuman. Dia berterimakasih kepada jaka Berek yang sudah membantunya. Kedua anak muda yang berbeda ini berkenalan. "Nama saya Van Jannsen", kata anak muda itu dengan Bahasa Jawa. Jaka Berek terkejut, ternyata Belanda ini sudah belajar Bahasa Jawa di Semarang. Van Jannsen, ternyata perwira muda yang sedang mengikuti tugas militer dari negaranya. Menurut Van Jannsen, dia bersama tiga temannya diutus ke Surabaya untuk menemui Adipati Jayengrana. Tetapi, saat berada di sekitar Lamongan, mereka diserang warga setempat. Mereka dikeroyok, namun Van Jannsen berhasil menyelamatkan diri dengan keadaan yang sangat payah. Setelah saling bersalaman, Van Jannsen pamit untuk meneruskan perjalannya menuju Kadipaten Surabaya dengan menunggang kuda. Tidak lama kemudian, Jaka Berek juga berjalan menyusuri sungai Kali Surabaya. Ia berjalan terus sesuai petunjuk, berjalan menyusuri sungai Kalimas. Jaka Berek akhirnya sampai juga di Alun-alun Contong, tidak jauh dari kadipaten. Di sana ia duduk-duduk dengan melepaskan lelah sembari memberi makan ayam jago yang dibawanya dari rumah. Ayam jago itu diberi nama si Galing atau Cinde Puspita. Sesaat setelahnya Jaka Berek diketahui dan diinterogasi oleh petugas keamanan Kadipaten. Ketika diinterogasi itu, Jaka Berek menyatakan dia berasal dari Lidah Wetan. Kakeknya Wangsadrana mantan kepala desa di sana dan ibunya bernama Rara Blengoh dan juga dikenal dengan nama Raden Ayu Dewi Sangkrah. Maksud kedatangannya ke Surabaya untuk mencari ayahnya yang bekerja di kadipaten. Akhirnya petugas keamanan melapor kepada staf ahli kadipaten Arya Suradireja. Melihat pancaran sinar dari wajah Jaka Berek, Arya Suradireja terhenyak. Ia teringat kepada peristiwa di Lidah Wetan 19 tahun yang silam. Ia melihat bayangan wajah kepala desa Wangsadrana dan gadis bernama Rara Blengoh. Tanpa berpikir panjang, Arya Suradireja melapor kepada Adipati Djangrana yang sedang memimpin rapat di pendapa kadipaten. Sang Adipati terkejut dan juga terharu saat melihat seorang anak muda tampan di depannya. Jaka Berek dibawa ke dalam kamar kerja Adipati diiringi oleh Arya Suradireja. Dari dialog singkat di kamar pribadi sang adipati itu, diyakini bahwa Jaka Berek adalah anak kandung Raden Mas Jayengrana. Tanpa basa-basi, Jaka Berek diajak ke pendapa kadipaten yang sedang ramai dengan pejabat kadipaten. Jayengrana menyatakan kegembiraannya pada hari itu, karena dipertemukan dengan anak bungsunya, bernama Jaka Berek. Semua yang hadir terkejut. Anak-anak Djangrana, serta-merta protes. Sawungkarna memperlihatkan kemarahan kepada ayahnya. Secara kasar Sawungkarna menantang Sawunggaling untuk menguji kesaktiannya di alun-alun Kadipaten. Sawunggaling hanya diam. Dengan merunduk dia berfikir untuk tidak melayani. Namun batinnya berkata dan seolah-olah menerima bisikan dari kakeknya Wangsadrana. Perkelahian satu lawan satu antara Sawungkarna dengan Jaka Berek berlangsung seru. Akibat kemarahan Sawungkarna yang memuncak, ia lepas kendali. Dan dalam sekejap, saat Sawungkarna lengah, Jaka Berek berhasil menangkap tubuh Sawungkarna dan mengunci gerakannya. Melihat kesaktian Jaka Berek dan khawatir anak-anaknya cedera, Adipati memberi isyarat agar perkelahian itu dihentikan. Semua yang melihat pun kagum atas kesaktian Jaka Berek. Mereka semua kemudian diajak ke pendapa kadipaten. Hanya Sawungkarna yang tidak mau, saudara tirinya yang lain menyalami Berek sebagai tanda pernyataan bersaudara. Sore harinya, di pendapa Kadipaten Surabaya diselenggarakan acara pengangkatan secara resmi Jaka Berek menjadi putera ke 6 Adipati Jayengrana. Empat saudara tirinya ikut menyaksikan, kecuali Sawungkarna. Pada upacara di sore hari itu, secara resmi Jaka Berek mendapat kehormatan menggunakan nama Sawunggaling. Setelah selesai menangani masalah Untung Suropati dan Amangkurat lll di Pasuruan, pada pertengahan 1715, Adipati Jayengrana yang merasa sudah tua, di usia 70 tahun mengirim surat kepada Susuhunan Pakubuwana I di Surakarta. meminta pertimbangan siapa calon penggantinya sebagai Adipati Surabaya. Setelah membaca surat dari Adipati Surabaya itu, Susuhunan Pakubuwana I berunding dengan patihnya Raden Mas Nerangkusuma. Akhirnya diputuskan untuk menyelenggarakan sayembara berupa lomba memanah dengan panah pusaka kerajaan bernama Gendhewa Sakti. Siapa yang berhasil memenangkan lomba ini, akan diangkat menggantikan Adipati Jayengrana selaku penguasa di Surabaya. Tidak hanya itu, sang pemenang juga berhak menjadi menantu Susuhunan Pakubuwana I, mempersunting Bendara Raden Ayu (BRA) Pembayun, putri sulung penguasa keraton Kartasura. Pada tanggal 17 Agustus 1715, lomba memanah dengan menggunakan pusaka kerajaan Mataram yang bernama, Gendhewa Sakti siap dilaksanakan. Dalam suatu upacara yang diikuti 30 peserta yang berasal dari 17 kadipaten di tanah Jawa. Mereka adalah putera para adipati yang masih bujangan, termasuk putra Adipati Jayengrana. Setelah 25 peserta maju dan berupaya melaksanakan lomba, semuanya gagal. Tibalah giliran putera-putera Adipati Jayengrana, dimulai dari yang bungsu, Raden Mas Umbulsangga, Raden Mas Suradirana, Raden Mas Jaya Puspita, Raden Mas Sawungsari, dan yang terakhir Raden Mas Sawungkarna. Semuanya pun gagal. Sawunggaling yang datang kemudian mendaftar pada giliran kedua. Dengan tenang pemuda yang menyamar dengan sebuah topeng dan mengaku bernama Pangeran Menak Ludra itu maju ketengah dengan memberi hormat kemudian mengangkat busur dan memegang anak panah lalu menarik tali busur, anak panah dilepas dan tepat mengenai tali pengikat cindhe puspita. Kain selendang warna merah-putih itu melayang ditiup angin dan jatuh persis di pangkuan Menak Ludra. Tepuk tangan dan sorak-sorai membahana memuji keterampilan anak muda yang mengaku dari Ujung Blambangan, Banyuwangi itu. Pemuda yang mengaku Pangeran Menak Ludra itu berdiri dan dengan langkah tegap ia mendekati panggung kehormatan. Sesampainya di depan para tamu istimewa yang duduk di panggung kehormatan, anak muda yang mengaku bernama Menak Ludra itu membuka topengnya. Adipati Jayengrana yang duduk di samping Susuhunan Pakubuwana I benar-benar terkejut. Begitu juga rombongan dari Surabaya lainnya. “Mohon ampun gusti Patih, hamba sesungguhnya adalah Sawunggaling, putera ramanda Adipati Jayengrana”, katanya terbata-bata menghadap kepada pemimpin upacara Patih Nerang Kusuma. Antara terkejut bercampur gembira, Adipati Jayengrana menyatakan rasa syukur, karena yang bakal menjadi penggantinya, bukan dari luar Surabaya, tetapi adalah putera dan darah dagingnya sendiri. Setelah Sawunggaling berada di mimbar utama, Patih Nerang Kusuma mengumumkan, bahwa pengganti Adipati Jayengrana sebagai Adipati Surabaya, adalah Raden Mas Sawunggaling yang kemudian dijodohkan dengan BRA Pembayun. Pesta pernikahan itu tanggal 17 Agustus 1715 dilangsungkan di keraton Kartasura. Upacara dipimpin Patih Nerang Kusuma dan dihadiri para adipati dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan perwakilan petinggi Kompeni Belanda. Pada tanggal 20 Agustus 1715, Adipati Surabaya yang baru Raden Mas Sawunggaling dilepas Susuhunan Pakubuwana I dari Kartasura berangkat menuju ke Surabaya. Saat melewati hutan di kawasan Sragen, rombongan Sawunggaling diserang oleh gerombolan perampok Gagak Mataram yang dipimpin Gagak Lodra. Walaupun kewalahan menghadapi gerombolan yang tidak seimbang dengan rombongan kecil Sawunggaling ini, akhirnya berkat kesaktian Sawunggaling, mereka menang. Perjalanan diteruskan ke Surabaya melewati Magetan, Madiun, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, dan akhirnya sampai di keraton Surabaya pada tanggal 23 Agustus 1715. Sejak hari itu, resmilah Raden Mas Sawunggaling melaksanakan tugasnya sebagai adipati di Kadipaten Surabaya. Pada tanggal 4 Januari 1719, BRA Pembayun melahirkan anak laki-laki. Bayi mungil yang sehat ini atas anugerah dari kakeknya Susuhunan Pakubuwana I, diberi nama Raden Mas Arya Bagus Narendra. Sebagai seorang adipati, Sawunggaling tetap membina hubungan dengan mertuanya yang menjadi penguasa keraton Kartasura. Saat itu, sikap Susuhunan Pakubuwana I terhadap Belanda sudah berubah. Sejak ayah Sawunggaling dihukum mati karena permintaan Belanda, Pakubuwono I mulai menjaga jarak dengan pihak kompeni Belanda. Pakubuwono I merasa menyesal telah membiarkan Tumenggung Djangrana, Adipati Surabaya mati dieksekusi Belanda. Saat itu Djangrana yang diundang ke keraton Kartasura ketika melewati bangunan Srimenganti dikeroyok oleh gerombolan berpakaian penjaga keraton atas perintah G.Knol pimpinan pasukan Belanda di Semarang. Kendati mendapat 25 tikaman, namun Jayengrana masih bertahan hidup, kemudian dibawa ke Desa Lawean. Di sanalah Jayengrana menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ada yang menyatakan, jenazah almarhum dimakamkan di Lawean, ada pula yang menyebut dibawa ke Surabaya. Peristiwa yang mirip juga dialami Adipati Sawunggaling. Seminggu setelah kelahiran anaknya Raden Mas Arya Bagus Narendra, Adipati Sawunggaling diundang ke keraton Kartasura untuk menghadiri upacara pemberian penghargaan atas keberhasilan Sawunggaling menghentikan pemberontakan Cakraningrat III di Madura. Walaupun ada rasa curiga dan kejanggalan, setelah berunding dengan staf ahli Kadipaten Surabaya Arya Suradireja, Sawunggaling tetap berangkat ke Kartasura. Di keraton Kartasura Sawunggaling langsung menghadap sang mertua Susuhunan Pakubuwana I dan melaporkan tentang kelahiran anak yang dikandung BRA Pembayun. Benar saja, pesta yang seolah-olah memberi penghargaan kepada Adipati Sawunggaling, tidak lain adalah jebakan dari Sawungkarna dan Van Hoogendorf Sebagai tuan rumah hendak meracun Adipati Sawunggaling dengan segelas anggur beracun tetapi gagal karena naluri yang tajam dari Adipati Sawunggaling. Merasa malu akan kelicikannya, Van Hoogendorf segera berlari masuk ke sebuah ruangan. Di sana ia mengambil pistol dan diarahkan kepada Adipati Sawunggaling. Begitu jari telunjuk Hoogendorf memegang pelatuk, seorang perwira muda Belanda bernama Van Jannsen melompat ke tengah dan peluru pistol Van Hoogendorf menembus dada letnan Van Jannsen. Saat melihat Jannsen terkapar, Van Hoogendorf, kembali mengokang pistolnya. Bersamaan dengan itu dengan gerak reflek Sawunggaling mencabut keris dan menghunuskan ke dada Van Hoogendorf. Setelah menembus jantung Hoogendorf, keris itu langsung dicabut. Hal yang tidak diduga itu membuat Van Hoogendorf limbung dan terjerembab dekat tubuh Van Jannsen. Para petinggi kompeni Belanda yang hadir berlarian meninggalkan ruangan untuk menyelamatkan diri. Tidak larut dengan menyaksikan dua jasad tak bernyawa di ruangan itu, Sawunggaling berdiri dan bersama rombongan menuju ke tempat parkir kuda. Tanpa pamit kepada sang mertua, Susuhunan Pakubuwana I, Sawunggaling yang didampingi Arya Suradireja segera meninggalkan Kartasura. Sesampainya di Surabaya, Adipati Sawunggaling benar-benar menaruh dendam kepada kompeni Belanda. Menyadari, perbuatannya “membunuh” Van Hoogendorf akan berbuntut pada penyerangan Belanda ke Surabaya, Sawunggaling langsung mengatur strategi. Adipati mengumpulkan para pejabat pemerintahan kadipaten Surabaya untuk menghadapi segala kemungkinan. Benar saja, kematian dua perwira Belanda di Kartasura itu membuat Gubernur Jenderal Belanda di Batavia Hendrik Zwaardeckroom marah besar. Ia langsung mengangkat Pieter Speelman sebagai pengganti Van Hoogendorf. Saat itu juga ia mengeluarkan Surat Perintah untuk menangkap Sawunggaling. Walaupun berduka, atas mangkatnya Ingkang Sinuwun Susuhunan Pakubuwana I, tanggal 13 Maret 1719, Sawunggaling maupun BRA Pembayun terpaksa tidak bisa menghadiri upacara pemakaman sang mertua. Pieter Speelman yang ditunjuk menggantikan Van Hoogendorf, mendapat laporan tentang kehebatan Laskar Sawunggaling menumpas anak buahnya di perbatasan Lamongan dan Mojokerto. Salah satu peperangan yang seru terjadi tanggal 10 Februari 1723. Pasukan Belanda yang dikomandani Letnan Bernard van Aken benar-benar terpukul. Kalah telak. Pasukan yang dipimpinnya berhasil terpaksa mundur sampai Bojonegoro dan Tuban. Apalagi waktu itu, Adipati Sawunggaling berhasil menjalin kerjasama dengan pasukan laut Portugis pimpinan Kapten Laut Francisco Santos Rodriguez yang berada di Laut Jawa. Dalam pertempuran di sekitar pelabuhan Sedayu Gresik, pasukan gabungan Laskar Sawunggaling dengan pasukan Portugis, berhasil mengalahkan armada laut Belanda. Seluruh pasukan Belanda di kapal dinyatakan tewas, kecuali ABK. Tidak tahan mendengar laporan kekalahan demi kekalahan yang diderita pasukannya dari pembantaian Laskar Sawunggaling, Speelman langsung mengambialih pasukan. Ia memimpin sendiri divisi tempur yang didatangkan dari Eropa, Batavia dan Semarang menyerbu pertahanan Laskar Sawunggaling di Lamongan dan Mojokerto. Dalam pertempuran sengit itu di pinggir Bengawan Solo, di wilayah Lamongan, Raden Mas Umbulsangga bersama 20 orang pasukannya gugur sebagai pahlawan. Komandan Laskar Sawunggaling diserahkan kepada Raden Mas Suradirana, saudara kembar Raden Mas Umbulsangga. Namun, dalam pertempuran akhir Maret 1723, Raden Mas Suradirana juga gugur sebagai pahlawan. Ia menghembuskan nafas terakhir saat terkepung musuh dan tubuhnya dihujani puluhan ujung bayonet pasukan Belanda yang haus darah. Dari hari ke hari pasukan Kompeni Belanda