22 March 2024

Nabi Ya'qub As ( Ya’qub/Israel bin Ishaq ) Lahir : Palestina, 1837 SM. Diangkat menjadi Nabi tahun 1750 SM. Mukjizat : 1. Memiliki sifat Tawakal dan Shaleh, 2. Menguasai bahasa Aramiya, 3. Menafsirkan mimpi Nabi Yusuf, 4. Memiliki indera penciuman yang tajam, 5. Memiliki Kesabaran Luar biasa. Orang Tua : ♂️Nabi Ishaq As, ♀️Rifqah binti A'zar/Rebecca. Saudara : ♂️Esau, ♂️Al-Aish. Istri : ♀️Laya (Leah), ♀️Rahil (Rahel), ♀️Zulha, ♀️Balhah. Anak : ♂️Ruben, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Yehuda, ♂️Dan, ♂️Naftali, ♂️Gad, ♂️Asyer, ♂️Isakhar/ Yisakhar, ♂️Zebulon, ♀️Dina, ♂️Nabi Yusuf As, ♂️Benyamin. Wafat : Mesir Kuno, 1690 SM Makam : Gua Makfilah (Makhpela) di al-Khalil, Hebron, Palestina. Keterangan : Ya'qub atau Yakub (Arab: يعقوب, translit: Yaʿqūb) adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah putra Ishaq bin Ibrahim. Ya'qub juga disebut dengan Israel/Israil (Arab: اسرائيل, translit: Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) dan keturunannya disebut dengan Bani Israil. Masa Kecil Nabi Ya’qub Nabi Ya’qub A.S adalah seorang anak dari ayah bernama Nabi Ishak A.S dan Ibu bernama Rafiqah serta beliau merupakan cucu dari Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ya’qub A.S memiliki saudara kembar yang bernama Ish. Oleh sebab itu orang tua dari Nabi Ya’qub A.S sangat berharap agar anak kembarnya bisa mengikuti jejak kakeknya, Nabi Ibrahin A.S. Supaya bisa bisa mengamalkan perbuatan kebaikan dan dapat menyebarkannya seperti kakeknya, maka Nabi Ishak A.S mulai memberikan pelajaran agama serta memberikan nasihat-nasihat kepada kedua putra kembarnya. Beliau akan selalu mengusahakan dirinya untuk memberikan pelajaran agama dan nasihat kepada kedua putranya dalam kondisi apapun. Hal-hal yang selalu diajarakan adalah hal-hal yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih tenang dan damai, sehingga harus menjauhi sifat iri, dengki, maksiat, dan permusuhan. Hal ini beliau lakukan supaya kedua putranya selalu beriman kepada Allah dan menjadi hamba yang selalu bertawakal kepada-Nya. Namun, harapan dari Nabi Ishak A.S untuk memiliki anak-anak yang taat untuk menjalankan perintah Allah ternyata tidak sesuai karena putranya yang bernama Ish memiliki sifat yang tidak mengamalkan kebaikan, seperti iri, dengki, sombong, dan senang sekali pamer. Akan tetapi, putra Nabi Ishak A.S yang bernama Ya’qub memiliki sifat yang sangat berbeda dengan saudara kembarnya itu, sifat-sifat yang dimiliki Ya’qub sangat mencerminkan kebaikan, seperti tidak sombong, tidak bermaksiat, dan sangat lemah lembut. Perbedaan sifat yang saling bertolak belakang itu membuat mereka saling bertengkar ketika beranjak ke usia remaja. Ya’qub ini memiliki sifat mengalah dan kakaknya, Ish selalu merasa paling benar serta tidak mau mengalah kepada adiknya walaupun sedang dalam keadaan bersalah. Ya’qub pun tak pernah melawan kakaknya dan ia tetap sabar serta selalu mendoakan kakanya agar kembali ke jalan yang baik dan benar di kemudian hari. Nabi Ishak A.S berpesan kepada kedua putranya, “wahai, anakku. Kalian harus tetap beriman dan takwa kepada Allah serta selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kita sebagai hamba Allah harus selalu melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia serta harus membantu fakir miskin. Hal itu harus dilakukan karena dianjurkan oleh Allah.” Ya’qub menjawab nasihat itu dengan sopan, tetapi kakaknya, Ish tidak mengeluarkan ucapan sedikitpun setelah mendengarkan nasihat dari ayahnya. Nabi Ishak A.S yang melihat respon dari putranya, Ish hanya bisa tersenyum saja. Melihat sifat dan perilaku kedua putranya, Nabi Ishak A.S dan istrinya mulai berpikir bahwa yang lebih pas untuk mewariskan ajaran agama Allah adalah Ya’qub. Hal ini dikarenakan Ya’qub mempunyai sifat-sifat yang sudah mencerminkan seseorang yang saleh dan setiap perbuatannya selalu terpuji. Sifat saleh dan perbuatan terpuji ini tak pernah dimiliki oleh Ish. Semakin beranjak dewasa, pertengkaran antara Ish dan Ya’qub semakin sering terjadi, kakak dari Ya’qub selalu mengejek adiknya dan sudah berkali-kali adiknya tidak membalas ejekan itu dan selalu sabar ketika sedang diejek. Hingga pada suatu waktu, Ya;qub mulai merasa resah dan bilang kepada Nabi Ishak A.S bahwa kakanya sudah mengejeknya. Mendengar cerita dari Ya’qub, Ish mulai diberikan nasihat oleh Nabi Ishak A.S. Setelah melihat kebiasaan buruk Ish yang tak kunjung berubah, Nabi Ishak A.S dan istrinya berencana untuk segera menikahkan Ish. Dengan menikah, diharapkan sifat dan perilaku Ish dapat berubah ke arah yang lebih baik. Ish pun menikah dengan perempuan yang dipercaya oleh dirinya. Namun, sifat dan perilaku Ish kepada Ya’qub tetap sama dan tidak berubah walaupun sudah hidup berumah tangga. Ya’qub yang menrima ejekan, hinaan, dan ancaman dari kakanya, mulai menceritakan hal ini kepada ayahnya. Nabi Ishak A.S. Sang ayah yang mendengar cerita dari Ya’qub mulai memohon kepada Allah dan berdoa, “Semoga engkau bisa mewarisi sifat kenabian yang kumiliki, anakku dan aku berdoa semoga engkau kelak akan menurunkan beberapa nabi dan raja dari garis keterunanmu, anakku.” Perjalanan Menuju Irak Meskipun sudah diberi nasihat berkali-kali, Ish tetap tidak menyukai Ya’qub dan selalu mengejek dan menganiaya Ya’qub. Melihat peristiwa itu terus berlangsung, Nabi Ishak A.S berkeinginan untuk menitipkan Ya’qub kepada saudara istrinya dengan tujuan agar Ish tidak bisa mengganggu, mengejek, dan menganiaya adiknya, Ya’qub. Nabi Ishak A.S mulai menceritakan idenya ini kepada istrinya bahwa Ya’qub akan dititipkan kepada Syekh Labban yang merupakan saudara dari istrinya. Tempat tinggal dari Syekh Labban ada di Faddan A’ram (Irak). Ya’qub adalah seorang anak yang taat kepada kedua orang tua. Ya’qub yang mendengar saran ini pun mengikuti arahan dari Nabi Ishak A.S. Meskipun pindah ke Irak, tetapi orang tua dari Ya’qub selalu berpesan, “semoga di sana kamu bisa belajar ilmu agama pada pamanmu.” Selain itu, Nabi Ishak A.S berpesan bahwa harus berhati-hati ketika menyusuri dari jalan menuju Irak. Setelah selesai shalat Subuh, Ya’qub mulai bergegas menuju Irak untuk tinggal di rumah paman Syekh Labban, ia membawa bekal dan pakaian tidak begitu banyak serta diletakkan di dalam kantung. Orang tua dari Ya’qub pun mengantarkan anaknya sampai pintu depan rumah. Ketika berpamitan, Ya’qub diamanatkan oleh ayahnya agar memberikan surat kepada Syekh Labban. Perjalanan yang dilalui Ya’qub ini merupakan gurun pasir dan sahara yang sangat luas, sehingga beberapa kali Ya’qub perlu mengistirahatkan dirinya agar tidak terlalu lelah. Perjalanan menuju ke Irak juga dilakukan pada malam hari sedangkan pada siang hari digunakan untuk beristirahat. Ketika beristirahat dan merasa perlu mengisi energi, maka Ya’qub mulai membuka perbekalannya dan memakannya. Ya’qub yang percaya bahwa bisa sampai ke Faddan A’ram (Irak). Berkat rasa percaya itulah muncul rasa sabar dan tabah bahwa perjalanan melewati