30 May 2022

Sejarah Magelang - Be Tjo Lok - Klenteng Liong Hok Bio

 Lithografi Warna Langka Potret Be Tjo Lok (ca. 1850)


Oleh : Cahyono Edo Santoso

Be (Bhe) Tjo Lok alias Be Koen Wie memulai jabatan Opsir Cina dengan pangkat Letnan untuk membantu kerabatnya yaitu Be Ing Tjioe yang menjadi Kapitan di Bagelen pada tahun 1838.

Kemudian pada tahun 1839 Be Ing Tjioe pindah ke Semarang, Be Tjo Lok praktis menjadi Letnan di Bagelen pada tahun itu.

Pada tahun 1843 beliau kemudian diangkat menjadi Kapitan di Kedu dan pindah bermukim di Magelang. Be Tjo Lok menjabat Kapitan Kedu hingga tahun 1856 sebelum digantikan anaknya Be Tjing Tjoan.

Salah satu sumbangsih terbesarnya untuk masyarakat Peranakan Cina adalah ketika beliau mendonasikan tanah bekas kantornya untuk didirikan Klenteng Liong Hok Bio di Magelang pada tahun 1864.

Sangat langka menemukan potret peranakan dalam bentuk lithograph mengingat tehnik ini adalah metode cetak kuno yang ditemukan sebelum era adanya fotografi dan eksklusif penggunaannya untuk seni, potret tokoh-tokoh besar dan buku-buku bersejarah pada abad 18 & 19.

Lithography adalah sistem cetak dengan 'batu khusus' yg penggunaanya baru dimulai pada 1796, memberikan opsi yang lebih realistis karena mempunyai tingkat gradasi yang halus dibandingkan sistem cetak cukil 'engraving' sebelumnya. Tehnik cetak yang dianggap bisa menyerupai wujud aslinya sebelum dunia mengenal fotografi.

Pembuatan potret ini diperkirakan sekitar 1850an, sebelum masuknya fotografi ke Hindia Belanda yang umumnya dimulai oleh fotographer Woodbury & Page di tahun 1860an. Dan sangat besar kemungkinan jika potret ini dipesan di Belanda ketika Be Tjo Lok mengunjungi negara tersebut.

Pembuat / lithographernya adalah Nicolaas Johannes Wilhelmus de Roode (1814 - 1884), seorang pelukis dan lithographer ternama kebangsaan Belanda yang beraktifitas di daerah sekitar Rotterdam, Belgia dan Den Haag / The Hague.

N.J.W de Roode terkenal akan karya lukisan & lithografinya yang banyak menampilkan tokoh-tokoh penting Belanda seperti William III King of the Netherlands.

Sumber : Patina Antik




28 May 2022

Sejarah Magelang - Soekimin Adiwiratmoko

 Soekimin Adiwiratmoko, sosok pejuang kemerdekaan, pendidikan, dan seni budaya di Kota Magelang. Sosok teladan pencipta lagu Magelang Kota Harapan yang legend bagi warga Magelang.




Sejarah Magelang - Soekimin Adiwiratmoko

 

Soekimin Adiwiratmoko, Sosok Pejuang, Pendidik, Pecinta Seni Budaya dan Penggali Sejarah Kota Magelang

Soekimin Adiwiratmoko, Kepala Depdikbud Kota Magelang pertama periode 1976-1987, sang pencipta lagu Magelang Kota Harapan. (foto : koleksi keluarga Soekimin Adiwiratmoko)

Soekimin Adiwiratmoko, Kepala Depdikbud Kota Magelang pertama periode 1976-1987, sang pencipta lagu Magelang Kota Harapan. (foto : koleksi keluarga Soekimin Adiwiratmoko)

“Magelang Kota yang Indah, penuh dengan pemandangan. Di sini gunung, di sana gunung, di tengahpun gunung….”

Bagi anda warga Magelang tentunya tak asing dengan lirik lagu tersebut. Iya, lagu berjudul Magelang Kota yang Harapan tersebut adalah buah karya dari Soekimin Adiwiratmoko.