terus bertambah. Pertempuran atara pasukan Kompeni dengan Laskar Sawunggaling semakin gencar. Adipati Sawunggaling yang kehilangan dua saudaranya di medan tempur makin terdesak. Ia berunding dengan staf ahli kadipaten Surabaya Arya Suradireja. Mereka sepakat meninggalkan kadipaten untuk menyelamatkan keluarganya. Tempat berlindung yang dianggap cukup aman waktu itu adalah Benteng Providentia (benteng miring) di daerah Ujung Surabaya, dekat muara Sungai Kalimas. Adipati Sawunggaling membawa ibundanya Raden Ayu Dewi Sangkrah bersama isterinya Bendara Raden Ayu Pembayun, serta puteranya Raden Mas Arya Bagus Narendra ke Benteng Providentia. Dalam serangan besar-besar yang dilakukan pasukan Pieter Speelman ke Benteng Providentia, Adipati Sawunggaling yang memimpin sendiri Laskar Sawunggaling terkepung. Di sinilah, akhirnya sang adipati mendapat hadiah “timah panas” dari senapan pasukan Speelman. Anehnya, tubuh Sawunggaling yang sempoyongan “lenyap” saat tersandar di dinding benteng. Konon beberapa prajurit setia Laskar Sawunggaling sempat menyembunyikan jenazah Sawunggaling, kemudian melarikan jasadnya menuju desa Lidah Wetan. Agar tidak diketahui Belanda, Sang Adipati dimakamkan malam hari di tanah kelahirannya, berdampingan dengan kakeknya Wangsadrana alias Raden Mas Karyosentono. Paman Arya Suradireja menyelamatkan Raden Ayu Dewi Sangkrah ibunda Sawunggaling beserta BRA Pembayun dan Raden Mas Arya Bagus Narendra yang saat itu berusia empat tahun. Tatkala BRA Pembayun keluar dari gerbang benteng Providentia sembari mengendong Arya Bagus Narendra menuju kereta kuda, para petinggi Kompeni Belanda yang berbaris di depan benteng sertamerta memberi hormat dengan membuka topinya. Di antara petinggi kompeni Belanda itu adalah Pieter Speelman yang mengetahui BRA Pembayun adalah puteri almarhum Susuhunan Pakubuwana l. Konon, ketika diberitahu kalau jasad Sawunggaling sudah dibawa ke Lidah Wetan, Raden Ayu Sangkrah minta diantarkan ke rumahnya di Lidah Wetan. Sedangkan BRA Pembayun bersama Raden Mas Arya Bagus Narendra dibawa ke Kartasura. Dengan gugurnya Adipati Sawunggaling sebagai pahlawan bangsa di benteng Providentia itu, maka pimpinan pemerintahan Kadipaten Surabaya kosong. Kekuasaan sementara diambilalih oleh pihak Belanda. Tidak berapa lama, Kadipaten Surabaya dipimpin oleh Ki Tumenggung Panatagama. Perjuangan Sawunggaling sampai titik darah penghabisan itu tidak dilupakan oleh Arek Suroboyo. Ia mewakili ketangguhan budaya Arek menghadapi hegemoni budaya Mataram. Apakah bonek mania sekarang merupakan reinkarnasi Laskar Sawunggaling di masa lalu...?*** ~~~~~~~~~~~~~~~ Sumber: Yousri Nur Raja Agam MH, Tumenggung Raden Mas Ngabehi Sawunggaling, Tokoh Legendaris Surabaya Tempo Dulu. https://rajaagam.wordpress.com/2008/11/29/temenggung-mas-ngabehi-sawunggaling/ https://nasional.okezone.com/read/2021/07/26/337/2445909/sawunggaling-sulit-dibunuh-kompeni-murka-dan-rakyat-surabaya-digilas https://padangulan.wordpress.com/2014/06/25/kyai-lanang-dangiran-putra-blambangan/ https://osingkertarajasa.wordpress.com/kesaktian-orang-blambangan-tak-lekang-oleh-zaman/ https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Blambangan https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/2393 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jangrana_II https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=915953618934962&id=100015609970974 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=433055301411313&id=100041205407058<p> ~~~ S. A. W. U. N. G. G. A. L. I. N. G ~~~</p><p>(Dinamika Politik Surabaya vs Kertasura) </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPnB0FBffXGGYwRAIdWHMHGza6Sq_wZgszHofMWiGkbNQkkE6rWCtSjwSppv_BXIVTJQTa-W9Nb-_qBGawGjTKljvZYNQDOZToP-c2o-WL-ieK4eiI6QdT8ZMI06blDGH-qlbNX5QVC_2F-N3rtdocOzqidVPWgyH4_hrPO8nIVr9vtmHxZWSJuENmK8/s720/FB_IMG_1711201735115.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="461" data-original-width="720" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyPnB0FBffXGGYwRAIdWHMHGza6Sq_wZgszHofMWiGkbNQkkE6rWCtSjwSppv_BXIVTJQTa-W9Nb-_qBGawGjTKljvZYNQDOZToP-c2o-WL-ieK4eiI6QdT8ZMI06blDGH-qlbNX5QVC_2F-N3rtdocOzqidVPWgyH4_hrPO8nIVr9vtmHxZWSJuENmK8/s320/FB_IMG_1711201735115.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Pasca mangkatnya Adipati Terung Raden Kusen di era Majapahit akhir, Adipati Surabaya di era Demak dipegang oleh Adipati Tranggana atau Pangeran Rekyana putra Raden Qasim Sunan Drajat dg Dewi Sufiyah putri Sunan Gunung Jati. Putranya, Raden Panji Wiryakrama meneruskan sbg Adipati Surabaya yang berkonflik dg Pajang. Untuk mendamaikan konflik Pajang-Surabaya, Sunan Prapen dari Giri Kedhaton menikahkan putri Sultan Hadiwijaya dg Panji Wiryakrama. </p><p><br /></p><p>Di era awal Mataram Islam Adipati Surabaya diteruskan oleh putra Panji Wiryakrama yaitu Panji Jayalengkara (1546-1625) murid Sunan Prapen. Di masanya Surabaya menjadi kota pelabuhan yang sangat ramai. Panembahan Senopati pun tergiur untuk menaklukan Surabaya. Sunan Prapen (1548-1605) kembali menjadi penengah Adipati Jayalengkara dan para adipati jawa tengah dan jawa timur yang menolak kekuasaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati (1586-1601). </p><p><br /></p><p>Putra Senopati, Panembahan Hanyakrawati (1601-1613) dari Mataram berusaha manaklukan Surabaya yang lebih makmur tetapi selalu gagal. Surabaya akhirnya takluk pada Mataram pada 1625 di era Sultan Agung. Putranya, Raden Pekik Jenggolo diangkat sebagai Adipati Surabaya (1625-1670) dan dinikahkan dg adik Sultan Agung Ratu Pandan Sari. Beliau ditugasi untuk menggulingkan Panembahan Ageng Giri (1616-1636/cucu sunan Prapen) di Giri Kedhaton pada 1636. </p><p><br /></p><p>Pasca wafatnya Pangeran Pekik Jenggolo pada 1670, Adipati Surabaya dilimpahkan kepada Hangga Wangsa yang bergelar Djangrana I (1670-1678). Beliau adalah putra Sunan Boto Putih atau Pangeran Lanang Dangiran putra Prabu Tawang Alun, raja Blambangan di Kedhawung Jember. Adiknya, Mas Sanepo meneruskan tahta ayahnya bergelar Prabu Tawangalun II (1655-1690) di Macan Putih. </p><p><br /></p><p>Pangeran Lanang Dangiran gemar bertapa di laut sampai hanyut di pantai Sedayu Lamongan diasuh oleh Kyai Kendil Wesi dan dinikahkan dengan putri Ki Bimotjili (seorang ulama dari Cirebon). Pada tahun 1595 Pangeran Lanang Dangiran bersama istri dan anak-anaknya pergi ke Surabaya, menetap di timur kali Pegirian dukuh Botoputih untuk berguru kepada Sunan Prapen kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Botoputih sambil membantu Raden Pekik. </p><p><br /></p><p>Sunan Botoputih wafat pada 1638 di usia 70 tahun meninggalkan 7 anak, 2 putra laki-laki yang bernama Hanggawangsa dan Hanggadjaya telah dipersiapkan menjadi pemimpin. Hanggawangsa menggantikan Raden Pekik sebagai bupati Surabaya bergelar Djangrana I (1670-1678) sedangkan adiknya Hanggadjaya diangkat sebagai bupati di Pasuruan (1678-1686) </p><p><br /></p><p>~~~~~~~~~~~~~~~~~~ </p><p><br /></p><p>Tercatat dalam sejarah Tumenggung Djangrana I dikenal sebagai bupati Surabaya yang berjasa besar membantu Amangkurat Amral melawan pemberontakan Trunajaya. Kedua-duanya dibesarkan di Surabaya. Amangkurat Amral sejak kecil oleh Pangeran Pekik di Surabaya sebelum akhirnya berpindah ke kraton Plered sebagai putra mahkota. </p><p><br /></p><p>Pada 1677 Djangrana berhasil merebut meriam pusaka Nyai Setomi dari tangan pemberontak di Gresik. Beliau juga yang berhasil membebebaskan Pangeran Cakraningrat II bupati Madura yang dibuang Trunajaya di hutan Lodaya (dekat Blitar). Djangrana gugur di gapura benteng Kediri pada Desember 1678. </p><p><br /></p><p>Dimine Francois Valentina yang ikut dalam peperangan di Kediri mencatat: </p><p><br /></p><p>" Satu-satunya pemberani dalam peperangan itu adalah Kiyahi Yangrono, pangeran Surabaya, yang dengan naik kuda serta menggenggam pistol terjun dalam sungai tanpa menghiraukan berondongan senapan dari musuh, menyusup dalam barisan musuh. Lima hari sesudah peristiwa itu pasukan kita dapat merebut benteng Kediri kira2 pada awal atau pertengahan Desember 1678, dan dalam penyerbuan Kediri itu, Sang Pahlawan Pangeran Surabaya tadi kedapatan mati dalam gapuro benteng kota. Adipati Jangrana lalu di makamkan di Boto Putih Surabaya. </p><p><br /></p><p>Adipati Jangrana I menurunkan 5 anak, yaitu:</p><p>1. Djangrana Il yang bernama kecil Surodirono</p><p>2. Djajapuspita, Adipati Panatagama </p><p>3. Wiradirja</p><p>4. Surengrana, Natapura</p><p>5. Kartayuda. </p><p><br /></p><p>Adipati Djangrana II menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Surabaya. Ia diangkat oleh Amangkurat II sebagai Adipati Kliwon dari pesisir Wetan bersamaan dengan di angkatnya Cakraningrat II menjadi Panembahan Madura dan Adipati Wedono seluruh pesisir wetan Jawa. </p><p><br /></p><p>Pasca pemberontakan Trunajaya,</p><p>Jangrana ll ditugasi memadamkan perlawanan Tawangalun ll dari Blambangan yang dituduh membantu dana bagi pemberontakan Trunajaya. Namun ia berperang setengah-setengah karena dalam hati ia memihak Tawangalun II yang masih terhitung kakeknya sendiri. </p><p><br /></p><p>Jangrana ll ini dikenal berdedikasi dan bereputasi tinggi dibuktikan dengan keberhasilannya memadamkan pemberontakan trah Giring-Kajoran yang dilakukan oleh Ki Ageng Wanakusuma dan dua putranya Jaya Lalana dan Jaya Purusa dari Gunungkidul yg dibantu oleh Kertanadi dan Kertinegoro dari trah Kajoran terhadap Amangkurat ll di Kertasura pada 1683, ia pulang dengan meminta residen Surabaya menyambut kedatangannya menggunakan tembakan salvo. </p><p><br /></p><p>Pada saat pemberontakan Untung Surapati di Kertasura, diam-diam ia dilindungi oleh Amangkurat II di dalam keraton yang berakhir dengan terbunuhnya Kapten Tack 8 Februari 1686 dengan 20 tusukan oleh tangan Untung Suropati, ia pun menjadi buron Belanda. </p><p><br /></p><p>Pada 1686 Untung Surapati mendapat restu Amangkurat II untuk pergi ke timur merebut Pasuruan yang saat itu dipimpin Hanggadjaya. Setelah berhasil, ia pun diangkat menjadi bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara. Adipati Hanggajaya melarikan diri ke Surabaya meminta bantuan pada keponakannya, Jangrana lI namun tidak ditanggapinya karena Jangrana II juga tidak suka terhadap VOC. </p><p><br /></p><p>Tetapi takdir tidak bisa ditolak, pada 1690 Jangrana ll dan Cakraningrat II (bupati Madura) akhirnya mendapat tugas Amangkurat II merebut kembali Pasuruan dari tangan Untung Surapati atas perintah VOC. Keduanya pun menyanggupinya dan terjadilah perang antara kedua belah pihak. Namun perang ini hanya perang sandiwara untuk menyenangkan VOC seakan Amangkurat II tetap setia pada perintah Belanda dg menyuruh dua adipatinya. </p><p><br /></p><p>Amangkurat II wafat pada 1703 dan terjadilah perebutan tahta di Kartasura antara Amangkurat lll (Sunan Mas) dengan Pangeran Puger, pamannya. Dalam hal ini Jangrana ll memihak pada Pangeran Puger (Pakubuwana I). Pada tahun 1705 Pakubuwana I dengan bantuan VOC di Semarang berhasil merebut istana Kartasura dan mengusir Amangkurat III ke Madiun. Pada 1706 Untung Suropati bupati Pasuruan mengirim bantuan untuk melindungi Sunan Amangkurat III. </p><p><br /></p><p>Pada tahun 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya bergerak menyerang Pasuruan karena Amangkurat III dilindungi Untung Surapati. Dalam perang tersebut Jangrana ll melakukan gerakan sabotase yang merugikan Belanda, karena ia sendiri adalah sahabat Untung Surapati. </p><p><br /></p><p>Pada akhirnya.perlawansn Untung Surapati berakhir. Ia tertangkap dan wafat di Pasuruan pada 1706. Adapun Amangkurat lll menyerah di Surabaya pada 1708 dan dibuang ke Sri Langka. Pasca peristiwa itu pihak VOC ganti melaporkan pengkhianatan Jangrana ll kepada Pakubuwana I pada 1709. Jangrana ll terbukti telah merugikan VOC dalam peperangan tersebut. </p><p><br /></p><p>Djangrana II ditunjuk sebagai pemandu perjalanan pasukan gabungan Kertasura dan VOC dalam penyerbuan ke Pasuruan. Ia dengan sengaja memilih jalur yang sulit dengan melewati rawa-rawa, sehingga banyak tentara Belanda yang jatuh sakit dan mati dalam perjalanan. Jangrana ll sendiri juga dinilai bertempur setengah hati, terbukti ada satupun prajurit Surabaya yang gugur melawan pasukan Untung Surapati di Pasuruan, ini aneh bin ajaib. </p><p><br /></p><p>Pakubuwono I dalam keadaan dilematis, ia dihadapkan pada perjanjian baru dengan VOC menggantikan perjanjian lama yg telah dilakukan oleh Amangkurat III. Pada perjanjian lama Kertasura harus menebus utang perang Trunojoyo sebanyak 2,5 juta gulden. Sementara pada perjanjian baru Kertasura diharuskan untuk mengirim beras sebanyak 13.000 ton beras setiap tahunnya kepada Belanda selama 25 tahun. </p><p><br /></p><p>Rangkaian perjanjian tersebut membuat Pakubuwana I tersandera dan dengan terpaksa menjalankan perintah Belanda memberikan hukuman mati Adipati Djangrana II tim suskesnya yang telah membelanya matia-matian hanya demi menjaga harga diri raja di hadapan VOC. </p><p><br /></p><p>Djangrsna II wafat pada hari kamis 20 Februari 1709 jam 9 pagi di gapuro Kemandungan Kraton Kartasura setelah di hujani 25 tusukan keris oleh algojo Kartasura dan di makamkan di Astana Laweyan di Surakarta. </p><p><br /></p><p>Peristiwa tersebut kontan membuat marah rakyat Surabaya. Sang adik