gurun pasir dan sahara yang luas merupakan ujian pertama yang diberikan oleh Allah. Ya’qub yang mulai merasakan kalau dirinya sangat lelah, mulai mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat dan agar bisa tertidur pulas. Ketika tidur karena sangat lelah, Ya’qub bermimpi bahwa kehidupan di masa depan penuh dengan rezeki dan kehidupannya penuh dengan kedamaian, mulai dari keluarga hingga anak cucu dan mampu mendirikan kerajaan yang cukup besar yang sejahtera. Setelah bangun dari tidur dan mimpinya, Ya’qub bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya Faddan A’ram (Irak). Di tengah perjalanan itu, beliau terus-terusan berpikir arti dan makna dari mimpinya tadi. Selang beberapa lama berpikir tentang arti dan makna dari mimpi itu terdengar suara yang muncul di kedua telinganya, “wahai putra Ishak. Janganlah engkau merasa takut dan kaget. Aku adalah malaikat Jibril yang sudah diutus oleh Allah S.W.T untuk menyampaikan wahyu kepadamu, Ya’qub. Wahai Ya’qub, ketahuilah! Mulai saat ini Allah S.W.T sudah mengangkat dirimu sebagai seorang nabi dan rasul. Sebarkanlah setiap kebenaran kepada seluruh umat manusia supaya menyembah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Allah akan mewariskan Baitul Maqdis, kehidupan bahagia, dan kerajaan yang sangat besar untuk dirimu dan keturunanmu.” Rasa lelah yang ada pada diri Nabi Ya’qub A.S mulai menghilang setelah bermimpi memiliki kehidupan yang tentram dan damai dan menerima wahyu dari Allah. Tak hanya rasa lelah yang hilang, tetapi Nabi Ya’qub A.S seperti mendapatkan energi baru untuk melanjutkan perjalanan ke Fadda A’ram (Irak). Tenaga yang seperti penuh kembali membuat Nabi Ya’qub A.S berjalan dengan cepat agar sampai ke tempat tujuan segera mungkin. Sampai di Rumah Syekh Labban Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, akhirnya Nabi Ya’qub A.S sampai di depan pintu gerbang Faddan A’ram (Irak) dan beliau sangat senang karena perjalanannya tidak menjadi sia-sia. Selain itu, ketika melihat kesibukan yang dilakukan oleh masyarakat di Irak, Nabi Ya’qub A.S sangat merasa senang. Ketika menuju ke rumah pamannya, Nabi Ya’qub A.S diantar oleh putri pamannya yang bernama Rahil dan setelah sampai di rumah pamannya, surat dari Nabi Ishak A.S segera diberikan kepada pamannya, Syekh Labban. Surat itu berisi tentang keinginan Nabi Ishak A.S untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu putri dari Syekh Labban. Namun, Syekh Labban memberikan syarat jika Nabi Ya’qub A.S ingin menikahi salah satu putrinya. Syekh Labban menyampaikan syaratnya berupa harus menjadi penggembala kambing selama tujuh tahun dan hal itu menjadi mas kawin untuk pernikahannya nanti. Ketika ditanya, putri yang ingin dinikahinya, Nabi Ya’qub A.S menjawab bahwa ia ingin menikahi Rahil. Namun, Syekh Labban menjelaskan bahwa hal itu tidak bisa terjadi apabila kamu (Nabi Ya’qub A.S) tidak menikahinya kakaknya, Laya terlebih dahulu. Pada saat itu, hukum adat melarang jika adik melangkahi kakak perempuannya untuk menikah lebih dulu. Setelah mendengar pernyataan dari Syekh Labban, Nabi Ya’qub A.S pun menyetujui semua persyaratan yang telah diberikan oleh ayah dari Laya dan Rahil. Nabi Ya’qub A.S berdoa kepada Allah untuk memohon agar keinginan ayah dan ibunya untuk menikah putri Syekh Labban dapat terpenuhi. “Ya Allah Yang Maha Agung, aku mohon kabulkan keinginan ayah dan ibu hamba. Berikanlah aku kekuatan semala menjalani ujian dan kuatkan iman hamba. Sesungguhnya hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal gaib.” Setelah melewati ujian menggembala kambing selama tujuh tahun, Nabi Ya’qub A.S menikahi putri dari Syekh Labban, Laya. Pernikahan putranya dengan putri dari Syekh Labban terdengar oleh Nabi Ishak A.S dan istrinya dan mereka yang mendengar kabar itu merasa bahagia. Setelah berhasil melewati ujian pertama, yaitu menikahi Laya. Nabi Ya’qub A.S mulai mempersiapkan dirinya untuk melewati ujian kedua yaitu menggembala kambing dan menikahi Rahil yang merupakan putri kedua dari Syekh Labban. Ujian kedua pun berhasil dilewati oleh Nabi Ya’qub A.S. Nabi Ya’qub A.S Memiliki 4 Orang Istri Kedua putri dari Syekh Labban sangat bahagia setelah menikah dengan Nabi Ya’qub A.S dan mereka berdua saling bercerita tentang kebaikan sang suami ketika sang suami tidak berada di rumah. Mereka berdua yang sudah merasakan kebaikan dari Nabi Ya’qub A.S ini sangat ingin untuk membalaskan kebaikan sang suami. Namun, mereka belum tahu hadiah apa yang cocok untuk membalaskan kebaikannya itu. Setelah berpikir cukup panjang, Rahil pun ingat bahwa mereka memiliki dua orang pembantu yang memiliki wajah yang cantik. Dua pembantu itu bernama Balhah dan Zulfah. Laya dan Rahil akhirnya sepakat untuk menikahkan Nabi Ya’qub A.S dengan kedua pembantu itu. Setelah mereka sepakat dengan keputusan itu, kemudian menyampaikannya kepada ayahnya, Syekh Labban. Mendengar keinginan mereka berdua untuk menikahkan Nabi Ya’qub A.S dengan kedua pembantu putrinya membuat beliau terkejut. Setelah mendapatkan persetujuan dari Laya, Rahil, dan Syekh Labban, Nabi Ya’qub A.S menikah dengan kedua pembantunya. Setelah pernikahan itu berhasil, Laya dan Rahil merasa sangat bahagia karena bisa memberikan hadiah kepada suami tercintanya. Dari keempat istri tercintanya, Nabi Ya’qub A.S memiliki 12 orang anak. Istri pertama, Laya dikaruniai enam orang anak, yaitu Syam’un, Rawbin, Lewi, Yahuda, Yazakir, dan Zabulan. Istri kedua, Rahil dikaruniai dua orang anak, yaitu Benyamin dan Yusuf. Istri ketiga, Zulfa dikaruniai dua orang anak, yaitu Kan dan Asyar. Istri keempat dikaruniai dua orang anak, yaitu Daan dan Naftali. Kedudukan Islam Ya'qub dipandang sebagai nabi dalam Islam. Meski namanya cukup banyak disebutkan bila dibandingkan nabi yang lain, kisahnya yang termaktub dalam Al-Qur'an hanyalah terkait kehidupan Yusuf dan wasiatnya. Bagian kehidupannya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Qur'an tidak dikisahkan mengenai Ya'qub yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat. Namanya dalam Al-Qur'an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ishaq, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang saleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah. Ya'qub juga dinyatakan memiliki kekuatan yang besar dan ilmu yang tinggi. Disebutkan pula bahwa Allah menganugerahi kitab dan kenabian pada keturunannya. Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Ya'qub, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah. Yahudi Umat Yahudi memandang Ya'qub sebagai nabi. Bersama Ibrahim dan Ishaq, nama Ya'qub juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain. Dalam Tanakh disebutkan mengenai janji Allah bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak dan akan terlahir raja-raja dari keturunannya, juga negeri Palestina akan diberikan padanya dan keturunannya. Kristen Gereja Katolik memandang Ya'qub sebagai santo. Perayaan liturginya dirayakan oleh Gereja Katolik ritus Bizantium pada hari ahad kedua sebelum natal. Latar belakang Doa Ishaq Setelah tua, pandangan Ishaq mulai melemah. Takut bahwa dia dapat meninggal sewaktu-waktu, Ishaq kemudian memerintahkan Esau berburu dan membuatkan makanan kesukaannya dari buruan itu, sehingga Ishaq dapat mendoakan keberkahan bagi putra sulungnya tersebut. Ribka yang mengetahui niatan Ishaq kemudian memerintahkan Ya'qub agar menghidangkan makanan tersebut kepada Ishaq sebelum Esau pulang berburu. Ribka kemudian memakaikan pakaian Esau pada Ya'qub, juga membalutkan kulit domba pada tangan dan leher Ya'qub karena Esau adalah orang yang berbulu lebat. Saat Ya'qub menghidangkan makanan tersebut, Ishaq meraba tubuh Ya'qub dan berkata, "Kalau suara, suara Yakub, kalau tangan, tangan Esau." Setelah menyantap hidangan tersebut, Ishaq mendoakan Ya'qub, yang dia kira adalah Esau, agar dia dikaruniai kebaikan, rezeki yang banyak, dan dia menjadi tuan bagi saudaranya, dan begitu juga keturunannya. Setelah Ya'qub keluar, Esau mendatangi Ishaq, menghidangkan makanan yang ayahnya minta. Namun Ishaq mengatakan kalau tadi telah menyantap hidangannya dan telah mendoakannya. Ishaq dan Esau kemudian tahu bahwa tadi yang datang adalah Ya'qub. Esau meraung-raung pada ayahnya, tapi Ishaq mengatakan kalau doanya tidak bisa ditarik kembali. Esau kemudian berjanji untuk membunuh Ya'qub bila Ishaq telah meninggal. Mengetahui ancaman Esau, Ribka memerintahkan agar Ya'qub pergi menuju rumah saudara Ribka, Laban, yang ada di Mesopotamia. Sebelum pergi, Ishaq mendoakan Ya'qub dan melarang Ya'qub memperistri wanita-wanita Palestina karena penduduk kawasan tersebut kebanyakan tidak beriman, sehingga Ishaq memerintahkan Ya'qub mencari istri dari keluarga besar Ibrahim yang ada di Mesopotamia. Setelahnya, Ya'qub pergi meninggalkan Palestina. Esau mendengar bahwa ayahnya tidak menyukai perempuan Palestina, padahal dia sendiri sudah memperistri dua orang perempuan Palestina, sehingga dia mencari istri lagi. Istri ketiga Esau adalah Mahalat, putri Isma'il. Mesopotamia Ya'qub kemudian sampai dan tinggal di rumah Laban yang berada di Haran. Laban memiliki dua putri, yang sulung bernama Lea dan yang bungsu bernama Rahel. Ya'qub melamar Rahel dan Laban menerima pinangan tersebut dengan syarat Ya'qub mau bekerja menjadi penggembalanya selama tujuh tahun. Saat waktu tujuh tahun telah usai, diadakanlah pesta pernikahan dan Laban menikahkan Lea dengan Ya'qub. Di pagi harinya, barulah Ya'qub tersadar kalau dia tidak dinikahkan dengan Rahel, tetapi Lea, dan Ya'qub kemudian meminta penjelasan pamannya tersebut. Laban mengatakan kalau menikahkan anak yang muda padahal yang tua belum menikah bukanlah tradisi di tempat tersebut. Laban kemudian melanjutkan bahwa dia akan menikahkan Rahel dengan Ya'qub jika dia bersedia bekerja untuknya tujuh tahun lagi. Ya'qub menyanggupi dan akhirnya Rahel juga menjadi istri Ya'qub. Laban juga memberikan seorang budak perempuan bernama Zilpa sebagai pelayan Lea dan Bilha sebagai pelayan Rahel. Ya'qub lebih mencintai Rahel dari Lea, tetapi Rahel mandul. Di sisi lain, Lea melahirkan beberapa putra: Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda.[17] Rahel merasa cemburu dengan kakaknya dan kemudian memberikan Bilha sebagai selir atau istri untuk Ya'qub. Tradisi seorang wanita memberikan budak perempuannya untuk dijadikan selir suaminya dapat disamakan dengan praktik ibu pengganti pada masa modern. Saat budak tersebut melahirkan, maka anaknya juga akan dianggap secara hukum sebagai anak sang nyonya. Bilha kemudian melahirkan dua orang putra: Dan dan Naftali. Lea kemudian menjadikan Zilpa sebagai selir atau istri Ya'qub. Zilpa kemudian melahirkan dua orang putra: Gad dan Asyer. Lea kemudian mengandung lagi dan melahirkan dua putra: Isakhar dan Zebulon. Lea juga melahirkan seorang putri bernama Dina. Setelahnya, barulah Rahel dapat hamil sendiri dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Yusuf. Keberadaan Ya'qub menjadikan harta keluarga Laban diberkahi Allah sehingga hartanya menjadi berkembang pesat. Saat Ya'qub berencana kembali ke Palestina, Laban sebenarnya enggan melepaskannya. Ya'qub meminta upah dari pekerjaannya selama ini, yakni kambing-domba yang hitam, berbintik-bintik, dan belang-belang dari hewan ternak Laban. Laban menyetujuinya, tetapi anak-anak Laban kemudian mengambil hewan-hewan ternak dengan ciri-ciri seperti itu dan membawanya pergi sejauh perjalanan tiga hari, sedangkan hewan ternak yang tersisa dibiarkan dipelihara Ya'qub. Kemudian Ya'qub memotong dahan-dahan pohon muda dan mengupas sebagian kulitnya sehingga di dahan-dahan tersebut terbentuk pola belang-belang. Dahan-dahan itu kemudian diletakkan di tempat-tempat minum ternak tersebut karena mereka suka kawin saat hendak minum. Jika ternak-ternak itu kawin di depan dahan itu, maka anaknya juga akan menjadi belang-belang. Ya'qub meletakkan dahan-dahan itu hanya di depan hewan ternak yang kuat. Jadi hewan yang lahir berbintik atau berbelang dalam keadaan kuat dan semuanya menjadi milik Ya'qub, sedangkan yang lemah tetap menjadi milik Laban Peristiwa ini adalah mukjizat Ya'qub. Kembali Ya'qub kembali ke Palestina bersama istri-istri dan anak-anaknya, para budak, dan hewan-hewan ternak. Ya'qub mengutus seseorang terlebih dahulu untuk menemui Esau, tetapi saat kembali, utusan tersebut menyatakan bahwa Esau sedang dalam perjalanan menemui Ya'qub diiringi empat ratus orang. Merasa takut, Ya'qub kemudian membagi kafilahnya menjadi dua rombongan, agar bila yang satu diserang, yang lain dapat selamat. Saat malam, Ya'qub menyeberangkan kafilahnya melewati sungai Yabok (diidentifikasikan dengan sungai Zarqa), meninggalkan Ya'qub seorang diri. Kemudian Ya'qub bergulat dengan seorang laki-laki tak dikenal dan laki-laki itu memukul sendi pangkal paha Ya'qub. Setelahnya, lelaki itu menanyakan nama Ya'qub dan Ya'qub menjawabnya. Lelaki itu melanjutkan bahwa nama Ya'qub sekarang adalah Israel. Itulah sebabnya keturunan Ya'qub kemudian disebut dengan Bani Israel. Ya'qub balik menanyakan nama lelaki tersebut, tetapi dia tidak menjawab dan pergi. Ya'qub kemudian tersadar bahwa lelaki itu sebenarnya adalah malaikat. Setelah kafilah Ya'qub melanjutkan perjalanan, mereka kemudian bertemu rombongan Esau. Ya'qub kemudian bersujud sebagai bentuk penghormatan dan Esau kemudian memeluk Ya'qub dan mereka saling bertangisan. Para istri, selir, dan anak-anak Ya'qub juga ikut memberikan sujud penghormatan. Ya'qub kemudian memberikan sebagian hewan ternaknya pada Esau sebagai hadiah. Awalnya Esau menolak, tetapi kemudian menerima setelah didesak Ya'qub berulang kali. Esau menawarkan untuk menemani kafilah Ya'qub, tetapi Ya'qub menolak tawaran tersebut karena anak-anaknya masih kecil dan ada hewan-hewan ternaknya yang masih menyusu sehingga mereka tidak bisa berjalan tergesa-gesa. Rombongan Esau dan Ya'qub kemudian berpisah. Ya'qub kemudian membeli tanah di Sikhem (sudah masuk kawasan Palestina) dan mendirikan kemah-kemahnya di sana. Palestina