22 May 2020

Tentang Sejarah Magelang - TERNYATA Pernah sekolah di Magelang.... Pendiri AquaTERNYATA Pernah sekolah di Magelang.... Pendiri Aqua

TERNYATA Pernah sekolah di Magelang....
Pendiri Aqua
Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah 8 Maret 1930. Karena di Wonosobo tidak ada SMP maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang yang berjarak sekitar 60 kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda.
Pendiri Aqua Yang Dianggap Gila Karena Membotolkan Air. Orang Indonesia pasti mengenal merk Aqua. Merk ini sangat dikenal masyarakat di seluruh daerah dari perkotaan sampai dengan pedesaan. Aqua menjadi pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia, yang merupakan ide yang dulu dianggap gila dari Tirto Utomo yang tidak lain adalah Pendiri Aqua.
Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum. Setelah lulus, Tirto Utomo melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal Pertamina.
Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya, Tirto Utomo akhirnya menanjak karirnya sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung tombak pemasaran minyak.
Kedudukan Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing membuat sebagian besar hidupnya berada di luar negeri. Pada tahun 1971, Saat itu Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing Pertamina melakukan negosisasi kontrak kerjasama dengan perusahaan dari Amerika Serikat.
Namun negosiasi itu berantakan, karena istri delegasi dari Amerika Serikat mendadak terkena diare karena mengkonsumsi air yang tidak bersih yang disediakan. Tirto kemudian mengetahui bahwa orang bule tidak biasa mengkonsumsi air sumur yang direbus, namun air mineral yang steril.
Tirto berfikir bagaimana agar bisa menyediakan air mineral yang dikemas dengan steril dan dapat dikonsumsi oleh semua orang. Setelahnya, ia kemudian mengirim adiknya yang bernama Slamet Utomo magang ke Thailand di Perusahaan Polaris untuk mempelajari seluk beluk bagaimana air mineral dapat dikemas.
Setelah adiknya kembali ke Indonesia, dengan modal sebesar 150 juta rupiah bersama adiknya Slamet Utomo, mereka mendirikan pabrik di Bekasi pada tahun 1973 dengan nama PT. Golden Mississippi dengan merek produk awalnya bernama Puritas. Karyawan Tirto Utomo mulanya berjumlah 38 orang dan mampu memproduksi 6 juta liter pertahun. Untuk lebih fokus pada perusahaan pribadinya ini, Tirto Utomo memilih pensiun dini dari PT Pertamina.
Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas tanah seluas 7.110 meter persegi di Bekasi. Sebelum bernama Aqua, Tirto memilih nama Puritas sebagai merek produk air kemasannya.
Sejarah Nama AQUA
Kemudian atas masukan dari Eulindra Lim, Konsultan Indonesia yang bermukim di Singapura menyarankan agar menggunakan nama AQUA.Aqua mudah diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’. Aqua sebenarnya bukan nama asing baginya. Tirto Utomo sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950.
Nama A Kwa sendiri diambil dari nama aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti "AIR YANG UTAMA".
Pada 16 Maret 1994, ia meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman warga Tionghoa di dekat Hotel Kresna, Wonosobo.
Sumber:
1. https://www.biografiku.com/biografi-tirto-utomo-pendiri-aq…/
2. https://m.akurat.co/id-885861-read-saingi-minuman-soda-hing…
3. https://www.goodnewsfromindonesia.id/…/kisah-sukses-pendiri…
4. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tirto_Utomo

tentang Sejarah Magelang - the real legend " KARIM "