Tumenggung Jayapuspita yang memimpin Kadipaten Kasepuhan bersama saudaranya Kyai Tumenggung Wiradirja yang memimpin Kadipaten Kanoman segera mengangkat senjata melawan Kertasura pada 1718. </p><p><br /></p><p>Babad Tanah Jawi memberitakan kisah pemberontakan Arya Jayapuspita panjang lebar. Jayapuspita disebut sebagai pewaris sifat-sifat Jangrana, kakaknya, yaitu gagah berani, mencintai rakyat, dan taat beragama. Selain pemimpin militer juga pemimpin agama dengan gelar Tumenggung Jaya Puspita Panatagama. </p><p><br /></p><p>Pada tahun 1714 Jayapuspita menolak menghadap ke Kartasura. Ia menyusun pemberontakan sebagai pembalasan atas kematian kakaknya Jangrana II. Daerah-daerah pesisir seperti Gresik, Tuban, dan Lamongan jatuh ke tangannya. </p><p><br /></p><p>Pada 1717 gabungan pasukan VOC dan Kartasura berangkat menyerbu Surabaya. Mereka bermarkas di desa Sepanjang. Perang besar terjadi. Jayapuspita mendapat bantuan dari Bali dibawah pimpinan Dewa Kaloran yang membawahi tiga bupati yaitu Dewa Saka, Dewa Sade dan Dewa Bagus Bala. </p><p><br /></p><p>Pada 1718 adik Jayapuspita yang memimpin Kadipaten Kanoman Tumenggung Wiradirja gugur di medan laga. Pasca runtuhnya benteng pertahanan di Wonokromo, Jayapuspita bersama warga Surabaya melakukan bedhol negoro dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Japan (dekat Mojokerto) dengan didampingi kedua adiknya yang masih hidup, yaitu Surengrana dan Kartayuda. </p><p><br /></p><p>Pada Februari 1719, Pakubuwana I dari Mataram meninggal. Penggantinya adalah Mas Suryanata (Amangkurat IV, 1719-1726). Pangeran Arya Dipanegara kakak Amangkurat IV yang sedang diberi tugas oleh ayahnya PB I untuk menangkap Jayapuspita berbalik arah bergabung dengan kelompok Jayapuspita di Japan. </p><p><br /></p><p>Tetapi Pangeran Blitar yang bermarkas di Kraton Kerta Sekar Pleret berhasil membujuk Jayapuspita untuk bergabung dengannya dan memsnfaatkan kekuatannya di Japan untuk menggempur kubu Arya Dipanegara di Madiun. Arya Dipanegara kalah dan menyingkir ke Baturatna sebelum akhirnya bergabung dengan kelompok Karta Sekar di Pleret bersama kakaknya, Pangeran Purbaya. </p><p><br /></p><p>Pada bulan November 1720 gabungan pasukan Kartasura dan VOC dibawah pimpinan Patih Cakrajaya dan Admiral Bergman memutuskan untuk menyerang Mataram di Kerta. Kota Karta Sekar dihancurkan, kelompok Pangeran Blitar menyingkir ke timur dan ia meninggal pada 1721 akibat wabah penyakit di daerah Malang. Perjuangan dilanjutkan Pangeran Purbaya yang berhasil merebut Lamongan. Namun kekuatan musuh jauh lebih besar. </p><p><br /></p><p>Perlawanan Jayapuspita yang mengangkat dirinya dengan gelar Adipati Panatagama berakhir ketika ia sakit keras dan meninggal di Japan tahun 1720. Perjuangannya diteruskan oleh Tumenggung Surengrana (Natapura) di Lamongan yang kemudian bergabung dengan pasukan Pangeran Purbaya. </p><p><br /></p><p>Namun kekuatan Tumenggung Surengrana di Japan tidak setangguh sebelumnya karena pasuksn Bali yang menyokong Jayapuspita memilih mrmbubarkan diri dan kembali ke daerah asalnya. Temenggung Surengrana tidak mampu mempertahankan Japan dan menyerah pada tahun 1722. Japan kembali ke Kertasura, adapun Surabaya menjadi milik VOC. Pangeran Purbaya dibuang ke Batavia pada 1723. </p><p><br /></p><p>Ditengah hiruk pikuknya perang Surabaya-Kertasura muncul kisah legenda yang selalu dikenang oleh warga Surabaya yaitu SAWUNGGALING. Siapa beliau gerangan dan bagaimana kisah kepahlawanannya? </p><p><br /></p><p>Menurut tedhak Dermayudan (CB 145-1-E No 2) Sawunggaling memerintah Surabaya pasca wafatnya Jayapuspita. Adapun menurut Silsilah Pangeran Lanang Dangiran, Baba asal usul Keluarga Kasepuhan Kanoman Surabaya, halaman 49-50 oleh Raden Panji Ario Makmur, Surabaya 01 Agustus 1966, Sawunggaling tercatat sebagai putra Tumenggung Surengrana putra ke 4 Hanggawangsa putra Lanang Dangiran. Ada juga yang menganggap Sawunggaling putra Djangrana II yang meninggal di Lawean, kakak Jayapuspita. Menurut pendapat ini Sawunggaling terhitung keponakan Jayapuspita yang sama-sama melakukan perlawanan terhadap Belanda. </p><p><br /></p><p>Sawunggaling bagaimanapun adalah tokoh legendaris semi-historis yang sulit untuk diidentifikasi sosoknya dalam historiografi Surabaya tetapi hadir dalam pikiran masyarakat terutama lewat tradisi tutur. Sejarah yang tercecer mewakili semangat perlawanan rakyat Surabaya yang luput dari sejarah resmi. </p><p><br /></p><p>Alkisah, pada pertengahan tahun 1686. Rombongan Adipati Surabaya Jayengrana ll putra Hanggawangsa sedang berkuda berkeliling daerah Kadipaten dan singgah di Desa Lidah Wetan. Waktu itu kawasan ini masih berupa hutan dan daerah rawa-rawa yang tidak begitu jauh dengan aliran sungai Kali Brantas. </p><p><br /></p><p>Saat tiba di desa Lidah Wetan itu, sang Adipati berhenti di depan rumah Kepala Desa Lidah Wetan, Wangsadrana. Adipati Jayengrana yang didampingi penasehat kadipaten Surabaya ARYA SURADIREJA masuk dan beristirahat di rumah kepala desa itu. Sedangkan pengawalnya tetap berada di luar. </p><p><br /></p><p>Saat jamuan makan siang, Adipati Jayengrana dan Arya Suradireja dilayani anak semata wayang kepala desa bernama Rara Blengoh yang berusia 19 tahun. Melihat kecantikan Rara Blengoh hati sang Adipati telah ditinggal mati isterinya selama 4 tahun yang lalu kembali bergelora. </p><p><br /></p><p>Kegelisahan hati sang adipati ditangkap oleh Wangsadrana dan Arya Suradireja. Singkat cerita, sang Adipati melamar sang gadis. Rara Blengoh merasa terkejut dan bingung untuk menjawabnya. Namun setelah diberi pengertian akan status Adipati yang sudah empat tahun menduda, Rara Blengoh menerima pinangan itu. </p><p><br /></p><p>Setelah ditentukan waktunya, upacara pernikahan pun diselenggarakan di desa Lidah Wetan dan sengaja tidak dilaksanakan di Kadipaten Surabaya, untuk menjaga hati dan perasaan lima putera Jayengrana yaitu Raden Mas Sawungkarna (9 tahun), Raden Mas Sawungsari (7 tahun), Raden Mas Jaya Puspita (6 tahun) dan dua anak bungsu lahir kembar, Raden Mas Suradirana dan Raden Mas Umbulsangga (4 tahun). </p><p><br /></p><p>Setelah pernikahan dan resmi menjadi isteri Raden Mas Jayengrana, Rara Blengoh mendapat gelar kehormatan Raden Ayu Dewi Sangkrah. Namun, sang adipati tetap tidak membawa isterinya ke kadipaten. Justru sang Adipati lah yang sering menginap di rumah kepala desa Lidah Wetan itu. Dan dari cinta keduanya terlahirlah seorang anak yang bernama Jaka Berek yang kemudian dikenal dengan Sawunggaling pada 1687. </p><p><br /></p><p>Zaman itu, keadaan situasi membuat kesibukan Jayengrana ll sebagai Adipati Surabaya luar biasa. Inilah yang membuat sang adipati tidak sempat lagi mendatangi isterinya di desa Lidah Wetan, karena situasi yang cukup gawat dampak dari pemberontakan Untung Surapati terhadap Belanda. </p><p><br /></p><p>Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, usia putra Jayengrana ll, Jaka Berek pun meningkat remaja. Pertengahan tahun 1704, saat Jaka Berek memasuki usia 17 tahun, ia meminta izin kepada ibunya, untuk menemui sang ayah di kadipaten Surabaya. Melihat kesungguhan hati si anak, maka kakeknya Wangsadrana berusaha meningkatkan ilmu dan kemampuan beladirinya serta sopan-santun kerajaan. </p><p><br /></p><p>Setelah dianggap matang, Jaka Berek diizinkan berangkat ke kadipaten dengan berjalan kaki menyusuri pinggir anak sungai Kali Brantas, yakni Kali Surabaya, sampai ke Kalimas. Di tengah perjalanan ketika melewati jalan desa sekitar Gunungsari. Seekor kuda lewat dengan membawa seorang laki-laki berkulit putih dalam keadaan pingsan di punggungnya. </p><p><br /></p><p>Kuda itu berhenti tatkala melihat Jaka Berek. Seolah-olah minta tolong, kuda itu menghampiri Jaka Berek. Tidak menunggu lama, Jaka Berek mengangkat tubuh laki-laki berhidung mancung itu ke bawah pohon. Kemudian Jaka Berek memberi minum dan membaca mantera yang pernah diajarkan kakeknya. Tak lama kemudian bule itu siuman. </p><p><br /></p><p>Dia berterimakasih kepada jaka Berek yang sudah membantunya. Kedua anak muda yang berbeda ini berkenalan. "Nama saya Van Jannsen", kata anak muda itu dengan Bahasa Jawa. Jaka Berek terkejut, ternyata Belanda ini sudah belajar Bahasa Jawa di Semarang. </p><p><br /></p><p>Van Jannsen, ternyata perwira muda yang sedang mengikuti tugas militer dari negaranya. Menurut Van Jannsen, dia bersama tiga temannya diutus ke Surabaya untuk menemui Adipati Jayengrana. Tetapi, saat berada di sekitar Lamongan, mereka diserang warga setempat. Mereka dikeroyok, namun Van Jannsen berhasil menyelamatkan diri dengan keadaan yang sangat payah. </p><p><br /></p><p>Setelah saling bersalaman, Van Jannsen pamit untuk meneruskan perjalannya menuju Kadipaten Surabaya dengan menunggang kuda. Tidak lama kemudian, Jaka Berek juga berjalan menyusuri sungai Kali Surabaya. Ia berjalan terus sesuai petunjuk, berjalan menyusuri sungai Kalimas. </p><p><br /></p><p>Jaka Berek akhirnya sampai juga di Alun-alun Contong, tidak jauh dari kadipaten. Di sana ia duduk-duduk dengan melepaskan lelah sembari memberi makan ayam jago yang dibawanya dari rumah. Ayam jago itu diberi nama si Galing atau Cinde Puspita. </p><p><br /></p><p>Sesaat setelahnya Jaka Berek diketahui dan diinterogasi oleh petugas keamanan Kadipaten. Ketika diinterogasi itu, Jaka Berek menyatakan dia berasal dari Lidah Wetan. Kakeknya Wangsadrana mantan kepala desa di sana dan ibunya bernama Rara Blengoh dan juga dikenal dengan nama Raden Ayu Dewi Sangkrah. Maksud kedatangannya ke Surabaya untuk mencari ayahnya yang bekerja di kadipaten. </p><p><br /></p><p>Akhirnya petugas keamanan melapor kepada staf ahli kadipaten Arya Suradireja. Melihat pancaran sinar dari wajah Jaka Berek, Arya Suradireja terhenyak. Ia teringat kepada peristiwa di Lidah Wetan 19 tahun yang silam. Ia melihat bayangan wajah kepala desa Wangsadrana dan gadis bernama Rara Blengoh. </p><p><br /></p><p>Tanpa berpikir panjang, Arya Suradireja melapor kepada Adipati Djangrana yang sedang memimpin rapat di pendapa kadipaten. Sang Adipati terkejut dan juga terharu saat melihat seorang anak muda tampan di depannya. Jaka Berek dibawa ke dalam kamar kerja Adipati diiringi oleh Arya Suradireja. Dari dialog singkat di kamar pribadi sang adipati itu, diyakini bahwa Jaka Berek adalah anak kandung Raden Mas Jayengrana. </p><p><br /></p><p>Tanpa basa-basi, Jaka Berek diajak ke pendapa kadipaten yang sedang ramai dengan pejabat kadipaten. Jayengrana menyatakan kegembiraannya pada hari itu, karena dipertemukan dengan anak bungsunya, bernama Jaka Berek. Semua yang hadir terkejut. Anak-anak Djangrana, serta-merta protes. Sawungkarna memperlihatkan kemarahan kepada ayahnya. </p><p><br /></p><p>Secara kasar Sawungkarna menantang Sawunggaling untuk menguji kesaktiannya di alun-alun Kadipaten. Sawunggaling hanya diam. Dengan merunduk dia berfikir untuk tidak melayani. Namun batinnya berkata dan seolah-olah menerima bisikan dari kakeknya Wangsadrana. </p><p><br /></p><p>Perkelahian satu lawan satu antara Sawungkarna dengan Jaka Berek berlangsung seru. Akibat kemarahan Sawungkarna yang memuncak, ia lepas kendali. Dan dalam sekejap, saat Sawungkarna lengah, Jaka Berek berhasil menangkap tubuh Sawungkarna dan mengunci gerakannya. </p><p><br /></p><p>Melihat kesaktian Jaka Berek dan khawatir anak-anaknya cedera, Adipati memberi isyarat agar perkelahian itu dihentikan. Semua yang melihat pun kagum atas kesaktian Jaka Berek. Mereka semua kemudian diajak ke pendapa kadipaten. Hanya Sawungkarna yang tidak mau, saudara tirinya yang lain menyalami Berek sebagai tanda pernyataan bersaudara. </p><p><br /></p><p>Sore harinya, di pendapa Kadipaten Surabaya diselenggarakan acara pengangkatan secara resmi Jaka Berek menjadi putera ke 6 Adipati Jayengrana. Empat saudara tirinya ikut menyaksikan, kecuali Sawungkarna. Pada upacara di sore hari itu, secara resmi Jaka Berek mendapat kehormatan menggunakan nama Sawunggaling. </p><p><br /></p><p>Setelah selesai menangani masalah Untung Suropati dan Amangkurat lll di Pasuruan, pada pertengahan 1715, Adipati Jayengrana yang merasa sudah tua, di usia 70 tahun mengirim surat kepada Susuhunan Pakubuwana I di Surakarta. meminta pertimbangan siapa calon penggantinya sebagai Adipati Surabaya. </p><p><br /></p><p>Setelah membaca surat dari Adipati Surabaya itu, Susuhunan Pakubuwana I berunding dengan patihnya Raden Mas Nerangkusuma. Akhirnya diputuskan untuk menyelenggarakan sayembara berupa lomba memanah dengan panah pusaka kerajaan bernama Gendhewa Sakti. </p><p><br /></p><p>Siapa yang berhasil memenangkan lomba ini, akan diangkat menggantikan Adipati Jayengrana selaku penguasa di Surabaya. Tidak hanya itu, sang pemenang juga berhak menjadi menantu Susuhunan Pakubuwana I, mempersunting Bendara Raden Ayu (BRA) Pembayun, putri sulung penguasa keraton Kartasura. </p><p><br /></p><p>Pada tanggal 17 Agustus 1715, lomba memanah dengan menggunakan pusaka kerajaan Mataram yang bernama, Gendhewa Sakti siap dilaksanakan. Dalam suatu upacara yang diikuti 30 peserta yang berasal dari 17 kadipaten di tanah Jawa. Mereka adalah putera para adipati yang masih bujangan, termasuk putra Adipati Jayengrana. </p><p><br /></p><p>Setelah 25 peserta maju dan berupaya melaksanakan lomba, semuanya gagal. Tibalah giliran putera-putera Adipati