21 March 2024

Siti Hawa ( Ḥawwāh ) Lahir/ Penciptaan : Tanah Eden, Surga 5742 SM. Wanita pertama yang diciptakan oleh Allah untuk mendampingi Nabi Adam AS. Ibu Umat Manusia. Suami :♂️ Nabi Adam AS. Anak : ♂️Kain/ Qabil, ♂️Habel/ Habil, ♂️Syits/ Set, ♀️Luluwa, ♀️Azura, ♀️Awan/ Awina/ Avan/ Avina, ♀️Iklima. Wafat : Jeddah, Arab Saudi 4712 SM. Makam : Al-Ammareyyah 1, Jeddah, Arab Saudi. Keterangan : Hawa (Ibrani: חַוָּה, Ḥawwāh, Arab: حواء, romanized: Hawwāʾ; berarti: "hidup") merupakan sosok wanita pertama yang diciptakan oleh Allah untuk mendampingi Nabi Adam, dan tokoh dalam agama-agama Ibrahimiah. Hawa merupakan istri Nabi Adam diungkap dalam kitab suci Al-Qur'an surat Al-Baqarah: 35. Dan dalam Kitab suci Al-Kitab pada Kejadian 1-3 menyebutkan Hawa diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk Adam. Bersama Nabi Adam, Hawa tinggal di dalam surga di Taman Eden. Namun karena memakan buah terlarang, keduanya akhirnya diusir dari surga. Dalam agama-agama Ibrahimiah, Hawa adalah wanita sekaligus manusia pertama yang melanggar larangan Allah yang menjadi awal kejatuhan manusia. Etimologi Nama Hawa pada umumnya dipercaya bermakna 'yang hidup' atau 'sumber kehidupan' dan secara fonetis mirip dengan "ḥāyâ", "hidup", dari akar Semit ḥyw. Kisah Kisah Hawa dalam Tanakh (kitab Perjanjian Lama) dan termuat pada Kitab Kejadian pasal 2-5. Al-Qur'an (kitab suci Islam) sama sekali tidak ada menyebutkan nama Hawa secara tersurat, tetapi kisahnya menyebutkannya sebagai "isteri Adam" pada surah Al-Baqarah (2):35-39, Al-A'raf (7):19-25, dan Thaha (20):117-126. Penciptaan Hawa Dalam Alkitab disebutkan bahwa manusia dibentuk sesuai gambar dan rupa Allah agar dapat menguasai binatang-binatang ternak, juga hewan-hewan di laut dan udara. Alkitab menyebutkan bahwa saat Adam tidur, Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan seorang manusia berjenis kelamin perempuan. Adam menamai perempuan itu Hawa, sebab dia menjadi ibu bagi semua yang hidup. Penciptaan Hawa tidak dikisahkan secara jelas dalam Al-Qur'an dan namanya juga tidak disebutkan secara tersurat. Namun ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan "dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya dari dirinya" ditafsirkan sebagai penciptaan Hawa yang berasal dari bagian Adam. Dalam hadits juga disebutkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk. Penciptaan Hawa, menurut Rabi Joshua, adalah bahwa Tuhan mempertimbangkan dari anggota badan Adam yang mana Hawa akan diciptakan. Dia tidak diciptakan dari kepala Adam karena akan menjadi orang yang sombong, tidak diciptakan dari mata karena dia akan ingin mengorek semua hal, tidak dari telinga karena dia akan berkeinginan mendengar semua hal, tidak dari mulut karena dia akan banyak bicara, tidak dari hati karena dia akan iri pada orang-orang, tidak dari tangan karena dia akan berkeinginan untuk mengambil semua hal, tidak dari kaki karena dia akan menjadi seorang petualang. Oleh karena itu Hawa diciptakan dari anggota yang disembunyikan, yaitu tulang rusuk, yang bahkan tidak terlihat ketika manusia telanjang. Pohon terlarang Dalam surga atau taman eden, disebutkan bahwa Adam dan Hawa dapat memakan buah dari pohon mana saja, tetapi Allah melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon. Alkitab menjelaskan bahwa Adam akan mati. Sementara dalam Al-Qur'an disebutkan peringatan bahwa mereka akan tergolong orang yang zalim bila mendekati pohon tersebut, Alkitab mengisahkan bahwa ular kemudian membujuk Hawa untuk memakannya dan menyatakan bahwa jika mereka memakan buah terlarang tersebut, mereka akan menjadi seperti Allah dan mengetahui yang baik dan buruk. Hawa kemudian memakannya. Adam kemudian terbujuk oleh Hawa dan memakan buah tersebut. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa setan yang membujuk Adam dan Hawa untuk memakan buah tersebut. Setan membujuk dengan menyatakan bahwa mereka dilarang memakan buah tersebut karena nanti mereka akan menjadi malaikat atau menjadi kekal. Buah khuldi (keabadian) yang kerap dianggap sebagai nama dari buah terlarang tersebut adalah nama yang digunakan setan untuk membujuk Adam dan Hawa agar memakannya. Al-Qur'an tidak menyebutkan bahwa Hawa yang makan buah terlebih dulu sebagaimana sumber Alkitab, hanya menjelaskan bahwa keduanya kemudian mencicipi buah tersebut. Menurut Alkitab, sejak awal Adam dan Hawa tinggal di taman eden dalam keadaan telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu. Setelah memakan buah terlarang, mereka menjadi sadar akan ketelanjangan mereka dan kemudian membuat cawat dari dedaunan. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Adam dan Hawa mengenakan pakaian saat di surga, tetapi pakaian mereka terlepas saat memakan buah terlarang tersebut. Kejatuhan manusia Setelah Adam dan Hawa memakan buah terlarang, Alkitab memusatkan kisah pada hukuman dan konsekuensi dari penyimpangan yang telah dilakukan. Di hadapan Allah, Adam menyalahkan Hawa atas kesalahannya memakan buah terlarang tersebut. Hawa kemudian menyalahkan ular atas kejadian tersebut. Allah kemudian mengutuk ular dan membuatnya berjalan menggunakan perut seumur hidup, menghukum Hawa dengan memberikan kepayahan saat mengandung dan melahirkan dan membuat suaminya berkuasa atasnya, dan menghukum Adam dengan menjadikannya bersusah payah mencari rezeki dari tanah sampai dia sendiri kembali menjadi tanah. Dalam Al-Qur'an, bagian ini berpusat pada pertaubatan Adam dan Hawa atas kesalahan yang telah diperbuat. Tidak ada perincian mengenai hukuman yang masing-masing diterima sebagaimana yang dijabarkan dalam Alkitab. Mereka berdua kemudian dikeluarkan dari surga. Meski tidak tercantum dalam Al-Qur'an, banyak Muslim meyakini bahwa Adam dan Hawa diturunkan di tempat terpisah dan mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah, Arafah. Dalam kebudayaan Swahili, Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan kemudian diusir dari surga. Adam kemudian ikut memakan buah tersebut untuk mengikuti Hawa agar dapat melindunginya di bumi. Anak Dalam Alkitab disebutkan bahwa Hawa melahirkan seorang anak laki-laki bernama Kain dan Hawa mengatakan bahwa dia mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan. Pada kelahiran selanjutnya, Hawa melahirkan seorang putra yang dinamai Habel. Kain menjadi petani dan Habel menjadi penggembala domba. Alkitab dan Al-Qur'an mengisahkan bahwa Kain (Qabil) dan Habel (Habil) melakukan korban kepada Allah. Korban Habel (Habil) diterima, tapi tidak dengan milik Kain (Qabil). Kain (Qabil) kemudian membunuh Habel (Habil). Setelahnya, Hawa kembali melahirkan putra yang dinamai Set (Syits dalam sumber Islam) dan menyatakan bahwa Allah telah mengaruniakan anak yang lain sebagai ganti Habel (Habil), sebab Kain (Qabil) telah membunuhnya. Wafat Dalam riwayat hadits lain disebutkan bahwa saat menjelang ajal, Adam meminta anak-anaknya mengambilkan buah anggur dari surga. Namun para malaikat memerintahkan anak-anak Adam kembali ketika mereka sedang mencarikan buah tersebut. Saat melihat para malaikat datang, Hawa langsung mendekati Adam untuk menjaganya, tetapi Adam memintanya untuk menyingkir. Malaikat kemudian mencabut nyawa Adam. Tidak ada keterangan dalam Al-Qur'an dan Alkitab mengenai meninggalnya Hawa. Ibnu Katsir berpendapat bahwa Hawa meninggal setahun setelah Adam. Kedudukan Pandangan mengenai Hawa acapkali menjadi acuan bagi peran dan kedudukan perempuan secara umum dalam agama dan masyarakat, utamanya pada masyarakat Barat Abad Pertengahan. Hawa juga kerap disalahkan mengenai kejatuhan manusia karena dalam sumber Alkitab disebutkan bahwa Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan membujuk Adam agar ikut memakannya. Sarjana Timur Dekat Carol Lyons Meyers menyatakan bahwa kisah Hawa merupakan bagian Alkitab yang paling memengaruhi gagasan masyarakat Barat terkait gender dan identitas.:72 Sosiologis Linda L. Lindsey menyatakan bahwa wanita menanggung lebih berat beban dosa asal, penciptaannya dari rusuk Adam, urutan kedua diciptakan setelah Adam, dengan kutukan Tuhan saat pengusirannya dari Taman Eden kerap menjadi dasar untuk mendukung kekuasaan pria atas wanita.[36]:133,397 Dalam Yahudi, literatur rabinik awal mengandung tradisi-tradisi yang menggambarkan Hawa dengan cara yang kurang baik. Menurut Bereshith Rabba 18:4, Adam dengan cepat menyadari bahwa Hawa ditakdirkan untuk terlibat dalam pertengkaran terus-menerus dengannya. Wanita pertama juga menjadi objek tuduhan yang dinisbatkan kepada Rabi Joshua dari Siknin, yang menurutnya Hawa, terlepas dari upaya ilahi, ternyata “berkepala bengkak, genit, penyadap, gosip, rentan terhadap kecemburuan, suka mencuri, dan petualang. "(Ibid. 18:2). Serangkaian dakwaan yang serupa muncul dalam Bereshith Rabba 17:8, yang dengannya penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam alih-alih dari bumi membuatnya lebih rendah dari Adam dan tidak pernah puas dengan apapun. Dari sisi lain, Trible dan Frymer-Kensky melihat bahwa kisah Hawa dalam Kejadian tidak menunjukkan inferioritas Hawa atas Adam. Kata "penolong" (ezer) menunjukkan pendamping dalam Alkitab alih-alih pembantu, dan kata ini juga digunakan pada hubungan Tuhan pada (Bani) Israel (bukan Israel pada Tuhan).:168 Trible menjelaskan bahwa, dalam mitologi, hal yang diciptakan terakhir secara tradisi merupakan puncak penciptaan, yang tersirat dalam Kejadian 1 bahwa manusia (Adam) diciptakan setelah segala sesuatu yang lain — kecuali Hawa. Namun, sarjana Perjanjian Baru Craig Blomberg mengatakan bangsa Yahudi kuno mungkin telah melihat urutan penciptaan sebagai bentuk keistimewaan kepada putra sulung terkait hak waris (baik dalam tulisan suci mereka dan dalam budaya sekitarnya) dan menafsirkan Adam diciptakan lebih dulu dari Hawa sebagai tanda hak istimewanya.:129 Gereja Katolik mengakui Adam dan Hawa sebagai santo dan santa. Pesta liturgi tradisional untuk Adam dan Hawa dirayakan pada 24 Desember sejak Abad Pertengahan. Terkait buah terlarang, Al-Qur'an tidak menjelaskan bahwa Hawa yang pertama kali memakannya. Baik Adam dan Hawa dijelaskan sama-sama bersalah, sama-sama bertaubat, juga sama-sama menerima ampunan. Hawa dipandang sebagai Ummul Basyar (ibu umat manusia), tetapi pengaruhnya tidak begitu kuat pada peran dan kedudukan perempuan di dunia Muslim bila dibandingkan dengan di Barat. Menurut sebagian ulama, Hawa adalah seorang nabiah (nabi perempuan). Dalam kitabnya, Ibnu Hajar menyampaikan, "Dinukil dari al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi nabi. Mereka ada 6 orang: Hawa (istri