Edisi lanjutan the real legend " KARIM "
foto Karim ada di wall of fame rumahku

Tentang Sejarah Magelang - # MIMPI dan DENDAM Masa Kecil 38 thn Lalu#

Oleh : Imam N T

# MIMPI dan DENDAM Masa Kecil 38 thn Lalu#
( Kisah inspiratif utk kawan2 yang mau berjuang dan bekerja keras)
Maaf, saya tidak bermaksud pamer. Ini adalah perjalanan hidup saya tentang Kota Magelang.
Saya lahir dari keluarga pas pasan, tapi saya punya cita dan selalu bermimpi bisa seperti orang lain. Tahun 80an..di Magelang sudah ada gokart dan Moge, Bisakah saya memiliki.? .
Ada lapangan Golf, bisakah saya bermain?
Kira kira thn 82an saat saya SMP dan berolah raga di Lapangan Bola Bengkok, Magersari.
Pas samping lapangan Golf Tidar ( dulu).
Saya melihat orang main golf dr luar pagar.
Ada pemain Golf sedang cari bola..karena lihat saya di pinggir. Dia tanya " Kamu lihat bola golf nggak...awas ya kalo diambil...ITU BOLA MAHAL " (nada marah dan ancaman).
Dalam hati saya...bola golf mahal..wah..kapan saya bisa golf ya..?
Berapa bulan kemudian, saya olah raga lagi dan menemukan bola golf yg keluar pagar.
Sampe dirumah sy bawa pulang diomeli bapak saya.. " Kamu ambil dimana...itu punya orang orang kaya...." Saya jawab.. " nemu pak. "
( pokoknya saya dimarahin abis abisan).
Bola saya simpen..waktu itu.. Sayang karena katanya mahal.
BOLA GOLF.. ..ternyata membuat semangat hidup saya utk berjuang.. Bekerja.. Semangat.. Dan ingin membuktikan kalo SAYA PASTI BISA.
Alhamdulillah perjalanan panjang...dengan merantau ke Jakarta...bekerja keras.. Berusaha dan berdoa... Akhirnya saya bisa merasakan..apa yg saya INGINKAN dan MIMPI waktu kecil. Sampai..bjsa Bermain Golf.
Bahkan beberapa kali terima Piala Kemenangan.
Kenapa bola hilang kadang dicari, karena ada POINT saat bola hilang dan juga memang..bola golf lumayan mahal..kalo Bola saya keluar pagar...sy cari.. Seperti Bapak yang doeloe cari cari bola .
Kadang..memang ada anak anak kecil yg mungut dan minta imbalan.. Karena menemukan...dan kadang ada yg nakal..tidak mau kembalikan.. Akan dijual lagi dgn harga yg lumayan...
Pada akhirnya saya bisa Membuktikan...bahwa saya bisa bermain golf di lapangan golf Tidar ( Borobudur Golf)
Bahkan..dirumah bola golf tidak hanya satu biji..(ada sekranjang).
*Cita2 yang belum terkabul adalah Juara Amatir di Lapangan Golf Tidar. lapangan ini dikenal sebagai lapangan yg susah ditebak.. Karena anginnya kencang dan tanah miring terutama sepanjang lereng Tidar...paling susahh.
Sekali lagi, saya berbagi cerita bukan pamer, tapi ini kisah nyata yang saya anggap bisa dijadikan.. Pemicu dan semangat untuk berkarier..dan berMIMPI..
Selama kita niat... Semangat.. Dan berusaha.. Tak. Lupa berdoa... Insha Allah bisa.
Note : Kenapa bola harus ketemu, karena bola hilang akan mempengaruhi point dalam permainan golf. 1 point sangat berarti.
Selamat Pagi.... Sehat semua.. Sukses semua
#Stay at home
# Cegah corona.
#Magelang selalu dihati.

Tentang Sejarah Magelang - # Aku BANGGA dadi Wong MAGELANG #

Oleh : Imam N T

# Aku BANGGA dadi Wong MAGELANG #
Magelang, bagi saya adalah Kota penuh kenangan, tempat saya dilahirkan dengan segala hal suka dan duka.
Kota kecil biasa disebut Kota Militer, saat ini juga dijuluki Kota Sejuta Bunga.
Kota sejuk dan asri dengan pemandangan alam nan indah, dikelilingi gunung tinggi menjulang dan gunung2 kecil. Dua sungai lumayan besar dan cocok untuk olah raga arung jeram, Kali Progo dan Kali Elo.
Bahkan sangat unik, ditengah kota hadir sebuah Bukit kecil yang bernama Bukit Tidar. Dibawah Bukit Tidar terdapat kawah Candradimuka, tempat penggemblengan pada calon perwira TNI.