Jayengrana, dimulai dari yang bungsu, Raden Mas Umbulsangga, Raden Mas Suradirana, Raden Mas Jaya Puspita, Raden Mas Sawungsari, dan yang terakhir Raden Mas Sawungkarna. Semuanya pun gagal. </p><p><br /></p><p>Sawunggaling yang datang kemudian mendaftar pada giliran kedua. Dengan tenang pemuda yang menyamar dengan sebuah topeng dan mengaku bernama Pangeran Menak Ludra itu maju ketengah dengan memberi hormat kemudian mengangkat busur dan memegang anak panah lalu menarik tali busur, anak panah dilepas dan tepat mengenai tali pengikat cindhe puspita. </p><p><br /></p><p>Kain selendang warna merah-putih itu melayang ditiup angin dan jatuh persis di pangkuan Menak Ludra. Tepuk tangan dan sorak-sorai membahana memuji keterampilan anak muda yang mengaku dari Ujung Blambangan, Banyuwangi itu. </p><p><br /></p><p>Pemuda yang mengaku Pangeran Menak Ludra itu berdiri dan dengan langkah tegap ia mendekati panggung kehormatan. Sesampainya di depan para tamu istimewa yang duduk di panggung kehormatan, anak muda yang mengaku bernama Menak Ludra itu membuka topengnya. </p><p><br /></p><p>Adipati Jayengrana yang duduk di samping Susuhunan Pakubuwana I benar-benar terkejut. Begitu juga rombongan dari Surabaya lainnya. “Mohon ampun gusti Patih, hamba sesungguhnya adalah Sawunggaling, putera ramanda Adipati Jayengrana”, katanya terbata-bata menghadap kepada pemimpin upacara Patih Nerang Kusuma. </p><p><br /></p><p>Antara terkejut bercampur gembira, Adipati Jayengrana menyatakan rasa syukur, karena yang bakal menjadi penggantinya, bukan dari luar Surabaya, tetapi adalah putera dan darah dagingnya sendiri. </p><p><br /></p><p>Setelah Sawunggaling berada di mimbar utama, Patih Nerang Kusuma mengumumkan, bahwa pengganti Adipati Jayengrana sebagai Adipati Surabaya, adalah Raden Mas Sawunggaling yang kemudian dijodohkan dengan BRA Pembayun. </p><p><br /></p><p>Pesta pernikahan itu tanggal 17 Agustus 1715 dilangsungkan di keraton Kartasura. Upacara dipimpin Patih Nerang Kusuma dan dihadiri para adipati dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan perwakilan petinggi Kompeni Belanda. </p><p><br /></p><p>Pada tanggal 20 Agustus 1715, Adipati Surabaya yang baru Raden Mas Sawunggaling dilepas Susuhunan Pakubuwana I dari Kartasura berangkat menuju ke Surabaya. Saat melewati hutan di kawasan Sragen, rombongan Sawunggaling diserang oleh gerombolan perampok Gagak Mataram yang dipimpin Gagak Lodra. </p><p><br /></p><p>Walaupun kewalahan menghadapi gerombolan yang tidak seimbang dengan rombongan kecil Sawunggaling ini, akhirnya berkat kesaktian Sawunggaling, mereka menang. Perjalanan diteruskan ke Surabaya melewati Magetan, Madiun, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, dan akhirnya sampai di keraton Surabaya pada tanggal 23 Agustus 1715. </p><p><br /></p><p>Sejak hari itu, resmilah Raden Mas Sawunggaling melaksanakan tugasnya sebagai adipati di Kadipaten Surabaya. Pada tanggal 4 Januari 1719, BRA Pembayun melahirkan anak laki-laki. Bayi mungil yang sehat ini atas anugerah dari kakeknya Susuhunan Pakubuwana I, diberi nama Raden Mas Arya Bagus Narendra. </p><p><br /></p><p>Sebagai seorang adipati, Sawunggaling tetap membina hubungan dengan mertuanya yang menjadi penguasa keraton Kartasura. Saat itu, sikap Susuhunan Pakubuwana I terhadap Belanda sudah berubah. Sejak ayah Sawunggaling dihukum mati karena permintaan Belanda, Pakubuwono I mulai menjaga jarak dengan pihak kompeni Belanda. </p><p><br /></p><p>Pakubuwono I merasa menyesal telah membiarkan Tumenggung Djangrana, Adipati Surabaya mati dieksekusi Belanda. Saat itu Djangrana yang diundang ke keraton Kartasura ketika melewati bangunan Srimenganti dikeroyok oleh gerombolan berpakaian penjaga keraton atas perintah G.Knol pimpinan pasukan Belanda di Semarang. </p><p><br /></p><p>Kendati mendapat 25 tikaman, namun Jayengrana masih bertahan hidup, kemudian dibawa ke Desa Lawean. Di sanalah Jayengrana menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ada yang menyatakan, jenazah almarhum dimakamkan di Lawean, ada pula yang menyebut dibawa ke Surabaya. </p><p><br /></p><p>Peristiwa yang mirip juga dialami Adipati Sawunggaling. Seminggu setelah kelahiran anaknya Raden Mas Arya Bagus Narendra, Adipati Sawunggaling diundang ke keraton Kartasura untuk menghadiri upacara pemberian penghargaan atas keberhasilan Sawunggaling menghentikan pemberontakan Cakraningrat III di Madura. </p><p><br /></p><p>Walaupun ada rasa curiga dan kejanggalan, setelah berunding dengan staf ahli Kadipaten Surabaya Arya Suradireja, Sawunggaling tetap berangkat ke Kartasura. Di keraton Kartasura Sawunggaling langsung menghadap sang mertua Susuhunan Pakubuwana I dan melaporkan tentang kelahiran anak yang dikandung BRA Pembayun. </p><p><br /></p><p>Benar saja, pesta yang seolah-olah memberi penghargaan kepada Adipati Sawunggaling, tidak lain adalah jebakan dari Sawungkarna dan Van Hoogendorf Sebagai tuan rumah hendak meracun Adipati Sawunggaling dengan segelas anggur beracun tetapi gagal karena naluri yang tajam dari Adipati Sawunggaling. </p><p><br /></p><p>Merasa malu akan kelicikannya, Van Hoogendorf segera berlari masuk ke sebuah ruangan. Di sana ia mengambil pistol dan diarahkan kepada Adipati Sawunggaling. Begitu jari telunjuk Hoogendorf memegang pelatuk, seorang perwira muda Belanda bernama Van Jannsen melompat ke tengah dan peluru pistol Van Hoogendorf menembus dada letnan Van Jannsen. Saat melihat Jannsen terkapar, Van Hoogendorf, kembali mengokang pistolnya. </p><p><br /></p><p>Bersamaan dengan itu dengan gerak reflek Sawunggaling mencabut keris dan menghunuskan ke dada Van Hoogendorf. Setelah menembus jantung Hoogendorf, keris itu langsung dicabut. Hal yang tidak diduga itu membuat Van Hoogendorf limbung dan terjerembab dekat tubuh Van Jannsen. Para petinggi kompeni Belanda yang hadir berlarian meninggalkan ruangan untuk menyelamatkan diri. </p><p><br /></p><p>Tidak larut dengan menyaksikan dua jasad tak bernyawa di ruangan itu, Sawunggaling berdiri dan bersama rombongan menuju ke tempat parkir kuda. Tanpa pamit kepada sang mertua, Susuhunan Pakubuwana I, Sawunggaling yang didampingi Arya Suradireja segera meninggalkan Kartasura. </p><p><br /></p><p>Sesampainya di Surabaya, Adipati Sawunggaling benar-benar menaruh dendam kepada kompeni Belanda. Menyadari, perbuatannya “membunuh” Van Hoogendorf akan berbuntut pada penyerangan Belanda ke Surabaya, Sawunggaling langsung mengatur strategi. Adipati mengumpulkan para pejabat pemerintahan kadipaten Surabaya untuk menghadapi segala kemungkinan. </p><p><br /></p><p>Benar saja, kematian dua perwira Belanda di Kartasura itu membuat Gubernur Jenderal Belanda di Batavia Hendrik Zwaardeckroom marah besar. Ia langsung mengangkat Pieter Speelman sebagai pengganti Van Hoogendorf. Saat itu juga ia mengeluarkan Surat Perintah untuk menangkap Sawunggaling. </p><p><br /></p><p>Walaupun berduka, atas mangkatnya Ingkang Sinuwun Susuhunan Pakubuwana I, tanggal 13 Maret 1719, Sawunggaling maupun BRA Pembayun terpaksa tidak bisa menghadiri upacara pemakaman sang mertua. </p><p><br /></p><p>Pieter Speelman yang ditunjuk menggantikan Van Hoogendorf, mendapat laporan tentang kehebatan Laskar Sawunggaling menumpas anak buahnya di perbatasan Lamongan dan Mojokerto. Salah satu peperangan yang seru terjadi tanggal 10 Februari 1723. Pasukan Belanda yang dikomandani Letnan Bernard van Aken benar-benar terpukul. Kalah telak. Pasukan yang dipimpinnya berhasil terpaksa mundur sampai Bojonegoro dan Tuban. </p><p><br /></p><p>Apalagi waktu itu, Adipati Sawunggaling berhasil menjalin kerjasama dengan pasukan laut Portugis pimpinan Kapten Laut Francisco Santos Rodriguez yang berada di Laut Jawa. Dalam pertempuran di sekitar pelabuhan Sedayu Gresik, pasukan gabungan Laskar Sawunggaling dengan pasukan Portugis, berhasil mengalahkan armada laut Belanda. Seluruh pasukan Belanda di kapal dinyatakan tewas, kecuali ABK. </p><p><br /></p><p>Tidak tahan mendengar laporan kekalahan demi kekalahan yang diderita pasukannya dari pembantaian Laskar Sawunggaling, Speelman langsung mengambialih pasukan. Ia memimpin sendiri divisi tempur yang didatangkan dari Eropa, Batavia dan Semarang menyerbu pertahanan Laskar Sawunggaling di Lamongan dan Mojokerto. </p><p><br /></p><p>Dalam pertempuran sengit itu di pinggir Bengawan Solo, di wilayah Lamongan, Raden Mas Umbulsangga bersama 20 orang pasukannya gugur sebagai pahlawan. Komandan Laskar Sawunggaling diserahkan kepada Raden Mas Suradirana, saudara kembar Raden Mas Umbulsangga. </p><p><br /></p><p>Namun, dalam pertempuran akhir Maret 1723, Raden Mas Suradirana juga gugur sebagai pahlawan. Ia menghembuskan nafas terakhir saat terkepung musuh dan tubuhnya dihujani puluhan ujung bayonet pasukan Belanda yang haus darah. </p><p><br /></p><p>Dari hari ke hari pasukan Kompeni Belanda terus bertambah. Pertempuran atara pasukan Kompeni dengan Laskar Sawunggaling semakin gencar. Adipati Sawunggaling yang kehilangan dua saudaranya di medan tempur makin terdesak. Ia berunding dengan staf ahli kadipaten Surabaya Arya Suradireja. Mereka sepakat meninggalkan kadipaten untuk menyelamatkan keluarganya. </p><p><br /></p><p>Tempat berlindung yang dianggap cukup aman waktu itu adalah Benteng Providentia (benteng miring) di daerah Ujung Surabaya, dekat muara Sungai Kalimas. Adipati Sawunggaling membawa ibundanya Raden Ayu Dewi Sangkrah bersama isterinya Bendara Raden Ayu Pembayun, serta puteranya Raden Mas Arya Bagus Narendra ke Benteng Providentia. </p><p><br /></p><p>Dalam serangan besar-besar yang dilakukan pasukan Pieter Speelman ke Benteng Providentia, Adipati Sawunggaling yang memimpin sendiri Laskar Sawunggaling terkepung. Di sinilah, akhirnya sang adipati mendapat hadiah “timah panas” dari senapan pasukan Speelman. Anehnya, tubuh Sawunggaling yang sempoyongan “lenyap” saat tersandar di dinding benteng. </p><p><br /></p><p>Konon beberapa prajurit setia Laskar Sawunggaling sempat menyembunyikan jenazah Sawunggaling, kemudian melarikan jasadnya menuju desa Lidah Wetan. Agar tidak diketahui Belanda, Sang Adipati dimakamkan malam hari di tanah kelahirannya, berdampingan dengan kakeknya Wangsadrana alias Raden Mas Karyosentono. </p><p><br /></p><p>Paman Arya Suradireja menyelamatkan Raden Ayu Dewi Sangkrah ibunda Sawunggaling beserta BRA Pembayun dan Raden Mas Arya Bagus Narendra yang saat itu berusia empat tahun. </p><p><br /></p><p>Tatkala BRA Pembayun keluar dari gerbang benteng Providentia sembari mengendong Arya Bagus Narendra menuju kereta kuda, para petinggi Kompeni Belanda yang berbaris di depan benteng sertamerta memberi hormat dengan membuka topinya. </p><p><br /></p><p>Di antara petinggi kompeni Belanda itu adalah Pieter Speelman yang mengetahui BRA Pembayun adalah puteri almarhum Susuhunan Pakubuwana l. </p><p><br /></p><p>Konon, ketika diberitahu kalau jasad Sawunggaling sudah dibawa ke Lidah Wetan, Raden Ayu Sangkrah minta diantarkan ke rumahnya di Lidah Wetan. Sedangkan BRA Pembayun bersama Raden Mas Arya Bagus Narendra dibawa ke Kartasura. </p><p><br /></p><p>Dengan gugurnya Adipati Sawunggaling sebagai pahlawan bangsa di benteng Providentia itu, maka pimpinan pemerintahan Kadipaten Surabaya kosong. Kekuasaan sementara diambilalih oleh pihak Belanda. Tidak berapa lama, Kadipaten Surabaya dipimpin oleh Ki Tumenggung Panatagama. </p><p><br /></p><p>Perjuangan Sawunggaling sampai titik darah penghabisan itu tidak dilupakan oleh Arek Suroboyo. Ia mewakili ketangguhan budaya Arek menghadapi hegemoni budaya Mataram. Apakah bonek mania sekarang merupakan reinkarnasi Laskar Sawunggaling di masa lalu...?*** </p><p><br /></p><p>~~~~~~~~~~~~~~~ </p><p><br /></p><p>Sumber: </p><p><br /></p><p>Yousri Nur Raja Agam MH, Tumenggung Raden Mas Ngabehi Sawunggaling, Tokoh Legendaris Surabaya Tempo Dulu.