Nabi Adam), Sara (Sarah) (istri Abraham (Nabi Ibrahim)), Ibunya Musa, Hagar (Hajar) (istri Abraham (Nabi Ibrahim)), Asiyah (istri Firaun (Fir'aun) yang beriman), dan Maria (Maryam (ibu Yesus (Nabi Isa)). Batasan menurut beliau, bahwa orang yang didatangi malaikat dari Allah, dengan membawa hukum: perintah, larangan, atau maklumat, maka dia nabi." Beberapa ulama yang mendukung adanya nabiah antara lain Ibnu Hazm, Al-Qurthubi, dan Abu al-Hasan al-Asy'ari. Meski demikian, kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada nabi dari kalangan perempuan. Surga tempat Adam dan Hawa Terdapat perbedaan pendapat mengenai surga atau Taman Eden yang ditempati Adam dan Hawa sebelum memakan buah terlarang. Satu pendapat bahwa itu adalah surga abadi yang sama dijanjikan untuk umat beriman di akhirat, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa surga tersebut ada di dunia. Dalam Talmud dan Yahudi Kabbalah, terdapat dua jenis tempat spiritual yang bernama taman eden, yakni Taman Eden bawah, yang memiliki kesuburan melimpah dan Taman Eden atas, tempat tinggal orang-orang yang benar dan jiwa-jiwa abadi. Adam dikatakan tinggal di Taman Eden bawah, sedangkan Taman Eden atas tidak terlihat oleh mata. Berdasar rincian mengenai Taman Eden dalam Kejadian 2:10-14, terdapat beberapa tempat yang dianggap sebagai lokasinya, yakni tempat sumber mata air sungai-sungai, kepala Teluk Persia, di Mesopotamia selatan tempat sungai Tigris dan Eufrat menuju ke laut,[48] dan Dataran Tinggi Armenia. Arkeolog Britania David Rohl berpendapat di Iran dan di sekitar Tabriz. Dalam Al-Qur'an, ada beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada surga. Surga dalam kisah Adam dan Hawa merupakan terjemahan dari kata jannah (Arab: جنّة) yang secara harfiah bermakna "kebun" atau "taman". Kebanyakan ulama menyatakan bahwa surga yang ditinggali Adam dan Hawa adalah surga abadi. Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa surga yang ditempati Adam bukanlah surga akhirat. Penjelasannya: Setan dapat membujuk Adam dan Hawa yang ada di dalam surga untuk memakan buah terlarang Riwayat yang menyatakan bahwa saat menjelang ajal, Adam memerintahkan anak-anaknya mengambil buah anggur dari surga. Tentu perintah itu mustahil dilaksanakan jika surga yang dimaksud adalah surga abadi Adam diciptakan dari tanah, tapi tidak disebutkan dia diangkat ke langit Adam sejak awal diciptakan untuk tinggal di bumi, sebagaimana yang Allah sampaikan pada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di bumi Untuk perihal ayat yang menyatakan bahwa Adam dan Hawa diturunkan dari surga, belum tentu itu menunjukkan turun dari langit. Sangat mungkin turun yang dimaksud serupa dengan ayat yang menjelaskan Nuh yang turun dari perahu. Tradisi Yahudi Lilith Dalam legenda Yahudi disebutkan bahwa istri pertama Adam bukanlah Hawa, tetapi Lilith. Adam dan Lilith diciptakan bersama-sama dari tanah. Namun terjadi perselisihan di antara keduanya karena Lilith tidak mau patuh pada Adam, sehingga Lilith pergi meninggalkan Adam. Setelahnya, Allah menciptakan pasangan baru untuk Adam dari tulang rusuk Adam sendiri. Legenda ini berkembang secara luas selama Abad Pertengahan, dalam tradisi Aggadah, Zohar, dan mistisisme Yahudi.[58][59] Keterangan mengenai Lilith tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan Alkitab secara tersurat, tetapi sebagian menyandarkan keberadaannya menggunakan Kejadian 1:27 yang mengesankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersamaan dan perempuan yang disebut dalam ayat ini dianggap adalah Lilith. Ini berbeda dengan Kejadian 2:22 yang menyebutkan bahwa seorang perempuan diciptakan dari tulang rusuk, yang secara umum telah diketahui bahwa perempuan ini adalah Hawa. Perzinahan Dalam tradisi Yahudi pada literatur rabi awal, terdapat banyak contoh saat Hawa didakwa berbagai pelanggaran seksual. Dituliskan dalam Bereshith Rabba 3:16 bahwa "hasratmu akan untuk suamimu," dia dituduh oleh para rabi karena memiliki dorongan seksual yang terlalu maju (Bereshith Rabba 20: 7) dan terus-menerus menggoda Adam (ibid. 23: 5). Namun, dalam hal popularitas dan penyebaran teks, motif Hawa bersanggama dengan ular purba mengambil prioritas di atas pelanggaran seksualnya yang lain. Meskipun agak membingungkan, kisah ini disampaikan di banyak tempat: Bereshith Rabba 18:6, Sotah 9b, Shabat 145b – 146a dan 196a, Yevamot 103b dan 'Avodah zarah 22b. Dalam tradisi Yahudi, Filo, Pirkei De-Rabbi Eliezer, dan Targum Yerushalmi menyatakan bahwa Adam bukanlah ayah dari Qabil/Kain. Sebaliknya, Hawa menjadi sasaran perzinahan karena dirayu Sammael, ular (nahash, Ibrani: נחש) di Taman Eden, atau iblis sendiri, dan Hawa berseru saat kelahiran Kain, "Aku telah mendapatkan seorang putra melalui seorang malaikat Tuhan." Menurut Tradisi Islam Kata Hawa dalam Al-Qur'an dan Hadis Di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan nama Hawa. Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang Nabi Adam as hanya menyinggung Hawa sa dengan istilah istri Adam (zaujuka: istrimu). Sedangkan di dalam hadis, sejarah dan tafsir banyak disebutan nama Hawa sa sebagai istri Nabi Adam as. Disebut Hawa karena ia adalah ibu dari semua yang hidup. Atau karena ia tercipta dari sosok "hayy" (yang hidup: Adam). Dalam riwayat disebutkan, Nabi Adam as menamai Hawa dengan Atssa, dalam bahasa Nabath berarti perempuan. Proses Penciptaan Adam dan Hawa dalam Al-Qur'an Di tegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Nabi Adam as itu tercipta dari tanah.Disebutkan pula, "Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangannya." Para mufasir terdahulu umumnya meyakini, yang dimaksud "nafs: diri" dalam ayat tersebut adalah Nabi Adam as, sedangkan maksud "zauj: pasangan" adalah Hawa sa. Banyak riwayat menyebutkan Allah swt menciptakan Hawa sa dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam as. Ada juga yang menyebutkan bahwa ia tercipta dari sisa tanah yang digunakan untuk menciptakan Nabi Adam as.' Menurut sebagian mufasir, maksud ayat tersebut adalah Allah swt menciptakan pasangan Nabi Adam as dari jenisnya sendiri. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain yang memiliki makna sama yaitu, "dari jenis kalian sendiri." Tafsiran ini menjadi lebih sesuai dengan melihat kelanjutan Surah al-A'raf ayat 189, "agar ia merasa tenang di sisi pasangannya." Karena siapapun pasti akan lebih tertarik dan nyaman jika dengan jenis yang sama. Sebagian kalangan modern berpendapat, maksud "nafsun wahid" itu bukan Nabi Adam as, tapi asal-usul penciptaan manusia (baik laki-laki maupun perempuan). Mereka menyimpulkan, laki-laki dan perempuan itu tercipta dari satu unsur. Sebagian kalangan menyebutkan, menurut teori biologi modern, makhluk hidup pertama itu satu jenis yang kemudian mengalami perkembangbiakan. Mulanya makhluk tersebut berreproduksi secara aseksual lalu berpasangan dengan makhluk betina yang berasal darinya lalu terlahirlah generasi manusia. Menurut teori ini, pada mulanya, pasangan manusia pertama tidak diciptakan secara terpisah, namun tercipta dari dirinya sendiri. Karena itu reproduksi manusia pada tahapan pertama bukanlah secara seksual. Turunnya Adam dan Hawa dari Surga Di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan mengenai proses penciptaan Hawa sa. Menurut keterangan ayat Al-Qur'an, Allah swt menyuruh Nabi Adam as dan istrinya untuk tinggal di surga. Di surga mereka boleh makan makanan apa saja kecuali buah dari satu pohon. Jika mereka mendekati pohon tersebut maka akan dikategorikan sebagai orang zalim. Setan berhasil mengelabuhi mereka berdua hingga keduanya memakan buah terlarang. Akibatnya, aurat mereka berdua terlihat. Mereka lalu menutupi tubuh dengan dedaunan surga. Sadar telah berbuat salah, mereka memohon pada Allah swt supaya memberi ampunan. Allah swt berfirman bahwa mereka harus turun ke bumi dan hidup di sana. Akhirnya mereka dikeluarkan dari surga dan tinggal di bumi hingga meninggal. Peran Hawa dalam Dosa Adam Al-Qur'an sama sekali tidak menyebutkan peran Hawa sa atas "dosa" yang diperbuat Nabi Adam as. Menurut Perjanjian Lama, ular berhasil membujuk dan menipu Hawa sa. Tak hanya itu, Hawa sa juga memperdaya Nabi Adam as. Sedangkan menurut Al-Qur'an, ular menggoda keduanya.Menurut Surah Thaha ayat 120, kisah yang terjadi hanyalah dialog antara Nabi Adam as dan setan. Saat itu setan membujuknya secara langsung. Sama sekali tidak disebutkan adanya kontak antara setan dengan Hawa sa. Menurut tradisi Yahudi dan Kristen, Hawa sa adalah orang yang tertipu dan menyesatkan. Sedangkan Al-Qur'an menyebutkan, Nabi Adam as dan Hawa sa, masing-masing memiliki tenggung jawab yang sama atas "dosa" yang telah mereka lakukan. Akibatnya, keduanya dikeluarkan dari surga. Tergodanya Hawa dalam Penjelasan Hadis Dalam beberapa hadis yang bersifat penafsiran terdapat kisah yang menceritakan tentang godaan setan dan peran Hawa sa dalam kejadian yang menimpanya dan suaminya, yaitu dikeluarkan dari surga. Namun nampaknya cerita itu diambil dari kisah Perjanjian Lama. Bahkan ada hadis yang menyebutkan, "Jika tidak ada Hawa maka tidak akan ada perempuan yang mengkhianati suaminya."Maksud pengkhianatan di sini adalah peran Hawa sa atas dosa pertama yang dilakukan Nabi Adam as. Ada pula riwayat yang menceritakan tentang tergodanya Hawa sa setelah ia dikeluarkan dari surga. Menurut riwayat tersebut, saat itu Hawa sa sedang mengandung bayi namun tidak bertahan hidup. Setan (bernama Harits) datang menemuinya dan membujuknya supaya menamai bayinya dengan Abdul Harits (hamba Harits) supaya tetap hidup. Ia dan suaminya melaksanakan saran tersebut, padahal itu adalah bujukan setan. Dengan demikian, menurut riwayat ini, Hawa sa telah menjerumuskan Nabi Adam as ke dalam tipu daya setan untuk kedua kalinya (para Ulama Sunni dan Syiah banyak yang mengkritisi dan menjelaskan riwayat tersebut). Allamah Majlisi menyebutkan, riwayat ini disampaikan oleh para imam Syiah dalam keadaan bertaqiah. Sedangkan Allamah Thabathabai menjelaskan, itu riwayat palsu atau israiliyat (diambil dari sumber Kristen dan Yahudi). Menurut Tradisi Kristen Perjanjian Baru hanya menyebutkan dua kali nama Hawa. Pertama, dalam kisah tentang tertipunya Hawa sa. Kisah itu ditujukan sebagai peringatan bagi orang-orang Kristen. Kedua, merujuk pada kisah penciptaan Hawa sa setelah Nabi Adam as. Disebutkan, perempuan tidak berhak menjadi pengajar. Dia tidak boleh mengungguli suaminya. Cukup dengan beriman, bertakwa dan melahirkan anak maka dosa-dosanya akan diampuni dan dimasukkan ke surga.