Satu hal kadang terlupakan, bahwa Magelang ternyata juga tercatat sebagai Kota pencetak artis. Banyak artis nasional berasal dari Magelang. Diantaranya..Suzanna, Kris Biantoro, Nafa Urbach, Swari Arizona, Willy Dozan, dll...sampe nggak hafall.. Saking banyaknya.
Dikancah olah raga khususnya, pernah hadir Kurniawan DJ, dan saat ini generasi mudanya adalah Bagus dan Bagas.si Kembar yg masuk squad Timnas.
Tak kalah banyak jumlahnya adalah banyaknya pejabat di tingkat Nasional.... Mungkin seABREK..jumlahnya..
Kenapa saya bangga ?
Jawabannya sederhana.. Karena Kota Magelang adalah Kota Kecil... Yang kalo kita kelilingi Naik sepeda motor.. Tidak Butuh waktu berlama lama.. Ternyata Memunculkan Orang Orang TOP. ( saya tidak termasuk)

Tentang Sejarah Magelang - BANGGA JADI ORANG MAGELANG

Oleh : Imam N T

BANGGA JADI ORANG MAGELANG
Magelang, bagi saya adalah Kota penuh kenangan, tempat saya dilahirkan dengan segala hal suka dan duka.
Kota kecil biasa disebut Kota Militer, saat ini juga dijuluki Kota Sejuta Bunga.
Kota sejuk dan asri dengan pemandangan alam nan indah, dikelilingi gunung tinggi menjulang dan gunung2 kecil. Dua sungai lumayan besar dan cocok untuk olah raga arung jeram, Kali Progo dan Kali Elo.
Bahkan sangat unik, ditengah kota hadir sebuah Bukit kecil yang bernama Bukit Tidar. Dibawah Bukit Tidar terdapat kawah Candradimuka, tempat penggemblengan pada calon perwira TNI.

Satu hal kadang terlupakan, bahwa Magelang ternyata juga tercatat sebagai Kota pencetak artis. Banyak artis nasional berasal dari Magelang. Diantaranya..Suzanna, Kris Biantoro, Nafa Urbach, Swari Arizona, Willy Dozan, dll...sampe nggak hafall.. Saking banyaknya.
Dikancah olah raga khususnya, pernah hadir Kurniawan DJ, dan saat ini generasi mudanya adalah Bagus dan Bagas.si Kembar yg masuk squad Timnas.
Tak kalah banyak jumlahnya adalah banyaknya pejabat di tingkat Nasional.... Mungkin seABREK..jumlahnya..
Kenapa saya bangga ?
Jawabannya sederhana.. Karena Kota Magelang adalah Kota Kecil... Yang kalo kita kelilingi Naik sepeda motor.. Tidak Butuh waktu berlama lama.. Ternyata Memunculkan Orang Orang TOP. ( saya tidak termasuk)
# Note pelengkap adalah foto Suzanna muda.
Edi Tepoz, Ari

Tentang Sejarah Magelang - WORLD HERITAGE DAY (Hari Warisan Dunia)

WORLD HERITAGE DAY (Hari Warisan Dunia)
Selamat Hari Warisan Dunia! 18 April adalah tanggal yang spesial bagi para pecinta, pemerhati dan pegiat cagar budaya di dunia. Perserikatan Bangsa - Bangsa melalui UNESCO sudah menetapkan bahwa setiap tanggal ini diperingati sebagai World Heritage Day.
Beruntung sekali Indonesia, khususnya Magelang memiliki salah satu warisan budaya yang sudah diakui dunia. Borodudur sebagai mahakarya peradaban Bangsa Indonesia sudah sepatutnya terus kita jaga dan lestarikan.
Dalam foto pertama adalah sepasang suami istri yaitu Asisten Wedono dari Distrik Salaman, Onderdistrik Borobudur yang sedang duduk di tangga masuk candi pada 5 Agustus 1904. Foto ke-2 adalah para turis yang sedang berpose dengan mobil mereka di halaman candi. Kemungkinan para tuan - tuan ini adalah anggota Vereeniging Java Motor Club yang sedang tur di sekitar Magelang.
Mari #sobatcagarbudaya , kita lestarikan warisan budaya milik kita!
Kenali Sejarah Kotamu, Lestarikan Warisan Kotamu, dan Maknai Nilai Budaya Kotamu.
MBilung Sarawita, Mu