</p><p>https://rajaagam.wordpress.com/2008/11/29/temenggung-mas-ngabehi-sawunggaling/ </p><p><br /></p><p>https://nasional.okezone.com/read/2021/07/26/337/2445909/sawunggaling-sulit-dibunuh-kompeni-murka-dan-rakyat-surabaya-digilas </p><p><br /></p><p>https://padangulan.wordpress.com/2014/06/25/kyai-lanang-dangiran-putra-blambangan/ </p><p><br /></p><p>https://osingkertarajasa.wordpress.com/kesaktian-orang-blambangan-tak-lekang-oleh-zaman/ </p><p><br /></p><p>https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Blambangan </p><p><br /></p><p>https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/2393 </p><p><br /></p><p>https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jangrana_II </p><p><br /></p><p>https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=915953618934962&id=100015609970974 </p><p><br /></p><p>https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=433055301411313&id=100041205407058</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-91138310648104266552024-03-23T20:49:00.001+07:002024-03-23T20:49:25.451+07:00Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran tentang 7 Pemuda Ditidurkan 309 Tahun di Gua ________________________________________________ Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran tentang 7 pemuda yang ditidurkan di dalam gua selama 309 tahun oleh Allah SWT memberikan banyak hikmah. Ketujuh pemuda tersebut lari dari kekejaman Raja Dikyanus karena akan dibunuh lantaran dipaksa menyembah selain Allah. Nama 7 pemuda ashabul kahfi dan anjingnya yang beriman kepada Allah yakni, Maksalmina, Tamlikha, Martunus, Kastunus, Bairunus, Yathbunus dan Danimus. Sedangkan nama anjingnya yakni Qithmir. Pendapat lain seperti dari Syab Al-Jubai mengatakan bahwa nama anjing tersebut adalah Hamran. Namun, hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Raja Dikyanus ini memimpin pada tahun 112 Masehi di masa pertengahan setelah era kerasulan Nabi Isa as dan sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran Dikutip dari Buku Akidah Akhlak, Kemenag, dikisahkan bahwa Raja Dikyanus bersama bala tentaranya memaksa 7 pemuda Ashabul Kahfi untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Namun, 7 pemuda beriman ini tetap teguh pada pendiriannya kemudian Allah SWT menyelamatkan iman dan tauhid mereka dengan cara melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus. Kemudian Allah SWT Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Ashabul Kahfi”. Allah berfirman dalam Surah Al Kahfi [18] ayat 13-14: حْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ Artinya: Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (QS. Al kahfi Ayat 13) وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا Artinya: "dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:"Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. (QS. Al Kahfi Ayat 14). Mulanya, Dikyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Dikyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Dikyanus. Mereka yang tidak menyembah berhala akan di seret ke alun-alun dan dipenggal di sana. Dikyanus ialah manusia dengan hati bagai batu. Dia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpinan Dikyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar. Suatu hari Dikyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nati itu pun tiba. Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian munculah Dikyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. Dikyanus kemudian duduk dengan khusuk di hadapan berhala yang berada di tengahtengah istanah. Suasana menjadi senyap. Dikyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Dia kemudian duduk dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Dikyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata: “Menteri, mana Martinus dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martinus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martinus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martinus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martinus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martinus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Dia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Dikyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Dikyanus yaitu Kaludius. Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Dikyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan. Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As. Dia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Diqyanus. Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Dikyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martinus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat kerena menyembah berhala. Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Diantara para pejabat Dikyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martinus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim. Di sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Dan tidak henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt. Allah SWT, menjadikan gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbersit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah Swt. (QS. Al-Kahfi [18]: 25) Allah SWT berfirman: وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka 300 tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al Kahfi ayat 25). Selama berada di tempat persembunyiannya di gua, ketujuh pemuda itu atas izin Allah ditidurkan selama 309 tahun. Mereka kemudian dibangunkan oleh Allah dari tidurnya. Wajah mereka pun berseri-sering dan saling bertanya berapa lama tidur di gua. Sebagian dari tujuh pemuda itu lalu berkata bahwa hanya Allah yang tahu berapa lama mereka ditidurkan. Setelah itu, mereka keluar dari gua dan mencari makan ke kota. Ketujuh pemuda itu kaget karena keadaan kota sudah berubah dan banyak orang yang sudah beriman kepada Allah SWT. Selama 309 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan. Tidak berapa lama kemudian, ketujuh pemuda itu meninggal dunia. Negeri Syam yang kini bernama Yordania kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa As yang memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan berhala. Ia juga berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan. Demikian kisah ashabul kahfi dalam Al Quran tentang 7 pemuda dan anjingnya yang ditidurkan oleh Allah SWT dalam gua selama 309 tahun karena mempertahankan iman dari kekejaman Raja Dikyanus.<p> Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran tentang 7 Pemuda Ditidurkan 309 Tahun di Gua</p><p>________________________________________________</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrEbUwf1BcP1_i9Z85mTXYjWNR1ZlRRf0bjcB3qVwAy91MvKo-TczT4kxz3O4q4pt9N2uLmLd2D1vF12ShPeUNXOoqvtdbmekGj0zwIOCzJDtkwbkx-WBb4ShAXnpbc1zstxfeY0xIdAcdf3fKMxETXFp2daZvE0oWIHoQzP18spSHUgRaUa2BFRNL-fs/s720/FB_IMG_1711201596238.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="720" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrEbUwf1BcP1_i9Z85mTXYjWNR1ZlRRf0bjcB3qVwAy91MvKo-TczT4kxz3O4q4pt9N2uLmLd2D1vF12ShPeUNXOoqvtdbmekGj0zwIOCzJDtkwbkx-WBb4ShAXnpbc1zstxfeY0xIdAcdf3fKMxETXFp2daZvE0oWIHoQzP18spSHUgRaUa2BFRNL-fs/s320/FB_IMG_1711201596238.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran tentang 7 pemuda yang ditidurkan di dalam gua selama 309 tahun oleh Allah SWT memberikan banyak hikmah. </p><p><br /></p><p>Ketujuh pemuda tersebut lari dari kekejaman Raja Dikyanus karena akan dibunuh lantaran dipaksa menyembah selain Allah.</p><p><br /></p><p>Nama 7 pemuda ashabul kahfi dan anjingnya yang beriman kepada Allah yakni, Maksalmina, Tamlikha, Martunus, Kastunus, Bairunus, Yathbunus dan Danimus. Sedangkan nama anjingnya yakni Qithmir. Pendapat lain seperti dari Syab Al-Jubai mengatakan bahwa nama anjing tersebut adalah Hamran. Namun, hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. </p><p><br /></p><p>Raja Dikyanus ini memimpin pada tahun 112 Masehi di masa pertengahan setelah era kerasulan Nabi Isa as dan sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. </p><p><br /></p><p>Kisah Ashabul Kahfi Dalam Al Quran</p><p>Dikutip dari Buku Akidah Akhlak, Kemenag, dikisahkan bahwa Raja Dikyanus bersama bala tentaranya memaksa 7 pemuda Ashabul Kahfi untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Namun, 7 pemuda beriman ini tetap teguh pada pendiriannya kemudian Allah SWT menyelamatkan iman dan tauhid mereka dengan cara melarikan diri dari kekejaman Raja Dikyanus. </p><p><br /></p><p>Kemudian Allah SWT Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun.</p><p><br /></p><p>Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1,5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Ashabul Kahfi”. </p><p><br /></p><p>Allah berfirman dalam Surah Al Kahfi [18] ayat 13-14: </p><p><br /></p><p>حْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ</p><p><br /></p><p>Artinya: Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (QS. Al kahfi Ayat 13)</p><p><br /></p><p>وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا</p><p><br /></p><p>Artinya: "dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:"Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. (QS. Al Kahfi Ayat 14).</p><p><br /></p><p>Mulanya, Dikyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Dikyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Dikyanus.</p><p><br /></p><p>Mereka yang tidak menyembah berhala akan di seret ke alun-alun dan dipenggal di sana. Dikyanus ialah manusia dengan hati bagai batu. </p><p><br /></p><p>Dia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpinan Dikyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.</p><p><br /></p><p>Suatu hari Dikyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nati itu pun tiba. </p><p><br /></p><p>Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian munculah Dikyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. </p><p><br /></p><p>Dikyanus kemudian duduk dengan khusuk di hadapan berhala yang berada di tengahtengah istanah. Suasana menjadi senyap. Dikyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. </p><p><br /></p><p>Dia kemudian duduk dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Dikyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata:</p><p><br /></p><p>“Menteri, mana Martinus dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martinus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martinus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. </p><p><br /></p><p>Ketika Martinus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martinus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana. Martinus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. </p><p><br /></p><p>Dia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Dikyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Dikyanus yaitu Kaludius.</p><p><br /></p><p>Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Dikyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. </p><p><br /></p><p>Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. </p><p><br /></p><p>Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan.</p><p><br /></p><p>Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As. Dia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Diqyanus.</p><p><br /></p><p>Ketika sedang mengawasi penyiksaan ini. Mata-mata Dikyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, aku pernah melihat pemuda ini bersama Martinus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini. Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat kerena menyembah berhala. </p><p><br /></p><p>Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini” Mendengar perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Diantara para pejabat Dikyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martus dan Nairawis. Kabar ini pun tersampaikan ke telinga Martinus. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri ke negeri terdekat ar-Raqim. </p><p><br /></p><p>Di sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Dan tidak henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt. Allah SWT, menjadikan gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan terbersit ketakutan dan tak berani memasukinya. </p><p><br /></p><p>Ketujuh pemuda dan seeokor anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun, dengan izin Allah Swt. (QS. Al-Kahfi [18]: 25)</p><p><br /></p><p>Allah SWT berfirman:</p><p><br /></p><p>وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا</p><p><br /></p><p>Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka 300 tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al Kahfi ayat 25).</p><p><br /></p><p>Selama berada di tempat persembunyiannya di gua, ketujuh pemuda itu atas izin Allah ditidurkan selama 309 tahun. </p><p><br /></p><p>Mereka kemudian dibangunkan oleh Allah dari tidurnya. Wajah mereka pun berseri-sering dan saling bertanya berapa lama tidur di gua. Sebagian dari tujuh pemuda itu lalu berkata bahwa hanya Allah yang tahu berapa lama mereka ditidurkan.</p><p><br /></p><p>Setelah itu, mereka keluar dari gua dan mencari makan ke kota. Ketujuh pemuda itu kaget karena keadaan kota sudah berubah dan banyak orang yang sudah beriman kepada Allah SWT.</p><p><br /></p><p>Selama 309 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan. Tidak berapa lama kemudian, ketujuh pemuda itu meninggal dunia. </p><p><br /></p><p>Negeri Syam yang kini bernama Yordania kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa As yang memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan berhala. Ia juga berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan.</p><p><br /></p><p>Demikian kisah ashabul kahfi dalam Al Quran tentang 7 pemuda dan anjingnya yang ditidurkan oleh Allah SWT dalam gua selama 309 tahun karena mempertahankan iman dari kekejaman Raja Dikyanus.