 Siti Hawa

( Ḥawwāh )


Lahir/ Penciptaan : Tanah Eden, Surga 5742 SM.

Wanita pertama yang diciptakan oleh Allah untuk mendampingi Nabi Adam AS.

Ibu Umat Manusia.

Suami :♂️ Nabi Adam AS.

Anak : ♂️Kain/ Qabil, ♂️Habel/ Habil, ♂️Syits/ Set, ♀️Luluwa, ♀️Azura, ♀️Awan/ Awina/ Avan/ Avina, ♀️Iklima.

Wafat : Jeddah, Arab Saudi 4712 SM.

Makam : Al-Ammareyyah 1, Jeddah, Arab Saudi.



Keterangan : 


Hawa (Ibrani: חַוָּה, Ḥawwāh, Arab: حواء, romanized: Hawwāʾ; berarti: "hidup") merupakan sosok wanita pertama yang diciptakan oleh Allah untuk mendampingi Nabi Adam, dan tokoh dalam agama-agama Ibrahimiah. Hawa merupakan istri Nabi Adam diungkap dalam kitab suci Al-Qur'an surat Al-Baqarah: 35. Dan dalam Kitab suci Al-Kitab pada Kejadian 1-3 menyebutkan Hawa diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk Adam.


Bersama Nabi Adam, Hawa tinggal di dalam surga di Taman Eden. Namun karena memakan buah terlarang, keduanya akhirnya diusir dari surga. Dalam agama-agama Ibrahimiah, Hawa adalah wanita sekaligus manusia pertama yang melanggar larangan Allah yang menjadi awal kejatuhan manusia.


Etimologi


Nama Hawa pada umumnya dipercaya bermakna 'yang hidup' atau 'sumber kehidupan' dan secara fonetis mirip dengan "ḥāyâ", "hidup", dari akar Semit ḥyw.


Kisah


Kisah Hawa dalam Tanakh (kitab Perjanjian Lama) dan termuat pada Kitab Kejadian pasal 2-5. Al-Qur'an (kitab suci Islam) sama sekali tidak ada menyebutkan nama Hawa secara tersurat, tetapi kisahnya menyebutkannya sebagai "isteri Adam" pada surah Al-Baqarah (2):35-39, Al-A'raf (7):19-25, dan Thaha (20):117-126.


Penciptaan Hawa


Dalam Alkitab disebutkan bahwa manusia dibentuk sesuai gambar dan rupa Allah agar dapat menguasai binatang-binatang ternak, juga hewan-hewan di laut dan udara. Alkitab menyebutkan bahwa saat Adam tidur, Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan seorang manusia berjenis kelamin perempuan. Adam menamai perempuan itu Hawa, sebab dia menjadi ibu bagi semua yang hidup.


Penciptaan Hawa tidak dikisahkan secara jelas dalam Al-Qur'an dan namanya juga tidak disebutkan secara tersurat. Namun ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan "dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya dari dirinya" ditafsirkan sebagai penciptaan Hawa yang berasal dari bagian Adam. Dalam hadits juga disebutkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk.


Penciptaan Hawa, menurut Rabi Joshua, adalah bahwa Tuhan mempertimbangkan dari anggota badan Adam yang mana Hawa akan diciptakan. Dia tidak diciptakan dari kepala Adam karena akan menjadi orang yang sombong, tidak diciptakan dari mata karena dia akan ingin mengorek semua hal, tidak dari telinga karena dia akan berkeinginan mendengar semua hal, tidak dari mulut karena dia akan banyak bicara, tidak dari hati karena dia akan iri pada orang-orang, tidak dari tangan karena dia akan berkeinginan untuk mengambil semua hal, tidak dari kaki karena dia akan menjadi seorang petualang. Oleh karena itu Hawa diciptakan dari anggota yang disembunyikan, yaitu tulang rusuk, yang bahkan tidak terlihat ketika manusia telanjang.


Pohon terlarang


Dalam surga atau taman eden, disebutkan bahwa Adam dan Hawa dapat memakan buah dari pohon mana saja, tetapi Allah melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon. Alkitab menjelaskan bahwa Adam akan mati. Sementara dalam Al-Qur'an disebutkan peringatan bahwa mereka akan tergolong orang yang zalim bila mendekati pohon tersebut,


Alkitab mengisahkan bahwa ular kemudian membujuk Hawa untuk memakannya dan menyatakan bahwa jika mereka memakan buah terlarang tersebut, mereka akan menjadi seperti Allah dan mengetahui yang baik dan buruk. Hawa kemudian memakannya. Adam kemudian terbujuk oleh Hawa dan memakan buah tersebut.


Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa setan yang membujuk Adam dan Hawa untuk memakan buah tersebut. Setan membujuk dengan menyatakan bahwa mereka dilarang memakan buah tersebut karena nanti mereka akan menjadi malaikat atau menjadi kekal. Buah khuldi (keabadian) yang kerap dianggap sebagai nama dari buah terlarang tersebut adalah nama yang digunakan setan untuk membujuk Adam dan Hawa agar memakannya. Al-Qur'an tidak menyebutkan bahwa Hawa yang makan buah terlebih dulu sebagaimana sumber Alkitab, hanya menjelaskan bahwa keduanya kemudian mencicipi buah tersebut.


Menurut Alkitab, sejak awal Adam dan Hawa tinggal di taman eden dalam keadaan telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu. Setelah memakan buah terlarang, mereka menjadi sadar akan ketelanjangan mereka dan kemudian membuat cawat dari dedaunan. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Adam dan Hawa mengenakan pakaian saat di surga, tetapi pakaian mereka terlepas saat memakan buah terlarang tersebut.


Kejatuhan manusia


Setelah Adam dan Hawa memakan buah terlarang, Alkitab memusatkan kisah pada hukuman dan konsekuensi dari penyimpangan yang telah dilakukan. Di hadapan Allah, Adam menyalahkan Hawa atas kesalahannya memakan buah terlarang tersebut. Hawa kemudian menyalahkan ular atas kejadian tersebut. Allah kemudian mengutuk ular dan membuatnya berjalan menggunakan perut seumur hidup, menghukum Hawa dengan memberikan kepayahan saat mengandung dan melahirkan dan membuat suaminya berkuasa atasnya, dan menghukum Adam dengan menjadikannya bersusah payah mencari rezeki dari tanah sampai dia sendiri kembali menjadi tanah.