Lagu tersebut tercipta di pertengahan tahun 1980-an. Meski demikian, lagu itu masih mengudara di setiap hajatan seni budaya yang diadakan Pemkot Magelang ataupun radio dan aktivitas seni yang dilakukan oleh masyarakat.

Tak banyak yang tau, siapa Soekimin itu. Tapi bagi generasi berumur kisaran 50-an ke atas, sosok beliau begitu populer.

Soekimin Adiwiratmoko lahir di Magelang 29 November 1930. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Pendidikan & Kebudayaan (Depdikbud) Kota Magelang yang pertama periode 1976-1987 dengan NIP 130 430 902.

Pada masa perjuangan (1946-1947) Soekimin yang saat itu menempuh pendidikan di SGA (Sekolah Guru bagian A), bergabung ke dalam Tentara Pelajar (TP) untuk melawan Belanda. Soekimin rela meninggalkan bangku sekolah untuk mengusir Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.

Daerah perjuangannya meliputi wilayah Bandongan (Magelang), Kranggan (Temanggung) dan Ambarawa. Terakhir Soekimin mendapat pangkat Sersan Mayor.

Usai perang kemerdekaan, Soekimin meneruskan pendidikan di Fakultas Pedagogik (Ilmu Pendidikan) Universitas Gadjah Mada dan diwisuda di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat (tempat pertama kampus UGM) pada tahun 1960-an.

Usai rampung kuliah, Soekimin kembali ke Magelang dan mengajar di SMP Kristen dan SMA Kristen. Lalu mendirikan SMEA Kristen, SMEA 17 bersama Yayasan Tentara Pelajar (TP) dan SMEA Negeri. Karena dedikasinya yang tinggi, Soekimin diangkat menjadi pegawai Dinas P dan K Kab. Magelang.

Soekimin lalu bekerja di pemerintah Kotamadya Magelang. Pada 1973-1974 diangkat menjadi Kepala RPD (Radio Pemerintah Daerah) di Jl. Akhmad Yani Poncol. Soekimin juga pernah menjadi anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) bersama 5 orang yang lain. Tugas BPH adalah semacam komite yang membantu jalannya pemerintahan di kota Magelang.

Pada tahun 1976, pada masa Walikota Mochammad Soebroto (1966-1979), Soekimin diangkat sebagai Kepala Depdikbud Kota Magelang yang pertama. Sebelumnya, urusan pendidikan dan kebudayaan masih di bawah Depdikbud Kab. Magelang.

Pengangkatan Soekimin ini atas beberapa faktor yaitu Soekimin ini mempelopori pendirian Depdikbud Kotamadya Magelang dan kiprah Soekimin di pengembangan dunia pendidikan.

Kantor pertama Depdikbud Kotamadya Magelang didirikan di belakang gedung Balai Pelajar Jl. Pahlawan. Saat sebagai orang nomer satu di lembaga ini, selain di bidang pendidikan, Soekimin juga banyak melakukan berbagai kegiatan untuk memajukan bidang seni, budaya dan sejarah.

Soekimin juga diangkat sebagai wakil ketua Yayasan Tidar yang melahirkan Universitas Tidar pada 1979, ketua yayasan dijabat oleh Walikotamadya Magelang Mochammad Soebroto. Universitas Tidar menyatukan Akademi Uang dan Bank (AKUB) dan Akademi Bahasa Asing (ABA).

Di bidang pendidikan, Soekimin berhasil membidani kelahiran beberapa lembaga pendidikan seperti SMEA Kristen, SMEA 17, SMEA Negeri, Universitas Tidar, IKIP Veteran dll.

Di bidang seni budaya, Soekimin memajukan sendratari. Ia pun juga menguasai beberapa alat musik seperti organ, biola, kulintang, karawitan, gitar, suling dll. Selain itu Soekimin juga memiliki kegemaran membuat patung dan menyanyi.

Kegemarannya menyanyi juga diikuti kemampuannya untuk menciptakan lagu. Lagu karya Sukimin diantaranya Magelang Kota Harapan dan Magelang Kotaku.

