28 March 2024

Mengutip kata-kata Almarhum Bapak BJ Habibie bahwa “... dibalik suksesnya seorang pria selalu ada wanita hebat”. Ketika pria tersebut telah menikah tentu saja yang mendukung kesuksesan adalah Istri. Dan ketika masih sendiri, wanita hebatnya adalah Ibunda tercinta. Mari kita mengenal sosok Ibunda dari Pak BJ Habibie. Beliau bernama Tuty Habibie Puspowardoyo asli Yogya. Sebelum menikah, Ibu Tuty pernah aktif dalam pergerakan politik di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau turut aktif dalam Partai Kedaualat Rakyat (di masa pergerakan kemerdekaan), bahkan pernah menduduki Wakil Ketua. Teman-teman seperjuangannya antara lain Lanto Daeng Pasewang (bekas Gubernur Sulawesi), Ny Saelan (Ibu mertua Menhankam Jendral M. Jusuf), Soekarjdo Wiryopranoto, Henk Rondonuwu dan Arnold Mononutu. Ibu Tuty pertama kali berkenalan dengan suaminya di Batavia tahun 1927. Ketika itu Ibu Tuty tinggal di rumah adik dari orang tuanya bernama dr. Poespo. Tahun 1928 mereka menikah dan pindah ke Makassar. Awalnya pernikahan mereka tidak disetejui orangtua Ibu Tuti dikarenakan pada saat itu Pak Habibie suaminya baru saja lulus dari sekolah pertanian di Bogor (Middlebare Landbouw School). Sesudah menikah, beliau ikut suami yang berdinas di Jawatan Pertanian Gorontalo. Suami tercinta meninggal ketika Ibu Tuty hamil anak ke-8. Suami meninggal dunia ketika sujud shalat sesudah mengucapkan “Allahu-Akbar”. Ke-8 putera putrinya adalah: Tuty Sri Sulaksmi, Satoto Habibie, Winny Habibie, Bj Habibie, JE Habibie, Sri Rejeki, Sri Rahayu dan Timmy Habibie. Demi pendidikan anak-anaknya, Ibu Tuty memboyong anak-anaknya dari Gorontalo untuk disekolahkan di Yogyakarta. Demi membiayai 8 anak dan 2 anak angkat, Ibu Tuty menjadi wiraswasta, dengan melakukan tender impor-ekspor kecil-kecilan. Setiap hari pulang pergi Bandung-Jakarta dengan mobil sendiri atau naik kereta api. Bisnisnya berkembang hingga mampu mendirikan perusahaan bernama CV Srikandi. Beliau juga membangun kos-kosan di jl Imam Bonjol 14 Bandung yang diberi nama Jutinto yaitu singkatan dari nama anak-anaknya Jaju, Timmy dan Tanto. Beliau tidak pernah membedakan perlakuan terhadap anak-anak kandungnya dengan anak-anak kos. Syarat kos di rumahnya adalah wajib berada di rumah jam 18-19.00 pada hari biasa dan jam 23.00 pada hari minggu. Selain untuk menjaga agar mereka belajar pada waktunya, juga agar bisa makan bersama-sama tidak masing-maisng. Bagi yang sudah punya pacar boleh pacaran dimalam minggu saja. Yang indekos dirumahnya adalah mahasiwa yang berasal dari berbagai daerah: Tapanuli, Ambon, Jawa, Gorontalo, Bugis dan lainnya. Mulai dari lingkungan kecil Ibu Tuti selalu mengajarkan anak-anaknya hidup rukun dan saling menghormati. Karena terkenal sebagai Ibu kos yang sangat disiplin, pernah suatu saat papan nama “Awas ada anjing galak” di depan rumah, pernah diganti oleh mahasiswa yang indekos dengan “Awas ada Eyang galak”. Berkat kegigihan dalam mendidik anak-anaknya, semua anak-anaknya menjadi orang sukses semua bahkan anak-anak kosnya, antara lain : Prof Dr. Ir Amiruddin (mantan Rektor Unhas), Ir Andi Junde, Albert Purwayla (mantan Walikota Ambon), Ir. Sahala Tobing. Filsafat hidup beliau: berbuat baik kepada siapa saja, tanpa memandang asal-usulnya. Memberi pertolongan kepada orang yang benar-benar membutuhkan dan menghadapi semua cobaan hidup dengan kerja keras, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. Sumber: Suara Karya, 21-4-1978. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team) #tokoh #wanita #Habibie #Gorontalo #Yogyakarta #Bandung

 Mengutip kata-kata Almarhum Bapak BJ Habibie bahwa “... dibalik suksesnya seorang pria selalu ada wanita hebat”. Ketika pria tersebut telah menikah tentu saja yang mendukung kesuksesan adalah Istri. Dan ketika masih sendiri, wanita hebatnya adalah Ibunda tercinta.