Dalam Al-Qur'an, bagian ini berpusat pada pertaubatan Adam dan Hawa atas kesalahan yang telah diperbuat. Tidak ada perincian mengenai hukuman yang masing-masing diterima sebagaimana yang dijabarkan dalam Alkitab. Mereka berdua kemudian dikeluarkan dari surga. Meski tidak tercantum dalam Al-Qur'an, banyak Muslim meyakini bahwa Adam dan Hawa diturunkan di tempat terpisah dan mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah, Arafah.


Dalam kebudayaan Swahili, Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan kemudian diusir dari surga. Adam kemudian ikut memakan buah tersebut untuk mengikuti Hawa agar dapat melindunginya di bumi.


Anak


Dalam Alkitab disebutkan bahwa Hawa melahirkan seorang anak laki-laki bernama Kain dan Hawa mengatakan bahwa dia mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan. Pada kelahiran selanjutnya, Hawa melahirkan seorang putra yang dinamai Habel. Kain menjadi petani dan Habel menjadi penggembala domba.


Alkitab dan Al-Qur'an mengisahkan bahwa Kain (Qabil) dan Habel (Habil) melakukan korban kepada Allah. Korban Habel (Habil) diterima, tapi tidak dengan milik Kain (Qabil). Kain (Qabil) kemudian membunuh Habel (Habil). Setelahnya, Hawa kembali melahirkan putra yang dinamai Set (Syits dalam sumber Islam) dan menyatakan bahwa Allah telah mengaruniakan anak yang lain sebagai ganti Habel (Habil), sebab Kain (Qabil) telah membunuhnya.


Wafat


Dalam riwayat hadits lain disebutkan bahwa saat menjelang ajal, Adam meminta anak-anaknya mengambilkan buah anggur dari surga. Namun para malaikat memerintahkan anak-anak Adam kembali ketika mereka sedang mencarikan buah tersebut. Saat melihat para malaikat datang, Hawa langsung mendekati Adam untuk menjaganya, tetapi Adam memintanya untuk menyingkir. Malaikat kemudian mencabut nyawa Adam.

Tidak ada keterangan dalam Al-Qur'an dan Alkitab mengenai meninggalnya Hawa. Ibnu Katsir berpendapat bahwa Hawa meninggal setahun setelah Adam.


Kedudukan


Pandangan mengenai Hawa acapkali menjadi acuan bagi peran dan kedudukan perempuan secara umum dalam agama dan masyarakat, utamanya pada masyarakat Barat Abad Pertengahan. Hawa juga kerap disalahkan mengenai kejatuhan manusia karena dalam sumber Alkitab disebutkan bahwa Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan membujuk Adam agar ikut memakannya.


Sarjana Timur Dekat Carol Lyons Meyers menyatakan bahwa kisah Hawa merupakan bagian Alkitab yang paling memengaruhi gagasan masyarakat Barat terkait gender dan identitas.:72 Sosiologis Linda L. Lindsey menyatakan bahwa wanita menanggung lebih berat beban dosa asal, penciptaannya dari rusuk Adam, urutan kedua diciptakan setelah Adam, dengan kutukan Tuhan saat pengusirannya dari Taman Eden kerap menjadi dasar untuk mendukung kekuasaan pria atas wanita.[36]:133,397


Dalam Yahudi, literatur rabinik awal mengandung tradisi-tradisi yang menggambarkan Hawa dengan cara yang kurang baik. Menurut Bereshith Rabba 18:4, Adam dengan cepat menyadari bahwa Hawa ditakdirkan untuk terlibat dalam pertengkaran terus-menerus dengannya. Wanita pertama juga menjadi objek tuduhan yang dinisbatkan kepada Rabi Joshua dari Siknin, yang menurutnya Hawa, terlepas dari upaya ilahi, ternyata “berkepala bengkak, genit, penyadap, gosip, rentan terhadap kecemburuan, suka mencuri, dan petualang. "(Ibid. 18:2). Serangkaian dakwaan yang serupa muncul dalam Bereshith Rabba 17:8, yang dengannya penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam alih-alih dari bumi membuatnya lebih rendah dari Adam dan tidak pernah puas dengan apapun.


Dari sisi lain, Trible dan Frymer-Kensky melihat bahwa kisah Hawa dalam Kejadian tidak menunjukkan inferioritas Hawa atas Adam. Kata "penolong" (ezer) menunjukkan pendamping dalam Alkitab alih-alih pembantu, dan kata ini juga digunakan pada hubungan Tuhan pada (Bani) Israel (bukan Israel pada Tuhan).:168 Trible menjelaskan bahwa, dalam mitologi, hal yang diciptakan terakhir secara tradisi merupakan puncak penciptaan, yang tersirat dalam Kejadian 1 bahwa manusia (Adam) diciptakan setelah segala sesuatu yang lain — kecuali Hawa. Namun, sarjana Perjanjian Baru Craig Blomberg mengatakan bangsa Yahudi kuno mungkin telah melihat urutan penciptaan sebagai bentuk keistimewaan kepada putra sulung terkait hak waris (baik dalam tulisan suci mereka dan dalam budaya sekitarnya) dan menafsirkan Adam diciptakan lebih dulu dari Hawa sebagai tanda hak istimewanya.:129


Gereja Katolik mengakui Adam dan Hawa sebagai santo dan santa. Pesta liturgi tradisional untuk Adam dan Hawa dirayakan pada 24 Desember sejak Abad Pertengahan.


Terkait buah terlarang, Al-Qur'an tidak menjelaskan bahwa Hawa yang pertama kali memakannya. Baik Adam dan Hawa dijelaskan sama-sama bersalah, sama-sama bertaubat, juga sama-sama menerima ampunan. Hawa dipandang sebagai Ummul Basyar (ibu umat manusia), tetapi pengaruhnya tidak begitu kuat pada peran dan kedudukan perempuan di dunia Muslim bila dibandingkan dengan di Barat.


Menurut sebagian ulama, Hawa adalah seorang nabiah (nabi perempuan). Dalam kitabnya, Ibnu Hajar menyampaikan, "Dinukil dari al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi nabi. Mereka ada 6 orang:


Hawa (istri Nabi Adam),

Sara (Sarah) (istri Abraham (Nabi Ibrahim)),

Ibunya Musa,

Hagar (Hajar) (istri Abraham (Nabi Ibrahim)),

Asiyah (istri Firaun (Fir'aun) yang beriman),

dan Maria (Maryam (ibu Yesus (Nabi Isa)).