Di Palestina, Dina yang dalam perjalanan mengunjungi para perempuan di daerah tersebut kemudian diculik oleh Sikhem (namanya sama dengan nama kota) dan diperkosa. Sikhem kemudian justru jatuh cinta dengan Dina dan ingin menikahinya, maka ayah Sikhem yang merupakan pemimpin kawasan tersebut, Hemor, mengunjungi Ya'qub dan merundingkan kemungkinan keluarga mereka untuk berbesan. Namun anak-anak Ya'qub yang lain merasa sakit hati dengan perlakuan mereka pada Dina, tetapi kemudian mereka memberi syarat agar keluarga Hemor untuk berkhitan supaya Dina bisa dinikahkan dengan Sikhem. Berkhitan adalah tanda seseorang masuk dalam agama Ibrahim. Hemor sepakat dan dia menyuruh laki-laki dari keluarganya dan penduduk kota untuk berkhitan. Saat rasa sakit berkhitan masih terasa di antara penduduk, Simeon dan Lewi datang dan membunuh mereka semua, termasuk di antaranya adalah Sikhem dan Hemor, mengambil harta mereka, dan membawa Dina pulang. Setelahnya Allah memerintahkan kafilah Ya'qub ke Betel untuk tinggal di sana. Di Betel, Allah kembali berfirman padanya dan menjanjikan bahwa akan lahir raja-raja dari keturunannya dan negeri Palestina akan menjadi miliknya. Ya'qub kemudian mendirikan tugu di tempat tersebut, menyembelih hewan untuk kurban, dan menuangkan minyak di atasnya. Beberapa tempat yang diidentifikasikan sebagai Betel adalah Beitin, al-Bireh, atau Baitul Maqdis (Darussalam). Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Hebron, rumah Ishaq. Di tengah perjalanan, Rahel melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian dinamai Benyamin. Namun persalinan tersebut sangat sulit dan Rahel kemudian meninggal. Dia dikuburkan di daerah dekat Bethlehem. Setelahnya, kafilah Ya'qub tiba di Hebron di kediaman Ishaq. Ishaq meninggal pada usia 180 tahun, kemudian Ya'qub dan Esau memakamkan ayah mereka di Gua Makhpela yang juga menjadi makam dari Ibrahim, Sarah, dan Ribka. Ya'qub dan Esau diperkirakan berusia sekitar 120 tahun saat itu. Yusuf Suatu hari, Yusuf mengatakan pada Ya'qub bahwa dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan sujud kepadanya. Ya'qub kemudian berpesan agar tidak menceritakan mimpi itu pada saudara-saudaranya yang lain, kemudian menjelaskan bahwa dia akan dipilih Allah menjadi seorang nabi. Di sisi lain, putra-putra Ya'qub yang lain iri dengan Yusuf karena merasa ayah mereka lebih mencintai Yusuf dan Benyamin dibandingkan mereka. Mereka kemudian berencana membunuhnya, tetapi Ruben mengusulkan agar Yusuf jangan dibunuh, tetapi dibuang saja ke sumur agar dipungut kafilah yang lewat. Setelah sepakat, mereka membujuk Ya'qub agar memperbolehkan membawa Yusuf bermain. Awalnya Ya'qub merasa keberatan karena khawatir Yusuf akan diterkam serigala, meski akhirnya dia menyetujui rencana tersebut. Saat berhasil membawa Yusuf keluar, mereka melucuti baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu, sementara Yusuf sendiri dibuang di dalam sumur. Saat itu Allah mewahyukan pada Yusuf, "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari." Kemudian putra-putra Ya'qub yang lain pulang ke rumah sambil menangis, memberikan pakaian Yusuf yang berlumuran darah, dan mengatakan kalau Yusuf dimakan serigala saat Yusuf mereka tinggal di belakang. Mendengar pengakuan mereka, Ya'qub hanya pasrah kepada Allah dan mengatakan, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap yang kamu ceritakan." Yusuf sendiri dipungut oleh musafir dan dibawa ke Mesir. Setelah berbagai peristiwa yang dialami, Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja mengenai akan datangnya masa kekeringan parah selama tujuh tahun. Yusuf kemudian diangkat menjadi orang dekat Raja dan bertugas mengurus persediaan pangan Mesir. Saat kekeringan benar-benar terjadi, dampaknya terasa sampai Palestina. Ya'qub kemudian memerintahkan putra-putranya selain Benyamin agar berangkat ke Mesir untuk membeli persediaan gandum dari Mesir. Saat bertemu, mereka tidak mengenali Yusuf, tapi Yusuf mengenali mereka. Yusuf memberikan mereka gandum dan barang-barang mereka yang dijadikan alat tukar juga turut dimasukkan ke dalam karung. Yusuf juga berpesan agar mereka membawa saudara mereka yang lain jika ingin membeli gandum kembali ke Mesir, bila tidak, mereka diancam tidak akan mendapat jatah gandum lagi. Putra-putra Ya'qub menyampaikan pesan itu pada Ya'qub, tetapi Ya'qub tidak mempercayai mereka karena mereka sebelumnya juga tidak amanah dalam menjaga Yusuf. Setelah mereka membuka karung dan menemukan barang-barang mereka ada di sana, Ya'qub akhirnya luluh, tapi memaksa anaknya agar bersumpah untuk menjaga Benyamin. Di kesempatan berikutnya, Benyamin ikut rombongan kakak-kakaknya ke Mesir. Namun saat pulang, piala raja ditemukan di karung Benyamin sehingga dia ditahan oleh Yusuf dan pihak berwenang. Putra-putra Ya'qub yang lain memohon untuk tetap memperbolehkan Benyamin ikut pulang dengan ganti salah satu dari mereka akan menggantikan posisi Benyamin, tapi Yusuf menolak usul itu. Akhirnya mereka kembali ke Palestina tanpa Benyamin dan itu membuat Ya'qub sangat bersedih. Meski demikian, Ya'qub tiba-tiba memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar mengenai Benyamin, juga Yusuf yang sudah lama hilang. Saat kembali lagi ke Mesir, barulah Yusuf memberi tahu jati dirinya. Saudara-saudaranya kemudian mengaku bersalah atas tindakan mereka dulu, tetapi Yusuf memaafkan mereka. Setelahnya, Yusuf memberikan bajunya pada mereka untuk diusapkan ke wajah Ya'qub sehingga dia dapat kembali melihat. Saat rombongan mereka keluar Mesir, Ya'qub mengatakan bahwa dia mencium bau Yusuf, tetapi keluarganya tidak mempercayainya. Setelahnya, putra-putra Ya'qub kembali ke rumah dan Ya'qub kembali dapat melihat setelah baju Yusuf diusapkan ke wajahnya. Mereka juga memohon ampun kepada Ya'qub atas perbuatan mereka dan Ya'qub membalas bahwa dia akan memintakan ampun putra-putranya pada Allah. Setelahnya, keluarga besar Ya'qub hijrah dan tinggal di Mesir. Alkitab menyebutkan bahwa saat hijrah ke Mesir, Ya'qub berusia 130 tahun. Wafat Alkitab menjelaskan bahwa Ya'qub wafat pada usia 147 tahun. Jenazahnya kemudian dirempah-rempahi selama empat puluh hari dan bangsa Mesir berkabung selama tujuh puluh hari. Setelahnya, jenazah Ya'qub diantar ke Palestina dan diiringi putra-putranya, para pegawai raja, dan para sesepuh istana. Penduduk Palestina yang melihat prosesi itu menyebutkan bahwa perkabungan orang Mesir amat riuh. Ya'qub kemudian dikebumikan di Gua Makhpela di Hebron, di tempat jenazah Sarah, Ibrahim, Ishaq, Ribka, dan Lea juga dikebumikan. Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi. Keluarga Orang tua Ayah — Ishaq. Putra Ibrahim dan Sarah. Ibu — Ribka. Putri Betuel bin Nahor. Nahor adalah saudara Ibrahim. Saudara Esau — kakak kembar Pasangan Lea — putri Laban. Melahirkan enam putra dan seorang putri. Rahel — putri Laban, adik Lea. Melahirkan dua putra. Bilha — budak Rahel. Melahirkan dua putra. Zilpa — budak Lea. Melahirkan dua putra. Keturunan Ya'qub juga disebut dengan Israel (Arab: اسرائيل, translit: Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) sehingga keturunannya disebut Bani Israel. Dua belas suku dalam Bani Israel didasarkan atas dua belas putra Ya'qub. Berikut anak-anak Ya'qub berdasarkan urutan kelahiran: Ruben — putra dengan Lea Simeon — putra dengan Lea Lewi — putra dengan Lea. Sebagian besar nabi dan imam (pemuka agama) Bani Israil merupakan keturunan Lewi. Beberapa keturunannya antara lain Musa, Harun, Samuil (Samuel), Ilyas (Elia), Zakariyya, dan Yahya (Yohanes Pembaptis). Sebagian pendapat menyatakan bahwa Maryam (Maria) termasuk keturunan Lewi. Yehuda — putra dengan Lea. Keturunannya menjadi raja dari Kerajaan Israel (di antaranya Dawud (Daud) dan Sulaiman (Salomo)) dan Kerajaan Yehuda. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Maryam termasuk keturunan Yehuda. Dan — putra dengan Bilha Naftali — putra dengan Bilha Gad — putra dengan Zilpa Asyer — putra dengan Zilpa Isakhar — putra dengan Lea Zebulon — putra dengan Lea Dina — putri dengan Lea Yusuf — putra dengan Rahel. Keturunan Yusuf terbagi menjadi dua: Efraim — putra kedua Yusuf. Keturunannya antara lain Yusya' (Yosua) dan Ilyasa' (Elisa). Manasye — putra pertama Yusuf. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Thalut termasuk suku Manasye. Benyamin — putra dengan Rahel. Salah satu keturunannya adalah Yunus. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Thalut termasuk keturunan Benyamin. Suri Tauladan dari Nabi Ya’qub A.S Beberapa suri tauladan dari kisah Nabi Ya’qub A.S 1. Bijaksana dan Adil Nabi Ya’qub A.S yang memiliki empat orang istri memiliki sifat bijaksana dan adil agar keempat istrinya terus mendapatkan kebahagiaan. Melalui kisah Nabi Ya’qub A.S kita menjadi belajar untuk menjadi seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan, sehingga orang-orang di sekitar kita akan bahagia. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia biasa perlu menanamkan sifat bijaksana ini di dalam diri kita. 2. Sabar Nabi Ya’qub A.S yang memiliki kakak bernama Ish yang selalu mengejek, mengganggu, mengancam, dan menganiaya dirinya. Meskipun sering diperlakukan tidak baik oleh kakaknya, Nabi Ya’qub A.S tetap sabar dan tidak pernah membalas perilaku tidak baik itu. Untuk memiliki sifat sabar seperti Nabi Ya’qub A.S memang sulit, tetapi jika terbiasa melatih diri untuk bersabar, maka sifat sabar bisa tertanam di dalam diri kita. 3. Ayah Teladan Tak cuma sebagai suami yang bijaksana dan adil saja, tetapi Nabi Ya’qub A.S juga menjadi ayah teladan bagi kedua belas anaknya. Seorang ayah sudah semestinya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya agar menjadi pribadi yang baik. Mukjizat Nabi Yakub Kakek moyang rasul sebelum Nabi Muhammad Dikaruniai 12 Anak yang berpengaruh besar terhadap peradaban manusia Berakhlak tinggi sesuai dengan surah shaad ayat 46 Berilmu tinggi sesuai dengan surah shaad ayat 45 Mampu mengartikan mimpi Nabi Yusuf sesuai dengan surah Yusuf ayat 4-6 Semangat untuk berdakwah sesuai dengan surah Al Bawarah ayat 132-133. Berikut Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Menyebut Nama Nabi Ya'kub Di dalam Al-Quran, nama Ya'qub Alaihissalam disebut sebanyak 18 kali. Berikut ayat-ayat yang menyebut nama Nabi Ya'kub tersebut. وَصّٰى بِهَآ اِبۡرٰهٖمُ بَنِيۡهِ وَ يَعۡقُوۡبُؕ يٰبَنِىَّ اِنَّ اللّٰهَ اصۡطَفٰى لَـكُمُ الدِّيۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَؕ Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al-Baqarah : 132). اَمۡ كُنۡتُمۡ شُهَدَآءَ اِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوۡبَ الۡمَوۡتُۙ اِذۡ قَالَ لِبَنِيۡهِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِىۡؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖۚ وَّنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya” (QS Al-Baqarah : 133) وۡلُوۡٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنۡزِلَ اِلَيۡنَا وَمَآ اُنۡزِلَ اِلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطِ وَمَآ اُوۡتِىَ مُوۡسٰى وَعِيۡسٰى وَمَآ اُوۡتِىَ النَّبِيُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّهِمۡ‌ۚ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ اَحَدٍ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah : 136). ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri". (QS Al Imran : 84). إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS An-Nisa 163). وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَمِن ذُرِّيَّتِهِۦ دَاوُۥدَ وَسُلَيْمَٰنَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-An'am 84). وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَ Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub. (QS Hud : 71) وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Yusuf : 6) وَاتَّبَعۡتُ مِلَّةَ اٰبَآءِىۡۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ‌ؕ مَا كَانَ لَنَاۤ اَنۡ نُّشۡرِكَ بِاللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍ‌ؕ ذٰلِكَ مِنۡ فَضۡلِ اللّٰهِ عَلَيۡنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَشۡكُرُوۡنَ‏ Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.(QS Yusuf : 38) قَالَ لَنۡ اُرۡسِلَهٗ مَعَكُمۡ حَتّٰى تُؤۡتُوۡنِ مَوۡثِقًا مِّنَ اللّٰهِ لَــتَاۡتُنَّنِىۡ بِهٖۤ اِلَّاۤ اَنۡ يُّحَاطَ بِكُمۡ‌ۚ فَلَمَّاۤ اٰتَوۡهُ مَوۡثِقَهُمۡ قَالَ اللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوۡلُ وَكِيۡلٌ Dia (Yakub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia (Yakub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.” (QS Yusuf : 66) وَقَالَ يٰبَنِىَّ لَا تَدۡخُلُوۡا مِنۡۢ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادۡخُلُوۡا مِنۡ اَبۡوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍ‌ؕ وَمَاۤ اُغۡنِىۡ عَنۡكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍؕ‌ اِنِ الۡحُكۡمُ اِلَّا لِلّٰهِ‌ؕ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ‌ۚ وَعَلَيۡهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ الۡمُتَوَكِّلُوۡنَ‏ Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.” (QS Yusuf : 67). وَلَمَّا دَخَلُوۡا مِنۡ حَيۡثُ اَمَرَهُمۡ اَبُوۡهُمۡ ؕمَا كَانَ يُغۡنِىۡ عَنۡهُمۡ مِّنَ اللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍ اِلَّا حَاجَةً فِىۡ نَفۡسِ يَعۡقُوۡبَ قَضٰٮهَا‌ؕ وَاِنَّهٗ لَذُوۡ عِلۡمٍ لِّمَا عَلَّمۡنٰهُ وَلٰكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ Dan ketika mereka masuk sesuai dengan perintah ayah mereka, (masuknya mereka itu) tidak dapat menolak sedikit pun keputusan Allah, (tetapi itu) hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Yusuf : 68) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS Maryam : 6) فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS Maryam : 49) وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. (QS Al-Anbiya : 72) وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَٰبَ وَءَاتَيْنَٰهُ أَجْرَهُۥ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ Dan Kami anugrahkan kepda Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS Al-Ankabut : 27) وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (QS Sad : 45). @semua orang