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3671465356468414653.post-76084084693356442542024-03-23T17:20:00.001+07:002024-03-23T17:20:32.683+07:00Nabi Yusuf As ( Yusuf bin Ya’qub ) Lahir : Padan-Aram, kerajaan kuno orang Aram, Mesopotamia 1745 SM. Diangkat menjadi Nabi pada tahun 1715 SM. Mukjizat : 1. Anak Yakub yang menjadi nabi, 2. Ditampakkan mimpi bulan, bintang, dan matahari bersujud padanya, 3. Memiliki wajah yang tampan, 4. Mampu menafsirkan mimpi, 5. Menyelamatkan Nabi Yakub dari kebutaan. Orang Tua : ♂️Nabi Yusuf As, ♀️Rahel. Saudara : ♂️Yehuda, ♂️Benyamin, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Naftali, ♂️Isakhar, ♂️Zebulon, ♂️Ruben, ♀️Dina, ♂️Asyer, ♂️Gad, ♂️Dan bin Yakub. Istri : ♀️Ashenath, ♀️Zulaikha. Anak : ♂️Efraim, ♂️Manasye. Wafat : Kerajaan Mesir Kuno, Mesir 1635 SM. Makam : Sikhem, Kerajaan Israel, Israel. Keterangan : Dalam agama Islam, Yusuf (Arab: يوسف, translit: Yūsuf) adalah seorang tokoh yang disebutkan di dalam kitab suci Muslim Al-Qur'an. Selain itu, ia disebutkan pula dalam Alkitab dan Tanakh. Dia adalah putra dari Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Dalam kitab agama samawi disebutkan bahwa Yusuf adalah sosok saleh yang terkenal akan ketampanannya. Dia dibuang oleh kakak-kakaknya yang iri padanya, kemudian dipungut kafilah yang lewat dan dijadikan budak. Dia akhirnya dijual pada salah satu pejabat Mesir. Secara bertahap, Yusuf akhirnya menjadi salah satu tokoh penting di Mesir setelah berhasil menafsirkan mimpi raja. Al-Qur'an menyebutkan perjalanan hidup Yusuf sebagai "kisah terbaik." Nama Dalam bahasa Ibrani, istilah Yusuf (Y-S-F) memiliki arti 'bertambah'. Nama ini diberikan oleh Rahel, ibu Yusuf, yang berdoa supaya Allah mengaruniakan seorang anak tambahan untuk dirinya. Ayat Al-Qur'an (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." — Qur'an Yusuf:4 Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya. — Qur'an Yusuf:7 Alkitab “ Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya, dan menyerbunya, namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub. —Kejadian 49: 22–24b” Kisah Mimpi Nabi Yusuf Yusuf AS merupakan satu dari 12 anak Nabi Yaqub AS. Dan Yusuf AS adalah satu-satunya putra Nabi Yaqub yang memperoleh tugas kenabian dari Allah. Bermula dari mimpi yang dialami Nabi Yusuf ketika beliau masih kecil. Di dalam mimpinya, beliau melihat bulan, matahari, dan 11 bintang bersujud kepadanya. Para ulama menafsirkan bahwa bulan dan matahari dalam mimpi Nabi Yusuf mengisyaratkan kedua orang tuanya. Adapun 11 bintang merujuk kepada jumlah saudara Yusuf AS yang sebanyak sebelas orang. Ketika Nabi Yusuf terbangun dari tidurnya, beliau menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya, Nabi Yaqub. Dari sinilah, Yaqub AS mengetahui kalau Yusuf AS kelak akan menjadi orang yang berkedudukan tinggi serta punya derajat mulia di dunia dan akhirat, sampai-sampai kedua orang tua dan saudara-saudaranya pun akan tunduk kepada beliau. Mendengar mimpi itu, kemudian Nabi Yaqub pun berpesan kepada Yusuf AS untuk tidak menceritakan mimpi itu kepada 11 saudaranya. Pesan tersebut bermaksud supaya tidak muncul kedengkian di hati saudara-saudara Yusuf AS hingga mungkin mengantarkan mereka untuk melakukan kejahatan ataupun tipu daya terhadapnya. Kisah Nabi Yusuf Dibuang ke Dalam Sumur Melalui Surat Yusuf, Allah juga menceritakan bahwa saudara-saudaranya iri terhadap Yusuf AS dan saudara kandungnya, Bunyamin. Mereka dengki karena ayah mereka lebih perhatian kepada keduanya dibanding yang lain. Saudara-saudaranya beranggapan bahwa merekalah yang lebih berhak disayang dari pada Yusuf AS dan Bunyamin. Karena kedengkian itu, mereka berencana untuk membunuh Yusuf AS atau membuangnya ke tempat sangat jauh yang membuatnya tidak mungkin bisa pulang ke rumah. Demikian rencana mereka supaya kasih sayang Nabi Yaqub tercurah kepada mereka. Ketika saudara-saudara Yusuf AS sedang merencanakan tindakan mereka itu, salah satu dari mereka berkata, "Janganlah kalian membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dasar sumur supaya ia dipungut oleh beberapa orang musafir." Mendengar pendapat ini, mereka pun setuju. Tak lama mereka pun mendatangi ayah mereka, Nabi Yaqub untuk meminta izin agar bisa mengajak pergi Yusuf AS. Mereka beralasan akan membawa Yusuf AS bermain. Nabi Yaqub sebenarnya ragu untuk mengizinkan Yusuf AS diajak oleh anak-anaknya itu. Namun mereka terus meyakini Nabi Yaqub bahwa mereka akan mengawasi Yusuf AS dengan sungguh-sungguh. Dengan berat hati, akhirnya Nabi Yaqub memberi izin kepada mereka untuk membawa Yusuf AS pergi. Kala di perjalanan, saudara-saudara Yusuf AS mulai melancarkan rencana mereka. Mulanya mereka menghina dan mencaci-maki Yusuf AS dengan tindakan dan ucapan. Lalu saat melihat sebuah sumur yang cukup jauh dari rumah mereka, mereka pun memasukkan Yusuf AS ke dalamnya. Setelah berhasil memasukkannya ke dalam sumur, saudara-saudaranya mengambil baju Yusuf AS dan melumurinya dengan darah kambing. Kemudian mereka pulang ke rumah dan menemui Nabi Yaqub untuk melapor kejadian palsu. Mereka bersedih seraya menangis di hadapan ayah mereka dan menjelaskan bahwa Yusuf AS dimangsa serigala. Lalu mereka memperlihatkan baju Yusuf AS telah berlumuran darah sebagai pembuktian kepada ayahnya. Sebenarnya, Nabi Yaqub tidak pecaya begitu saja terhadap pengakuan anak-anaknya. Namun Yaqub AS hanya bisa berpasrah dan menyerahkan segala kepada Allah SWT. Kisah Nabi Yusuf Diperjualbelikan sebagai Budak Kala saudara-saudaranya telah pergi meninggalkannya, Yusuf AS duduk di dalam sumur sembari menunggu pertolongan Allah kepadanya. Beberapa lama kemudian datanglah para musafir ke sumur yang ada Yusuf AS di dalamnya. Musafir ini adalah rombongan pedagang dari Syam yang hendak menuju Mesir. Saat salah satu dari mereka mengambil air dari sumur dengan mengulurkan tali timba ke dalam lalu menariknya kembali ke atas, tiba-tiba Yusuf AS menggelantungkan diri pada tali timba itu. Musafir penarik tali timba melihat seorang anak yang tertarik bersama timbanya, lalu ia merasa senang karena bisa menjadikannya sebagai barang dagangan. Mereka hendak menjual Yusuf AS tepatnya sebagai budak ketika telah sampai di Mesir. Tiba di tempat tujuan, para musafir menjual Yusuf AS dengan harga murah kepada sepasang suami istri. Ternyata yang membeli Yusuf AS adalah orang yang terkenal dan terhormat. Dikatakan, ia adalah seorang menteri dengan jabatan tinggi. Suaminya dikenal dengan sebutan al-Aziz, sementara istrinya dikenal dengan nama Zulaikha. Kisah Nabi Yusuf Digoda oleh Istri Tuannya Setelah dibeli oleh sepasang suami istri, Yusuf AS tinggal di rumah mereka dan menjadi hamba sahaya yang melayani mereka. Hingga usianya dewasa dan ketampanannya bersinar, Yusuf AS tetap melayani tuan pejabat beserta istrinya tersebut. Pada suatu waktu, istri dari tuannya Yusuf AS merayu dan mengajak Yusuf AS untuk melakukan perbuatan yang tak pantas. Padahal istri tuannya adalah wanita cantik, kaya, masih muda, dan berkedudukan tinggi. Diceritakan, wanita itu menutup pintu kamar yang di dalamnya hanya ada dirinya dan Yusuf AS. Ia tertarik dan terus menggoda Yusuf AS lantaran penampilan dan ketampanannya yang menawan. Dalam kondisi ini, Yusuf AS memohon perlindungan Allah SWT dan coba menghindar serta pergi dari kamar itu. Yusuf AS kemudian lari menuju pintu untuk menjauh, dan istri tuannya mengejarnya sambil menarik baju Yusuf AS dari belakang hingga robek. Di saat yang sama, al-Aziz yang merupakan tuannya Yusuf AS tiba-tiba muncul dan memergoki mereka berdua. Istri tuannya kemudian menuduh Yusuf AS telah menggoda dirinya, dan mengaku sebagai korban. Istri tuannya terus membela diri dan menuduh Yusuf AS. Namun Yusuf AS berkata dirinya tak melakukan hal demikian. Beliau menjelaskan yang sebenarnya menggoda adalah istri al-Aziz tersebut. Al-Aziz pun bingung dalam menengahinya. Kemudian ada seorang yang berpendapat, "Jika baju gamisnya (Yusuf AS) koyak di depan, wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta." Maksudnya, Yusuf AS yang coba merayu wanita itu lalu wanita itu mendorong Yusuf sehingga baju bagian depannya robek. Orang itu kembali mengatakan, "Akan tetapi, jika baju gamisnya (Yusuf AS) koyak di belakang, wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar." Maksudnya, Yusuf AS berusaha melarikan diri dari godaan wanita itu. Karenanya, wanita itu mengejar dan menarik baju Yusuf AS dari belakang hingga sobek. Mendengar demikian, tuannya kemudian melihat bahwa baju belakang Yusuf AS yang robek. Kemudian al-Aziz menegur istrinya, dan berkata kepada Yusuf AS untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada siapa pun. Kisah Nabi Yusuf Dimasukkan ke Dalam Penjara Setelah kejadian itu, istri tuannya yakni Zulaikha memanggil teman-temannya ke rumahnya. Ia ingin menunjukkan ketampanan Yusuf AS yang membuatnya tertarik dan ingin menggoda. Melihat paras rupawan Yusuf AS, teman-teman Zulaikha pun ternganga hingga tak sadar membuat mereka mengiris jari-jari tangannya sendiri. Mendengar tragedi sebelumnya antara Zulaikha dan Yusuf AS, teman-temannya itu pun menyebarluaskan kabar tersebut hingga membuat heboh sekitar. Melihat kenyataan tersebut, al-Aziz dan Zulaikha sepakat untuk memenjarakan Yusuf AS agar muncul opini bahwa Yusuf-lahyang menggoda istri tuannya. Lalu masuklah Yusuf AS ke dalam penjara. Di sana beliau hanya bisa bersabar dan memohon pertolongan Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat terkait jangka waktu dipenjaranya Yusuf AS. Ada yang mengatakan tiga, tujuh, bahkan 10 tahun. Di dalam penjara, Yusuf AS bertemu dengan dua orang mantan pelayan raja. Keduanya kagum dengan kecedasan ucapan dan perbuatanyang dimiliki Yusuf AS. Ketika kedua orang itu bermimpi, mereka meminta Yusuf AS untuk menakwilkan mimpi mereka. Mereka takjub akan tafsiran mimpi yang ditakwilkan Yusuf AS. Padahal Yusuf AS sendiri mengatakan bahwa kemampuannya itu berasal dari Allah SWT, tuhan yang ia imani. Yusuf AS pun dikenal sebagai orang yang ahli dalam menafsirkan mimpi. Sudah sekian lama Yusuf AS beserta temannya berada di dalam penjara. Kemudian salah satu temannya itu diketahui akan terbebas dari hukuman penjara. Lalu Yusuf AS berkata kepada temannya yang selamat untuk menceritakan tentang dirinya kepada tuannya itu, alias raja. Menceritakan tentang dirinya di sini, maksudnya memberitahu raja akan keahlian takwil mimpi yang dimiliki Yusuf AS. Setelah keluar dari penjara, temannya Yusuf AS yang kembali mnejadi pelayan raja itu lupa akan pesan yang diberi Yusuf AS untuk menceritakan tentang dirinya. Kisah Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Sang Raja Suatu ketika raja Mesir kala itu bermimpi dalam tidurnya, dan mimpinya itu membuat ia cemas. Raja itu bermimpi seakan-akan ia berada di tepi sungai, lalu dari dalam sungai muncul tujuh sapi betina dengan tubuh gemuk. Ketujuh sapi betina itu merasa senang berada di padang rumput yang subur. Setelah muncul tujuh sapi gemuk, dalam mimpi raja muncul kembali tujuh sapi bertubuh lemah dan kurus. Anehnya, ketujuh sapi yang bertubuh kurus itu ikut bersenang-senang dengan tujuh sapi betina bertubuh gemuk. Kemudian sapi-sapi bertubuh lemah memakan tujuh sapi betina yang gemuk. Dengan mimpi tersebut, kemudian raja Mesir terbangun dari tidurnya dalam keadaan terkejut. Lalu ia tertidur lagi, dan mendapatkan mimpi aneh lagi yang berbeda. Mimpi-mimpi yang raja dapati itu membuatnya khawatir dan cemas. Raja pun menceritakan mimpi yang diperolehnya itu kepada para pembesar kerajaan dan kaumnya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang bisa menakwilkan mimpi sang raja. Dalam situasi tersebut, pelayan raja yang pernah dipenjara bersama Yusuf AS mengingat bahwa Yusuf AS mahir dan pandai menafsirkan mimpi. Kemudian ia berkata kepada sang raja dan kaumnya, "Aku akan memberitakan kepada kalian tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu maka utuslah aku (kepadanya)." Raja pun membolehkan dan mengutus si pelayan untuk menemui Yusuf AS di penjara. Setelah itu, Yusuf AS pun dibawa menemui raja. Raja Mesir lalu menceritakan mimpinya tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi lemah kepada Yusuf AS. Di hadapan raja, Yusuf AS pun menakwilkan bahwa akan datang musim subur dan makmur selama tujuh tahun. Setelah itu, datanglah musim paceklik yang penuh kesulitan selama tujuh tahun pula. Selain menafsirkan mimpi raja, Yusuf AS juga memberikan solusi terbaik bagi mereka untuk mengatasi krisis yang akan terjadi. Beliau memberikan gambaran jelas kepada mereka tentang kondisi yang terjadi ketika datang tahun-tahun dipenuhi dengan kemakmuran dan tahun-tahun yang diwarnai kekeringan atau paceklik. Setelah mendengar kepandaian dan kecermatan Yusuf AS dalam menakwilkan mimpi dan memberi solusi, raja Mesir menawarkan Yusuf AS untuk terlepas dari berbagai tuduhan yang disandarkan kepadanya dan yang membuatnya dimasukkan penjara. Namun Yusuf AS menolak, dan meminta raja untuk mengkonfirmasi kebenaran dari tuduhan tersebut lebih dahulu kepada tuan dan istri tuanyya yang terdahulu, yakni al-Aziz dan Zulaikha. Setelah raja mengkonfirmasi kepada mereka, didapati bahwa tuduhan tersebut adalah palsu dan Yusuf AS tidaklah bersalah. Yusuf AS tidak pernah menggoda maupun merayu Zulaikha, melainkan beliau adalah orang yang baik lagi terpuji Setelah jelas tidak bersalah, raja Mesir kala itu membebaskan Yusuf AS dari penjara dan membersihkan nama baiknya yang tercoreng akibat tuduhan palsu. Kisah Nabi Yusuf Bertemu Kembali dengan Keluarganya Kembalilah saudara-saudara Yusuf AS ke kampung halaman, dan menceritakan kepada ayah mereka yaitu Nabi Yaqub bahwa penguasa Mesir ingin bertemu dengan saudara mereka, Bunyamin. Mereka juga menyadari bahwa penguasa Mesir tersebut memberi jatah makanan kepada mereka dan bukan barter bahan makanan yang telah mereka tawarkan. Sehingga mereka berkata kepada Nabi Yaqub untuk mengizinkan Bunyamin ikut ke istana kerajaan supaya bisa mendapatkan jatah makanan lagi. Dengan segala penjelasan dan janji teguh yang dibuat anak-anak Nabi Yaqub terhadapnya, kemudian Yaqub AS