Tentang Sejarah Magelang - KETJOE : Akhir Perjalanan Hardjosoejitno, Sang Penjahat Kelas Kakap

KETJOE : Akhir Perjalanan Hardjosoejitno, Sang Penjahat Kelas Kakap
Mungkin untuk ukuran jaman sekarang, pemberian uang imbalan bagi sesiapa saja yang berhasil menangkap buronan kasus kejahatan agaknya jarang sekali kita dapati. Namun, untuk ukuran zaman kolonial dulu, hal tersebut nampaknya lumrah adanya. Seperti yang dilaporkan oleh De Indische courant pada 18 Desember 1923, seorang buronan kasus kejahatan bernama Hardjosoejitno berhasil dibekuk.
Hardjosoejitno, yang sudah menjadi DPO dari veldpolitie selama dua tahun terakhir akhirnya bisa tertangkap di daerah Ngrawan, Salatiga. Kelihaiannya dalam berkelit membuat pihak kepolisian menawarkan imbalan sebesar f 500 bagi siapa saja yang berhasil membantu kerja polisi untuk menangkapnya.
Hardjosoejitno yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan lima orang penduduk sipil dan perampokan rumah di Windoesari dan Bandoengan itu akhirnya berhasil dilumpuhkan setelah peluru milik Komandan Veldpolitie, Grieber, bersarang di pergelangan tangannya. Persidangan yang melelahkan agaknya siap menunggu sang buronan ini selepas ia diserahkan ke Kejaksaan.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Ryan 'Corleone' Adhyatma

Tentang Sejarah Magelang - Latihan Militer KNIL Divisi Jawa Tengah Menjelang Invasi Jepang

Latihan Militer KNIL Divisi Jawa Tengah Menjelang Invasi Jepang
Mendekati akhir dekade 1930, dunia mulai mengalami pergolakan yang hebat. Sejak bangkitnya Nazisme a la Hitler pada 1933 di teater Eropa dan invasi Jepang atas Manchuria di Timur Jauh, pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai memperketat pertahanannya dengan banyak melakukan latihan - latihan militer dan pembentukan badan - badan keamanan. Salah satunya adalah latihan besar yang diadakan oleh Divisi Militer Jawa Tengah pada bulan Oktober 1937.
Dilaporkan oleh Soerabaijasch Handlesblad, pasukan - pasukan KNIL dalam divisi Jawa Tengah dibagi menjadi dua, yaitu pasukan “Biru” dan pasukan “Merah”. Kedua pasukan ini diperkuat dengan persenjataan artileri dan pasukan kaveleri. Latihan tersebut diadakan di sekitar Kartasura, Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Solo.
Selain latihan manuver pertempuran disekitar daerah tersebut, beberapa kesiapan lain seperti rumah sakit bantuan juga didirikan di dalam Benteng Vastenburg yang dipimpin oleh Mayor Dokter Wilkens. Rumah sakit bantuan ini mampu menampung sekitar 30 pasien. Jika ada kecelakaan latihan dengan kasus luka berat, empat buah ambulans sudah disiapkan untuk mengirim para korban ke dua rumah sakit besar di Solo dan Militair Hospitaal Magelang.
Selama berlangsungnya latihan, beruntung hanya sejumlah kecil serdadu yang jatuh sakit dengan rata - rata 2 orang/ batalyon. Kawasan Wonogiri yang terkenal kering dan gersang berhasil diantisipasi oleh Dokter Wilkens dengan mengerahkan 10 orang dokter di lapangan. Ditambah lagi, tiap - tiap pasukan Biru dan Merah masing - masing juga mendapatkan satu dokter serta ditiap batalyon tempur juga disediakan satu orang dokter lagi.
Sekeras apapun militer kolonial berlatih mempertahankan koloninya dari ancaman dari luar, pun pada akhirnya mereka keok juga digertak orang - orang Jepang di Subang.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Komentar