 Nabi Ya'qub As

( Ya’qub/Israel bin Ishaq )


Lahir : Palestina, 1837 SM.

Diangkat menjadi Nabi tahun 1750 SM.

Mukjizat : 1. Memiliki sifat Tawakal dan Shaleh, 2. Menguasai bahasa Aramiya, 3. Menafsirkan mimpi Nabi Yusuf, 4. Memiliki indera penciuman yang tajam, 5. Memiliki Kesabaran Luar biasa.

Orang Tua : ♂️Nabi Ishaq As, ♀️Rifqah binti A'zar/Rebecca.

Saudara : ♂️Esau, ♂️Al-Aish.

Istri : ♀️Laya (Leah), ♀️Rahil (Rahel), ♀️Zulha, ♀️Balhah.

Anak : ♂️Ruben, ♂️Simeon, ♂️Lewi, ♂️Yehuda, ♂️Dan, ♂️Naftali, ♂️Gad, ♂️Asyer, ♂️Isakhar/ Yisakhar, ♂️Zebulon, ♀️Dina, ♂️Nabi Yusuf As, ♂️Benyamin.

Wafat : Mesir Kuno, 1690 SM

Makam : Gua Makfilah (Makhpela) di al-Khalil, Hebron, Palestina.



Keterangan : 


Ya'qub atau Yakub (Arab: يعقوب, translit: Yaʿqūb) adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah putra Ishaq bin Ibrahim.

Ya'qub juga disebut dengan Israel/Israil (Arab: اسرائيل, translit: Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) dan keturunannya disebut dengan Bani Israil.


Masa Kecil Nabi Ya’qub


Nabi Ya’qub A.S adalah seorang anak dari ayah bernama Nabi Ishak A.S dan Ibu bernama Rafiqah serta beliau merupakan cucu dari Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ya’qub A.S memiliki saudara kembar yang bernama Ish. Oleh sebab itu orang tua dari Nabi Ya’qub A.S sangat berharap agar anak kembarnya bisa mengikuti jejak kakeknya, Nabi Ibrahin A.S.


Supaya bisa bisa mengamalkan perbuatan kebaikan dan dapat menyebarkannya seperti kakeknya, maka Nabi Ishak A.S mulai memberikan pelajaran agama serta memberikan nasihat-nasihat kepada kedua putra kembarnya. Beliau akan selalu mengusahakan dirinya untuk memberikan pelajaran agama dan nasihat kepada kedua putranya dalam kondisi apapun. Hal-hal yang selalu diajarakan adalah hal-hal yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih tenang dan damai, sehingga harus menjauhi sifat iri, dengki, maksiat, dan permusuhan. Hal ini beliau lakukan supaya kedua putranya selalu beriman kepada Allah dan menjadi hamba yang selalu bertawakal kepada-Nya.


Namun, harapan dari Nabi Ishak A.S untuk memiliki anak-anak yang taat untuk menjalankan perintah Allah ternyata tidak sesuai karena putranya yang bernama Ish memiliki sifat yang tidak mengamalkan kebaikan, seperti iri, dengki, sombong, dan senang sekali pamer. Akan tetapi, putra Nabi Ishak A.S yang bernama Ya’qub memiliki sifat yang sangat berbeda dengan saudara kembarnya itu, sifat-sifat yang dimiliki Ya’qub sangat mencerminkan kebaikan, seperti tidak sombong, tidak bermaksiat, dan sangat lemah lembut.


Perbedaan sifat yang saling bertolak belakang itu membuat mereka saling bertengkar ketika beranjak ke usia remaja. Ya’qub ini memiliki sifat mengalah dan kakaknya, Ish selalu merasa paling benar serta tidak mau mengalah kepada adiknya walaupun sedang dalam keadaan bersalah. Ya’qub pun tak pernah melawan kakaknya dan ia tetap sabar serta selalu mendoakan kakanya agar kembali ke jalan yang baik dan benar di kemudian hari.


Nabi Ishak A.S berpesan kepada kedua putranya, “wahai, anakku. Kalian harus tetap beriman dan takwa kepada Allah serta selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kita sebagai hamba Allah harus selalu melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia serta harus membantu fakir miskin. Hal itu harus dilakukan karena dianjurkan oleh Allah.”


Ya’qub menjawab nasihat itu dengan sopan, tetapi kakaknya, Ish tidak mengeluarkan ucapan sedikitpun setelah mendengarkan nasihat dari ayahnya. Nabi Ishak A.S yang melihat respon dari putranya, Ish hanya bisa tersenyum saja. Melihat sifat dan perilaku kedua putranya, Nabi Ishak A.S dan istrinya mulai berpikir bahwa yang lebih pas untuk mewariskan ajaran agama Allah adalah Ya’qub. Hal ini dikarenakan Ya’qub mempunyai sifat-sifat yang sudah mencerminkan seseorang yang saleh dan setiap perbuatannya selalu terpuji. Sifat saleh dan perbuatan terpuji ini tak pernah dimiliki oleh Ish.


Semakin beranjak dewasa, pertengkaran antara Ish dan Ya’qub semakin sering terjadi, kakak dari Ya’qub selalu mengejek adiknya dan sudah berkali-kali adiknya tidak membalas ejekan itu dan selalu sabar ketika sedang diejek. Hingga pada suatu waktu, Ya;qub mulai merasa resah dan bilang kepada Nabi Ishak A.S bahwa kakanya sudah mengejeknya.


Mendengar cerita dari Ya’qub, Ish mulai diberikan nasihat oleh Nabi Ishak A.S. Setelah melihat kebiasaan buruk Ish yang tak kunjung berubah, Nabi Ishak A.S dan istrinya berencana untuk segera menikahkan Ish. Dengan menikah, diharapkan sifat dan perilaku Ish dapat berubah ke arah yang lebih baik. Ish pun menikah dengan perempuan yang dipercaya oleh dirinya.


Namun, sifat dan perilaku Ish kepada Ya’qub tetap sama dan tidak berubah walaupun sudah hidup berumah tangga. Ya’qub yang menrima ejekan, hinaan, dan ancaman dari kakanya, mulai menceritakan hal ini kepada ayahnya. Nabi Ishak A.S. Sang ayah yang mendengar cerita dari Ya’qub mulai memohon kepada Allah dan berdoa, “Semoga engkau bisa mewarisi sifat kenabian yang kumiliki, anakku dan aku berdoa semoga engkau kelak akan menurunkan beberapa nabi dan raja dari garis keterunanmu, anakku.”


Perjalanan Menuju Irak


Meskipun sudah diberi nasihat berkali-kali, Ish tetap tidak menyukai Ya’qub dan selalu mengejek dan menganiaya Ya’qub. Melihat peristiwa itu terus berlangsung, Nabi Ishak A.S berkeinginan untuk menitipkan Ya’qub kepada saudara istrinya dengan tujuan agar Ish tidak bisa mengganggu, mengejek, dan menganiaya adiknya, Ya’qub. Nabi Ishak A.S mulai menceritakan idenya ini kepada istrinya bahwa Ya’qub akan dititipkan kepada Syekh Labban yang merupakan saudara dari istrinya. Tempat tinggal dari Syekh Labban ada di Faddan A’ram (Irak).