mengizinkan anak-anaknya untuk membawa Bunyamin kepada penguasa Mesir kala itu, yakni Yusuf AS. Dibawalah Bunyamin untuk bertemu Yusuf AS. Saudara-saudaranya yang lain pun membawa barang-barang yang akan ditukar dengan bahan makanan. Setelah mereka sampai di istana untuk berdiskusi terkait penukaran barang, Yusuf AS bertemu dengan Bunyamin lalu ia mengungkapkan identitas aslinya. Penguasa Mesir tiba-tiba mengungkapkan bahwa dirinya adalah Yusuf AS. Saudara-saudara Yusuf AS keheranan, tapi Yusuf AS menegaskan, "Akulah Yusuf...", "...Dan ini saudaraku (Bunyamin)." Setelah mengetahui bahwa penguasa Mesir adalah Yusuf AS, lalu Yusuf AS memerintahkan kepada saudara-saudaranya untuk membawa baju yang ia kala itu beliau pakai kepada ayahnya, Nabi Yaqub. Yusuf AS pun juga memerintah agar sang ayah, Nabi Yaqub beserta keluarganya yang lain untuk dibawa ke Mesir supaya bisa bertemu dengannya. Demikian Nabi Yaqub bersama keluarganya datang ke Mesir untuk menemui dan berkumpul kembali dengan Yusuf AS setelah puluhan tahun terpisah. Ada ulama yang mengatakan bahwa Yusuf AS dan Nabi Yaqub terpisah selama 35 tahun, ada juga yang menyebut 83 tahun. Yusuf menjadi Menteri Keuangan Negara Takwil mimpi oleh Nabi Yusuf terhadap sang Raja membuat dirinya akhirnya diangkat sebagai Menteri Keuangan Negara. Penafsiran yang dilakukannya ternyata berhasil menjadi kenyataan. Penduduk Mesir pun diperintahkan untuk bercocok tanam saat menghadapi musim paceklik di waktu ke depan. Apa yang diperintahkan Nabi Yusuf kepada orang Mesir nyatanya berkebalikan dengan kebiasaan sehari-harinya. Mereka pun merasa jika mendapatkan hasil lebih baik daripada sebelumnya. Fakta ini menunjukkan bahwa suatu negara bisa berhemat secara sederhana untuk menghadapi masa-masa sulit. Kisah Nabi Yusuf sebagai Wakil Raja Mesir Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Yusuf dari berbagai sumber, akhirnya membuatnya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Kecerdasan otak, pengetahuan luas, kesabaran dan kejujuran serta akhlaknya menjadi alasan untuk diangkat sebagai Wakil Raja Mesir. 1. Tawaran Raja Mesir Nabi Yusuf tidak menolak atas tawaran Raja Mesir itu. Sang Nabi akhirnya menerima dengan kekuasaan penuh dalam bidang keuangan serta bahan makanan. Hal ini dikarenakan pertimbangannya sendiri bahwa kedua hal tersebut memiliki peran sangat penting. Pada hari penobatan Nabi Yusuf sebagai wakil Raja, sang Nabi mengenakan pakaian kerajaan dengan kalung emas. Kemudian Raja melepaskan cincin di jarinya untuk dipasangkan kepada Yusuf sebagai tanda kekuasaan. Peristiwa ini juga berhubungan dengan kisah cintanya bersama Zulaikha. 2. Tujuh Tahun Pertama Kepemimpinan Sebagai penguasa bijaksana, Nabi Yusuf selalu memuliakan tugasnya dengan sering mengadakan kunjungan ke daerah kekuasaannya. Tujuannya untuk berkenalan dengan rakyat jelata agar segala rancangan dan kebijakannya bisa dilaksanakan secara tepat sasaran.. Dalam tujuh tahun pertama kepemimpinannya, Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan dengan rakyat Mesir yang hidup tentram dan aman. Semua keperluan warga pun berhasil tercukupi secara merata. Seluruh lapisan masyarakat bisa menjangkaunya tanpa terkecuali. 3. Musim Panas dan Paceklik Tiba Berkat kepengurusan dari Nabi Yusuf yang begitu bijaksana, datangnya musim panas dan paceklik tiba tidak membuat rakyat kebingungan akan bahan makanan. Mereka pun hidup tentram tanpa ada rasa khawatir akan krisis pangan bahkan derita kelaparan seperti masa sebelumnya. Kabar inipun membuat banyak orang datang dari desa dan kota pinggir Mesir atau negara lain. Mereka mengaku jika kekurangan bahan pangan dan mengharap pertolongan dari Nabi Yusuf agar bisa membeli gandum sebagai stok sementara. Diantaranya bahkan merupakan saudara sang Nabi sendiri. Kisah Wafatnya Nabi Yusuf Setelah Yusuf AS menyadari bahwa nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya telah sempurna, yakni menjadi nabi, dengan dirinya yang telah berkumpul lagi dengan keluarganya, serta menjadi penguasa Mesir, beliau juga sadar bahwa kehidupannya di dunia adalah fana. Maka dari itu, Yusuf AS memohon kepada Allah SWT agar diwafatkan dalam keadaan memeluk Islam dan berharap kelak dipertemukan dengan hamba-hamba-Nya yang sholeh. Sebelum Yusuf AS wafat, Allah terlebih dahulu mewafatkan Nabi Yaqub. Dijelaskan bahwa Nabi Yaqub menetap di Mesir bersama Yusuf AS selama 17 tahun. Sebelum wafat, Nabi Yaqub berwasiat kepada Yusuf agar mengebumikannya di wilayah Syam di sisi makam kakek dan ayahnya, yaitu Ibrahim dan Ishaq. Demikian Nabi Yaqub pun wafat pada usia sekitar 140 tahun. beberapa tahun setelah kepergian ayahnya, Yusuf AS juga dipanggil Allah SWT ke hadapannya. Beliau wafat dan juga dikebumikan di tempat pemakaman orang tuanya. Yusuf AS diketahui wafat pada usia 120 tahun. Wallahu a'lam. Itulah sejumlah kisah Nabi Yusuf AS singkat dari lahir hingga wafat. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dari kisahnya itu.<p> Nabi Yusuf As</p><p>( Yusuf bin Ya’qub )</p><p><br /></p><p>Lahir : Padan-Aram, kerajaan kuno orang Aram, Mesopotamia 1745 SM.</p><p>Diangkat menjadi Nabi pada tahun 1715 SM.</p><p>Mukjizat : 1. Anak Yakub yang menjadi nabi, 2. Ditampakkan mimpi bulan, bintang, dan matahari bersujud padanya, 3. Memiliki wajah yang tampan, 4. Mampu menafsirkan mimpi, 5. Menyelamatkan Nabi Yakub dari kebutaan.</p><p>Orang Tua : ♂️Nabi Yusuf As, ♀️Rahel.</p><p>Saudara : ♂️Yehuda, ♂️Benyamin, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Naftali, ♂️Isakhar, ♂️Zebulon, ♂️Ruben, ♀️Dina, ♂️Asyer, ♂️Gad, ♂️Dan bin Yakub.</p><p>Istri : ♀️Ashenath, ♀️Zulaikha.</p><p>Anak : ♂️Efraim, ♂️Manasye.</p><p>Wafat : Kerajaan Mesir Kuno, Mesir 1635 SM.</p><p>Makam : Sikhem, Kerajaan Israel, Israel.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3mtrpUpKtD0RfOxfzSKlpTuRiKrVmnJbBg9EyGlwxvFxaBrnI8Ssp-REeCH_uL-8MiXrUo1uPwWfs4oun4O-ej8ad255AwQ8ms7GlFadnGd7QiX5AhGczcekB5ciQvHgLy83tXFyXeeLiYgfv1KwuIA6GRfgqMFRvSAVnJ2go1Hzglwx_4Y6AU1jP9E0/s874/FB_IMG_1711189043472.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="874" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3mtrpUpKtD0RfOxfzSKlpTuRiKrVmnJbBg9EyGlwxvFxaBrnI8Ssp-REeCH_uL-8MiXrUo1uPwWfs4oun4O-ej8ad255AwQ8ms7GlFadnGd7QiX5AhGczcekB5ciQvHgLy83tXFyXeeLiYgfv1KwuIA6GRfgqMFRvSAVnJ2go1Hzglwx_4Y6AU1jP9E0/s320/FB_IMG_1711189043472.jpg" width="264" /></a></div><br /><p><br /></p><p>Keterangan : </p><p><br /></p><p>Dalam agama Islam, Yusuf (Arab: يوسف, translit: Yūsuf) adalah seorang tokoh yang disebutkan di dalam kitab suci Muslim Al-Qur'an. Selain itu, ia disebutkan pula dalam Alkitab dan Tanakh. Dia adalah putra dari Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.</p><p><br /></p><p>Dalam kitab agama samawi disebutkan bahwa Yusuf adalah sosok saleh yang terkenal akan ketampanannya. Dia dibuang oleh kakak-kakaknya yang iri padanya, kemudian dipungut kafilah yang lewat dan dijadikan budak. Dia akhirnya dijual pada salah satu pejabat Mesir. Secara bertahap, Yusuf akhirnya menjadi salah satu tokoh penting di Mesir setelah berhasil menafsirkan mimpi raja. Al-Qur'an menyebutkan perjalanan hidup Yusuf sebagai "kisah terbaik."</p><p><br /></p><p>Nama</p><p><br /></p><p>Dalam bahasa Ibrani, istilah Yusuf (Y-S-F) memiliki arti 'bertambah'. Nama ini diberikan oleh Rahel, ibu Yusuf, yang berdoa supaya Allah mengaruniakan seorang anak tambahan untuk dirinya.</p><p><br /></p><p>Ayat</p><p>Al-Qur'an</p><p><br /></p><p>(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."</p><p><br /></p><p>— Qur'an Yusuf:4</p><p>Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya.</p><p><br /></p><p>— Qur'an Yusuf:7</p><p>Alkitab</p><p><br /></p><p>“ Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya, dan menyerbunya, namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub.</p><p><br /></p><p>—Kejadian 49: 22–24b”</p><p><br /></p><p>Kisah Mimpi Nabi Yusuf</p><p><br /></p><p>Yusuf AS merupakan satu dari 12 anak Nabi Yaqub AS. Dan Yusuf AS adalah satu-satunya putra Nabi Yaqub yang memperoleh tugas kenabian dari Allah.</p><p><br /></p><p>Bermula dari mimpi yang dialami Nabi Yusuf ketika beliau masih kecil. Di dalam mimpinya, beliau melihat bulan, matahari, dan 11 bintang bersujud kepadanya.</p><p><br /></p><p>Para ulama menafsirkan bahwa bulan dan matahari dalam mimpi Nabi Yusuf mengisyaratkan kedua orang tuanya. Adapun 11 bintang merujuk kepada jumlah saudara Yusuf AS yang sebanyak sebelas orang.</p><p><br /></p><p>Ketika Nabi Yusuf terbangun dari tidurnya, beliau menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya, Nabi Yaqub. Dari sinilah, Yaqub AS mengetahui kalau Yusuf AS kelak akan menjadi orang yang berkedudukan tinggi serta punya derajat mulia di dunia dan akhirat, sampai-sampai kedua orang tua dan saudara-saudaranya pun akan tunduk kepada beliau.</p><p><br /></p><p>Mendengar mimpi itu, kemudian Nabi Yaqub pun berpesan kepada Yusuf AS untuk tidak menceritakan mimpi itu kepada 11 saudaranya. Pesan tersebut bermaksud supaya tidak muncul kedengkian di hati saudara-saudara Yusuf AS hingga mungkin mengantarkan mereka untuk melakukan kejahatan ataupun tipu daya terhadapnya.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Dibuang ke Dalam Sumur</p><p><br /></p><p>Melalui Surat Yusuf, Allah juga menceritakan bahwa saudara-saudaranya iri terhadap Yusuf AS dan saudara kandungnya, Bunyamin. Mereka dengki karena ayah mereka lebih perhatian kepada keduanya dibanding yang lain. Saudara-saudaranya beranggapan bahwa merekalah yang lebih berhak disayang dari pada Yusuf AS dan Bunyamin.</p><p><br /></p><p>Karena kedengkian itu, mereka berencana untuk membunuh Yusuf AS atau membuangnya ke tempat sangat jauh yang membuatnya tidak mungkin bisa pulang ke rumah. Demikian rencana mereka supaya kasih sayang Nabi Yaqub tercurah kepada mereka.</p><p><br /></p><p>Ketika saudara-saudara Yusuf AS sedang merencanakan tindakan mereka itu, salah satu dari mereka berkata, "Janganlah kalian membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dasar sumur supaya ia dipungut oleh beberapa orang musafir." Mendengar pendapat ini, mereka pun setuju.</p><p><br /></p><p>Tak lama mereka pun mendatangi ayah mereka, Nabi Yaqub untuk meminta izin agar bisa mengajak pergi Yusuf AS. Mereka beralasan akan membawa Yusuf AS bermain.</p><p><br /></p><p>Nabi Yaqub sebenarnya ragu untuk mengizinkan Yusuf AS diajak oleh anak-anaknya itu. Namun mereka terus meyakini Nabi Yaqub bahwa mereka akan mengawasi Yusuf AS dengan sungguh-sungguh. Dengan berat hati, akhirnya Nabi Yaqub memberi izin kepada mereka untuk membawa Yusuf AS pergi.</p><p><br /></p><p>Kala di perjalanan, saudara-saudara Yusuf AS mulai melancarkan rencana mereka. Mulanya mereka menghina dan mencaci-maki Yusuf AS dengan tindakan dan ucapan. Lalu saat melihat sebuah sumur yang cukup jauh dari rumah mereka, mereka pun memasukkan Yusuf AS ke dalamnya.</p><p><br /></p><p>Setelah berhasil memasukkannya ke dalam sumur, saudara-saudaranya mengambil baju Yusuf AS dan melumurinya dengan darah kambing. Kemudian mereka pulang ke rumah dan menemui Nabi Yaqub untuk melapor kejadian palsu.</p><p><br /></p><p>Mereka bersedih seraya menangis di hadapan ayah mereka dan menjelaskan bahwa Yusuf AS dimangsa serigala. Lalu mereka memperlihatkan baju Yusuf AS telah berlumuran darah sebagai pembuktian kepada ayahnya.</p><p><br /></p><p>Sebenarnya, Nabi Yaqub tidak pecaya begitu saja terhadap pengakuan anak-anaknya. Namun Yaqub AS hanya bisa berpasrah dan menyerahkan segala kepada Allah SWT.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Diperjualbelikan sebagai Budak</p><p><br /></p><p>Kala saudara-saudaranya telah pergi meninggalkannya, Yusuf AS duduk di dalam sumur sembari menunggu pertolongan Allah kepadanya. Beberapa lama kemudian datanglah para musafir ke sumur yang ada Yusuf AS di dalamnya. Musafir ini adalah rombongan pedagang dari Syam yang hendak menuju Mesir.</p><p><br /></p><p>Saat salah satu dari mereka mengambil air dari sumur dengan mengulurkan tali timba ke dalam lalu menariknya kembali ke atas, tiba-tiba Yusuf AS menggelantungkan diri pada tali timba itu.</p><p><br /></p><p>Musafir penarik tali timba melihat seorang anak yang tertarik bersama timbanya, lalu ia merasa senang karena bisa menjadikannya sebagai barang dagangan. Mereka hendak menjual Yusuf AS tepatnya sebagai budak ketika telah sampai di Mesir.</p><p><br /></p><p>Tiba di tempat tujuan, para musafir menjual Yusuf AS dengan harga murah kepada sepasang suami istri. Ternyata yang membeli Yusuf AS adalah orang yang terkenal dan terhormat.</p><p><br /></p><p>Dikatakan, ia adalah seorang menteri dengan jabatan tinggi. Suaminya dikenal dengan sebutan al-Aziz, sementara istrinya dikenal dengan nama Zulaikha.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Digoda oleh Istri Tuannya</p><p><br /></p><p>Setelah dibeli oleh sepasang suami istri, Yusuf AS tinggal di rumah mereka dan menjadi hamba sahaya yang melayani mereka. Hingga usianya dewasa dan ketampanannya bersinar, Yusuf AS tetap melayani tuan pejabat beserta istrinya tersebut.</p><p><br /></p><p>Pada suatu waktu, istri dari tuannya Yusuf AS merayu dan mengajak Yusuf AS untuk melakukan perbuatan yang tak pantas. Padahal istri tuannya adalah wanita cantik, kaya, masih muda, dan berkedudukan tinggi.