Tentang Sejarah Magelang - Magelang adalah kota milik H. Pluyter -

Kalau boleh saya menambahkan pernyataan Hendrik Petrus Berlage dalam bukunya “Mijn Indische Reis” (Perjalanan Saya ke Hindia),
“...Bandoeng de staad van Wolff Schoemaker en Aalbers is, Batavia van Hulswit, Fermont en Ed. Cuypers, Semarang van Thomas Karsten, Surabaya van C. Citeroen en is Magelang staad van H. Pluyter..”
- Bandung secara arsitektural adalah milik Wolff Schoemaker dan Aalbers, Batavia milik Hulswit, Fermon & Ed. Cuypers, Semarang milik Thomas Karsten, Surabaya milik G.C. Citroen dan Magelang adalah kota milik H. Pluyter -

Tentang Sejarah Magelang - HOTEL MONTAGNE MAGELANG : Menyibak Kisah Hotel Tua yang Sarat Cerita (Bagian I)

HOTEL MONTAGNE MAGELANG : Menyibak Kisah Hotel Tua yang Sarat Cerita (Bagian I)
Posisi Magelang yang berada jauh ditengah pedalaman pulau Jawa sejak dulu memang membawa banyak keuntungan bagi masyarakat yang tinggal disana. Selain pemandangan alam yang indah, tanah yang subur dan udara yang sejuk, Magelang juga termasyur bagi kalangan pelancong asing (vreemdelingen veerker / toeristen veerker) dikarenakan ia menjadi rumah bagi monumen akbar peradaban bangsa Jawa era Mataram Klasik yaitu, candi Borobudur.
Para pelancong dari berbagai negeri ini berduyun - duyun mengunjungi Borobudur untuk menikamti keagungannya, mempelajari sejarahnya serta menyelami eksotisme alam Jawa yang permai. Tidak jarang diantara mereka ada yang kemudian memutuskan untuk tinggal selama beberapa hari di wisma - wisma, pesanggrahan - pesanggrahan, dan hotel - hotel yang ada di sekitar sana. Namun sayangya, fasilitas pendukung bisnis penginapan dan perhotelan terutama yang berada di pusat Gemeente (Kota Praja) Magelang kala itu belum didukung secara optimal.
Meskipun jaringan jalan dan jalur kereta api sudah ada sejak 1890an, namun sampai sebelum tahun 1920, fasilitas umum lainnya seperti air bersih dan jaringan listrik belum secara optimal merata di wilayah Magelang. Sumur - sumur banyak yang digali oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan kebutuhan sehari - hari, serta penerangan yang masih sangat bergantung pada bahan bakar gas dan minyak yang kurang efisien. Belum lagi dengan sudah adanya hotel - hotel tua yang sudah terlebih dahulu beroperasi sejak abad ke-19 yang pada akhirnya membuat banyak investor enggan mengambil risiko untuk bersaing membuka hotel di pusat Kota Praja Magelang kala itu.
Absennya fasilitas modern pada hotel - hotel di pusat Gemeente Magelang tersebut pada akhirnya berimbas juga pada sedikitnya jumlah turis dan pelancong yang mau tinggal di pusat Kota Paja Magelang. Banyak dari para pelancong ini yang kemudian memutuskan untuk menginap di hotel - hotel yang berjarak lebih dekat dengan objek wisata seperti Hotel Borobudur yang ada persis di halaman pelataran candi meskipun minim fasilitas modern atau bahkan sekalian menginap di Hotel Dieng di Wonosobo yang terkenal mewah meskipun jaraknya jauh.