Batasan menurut beliau, bahwa orang yang didatangi malaikat dari Allah, dengan membawa hukum: perintah, larangan, atau maklumat, maka dia nabi."


Beberapa ulama yang mendukung adanya nabiah antara lain Ibnu Hazm, Al-Qurthubi, dan Abu al-Hasan al-Asy'ari. Meski demikian, kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada nabi dari kalangan perempuan.


Surga tempat Adam dan Hawa


Terdapat perbedaan pendapat mengenai surga atau Taman Eden yang ditempati Adam dan Hawa sebelum memakan buah terlarang. Satu pendapat bahwa itu adalah surga abadi yang sama dijanjikan untuk umat beriman di akhirat, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa surga tersebut ada di dunia.


Dalam Talmud dan Yahudi Kabbalah, terdapat dua jenis tempat spiritual yang bernama taman eden, yakni Taman Eden bawah, yang memiliki kesuburan melimpah dan Taman Eden atas, tempat tinggal orang-orang yang benar dan jiwa-jiwa abadi. Adam dikatakan tinggal di Taman Eden bawah, sedangkan Taman Eden atas tidak terlihat oleh mata.


Berdasar rincian mengenai Taman Eden dalam Kejadian 2:10-14, terdapat beberapa tempat yang dianggap sebagai lokasinya, yakni tempat sumber mata air sungai-sungai, kepala Teluk Persia, di Mesopotamia selatan tempat sungai Tigris dan Eufrat menuju ke laut,[48] dan Dataran Tinggi Armenia. Arkeolog Britania David Rohl berpendapat di Iran dan di sekitar Tabriz.


Dalam Al-Qur'an, ada beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada surga. Surga dalam kisah Adam dan Hawa merupakan terjemahan dari kata jannah (Arab: جنّة) yang secara harfiah bermakna "kebun" atau "taman". Kebanyakan ulama menyatakan bahwa surga yang ditinggali Adam dan Hawa adalah surga abadi.


Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa surga yang ditempati Adam bukanlah surga akhirat. Penjelasannya:


Setan dapat membujuk Adam dan Hawa yang ada di dalam surga untuk memakan buah terlarang

Riwayat yang menyatakan bahwa saat menjelang ajal, Adam memerintahkan anak-anaknya mengambil buah anggur dari surga. Tentu perintah itu mustahil dilaksanakan jika surga yang dimaksud adalah surga abadi

Adam diciptakan dari tanah, tapi tidak disebutkan dia diangkat ke langit

Adam sejak awal diciptakan untuk tinggal di bumi, sebagaimana yang Allah sampaikan pada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di bumi

Untuk perihal ayat yang menyatakan bahwa Adam dan Hawa diturunkan dari surga, belum tentu itu menunjukkan turun dari langit. Sangat mungkin turun yang dimaksud serupa dengan ayat yang menjelaskan Nuh yang turun dari perahu.


Tradisi Yahudi

Lilith


Dalam legenda Yahudi disebutkan bahwa istri pertama Adam bukanlah Hawa, tetapi Lilith. Adam dan Lilith diciptakan bersama-sama dari tanah. Namun terjadi perselisihan di antara keduanya karena Lilith tidak mau patuh pada Adam, sehingga Lilith pergi meninggalkan Adam. Setelahnya, Allah menciptakan pasangan baru untuk Adam dari tulang rusuk Adam sendiri. Legenda ini berkembang secara luas selama Abad Pertengahan, dalam tradisi Aggadah, Zohar, dan mistisisme Yahudi.[58][59]


Keterangan mengenai Lilith tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan Alkitab secara tersurat, tetapi sebagian menyandarkan keberadaannya menggunakan Kejadian 1:27 yang mengesankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersamaan dan perempuan yang disebut dalam ayat ini dianggap adalah Lilith. Ini berbeda dengan Kejadian 2:22 yang menyebutkan bahwa seorang perempuan diciptakan dari tulang rusuk, yang secara umum telah diketahui bahwa perempuan ini adalah Hawa.


Perzinahan


Dalam tradisi Yahudi pada literatur rabi awal, terdapat banyak contoh saat Hawa didakwa berbagai pelanggaran seksual. Dituliskan dalam Bereshith Rabba 3:16 bahwa "hasratmu akan untuk suamimu," dia dituduh oleh para rabi karena memiliki dorongan seksual yang terlalu maju (Bereshith Rabba 20: 7) dan terus-menerus menggoda Adam (ibid. 23: 5). Namun, dalam hal popularitas dan penyebaran teks, motif Hawa bersanggama dengan ular purba mengambil prioritas di atas pelanggaran seksualnya yang lain. Meskipun agak membingungkan, kisah ini disampaikan di banyak tempat: Bereshith Rabba 18:6, Sotah 9b, Shabat 145b – 146a dan 196a, Yevamot 103b dan 'Avodah zarah 22b.


Dalam tradisi Yahudi, Filo, Pirkei De-Rabbi Eliezer, dan Targum Yerushalmi menyatakan bahwa Adam bukanlah ayah dari Qabil/Kain. Sebaliknya, Hawa menjadi sasaran perzinahan karena dirayu Sammael, ular (nahash, Ibrani: נחש) di Taman Eden, atau iblis sendiri, dan Hawa berseru saat kelahiran Kain, "Aku telah mendapatkan seorang putra melalui seorang malaikat Tuhan."


Menurut Tradisi Islam

Kata Hawa dalam Al-Qur'an dan Hadis


Di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan nama Hawa. Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang Nabi Adam as hanya menyinggung Hawa sa dengan istilah istri Adam (zaujuka: istrimu).


Sedangkan di dalam hadis, sejarah dan tafsir banyak disebutan nama Hawa sa sebagai istri Nabi Adam as. Disebut Hawa karena ia adalah ibu dari semua yang hidup. Atau karena ia tercipta dari sosok "hayy" (yang hidup: Adam). Dalam riwayat disebutkan, Nabi Adam as menamai Hawa dengan Atssa, dalam bahasa Nabath berarti perempuan.


