18 February 2024

Prajnyaparamita Jayendradewi Prasasti Mula-Malurung (1255 M) menceritakan ada seorang raja yang bernama kiasan Bhatara Siwa. Kata Bhatara sendiri mengandung arti orang yang telah meninggal dunia pada era Jawa kuno. Bhatara Siwa yang mangkat di dampar kencana memiliki cucu bernama Nararya Seminingrat. Dalam prasasti Maribong (28 Agustus 1264 M) dijelaskan bahwa Nararya Seminingrat memiliki nama abhiseka Sri Jaya Wisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat, jadi Nararya Seminingrat adalah raja Wisnuwardhana itu sendiri. Raja Wisnuwardhana menguasai seluruh pulau Jawa dan Madura menurut keterangan prasasti Mula-Malurung. Raja Wisnuwardhana dikawinkan dengan anak perempuan Bhatara Parameswara yang bernama Nararya Waning Hyun. Bhatara Parameswara adalah paman dan mertua raja Wisnuwardhana. Dari perkawinan antara keluarga kerajaan tersebut lahirlah putra mahkota yang bernama Kertanagara. Setelah menjadi raja Singhasari, raja Kertanagara memperbesar pengaruh ayahnya dengan semangat mempersatukan Nusantara. Menurut Negarakertagama pupuh 45-46, dari perkawinan raja Kertanagara dengan Sri Bajradewi lahirlah anak-anak yang cantik jelita. Anak pertama diberi nama Prameswari Tribuana, anak kedua diberi nama Prameswari Mahadewi, anak ketiga diberi nama Prajnyaparamita Jayendradewi dan anak yang terakhir diberi nama Gayatri yang digelari sebagai Rajapatni, pengawas raja-raja muda kerajaan. Arca Prajnyaparamita dari Singhasari identik dengan tokoh Kendedes dan Gayatri Rajapatni. Namun ada juga nama Prajnyaparamita Jayendradewi, anak raja Kertanagara yang dilukiskan dalam Negarakertagama sebagai wanita cantik dan menawan hati, artinya siapapun yang melihatnya pasti jatuh cinta. Untuk Gayatri Rajapatni sendiri dalam Negarakertagama disebut sebagai yang terkasih atau paling disayangi kerajaan, ini karena kecerdasan beliau dalam tata negara. Itulah sedikit cerita tentang putri-putri terbaik bangsa.

 Prajnyaparamita Jayendradewi


Prasasti Mula-Malurung (1255 M) menceritakan ada seorang raja yang bernama kiasan Bhatara Siwa. Kata Bhatara sendiri mengandung arti orang yang telah meninggal dunia pada era Jawa kuno. Bhatara Siwa yang mangkat di dampar kencana memiliki cucu bernama Nararya Seminingrat. Dalam prasasti Maribong (28 Agustus 1264 M) dijelaskan bahwa Nararya Seminingrat memiliki nama abhiseka Sri Jaya Wisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat, jadi Nararya Seminingrat adalah raja Wisnuwardhana itu sendiri. Raja Wisnuwardhana menguasai seluruh pulau Jawa dan Madura menurut keterangan prasasti Mula-Malurung. Raja Wisnuwardhana dikawinkan dengan anak perempuan Bhatara Parameswara yang bernama Nararya Waning Hyun. Bhatara Parameswara adalah paman dan mertua raja Wisnuwardhana. Dari perkawinan antara keluarga kerajaan tersebut lahirlah putra mahkota yang bernama Kertanagara. Setelah menjadi raja Singhasari, raja Kertanagara memperbesar pengaruh ayahnya dengan semangat mempersatukan Nusantara. 


Menurut Negarakertagama pupuh 45-46, dari perkawinan raja Kertanagara dengan Sri Bajradewi lahirlah anak-anak yang cantik jelita. Anak pertama diberi nama Prameswari Tribuana, anak kedua diberi nama Prameswari Mahadewi, anak ketiga diberi nama Prajnyaparamita Jayendradewi dan anak yang terakhir diberi nama Gayatri yang digelari sebagai Rajapatni, pengawas raja-raja muda kerajaan. Arca Prajnyaparamita dari Singhasari identik dengan tokoh Kendedes dan Gayatri Rajapatni. Namun ada juga nama Prajnyaparamita Jayendradewi, anak raja Kertanagara yang dilukiskan dalam Negarakertagama sebagai wanita cantik dan menawan hati, artinya siapapun yang melihatnya pasti jatuh cinta. Untuk Gayatri Rajapatni sendiri dalam Negarakertagama disebut sebagai yang terkasih atau paling disayangi kerajaan, ini karena kecerdasan beliau dalam tata negara. Itulah sedikit cerita tentang putri-putri terbaik bangsa.



No comments:

Post a Comment