Namun, sebuah gebrakan baru berani diambil oleh Tuan Swanck dengan membuka sebuah hotel modern bernama HOTEL MONTAGNE di pusat Gemeente Magelang. Hotel Montagne ini berdiri persis di sebelah Selatan kawasan bisnis orang Eropa dan hoek jalan antara Residentielaan dan Groote Weg Pontjol yang tentu saja memberikannya keuntungan akses yang mudah dari berbagai penjuru. Selain itu, Hotel ini juga berada di sebalah Barat Groote Weg yang secara topografis menonjol lebih tinggi dari bagian Timur jalan yang merendah, sehingga pemandangan dari hotel ini bisa lebih luas ke arah Gunung Merbabu dan Merapi.
Sebelum dibeli oleh Tuan Swanck, Hotel Montagne dulunya adalah sebuah rumah besar yang benar - benar lawas (kemungkinan bangunan abad ke-19) dan sudah dalam keadaan rusak serta bobrok disana - sini. Halaman depan bangunan ini ditumbuhi oleh semak belukar dan pohon - pohon besar yang tidak terawat. Dulunya, rumah ini digunakan sebagai wisma tamu dengan nama Ciebrandt. Sebelum jatuh ke tangan Tuan Swanck pada Januari 1921, sempat beredar desas - desus bahwa bekas wisma Ciebrandt ini akan di jadikan Militair Tehuis (Rumah Militer) Protestan Bala Keselamatan pada Januari tahun itu.
Namun, baru pada sekitar awal bulan April, pembenahan dan renovasi bangunan wisma mulai dilakukan. Pohon - pohon besar yang tumbuh tak teratur ditebangi dan semak belukar liar dicabuti serta dibuang dari muka halaman wisma. Sebuah taman baru bermodel inggris muncul dari kerimbunan dan keangkeran bekas wisma itu.
Bangunan utama bekas wisma juga mengalami perombakan secara menyeluruh dengan cara pembangunan kembali, perbaikan dibeberapa bagian serta pengecatan ulang dinding wisma . Ruang makan yang dulu terkesan suram disulap dengan apik ketika berbagai perabotan modern berwarna putih dipasang disana. Kesan rapi, nyaman dan bersih kemudian muncul dari dalam ruang makan ini.
Kamar-kamar tidur tamu juga tidak luput dari perombakan. Didalam kamar tersebut masing - masing diisi dengan perabotan serba putih dengan tambahan wastafel yang mutakhir. Sementara itu pada bagian aula sosial dengan kursi-kursi klub, ditata dengan suasana remang sehingga menciptakan efek tenang dan memberikan suasana syahdu.
Banyak masyarakat Magelang yang kemudian terkesima dengan betapa cepatnya renovasi bangunan tua eks Wisma Ciebrandt yang angker itu. Transformasi luar biasa dari Tuan Swanck dalam mengubah wisma bobrok menjadi sebuah hotel modern bernama Montagne mendapat apresiasi dan sambutan yang baik dari masyarakat Magelang. Hotel Montagne Resmi dibuka pada 21 April 1921.
Bersambung..
- Chandra Gusta Wisnuwardana -

Tentang Sejarah Magelang - HIERARKI ARSITEKTUR RUMAH - RUMAH DINAS TANGSI MILITER MAGELANG PADA MASA KOLONIAL : Kolonelswoning (Rumah Kolonel)

