18 February 2024

Kiai Hasan Surgi Jatikusumo/Muhammad Hasan bin Hasim bin Yahya , Telik Sandi Pangeran Diponegoro ( 1825 - 1830 M ) ________________________________________________ Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang merupakan tokoh penting era perjuangan perang Jawa yang melawan penjajah Belanda. Namanya abadi dalam catatan sejarah yang patut saya dan teman-teman teladani (tidak semata-mata soal kramatnya saja). Telik Sandi yang Dapat Diandalkan Semasa hidup Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo merupakan salah satu orang kepercayaan Kerajaan Mataram Islam. Mbah Kiai Surgi seorang Telik Sandi (Intel) yang bertugas memata-matai penjajah Belanda. Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang dipercaya sebagai Intel di bawah komando Bendara Raden Mas Antawirya. Dimana Raden Mas Antawirya kemudian biasa dikenal dengan Pangeran Diponegoro. Mbah Kiai Surgi bertugas untuk menggali informasi dari penjajah Belanda. Kemudian menyampaikan informasi kepada Raden Mas Antawirya untuk keperluan mengatur strategi. Informasi yang dicari dan disampaikan oleh Mbah Kiai Surgi berguna untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan Belanda. Bagaimana kondisi kekuatan musuh, jarak tempuh, kondisi Medan dan cuaca. Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo berjuang dibantu duet pendekar multitalenta. Mereka adalah Wiro Sebru dan Wro Kucir yang bertugas untuk menangani ratusan prajurit dan bertanggung jawab atas suksesnya spionase. Selain itu, sosok Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo ini juga ditemani Abdullah. Dimana makam anaknya berada tepat di sebelah Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo. Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang (Ibad, Radarpekalongan). Kemampuan intelegensi Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini sangat handal sekali. Buktinya sampai bisa membuat Belanda kewalahan dalam kurun waktu 1825-1830 atau setengah dekade. Dimana tentara Belanda sampai menyebut perang melawan pribumi Batang dijuluki sebagai “Great War”. Sebab perang berlangsung selama 5 tahun tanpa henti.Ternyata di balik itu semua ada peran Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang membantu panglima perang Pangeran Diponegoro. Memantau Santri dan Menenangkan Diri Setelah membuat Belanda over thingking berbulan-bulan, akhirnya perlawanan yang dibangun melalui Telik Sandi Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo kehilangan arah. Tepatnya pada 28 Maret 1830, ketika Letnan Hendrik Merkus de Kock mengundang Pangeran Diponegoro ke wisma Karesidenan Magelang untuk tanda tangan perjanjian damai dan mengakhiri peperangan. Namun Pangeran Diponegoro malah diculik dan diasingkan ke luar Pulau Jawa. Kejadian itu membuat Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo syok. Setelah itu Mbah Kiai Surgi lebih banyak berkhalwat untuk menenangkan diri atas apa yang terjadi. Kegiatannya hingga beliau wafat, lebih banyak dihabiskan untuk mengajar santri-santrinya belajar agama Islam. Kelak kisah hidup Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini menarik perhatianku tokoh Kharismatik Kota Pekalongan. Peringatan Haul 7 Sya’ban dan Kirab Merah Putih Kini makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini diperingati setiap 7 Sya’ban. Setiap peringatan itu dilakukan pembukaan pintu makam di Kedungdowo, Desa Pasekaran, Kabupaten Batang. Sebenarnya Mbah Kiai Surgi memiliki nama asli yaitu Muhammad Hasan bin Hasim bin Yahya yang berasal dari Mataram. Itulah keistimewaan Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang hingga kini masih sering diziarahi. Pintu makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang (Ibad, Saiful Ibad). Bahkan tokoh Kharismatik Kota Pekalongan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya tertarik untuk memperingati haul Mbah Hasan Surgi Jatikusumo. Tentu saja dengan perayaan yang meriah untuk mengenalkan patriotisme Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang. Sikap kesatria dan pantang menyerah ketika melawan penjajahan Belanda. Habib Luthfi bin Ali bin Yahya ingin menginspirasi anak-anak muda untuk mengenal kembali tokoh-tokoh yang berperan besar di masa lampau. Seorang kuncen (Juru Kunci Makam) menuturkan bahwa dulu makam Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo hanya diperingati setiap hari Jumat Kliwon bulan Rajab. Salah satu sisi kemeriahan Kirab Merah Putih untuk memperingati perjuangan Mbah Kiai Surgi. (Dok. Radar Pekalongan) Namun sekarang lebih meriah berkat inisiasi dari Habib Luthfi bin Ali bin Yahya dengan mengadakan kirab merah putih untuk memperingati haul Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo.