Lagu berjudul ‘Magelang Kota Harapan’ menjadi lagu legendaris dan menjadi ikon kota Magelang serta masih dinyanyikan oleh masyarakat hingga kini.

Buku-buku karya Soekimin Adiwiratmoko.
(koleksi keluarga Soekimin Adiwiratmoko)

Di bidang sejarah, Soekimin menulis artikel mengenai sejarah di Magelang, baik era Belanda maupun kemerdekaan seperti Penelusuran Nama dan Hari Lahir Kota Magelang (makalah), Pejuang Magelang dengan Putra-putranya (1984), Magelang Kota Harapan dan Sejarah Perjuangan Masyarakat Kota Magelang di Masa Perjuangan Phisik tahun 1945-1950.

Kemampuannya pantas dipuji, yakni dengan menterjemahkan arsip-arsip berbahasa Belanda di tahun 1930-an sebagai materi penulisan bukunya.

Dari buku-buku yang ia tulis, akhirnya memotivasi pemerintah daerah Kodya II Magelang untuk melakukan penelusuran Hari Jadi Kota Magelang. Beberapa diskusi dan seminar digelar dengan menghadirkan arkeolog MM Sukarto K Atmojo dari Yogyakarta.

Akhirnya Walikotamadya Drs. Bagus Panuntun mengeluarkan Perda nomer 6 tahun 1989 tentang Penetapan Hari Jadi Kota Magelang yang jatuh pada 11 April berdasarkan Prasasti Mantyasih tertanggal 11 April 907.

Di masa sebagai Kepala Depdikbud Kodya Magelang, dibahas pula tentang perluasan wilayah Kotamadya Magelang ke arah wilayah Kab. Magelang.

Selesai purna tugas sebagai Kepala Depdikbud Kodya Magelang, Soekimin menjadi penilik sekolah wilayah Kedu dan Dikmenjur wilayah Banyumas. Lalu diangkat menjadi anggota DPRD Kodya Magelang (1 periode), dosen di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) di Universitas Tidar dll.

Soekimin Adiwiratmoko berfoto bersama istri, anak, menantu dan cucu-cucunya.. (foto : koleksi keluarga Soekimin Adiwiratmoko)

Soekimin Adiwiratmoko menikah dengan Suhartijah (16 Februari 1939 – 10 Mei 1998) dan dikaruniai 9 anak sbb:

Anak2 dari Drs.Soekimin Adiwiratmoko
1. Dr. Ir. Gadjah Eko Pireno, M.T (1957)
2. Dandang Wisnutomo, SE (1959)
3. Swari Tumingal Arizona, SH (1961)
4. Nuri Wigati, SH (1962)
5. Sangsang Bayu Laksa (alm) (1964-1973)
6. Dra. Wilis Pinidji (1967)
7. Gagak Tjondro Tantoro (alm)(1969-2009)
8. Yosuana Dewi Cenderawasih, S.Sos (1975)
9. Natalia Pintoko Doro Kinasih, S.Sos9 (1976)

Soekimin Adiwiratmoko meninggal pada 28 September 2001, karena memiliki bintang jasa atas perjuangannya di masa perang kemerdekaan, beliau dimakamkan di TMP Giridarmoloyo Magelang.

Penghargaan yang diterima oleh Soekimin Adiwiratmoko seperi bintang gerilya dan GOM. (koleksi keluarga Soekimin Adiwiratmoko)

Penghargaan yang diterimanya sebagai pejuang adalah:
1. Bintang Pahlawan Gerilya
2. Perang Kemerdekaan I
3. Perang Kemerdekaan II
4. GOM I
5. GOM II
6. GOM III
7. GOM V
8. GOM VI

Alamat tinggal di Kampung Potrosaran I no. 774 G RT 4 RW 1 Kel. Potrobangsan Kota Magelang – 56116

(Penulis : Bagus Priyana – komunitas KOTA MAGELANG)




 CATEGORIES
 Share This

COMMENTSWordpress (0)