Ya’qub adalah seorang anak yang taat kepada kedua orang tua. Ya’qub yang mendengar saran ini pun mengikuti arahan dari Nabi Ishak A.S. Meskipun pindah ke Irak, tetapi orang tua dari Ya’qub selalu berpesan, “semoga di sana kamu bisa belajar ilmu agama pada pamanmu.” Selain itu, Nabi Ishak A.S berpesan bahwa harus berhati-hati ketika menyusuri dari jalan menuju Irak.


Setelah selesai shalat Subuh, Ya’qub mulai bergegas menuju Irak untuk tinggal di rumah paman Syekh Labban, ia membawa bekal dan pakaian tidak begitu banyak serta diletakkan di dalam kantung. Orang tua dari Ya’qub pun mengantarkan anaknya sampai pintu depan rumah. Ketika berpamitan, Ya’qub diamanatkan oleh ayahnya agar memberikan surat kepada Syekh Labban.


Perjalanan yang dilalui Ya’qub ini merupakan gurun pasir dan sahara yang sangat luas, sehingga beberapa kali Ya’qub perlu mengistirahatkan dirinya agar tidak terlalu lelah. Perjalanan menuju ke Irak juga dilakukan pada malam hari sedangkan pada siang hari digunakan untuk beristirahat. Ketika beristirahat dan merasa perlu mengisi energi, maka Ya’qub mulai membuka perbekalannya dan memakannya.


Ya’qub yang percaya bahwa bisa sampai ke Faddan A’ram (Irak). Berkat rasa percaya itulah muncul rasa sabar dan tabah bahwa perjalanan melewati gurun pasir dan sahara yang luas merupakan ujian pertama yang diberikan oleh Allah. Ya’qub yang mulai merasakan kalau dirinya sangat lelah, mulai mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat dan agar bisa tertidur pulas.


Ketika tidur karena sangat lelah, Ya’qub bermimpi bahwa kehidupan di masa depan penuh dengan rezeki dan kehidupannya penuh dengan kedamaian, mulai dari keluarga hingga anak cucu dan mampu mendirikan kerajaan yang cukup besar yang sejahtera.


Setelah bangun dari tidur dan mimpinya, Ya’qub bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya Faddan A’ram (Irak). Di tengah perjalanan itu, beliau terus-terusan berpikir arti dan makna dari mimpinya tadi.


Selang beberapa lama berpikir tentang arti dan makna dari mimpi itu terdengar suara yang muncul di kedua telinganya, “wahai putra Ishak. Janganlah engkau merasa takut dan kaget. Aku adalah malaikat Jibril yang sudah diutus oleh Allah S.W.T untuk menyampaikan wahyu kepadamu, Ya’qub. Wahai Ya’qub, ketahuilah! Mulai saat ini Allah S.W.T sudah mengangkat dirimu sebagai seorang nabi dan rasul. Sebarkanlah setiap kebenaran kepada seluruh umat manusia supaya menyembah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Allah akan mewariskan Baitul Maqdis, kehidupan bahagia, dan kerajaan yang sangat besar untuk dirimu dan keturunanmu.”


Rasa lelah yang ada pada diri Nabi Ya’qub A.S mulai menghilang setelah bermimpi memiliki kehidupan yang tentram dan damai dan menerima wahyu dari Allah. Tak hanya rasa lelah yang hilang, tetapi Nabi Ya’qub A.S seperti mendapatkan energi baru untuk melanjutkan perjalanan ke Fadda A’ram (Irak). Tenaga yang seperti penuh kembali membuat Nabi Ya’qub A.S berjalan dengan cepat agar sampai ke tempat tujuan segera mungkin.


Sampai di Rumah Syekh Labban


Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, akhirnya Nabi Ya’qub A.S sampai di depan pintu gerbang Faddan A’ram (Irak) dan beliau sangat senang karena perjalanannya tidak menjadi sia-sia. Selain itu, ketika melihat kesibukan yang dilakukan oleh masyarakat di Irak, Nabi Ya’qub A.S sangat merasa senang.


Ketika menuju ke rumah pamannya, Nabi Ya’qub A.S diantar oleh putri pamannya yang bernama Rahil dan setelah sampai di rumah pamannya, surat dari Nabi Ishak A.S segera diberikan kepada pamannya, Syekh Labban. Surat itu berisi tentang keinginan Nabi Ishak A.S untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu putri dari Syekh Labban.


Namun, Syekh Labban memberikan syarat jika Nabi Ya’qub A.S ingin menikahi salah satu putrinya. Syekh Labban menyampaikan syaratnya berupa harus menjadi penggembala kambing selama tujuh tahun dan hal itu menjadi mas kawin untuk pernikahannya nanti. Ketika ditanya, putri yang ingin dinikahinya, Nabi Ya’qub A.S menjawab bahwa ia ingin menikahi Rahil. Namun, Syekh Labban menjelaskan bahwa hal itu tidak bisa terjadi apabila kamu (Nabi Ya’qub A.S) tidak menikahinya kakaknya, Laya terlebih dahulu.


Pada saat itu, hukum adat melarang jika adik melangkahi kakak perempuannya untuk menikah lebih dulu.


Setelah mendengar pernyataan dari Syekh Labban, Nabi Ya’qub A.S pun menyetujui semua persyaratan yang telah diberikan oleh ayah dari Laya dan Rahil. Nabi Ya’qub A.S berdoa kepada Allah untuk memohon agar keinginan ayah dan ibunya untuk menikah putri Syekh Labban dapat terpenuhi. “Ya Allah Yang Maha Agung, aku mohon kabulkan keinginan ayah dan ibu hamba. Berikanlah aku kekuatan semala menjalani ujian dan kuatkan iman hamba. Sesungguhnya hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal gaib.”


Setelah melewati ujian menggembala kambing selama tujuh tahun, Nabi Ya’qub A.S menikahi putri dari Syekh Labban, Laya. Pernikahan putranya dengan putri dari Syekh Labban terdengar oleh Nabi Ishak A.S dan istrinya dan mereka yang mendengar kabar itu merasa bahagia.


Setelah berhasil melewati ujian pertama, yaitu menikahi Laya. Nabi Ya’qub A.S mulai mempersiapkan dirinya untuk melewati ujian kedua yaitu menggembala kambing dan menikahi Rahil yang merupakan putri kedua dari Syekh Labban. Ujian kedua pun berhasil dilewati oleh Nabi Ya’qub A.S.


Nabi Ya’qub A.S Memiliki 4 Orang Istri


Kedua putri dari Syekh Labban sangat bahagia setelah menikah dengan Nabi Ya’qub A.S dan mereka berdua saling bercerita tentang kebaikan sang suami ketika sang suami tidak berada di rumah. Mereka berdua yang sudah merasakan kebaikan dari Nabi Ya’qub A.S ini sangat ingin untuk membalaskan kebaikan sang suami. Namun, mereka belum tahu hadiah apa yang cocok untuk membalaskan kebaikannya itu.


Setelah berpikir cukup panjang, Rahil pun ingat bahwa mereka memiliki dua orang pembantu yang memiliki wajah yang cantik. Dua pembantu itu bernama Balhah dan Zulfah. Laya dan Rahil akhirnya sepakat untuk menikahkan Nabi Ya’qub A.S dengan kedua pembantu itu. Setelah mereka sepakat dengan keputusan itu, kemudian menyampaikannya kepada ayahnya, Syekh Labban. Mendengar keinginan mereka berdua untuk menikahkan Nabi Ya’qub A.S dengan kedua pembantu putrinya membuat beliau terkejut.


Setelah mendapatkan persetujuan dari Laya, Rahil, dan Syekh Labban, Nabi Ya’qub A.S menikah dengan kedua pembantunya. Setelah pernikahan itu berhasil, Laya dan Rahil merasa sangat bahagia karena bisa memberikan hadiah kepada suami tercintanya.