HIERARKI ARSITEKTUR RUMAH - RUMAH DINAS TANGSI MILITER MAGELANG PADA MASA KOLONIAL : Kolonelswoning (Rumah Kolonel)
Disiplin yang tinggi serta hierarki yang ketat di kalangan militer dalam membedakan jenjang karir kepangkatannya ternyata tidak hanya ditemukan dalam kehidupan pekerjaan saja. Pembedaan fisik berupa rumah tinggal dan fasilitas pendukungnya juga terjadi dalam dunia militer berdasarkan kepangkatan masing - masing personel. Semakin tinggi pangkat seorang tentara KNIL, maka semakin lengkap dan mewah pula fasilitas yang ia dapatkan dari Departement van Oorlog. Sehingga, rumah dinas seorang kolonel, sudah pasti akan berbeda dengan para perwira menengah atau seradadu biasa.
Magelang yang sudah di tetapkan sebagai pusat distrik militer II sejak 1874 membuat pihak militer harus segera membangun segala fasilitas bagi para tentara dari semua jenjang kepangkatan ke garnisun yang baru. Berdasarkan rencana pembangunan tangsi militer pada 1880, garnisun Magelang ini diproyeksikan akan memiliki kurang lebih 50 bangunan yang bisa menampung operasional kurang lebih 5000 orang personel militer aktif. Keseluruhan markas Batalion Angkatan Darat KNIL tersebut akhirnya dapat diselesaikan pada 1886 dan pada 1888 semua Batalion Infantri dari wilayah pesisir Jawa ditarik ke markas - markas garnisun besar di pedalaman, yang salah satunya adalah Magelang.
Seiring rampungnya barak - barak militer beserta komponen pendukung lainnya di kawasan inti tangsi, rumah - rumah dinas bagi para petinggi militer pun perlahan - lahan juga ikut didirikan. Nah, jika dilihat dari gaya arsitekturnya, bangunan militer paling tua adalah kolonelswoning (rumah kolonel) yang ada di tepi de Groote Weg Noord, Pontjol, tepat dipintu masuk kawasan tangsi di Westerkampementslaan.
Masih belum jelas kapan kolonelswoning dibangun, namun yang pasti rumah ini sudah berdiri setelah 1880. Jika dilihat dari bentuk bangunannya, Kolonelswoning memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh Daendels dan meredup pada tahun 1900an. Ciri yang paling kentara dari langgam ini adalah terdapatnya pilar - pilar penyangga bergaya Yunani klasik pada bagian voorgalerij (teras depan) sebagai penyangga atap bagian atasnya. Terdapat enam pilar penyangga dengan empat buah pilar di bagian depan yang saling berdampingan serta 2 pilar sisanya yang masing - masing ada dibagian samping kanan dan kiri teras. Dua buah pintu samping berbingkai kaca terletak baik di kanan maupun kiri dinding samping yang bersisihan dengan pilar terluar. Dua buah kanopi dengan tiang besi cor terletak dibagian terluar pintu teras samping dengan hiasan lis plang kayu. Enam buah konsol besi juga ikut ditanam pada pilar - pilar depan sebagai penyangga tritisan terluar voorgalerij. Lantai pada rumah ini dilapisi oleh marmer abu - abu dengan atap yang bergenting tanah liat. Daun jendela lebar model krepyak dengan sistem bukaan kupu tarung terdapat di bagian samping kamar rumah utama.
Berdasarkan denah peta, bangunan rumah dinas kolonel ini berbentuk simetri penuh dengan tembok tebal dan langit - langit yang tinggi. Terdapat tiga buah pintu besar di bagian depan voorgalerij yang terhubung dengan central room (ruang tengah/utama) di bagian dalam yang terdiri atas kamar - kamar. Bagian central room ini terhubung dengan bagian service (dapur,toilet dan gudang) di bagian kanan belakang rumah utama. Sebuah achtergalerij (teras belakang) dengan taman yang relatif luas terdapat di bagian belakang rumah. Konsep teras depan dan belakang seperti ini lazim ada pada rumah bergaya Indische Empire Stijl sebagai wujud adaptasi terhadap iklim di Jawa yang lembab dan panas.
Sebuah paviliun kecil yang biasanya digunakan untuk tamu terletak di sebelah kiri bangunan induk. Pada bagian depan rumah terdapat taman dengan akses jalan melingkar untuk kendaraan. Taman depan dihiasi oleh tumbuhan bunga dan perdu sebagai pelengkap penghias. Beberapa detail kecil berupa empat buah patung kepala singa ditempelkan di bagian fasade depan rumah sebagai aksen tambahan. Gambaran rumah kolonel ini bisa dilihat dalam beberapa foto milik keluarga Kolonel dr. J.W. Bijleveld yang pernah tinggal di rumah dinas ini pada 1936.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Overste Wawan Edi Setiawan, Rifkhi S