</p><p><br /></p><p>Diceritakan, wanita itu menutup pintu kamar yang di dalamnya hanya ada dirinya dan Yusuf AS. Ia tertarik dan terus menggoda Yusuf AS lantaran penampilan dan ketampanannya yang menawan.</p><p><br /></p><p>Dalam kondisi ini, Yusuf AS memohon perlindungan Allah SWT dan coba menghindar serta pergi dari kamar itu. Yusuf AS kemudian lari menuju pintu untuk menjauh, dan istri tuannya mengejarnya sambil menarik baju Yusuf AS dari belakang hingga robek.</p><p><br /></p><p>Di saat yang sama, al-Aziz yang merupakan tuannya Yusuf AS tiba-tiba muncul dan memergoki mereka berdua. Istri tuannya kemudian menuduh Yusuf AS telah menggoda dirinya, dan mengaku sebagai korban.</p><p><br /></p><p>Istri tuannya terus membela diri dan menuduh Yusuf AS. Namun Yusuf AS berkata dirinya tak melakukan hal demikian. Beliau menjelaskan yang sebenarnya menggoda adalah istri al-Aziz tersebut.</p><p><br /></p><p>Al-Aziz pun bingung dalam menengahinya. Kemudian ada seorang yang berpendapat, "Jika baju gamisnya (Yusuf AS) koyak di depan, wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta." Maksudnya, Yusuf AS yang coba merayu wanita itu lalu wanita itu mendorong Yusuf sehingga baju bagian depannya robek.</p><p><br /></p><p>Orang itu kembali mengatakan, "Akan tetapi, jika baju gamisnya (Yusuf AS) koyak di belakang, wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar." Maksudnya, Yusuf AS berusaha melarikan diri dari godaan wanita itu. Karenanya, wanita itu mengejar dan menarik baju Yusuf AS dari belakang hingga sobek.</p><p><br /></p><p>Mendengar demikian, tuannya kemudian melihat bahwa baju belakang Yusuf AS yang robek. Kemudian al-Aziz menegur istrinya, dan berkata kepada Yusuf AS untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada siapa pun.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Dimasukkan ke Dalam Penjara</p><p><br /></p><p>Setelah kejadian itu, istri tuannya yakni Zulaikha memanggil teman-temannya ke rumahnya. Ia ingin menunjukkan ketampanan Yusuf AS yang membuatnya tertarik dan ingin menggoda. Melihat paras rupawan Yusuf AS, teman-teman Zulaikha pun ternganga hingga tak sadar membuat mereka mengiris jari-jari tangannya sendiri.</p><p><br /></p><p>Mendengar tragedi sebelumnya antara Zulaikha dan Yusuf AS, teman-temannya itu pun menyebarluaskan kabar tersebut hingga membuat heboh sekitar. Melihat kenyataan tersebut, al-Aziz dan Zulaikha sepakat untuk memenjarakan Yusuf AS agar muncul opini bahwa Yusuf-lahyang menggoda istri tuannya.</p><p><br /></p><p>Lalu masuklah Yusuf AS ke dalam penjara. Di sana beliau hanya bisa bersabar dan memohon pertolongan Allah SWT. Para ulama berbeda pendapat terkait jangka waktu dipenjaranya Yusuf AS. Ada yang mengatakan tiga, tujuh, bahkan 10 tahun.</p><p><br /></p><p>Di dalam penjara, Yusuf AS bertemu dengan dua orang mantan pelayan raja. Keduanya kagum dengan kecedasan ucapan dan perbuatanyang dimiliki Yusuf AS. Ketika kedua orang itu bermimpi, mereka meminta Yusuf AS untuk menakwilkan mimpi mereka.</p><p><br /></p><p>Mereka takjub akan tafsiran mimpi yang ditakwilkan Yusuf AS. Padahal Yusuf AS sendiri mengatakan bahwa kemampuannya itu berasal dari Allah SWT, tuhan yang ia imani. Yusuf AS pun dikenal sebagai orang yang ahli dalam menafsirkan mimpi.</p><p><br /></p><p>Sudah sekian lama Yusuf AS beserta temannya berada di dalam penjara. Kemudian salah satu temannya itu diketahui akan terbebas dari hukuman penjara. Lalu Yusuf AS berkata kepada temannya yang selamat untuk menceritakan tentang dirinya kepada tuannya itu, alias raja.</p><p><br /></p><p>Menceritakan tentang dirinya di sini, maksudnya memberitahu raja akan keahlian takwil mimpi yang dimiliki Yusuf AS. Setelah keluar dari penjara, temannya Yusuf AS yang kembali mnejadi pelayan raja itu lupa akan pesan yang diberi Yusuf AS untuk menceritakan tentang dirinya.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Sang Raja</p><p><br /></p><p>Suatu ketika raja Mesir kala itu bermimpi dalam tidurnya, dan mimpinya itu membuat ia cemas. Raja itu bermimpi seakan-akan ia berada di tepi sungai, lalu dari dalam sungai muncul tujuh sapi betina dengan tubuh gemuk. Ketujuh sapi betina itu merasa senang berada di padang rumput yang subur.</p><p><br /></p><p>Setelah muncul tujuh sapi gemuk, dalam mimpi raja muncul kembali tujuh sapi bertubuh lemah dan kurus. Anehnya, ketujuh sapi yang bertubuh kurus itu ikut bersenang-senang dengan tujuh sapi betina bertubuh gemuk. Kemudian sapi-sapi bertubuh lemah memakan tujuh sapi betina yang gemuk.</p><p><br /></p><p>Dengan mimpi tersebut, kemudian raja Mesir terbangun dari tidurnya dalam keadaan terkejut. Lalu ia tertidur lagi, dan mendapatkan mimpi aneh lagi yang berbeda. Mimpi-mimpi yang raja dapati itu membuatnya khawatir dan cemas.</p><p><br /></p><p>Raja pun menceritakan mimpi yang diperolehnya itu kepada para pembesar kerajaan dan kaumnya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang bisa menakwilkan mimpi sang raja.</p><p><br /></p><p>Dalam situasi tersebut, pelayan raja yang pernah dipenjara bersama Yusuf AS mengingat bahwa Yusuf AS mahir dan pandai menafsirkan mimpi. Kemudian ia berkata kepada sang raja dan kaumnya, "Aku akan memberitakan kepada kalian tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu maka utuslah aku (kepadanya)."</p><p><br /></p><p>Raja pun membolehkan dan mengutus si pelayan untuk menemui Yusuf AS di penjara. Setelah itu, Yusuf AS pun dibawa menemui raja. Raja Mesir lalu menceritakan mimpinya tentang tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi lemah kepada Yusuf AS.</p><p><br /></p><p>Di hadapan raja, Yusuf AS pun menakwilkan bahwa akan datang musim subur dan makmur selama tujuh tahun. Setelah itu, datanglah musim paceklik yang penuh kesulitan selama tujuh tahun pula.</p><p><br /></p><p>Selain menafsirkan mimpi raja, Yusuf AS juga memberikan solusi terbaik bagi mereka untuk mengatasi krisis yang akan terjadi. Beliau memberikan gambaran jelas kepada mereka tentang kondisi yang terjadi ketika datang tahun-tahun dipenuhi dengan kemakmuran dan tahun-tahun yang diwarnai kekeringan atau paceklik.</p><p><br /></p><p>Setelah mendengar kepandaian dan kecermatan Yusuf AS dalam menakwilkan mimpi dan memberi solusi, raja Mesir menawarkan Yusuf AS untuk terlepas dari berbagai tuduhan yang disandarkan kepadanya dan yang membuatnya dimasukkan penjara.</p><p><br /></p><p>Namun Yusuf AS menolak, dan meminta raja untuk mengkonfirmasi kebenaran dari tuduhan tersebut lebih dahulu kepada tuan dan istri tuanyya yang terdahulu, yakni al-Aziz dan Zulaikha.</p><p><br /></p><p>Setelah raja mengkonfirmasi kepada mereka, didapati bahwa tuduhan tersebut adalah palsu dan Yusuf AS tidaklah bersalah. Yusuf AS tidak pernah menggoda maupun merayu Zulaikha, melainkan beliau adalah orang yang baik lagi terpuji</p><p><br /></p><p>Setelah jelas tidak bersalah, raja Mesir kala itu membebaskan Yusuf AS dari penjara dan membersihkan nama baiknya yang tercoreng akibat tuduhan palsu.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf Bertemu Kembali dengan Keluarganya</p><p><br /></p><p>Kembalilah saudara-saudara Yusuf AS ke kampung halaman, dan menceritakan kepada ayah mereka yaitu Nabi Yaqub bahwa penguasa Mesir ingin bertemu dengan saudara mereka, Bunyamin.</p><p><br /></p><p>Mereka juga menyadari bahwa penguasa Mesir tersebut memberi jatah makanan kepada mereka dan bukan barter bahan makanan yang telah mereka tawarkan. Sehingga mereka berkata kepada Nabi Yaqub untuk mengizinkan Bunyamin ikut ke istana kerajaan supaya bisa mendapatkan jatah makanan lagi.</p><p><br /></p><p>Dengan segala penjelasan dan janji teguh yang dibuat anak-anak Nabi Yaqub terhadapnya, kemudian Yaqub AS mengizinkan anak-anaknya untuk membawa Bunyamin kepada penguasa Mesir kala itu, yakni Yusuf AS.</p><p><br /></p><p>Dibawalah Bunyamin untuk bertemu Yusuf AS. Saudara-saudaranya yang lain pun membawa barang-barang yang akan ditukar dengan bahan makanan.</p><p><br /></p><p>Setelah mereka sampai di istana untuk berdiskusi terkait penukaran barang, Yusuf AS bertemu dengan Bunyamin lalu ia mengungkapkan identitas aslinya. Penguasa Mesir tiba-tiba mengungkapkan bahwa dirinya adalah Yusuf AS.</p><p><br /></p><p>Saudara-saudara Yusuf AS keheranan, tapi Yusuf AS menegaskan, "Akulah Yusuf...", "...Dan ini saudaraku (Bunyamin)."</p><p><br /></p><p>Setelah mengetahui bahwa penguasa Mesir adalah Yusuf AS, lalu Yusuf AS memerintahkan kepada saudara-saudaranya untuk membawa baju yang ia kala itu beliau pakai kepada ayahnya, Nabi Yaqub.</p><p><br /></p><p>Yusuf AS pun juga memerintah agar sang ayah, Nabi Yaqub beserta keluarganya yang lain untuk dibawa ke Mesir supaya bisa bertemu dengannya. Demikian Nabi Yaqub bersama keluarganya datang ke Mesir untuk menemui dan berkumpul kembali dengan Yusuf AS setelah puluhan tahun terpisah.</p><p><br /></p><p>Ada ulama yang mengatakan bahwa Yusuf AS dan Nabi Yaqub terpisah selama 35 tahun, ada juga yang menyebut 83 tahun.</p><p><br /></p><p>Yusuf menjadi Menteri Keuangan Negara </p><p><br /></p><p>Takwil mimpi oleh Nabi Yusuf terhadap sang Raja membuat dirinya akhirnya diangkat sebagai Menteri Keuangan Negara. Penafsiran yang dilakukannya ternyata berhasil menjadi kenyataan. Penduduk Mesir pun diperintahkan untuk bercocok tanam saat menghadapi musim paceklik di waktu ke depan.</p><p><br /></p><p>Apa yang diperintahkan Nabi Yusuf kepada orang Mesir nyatanya berkebalikan dengan kebiasaan sehari-harinya. Mereka pun merasa jika mendapatkan hasil lebih baik daripada sebelumnya. Fakta ini menunjukkan bahwa suatu negara bisa berhemat secara sederhana untuk menghadapi masa-masa sulit.</p><p><br /></p><p>Kisah Nabi Yusuf sebagai Wakil Raja Mesir </p><p><br /></p><p>Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Yusuf dari berbagai sumber, akhirnya membuatnya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Kecerdasan otak, pengetahuan luas, kesabaran dan kejujuran serta akhlaknya menjadi alasan untuk diangkat sebagai Wakil Raja Mesir.</p><p><br /></p><p> 1. Tawaran Raja Mesir</p><p><br /></p><p>Nabi Yusuf tidak menolak atas tawaran Raja Mesir itu. Sang Nabi akhirnya menerima dengan kekuasaan penuh dalam bidang keuangan serta bahan makanan. Hal ini dikarenakan pertimbangannya sendiri bahwa kedua hal tersebut memiliki peran sangat penting.</p><p><br /></p><p>Pada hari penobatan Nabi Yusuf sebagai wakil Raja, sang Nabi mengenakan pakaian kerajaan dengan kalung emas. Kemudian Raja melepaskan cincin di jarinya untuk dipasangkan kepada Yusuf sebagai tanda kekuasaan. Peristiwa ini juga berhubungan dengan kisah cintanya bersama Zulaikha.</p><p><br /></p><p>2. Tujuh Tahun Pertama Kepemimpinan </p><p><br /></p><p>Sebagai penguasa bijaksana, Nabi Yusuf selalu memuliakan tugasnya dengan sering mengadakan kunjungan ke daerah kekuasaannya. Tujuannya untuk berkenalan dengan rakyat jelata agar segala rancangan dan kebijakannya bisa dilaksanakan secara tepat sasaran..</p><p><br /></p><p>Dalam tujuh tahun pertama kepemimpinannya, Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan dengan rakyat Mesir yang hidup tentram dan aman. Semua keperluan warga pun berhasil tercukupi secara merata. Seluruh lapisan masyarakat bisa menjangkaunya tanpa terkecuali.</p><p><br /></p><p>3. Musim Panas dan Paceklik Tiba </p><p><br /></p><p>Berkat kepengurusan dari Nabi Yusuf yang begitu bijaksana, datangnya musim panas dan paceklik tiba tidak membuat rakyat kebingungan akan bahan makanan. Mereka pun hidup tentram tanpa ada rasa khawatir akan krisis pangan bahkan derita kelaparan seperti masa sebelumnya.</p><p><br /></p><p>Kabar inipun membuat banyak orang datang dari desa dan kota pinggir Mesir atau negara lain. Mereka mengaku jika kekurangan bahan pangan dan mengharap pertolongan dari Nabi Yusuf agar bisa membeli gandum sebagai stok sementara. Diantaranya bahkan merupakan saudara sang Nabi sendiri.</p><p><br /></p><p>Kisah Wafatnya Nabi Yusuf</p><p><br /></p><p>Setelah Yusuf AS menyadari bahwa nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya telah sempurna, yakni menjadi nabi, dengan dirinya yang telah berkumpul lagi dengan keluarganya, serta menjadi penguasa Mesir, beliau juga sadar bahwa kehidupannya di dunia adalah fana.</p><p><br /></p><p>Maka dari itu, Yusuf AS memohon kepada Allah SWT agar diwafatkan dalam keadaan memeluk Islam dan berharap kelak dipertemukan dengan hamba-hamba-Nya yang sholeh.</p><p><br /></p><p>Sebelum Yusuf AS wafat, Allah terlebih dahulu mewafatkan Nabi Yaqub. Dijelaskan bahwa Nabi Yaqub menetap di Mesir bersama Yusuf AS selama 17 tahun. Sebelum wafat, Nabi Yaqub berwasiat kepada Yusuf agar mengebumikannya di wilayah Syam di sisi makam kakek dan ayahnya, yaitu Ibrahim dan Ishaq. Demikian Nabi Yaqub pun wafat pada usia sekitar 140 tahun.</p><p><br /></p><p>beberapa tahun setelah kepergian ayahnya, Yusuf AS juga dipanggil Allah SWT ke hadapannya. Beliau wafat dan juga dikebumikan di tempat pemakaman orang tuanya. Yusuf AS diketahui wafat pada usia 120 tahun. Wallahu a'lam.</p><p><br /></p><p>Itulah sejumlah kisah Nabi Yusuf AS singkat dari lahir hingga wafat. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dari kisahnya itu.</p>widoyokohttp://www.blogger.com/profile/06360133484030289915noreply@blogger.com0