Proses Penciptaan Adam dan Hawa dalam Al-Qur'an


Di tegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Nabi Adam as itu tercipta dari tanah.Disebutkan pula, "Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangannya."


Para mufasir terdahulu umumnya meyakini, yang dimaksud "nafs: diri" dalam ayat tersebut adalah Nabi Adam as, sedangkan maksud "zauj: pasangan" adalah Hawa sa. Banyak riwayat menyebutkan Allah swt menciptakan Hawa sa dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam as. Ada juga yang menyebutkan bahwa ia tercipta dari sisa tanah yang digunakan untuk menciptakan Nabi Adam as.' Menurut sebagian mufasir, maksud ayat tersebut adalah Allah swt menciptakan pasangan Nabi Adam as dari jenisnya sendiri. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain yang memiliki makna sama yaitu, "dari jenis kalian sendiri." Tafsiran ini menjadi lebih sesuai dengan melihat kelanjutan Surah al-A'raf ayat 189, "agar ia merasa tenang di sisi pasangannya." Karena siapapun pasti akan lebih tertarik dan nyaman jika dengan jenis yang sama.


Sebagian kalangan modern berpendapat, maksud "nafsun wahid" itu bukan Nabi Adam as, tapi asal-usul penciptaan manusia (baik laki-laki maupun perempuan). Mereka menyimpulkan, laki-laki dan perempuan itu tercipta dari satu unsur.


Sebagian kalangan menyebutkan, menurut teori biologi modern, makhluk hidup pertama itu satu jenis yang kemudian mengalami perkembangbiakan. Mulanya makhluk tersebut berreproduksi secara aseksual lalu berpasangan dengan makhluk betina yang berasal darinya lalu terlahirlah generasi manusia. Menurut teori ini, pada mulanya, pasangan manusia pertama tidak diciptakan secara terpisah, namun tercipta dari dirinya sendiri. Karena itu reproduksi manusia pada tahapan pertama bukanlah secara seksual.


Turunnya Adam dan Hawa dari Surga


Di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan mengenai proses penciptaan Hawa sa. Menurut keterangan ayat Al-Qur'an, Allah swt menyuruh Nabi Adam as dan istrinya untuk tinggal di surga. Di surga mereka boleh makan makanan apa saja kecuali buah dari satu pohon. Jika mereka mendekati pohon tersebut maka akan dikategorikan sebagai orang zalim. Setan berhasil mengelabuhi mereka berdua hingga keduanya memakan buah terlarang. Akibatnya, aurat mereka berdua terlihat. Mereka lalu menutupi tubuh dengan dedaunan surga. Sadar telah berbuat salah, mereka memohon pada Allah swt supaya memberi ampunan. Allah swt berfirman bahwa mereka harus turun ke bumi dan hidup di sana. Akhirnya mereka dikeluarkan dari surga dan tinggal di bumi hingga meninggal.


Peran Hawa dalam Dosa Adam


Al-Qur'an sama sekali tidak menyebutkan peran Hawa sa atas "dosa" yang diperbuat Nabi Adam as. Menurut Perjanjian Lama, ular berhasil membujuk dan menipu Hawa sa. Tak hanya itu, Hawa sa juga memperdaya Nabi Adam as. Sedangkan menurut Al-Qur'an, ular menggoda keduanya.Menurut Surah Thaha ayat 120, kisah yang terjadi hanyalah dialog antara Nabi Adam as dan setan. Saat itu setan membujuknya secara langsung. Sama sekali tidak disebutkan adanya kontak antara setan dengan Hawa sa. Menurut tradisi Yahudi dan Kristen, Hawa sa adalah orang yang tertipu dan menyesatkan. Sedangkan Al-Qur'an menyebutkan, Nabi Adam as dan Hawa sa, masing-masing memiliki tenggung jawab yang sama atas "dosa" yang telah mereka lakukan. Akibatnya, keduanya dikeluarkan dari surga.


Tergodanya Hawa dalam Penjelasan Hadis

Dalam beberapa hadis yang bersifat penafsiran terdapat kisah yang menceritakan tentang godaan setan dan peran Hawa sa dalam kejadian yang menimpanya dan suaminya, yaitu dikeluarkan dari surga. Namun nampaknya cerita itu diambil dari kisah Perjanjian Lama. Bahkan ada hadis yang menyebutkan, "Jika tidak ada Hawa maka tidak akan ada perempuan yang mengkhianati suaminya."Maksud pengkhianatan di sini adalah peran Hawa sa atas dosa pertama yang dilakukan Nabi Adam as. Ada pula riwayat yang menceritakan tentang tergodanya Hawa sa setelah ia dikeluarkan dari surga. Menurut riwayat tersebut, saat itu Hawa sa sedang mengandung bayi namun tidak bertahan hidup. Setan (bernama Harits) datang menemuinya dan membujuknya supaya menamai bayinya dengan Abdul Harits (hamba Harits) supaya tetap hidup. Ia dan suaminya melaksanakan saran tersebut, padahal itu adalah bujukan setan. Dengan demikian, menurut riwayat ini, Hawa sa telah menjerumuskan Nabi Adam as ke dalam tipu daya setan untuk kedua kalinya (para Ulama Sunni dan Syiah banyak yang mengkritisi dan menjelaskan riwayat tersebut). Allamah Majlisi menyebutkan, riwayat ini disampaikan oleh para imam Syiah dalam keadaan bertaqiah. Sedangkan Allamah Thabathabai menjelaskan, itu riwayat palsu atau israiliyat (diambil dari sumber Kristen dan Yahudi).


Menurut Tradisi Kristen


Perjanjian Baru hanya menyebutkan dua kali nama Hawa. Pertama, dalam kisah tentang tertipunya Hawa sa. Kisah itu ditujukan sebagai peringatan bagi orang-orang Kristen. Kedua, merujuk pada kisah penciptaan Hawa sa setelah Nabi Adam as. Disebutkan, perempuan tidak berhak menjadi pengajar. Dia tidak boleh mengungguli suaminya. Cukup dengan beriman, bertakwa dan melahirkan anak maka dosa-dosanya akan diampuni dan dimasukkan ke surga.

No comments:

Post a Comment