 Kiai Hasan Surgi Jatikusumo/Muhammad Hasan bin Hasim bin Yahya   , Telik Sandi Pangeran Diponegoro ( 1825 - 1830 M )

________________________________________________


Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang merupakan tokoh penting era perjuangan perang Jawa yang melawan penjajah Belanda. Namanya abadi dalam catatan sejarah yang patut saya dan teman-teman teladani (tidak semata-mata soal kramatnya saja).



Telik Sandi yang Dapat Diandalkan


Semasa hidup Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo merupakan salah satu orang kepercayaan Kerajaan Mataram Islam. Mbah Kiai Surgi seorang Telik Sandi (Intel) yang bertugas memata-matai penjajah Belanda.


Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang dipercaya sebagai Intel di bawah komando Bendara Raden Mas Antawirya. Dimana Raden Mas Antawirya kemudian biasa dikenal dengan Pangeran Diponegoro.


Mbah Kiai Surgi bertugas untuk menggali informasi dari penjajah Belanda. Kemudian menyampaikan informasi kepada Raden Mas Antawirya untuk keperluan mengatur strategi.


Informasi yang dicari dan disampaikan oleh Mbah Kiai Surgi berguna untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan Belanda. Bagaimana kondisi kekuatan musuh, jarak tempuh, kondisi Medan dan cuaca.


Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo berjuang dibantu duet pendekar multitalenta. Mereka adalah Wiro Sebru dan Wro Kucir yang bertugas untuk menangani ratusan prajurit dan bertanggung jawab atas suksesnya spionase.


Selain itu, sosok Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo ini juga ditemani Abdullah. Dimana makam anaknya berada tepat di sebelah Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo. Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang (Ibad, Radarpekalongan).


Kemampuan intelegensi Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini sangat handal sekali. Buktinya sampai bisa membuat Belanda kewalahan dalam kurun waktu 1825-1830 atau setengah dekade.


Dimana tentara Belanda sampai menyebut perang melawan pribumi Batang dijuluki sebagai “Great War”. Sebab perang berlangsung selama 5 tahun tanpa henti.Ternyata di balik itu semua ada peran Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang membantu panglima perang Pangeran Diponegoro.


Memantau Santri dan Menenangkan Diri

Setelah membuat Belanda over thingking berbulan-bulan, akhirnya perlawanan yang dibangun melalui Telik Sandi Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo kehilangan arah.


Tepatnya pada 28 Maret 1830, ketika Letnan Hendrik Merkus de Kock mengundang Pangeran Diponegoro ke wisma Karesidenan Magelang untuk tanda tangan perjanjian damai dan mengakhiri peperangan. Namun Pangeran Diponegoro malah diculik dan diasingkan ke luar Pulau Jawa.


Kejadian itu membuat Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo syok. Setelah itu Mbah Kiai Surgi lebih banyak berkhalwat untuk menenangkan diri atas apa yang terjadi.


Kegiatannya hingga beliau wafat, lebih banyak dihabiskan untuk mengajar santri-santrinya belajar agama Islam. Kelak kisah hidup Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini menarik perhatianku tokoh Kharismatik Kota Pekalongan.


Peringatan Haul 7 Sya’ban dan Kirab Merah Putih


Kini makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang ini diperingati setiap 7 Sya’ban. Setiap peringatan itu dilakukan pembukaan pintu makam di Kedungdowo, Desa Pasekaran, Kabupaten Batang.


Sebenarnya Mbah Kiai Surgi memiliki nama asli yaitu Muhammad Hasan bin Hasim bin Yahya yang berasal dari Mataram. Itulah keistimewaan Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang yang hingga kini masih sering diziarahi. Pintu makam Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang (Ibad, Saiful Ibad).


Bahkan tokoh Kharismatik Kota Pekalongan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya tertarik untuk memperingati haul Mbah Hasan Surgi Jatikusumo. Tentu saja dengan perayaan yang meriah untuk mengenalkan patriotisme Mbah Kiai Surgi Pasekaran Batang.


Sikap kesatria dan pantang menyerah ketika melawan penjajahan Belanda. Habib Luthfi bin Ali bin Yahya ingin menginspirasi anak-anak muda untuk mengenal kembali tokoh-tokoh yang berperan besar di masa lampau.


Seorang kuncen (Juru Kunci Makam) menuturkan bahwa dulu makam Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo hanya diperingati setiap hari Jumat Kliwon bulan Rajab. Salah satu sisi kemeriahan Kirab Merah Putih untuk memperingati perjuangan Mbah Kiai Surgi. (Dok. Radar Pekalongan)


Namun sekarang lebih meriah berkat inisiasi dari Habib Luthfi bin Ali bin Yahya dengan mengadakan kirab merah putih untuk memperingati haul Mbah Kiai Hasan Surgi Jatikusumo.

No comments:

Post a Comment