Mari kita mengenal sosok Ibunda dari Pak BJ Habibie. Beliau bernama Tuty Habibie Puspowardoyo asli Yogya. Sebelum menikah, Ibu Tuty pernah aktif dalam pergerakan politik di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Beliau turut aktif dalam Partai Kedaualat Rakyat (di masa pergerakan kemerdekaan), bahkan pernah menduduki Wakil Ketua. Teman-teman seperjuangannya antara lain Lanto Daeng Pasewang (bekas Gubernur Sulawesi), Ny Saelan (Ibu mertua Menhankam Jendral M. Jusuf), Soekarjdo Wiryopranoto, Henk Rondonuwu dan Arnold Mononutu.


Ibu Tuty pertama kali berkenalan dengan suaminya di Batavia tahun 1927. Ketika itu Ibu Tuty tinggal di rumah adik dari orang tuanya  bernama dr. Poespo. Tahun 1928 mereka menikah dan pindah ke Makassar. Awalnya pernikahan mereka tidak disetejui orangtua Ibu Tuti dikarenakan pada saat  itu Pak Habibie suaminya baru saja lulus dari sekolah pertanian di Bogor (Middlebare Landbouw School). 



Sesudah menikah, beliau ikut suami yang berdinas di Jawatan Pertanian Gorontalo. Suami tercinta meninggal ketika Ibu Tuty hamil anak ke-8. Suami meninggal dunia ketika sujud shalat sesudah mengucapkan “Allahu-Akbar”. Ke-8 putera putrinya adalah: Tuty Sri Sulaksmi, Satoto Habibie, Winny Habibie, Bj Habibie, JE Habibie, Sri Rejeki, Sri Rahayu dan Timmy Habibie.

Demi pendidikan anak-anaknya, Ibu Tuty memboyong anak-anaknya dari Gorontalo untuk disekolahkan di Yogyakarta. Demi membiayai 8 anak  dan 2 anak angkat, Ibu Tuty menjadi wiraswasta, dengan melakukan tender impor-ekspor kecil-kecilan. Setiap hari pulang pergi Bandung-Jakarta dengan mobil sendiri atau naik kereta api. Bisnisnya berkembang hingga mampu mendirikan perusahaan bernama CV Srikandi. Beliau juga membangun kos-kosan di jl Imam Bonjol 14 Bandung yang diberi nama Jutinto yaitu singkatan dari nama anak-anaknya Jaju, Timmy dan Tanto.

 

Beliau tidak pernah membedakan perlakuan terhadap anak-anak kandungnya dengan anak-anak kos. Syarat kos di rumahnya adalah wajib berada di rumah jam 18-19.00 pada hari biasa dan jam 23.00 pada hari minggu. Selain untuk menjaga agar mereka belajar pada waktunya, juga agar bisa makan bersama-sama tidak masing-maisng. Bagi yang sudah punya pacar boleh pacaran dimalam minggu saja.  Yang indekos dirumahnya adalah mahasiwa yang berasal dari berbagai daerah: Tapanuli, Ambon, Jawa, Gorontalo, Bugis dan lainnya. Mulai dari lingkungan kecil Ibu Tuti selalu mengajarkan anak-anaknya hidup rukun dan saling menghormati.  Karena terkenal sebagai Ibu kos yang sangat disiplin, pernah suatu saat papan nama “Awas ada anjing galak” di depan rumah, pernah diganti oleh mahasiswa yang indekos dengan “Awas ada Eyang galak”.


Berkat kegigihan dalam mendidik anak-anaknya, semua anak-anaknya menjadi orang sukses semua bahkan anak-anak kosnya, antara lain : Prof Dr. Ir Amiruddin (mantan Rektor Unhas), Ir Andi Junde, Albert Purwayla (mantan Walikota Ambon), Ir. Sahala Tobing.  


Filsafat hidup beliau: berbuat baik kepada siapa saja, tanpa memandang asal-usulnya. Memberi pertolongan kepada orang yang benar-benar membutuhkan dan menghadapi semua cobaan hidup dengan kerja keras, serta jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. 


Sumber: Suara Karya, 21-4-1978. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba, Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team)


#tokoh #wanita #Habibie #Gorontalo #Yogyakarta #Bandung

No comments:

Post a Comment