Dari keempat istri tercintanya, Nabi Ya’qub A.S memiliki 12 orang anak. Istri pertama, Laya dikaruniai enam orang anak, yaitu Syam’un, Rawbin, Lewi, Yahuda, Yazakir, dan Zabulan. Istri kedua, Rahil dikaruniai dua orang anak, yaitu Benyamin dan Yusuf. Istri ketiga, Zulfa dikaruniai dua orang anak, yaitu Kan dan Asyar. Istri keempat dikaruniai dua orang anak, yaitu Daan dan Naftali.


Kedudukan

Islam


Ya'qub dipandang sebagai nabi dalam Islam. Meski namanya cukup banyak disebutkan bila dibandingkan nabi yang lain, kisahnya yang termaktub dalam Al-Qur'an hanyalah terkait kehidupan Yusuf dan wasiatnya. Bagian kehidupannya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Qur'an tidak dikisahkan mengenai Ya'qub yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat.


Namanya dalam Al-Qur'an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ishaq, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang saleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah. Ya'qub juga dinyatakan memiliki kekuatan yang besar dan ilmu yang tinggi. Disebutkan pula bahwa Allah menganugerahi kitab dan kenabian pada keturunannya. Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Ya'qub, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.


Yahudi


Umat Yahudi memandang Ya'qub sebagai nabi. Bersama Ibrahim dan Ishaq, nama Ya'qub juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.


Dalam Tanakh disebutkan mengenai janji Allah bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak dan akan terlahir raja-raja dari keturunannya, juga negeri Palestina akan diberikan padanya dan keturunannya.


Kristen


Gereja Katolik memandang Ya'qub sebagai santo. Perayaan liturginya dirayakan oleh Gereja Katolik ritus Bizantium pada hari ahad kedua sebelum natal.


Latar belakang

Doa Ishaq


Setelah tua, pandangan Ishaq mulai melemah. Takut bahwa dia dapat meninggal sewaktu-waktu, Ishaq kemudian memerintahkan Esau berburu dan membuatkan makanan kesukaannya dari buruan itu, sehingga Ishaq dapat mendoakan keberkahan bagi putra sulungnya tersebut. Ribka yang mengetahui niatan Ishaq kemudian memerintahkan Ya'qub agar menghidangkan makanan tersebut kepada Ishaq sebelum Esau pulang berburu. Ribka kemudian memakaikan pakaian Esau pada Ya'qub, juga membalutkan kulit domba pada tangan dan leher Ya'qub karena Esau adalah orang yang berbulu lebat. Saat Ya'qub menghidangkan makanan tersebut, Ishaq meraba tubuh Ya'qub dan berkata, "Kalau suara, suara Yakub, kalau tangan, tangan Esau." Setelah menyantap hidangan tersebut, Ishaq mendoakan Ya'qub, yang dia kira adalah Esau, agar dia dikaruniai kebaikan, rezeki yang banyak, dan dia menjadi tuan bagi saudaranya, dan begitu juga keturunannya.


Setelah Ya'qub keluar, Esau mendatangi Ishaq, menghidangkan makanan yang ayahnya minta. Namun Ishaq mengatakan kalau tadi telah menyantap hidangannya dan telah mendoakannya. Ishaq dan Esau kemudian tahu bahwa tadi yang datang adalah Ya'qub. Esau meraung-raung pada ayahnya, tapi Ishaq mengatakan kalau doanya tidak bisa ditarik kembali. Esau kemudian berjanji untuk membunuh Ya'qub bila Ishaq telah meninggal. Mengetahui ancaman Esau, Ribka memerintahkan agar Ya'qub pergi menuju rumah saudara Ribka, Laban, yang ada di Mesopotamia. Sebelum pergi, Ishaq mendoakan Ya'qub dan melarang Ya'qub memperistri wanita-wanita Palestina karena penduduk kawasan tersebut kebanyakan tidak beriman, sehingga Ishaq memerintahkan Ya'qub mencari istri dari keluarga besar Ibrahim yang ada di Mesopotamia. Setelahnya, Ya'qub pergi meninggalkan Palestina. Esau mendengar bahwa ayahnya tidak menyukai perempuan Palestina, padahal dia sendiri sudah memperistri dua orang perempuan Palestina, sehingga dia mencari istri lagi. Istri ketiga Esau adalah Mahalat, putri Isma'il.


Mesopotamia


Ya'qub kemudian sampai dan tinggal di rumah Laban yang berada di Haran. Laban memiliki dua putri, yang sulung bernama Lea dan yang bungsu bernama Rahel. Ya'qub melamar Rahel dan Laban menerima pinangan tersebut dengan syarat Ya'qub mau bekerja menjadi penggembalanya selama tujuh tahun. Saat waktu tujuh tahun telah usai, diadakanlah pesta pernikahan dan Laban menikahkan Lea dengan Ya'qub. Di pagi harinya, barulah Ya'qub tersadar kalau dia tidak dinikahkan dengan Rahel, tetapi Lea, dan Ya'qub kemudian meminta penjelasan pamannya tersebut. Laban mengatakan kalau menikahkan anak yang muda padahal yang tua belum menikah bukanlah tradisi di tempat tersebut. Laban kemudian melanjutkan bahwa dia akan menikahkan Rahel dengan Ya'qub jika dia bersedia bekerja untuknya tujuh tahun lagi. Ya'qub menyanggupi dan akhirnya Rahel juga menjadi istri Ya'qub. Laban juga memberikan seorang budak perempuan bernama Zilpa sebagai pelayan Lea dan Bilha sebagai pelayan Rahel.


Ya'qub lebih mencintai Rahel dari Lea, tetapi Rahel mandul. Di sisi lain, Lea melahirkan beberapa putra: Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda.[17] Rahel merasa cemburu dengan kakaknya dan kemudian memberikan Bilha sebagai selir atau istri untuk Ya'qub. Tradisi seorang wanita memberikan budak perempuannya untuk dijadikan selir suaminya dapat disamakan dengan praktik ibu pengganti pada masa modern. Saat budak tersebut melahirkan, maka anaknya juga akan dianggap secara hukum sebagai anak sang nyonya. Bilha kemudian melahirkan dua orang putra: Dan dan Naftali. Lea kemudian menjadikan Zilpa sebagai selir atau istri Ya'qub. Zilpa kemudian melahirkan dua orang putra: Gad dan Asyer. Lea kemudian mengandung lagi dan melahirkan dua putra: Isakhar dan Zebulon. Lea juga melahirkan seorang putri bernama Dina. Setelahnya, barulah Rahel dapat hamil sendiri dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Yusuf.


Keberadaan Ya'qub menjadikan harta keluarga Laban diberkahi Allah sehingga hartanya menjadi berkembang pesat. Saat Ya'qub berencana kembali ke Palestina, Laban sebenarnya enggan melepaskannya. Ya'qub meminta upah dari pekerjaannya selama ini, yakni kambing-domba yang hitam, berbintik-bintik, dan belang-belang dari hewan ternak Laban. Laban menyetujuinya, tetapi anak-anak Laban kemudian mengambil hewan-hewan ternak dengan ciri-ciri seperti itu dan membawanya pergi sejauh perjalanan tiga hari, sedangkan hewan ternak yang tersisa dibiarkan dipelihara Ya'qub. Kemudian Ya'qub memotong dahan-dahan pohon muda dan mengupas sebagian kulitnya sehingga di dahan-dahan tersebut terbentuk pola belang-belang. Dahan-dahan itu kemudian diletakkan di tempat-tempat minum ternak tersebut karena mereka suka kawin saat hendak minum. Jika ternak-ternak itu kawin di depan dahan itu, maka anaknya juga akan menjadi belang-belang. Ya'qub meletakkan dahan-dahan itu hanya di depan hewan ternak yang kuat. Jadi hewan yang lahir berbintik atau berbelang dalam keadaan kuat dan semuanya menjadi milik Ya'qub, sedangkan yang lemah tetap menjadi milik Laban Peristiwa ini adalah mukjizat Ya'qub.


Kembali


Ya'qub kembali ke Palestina bersama istri-istri dan anak-anaknya, para budak, dan hewan-hewan ternak. Ya'qub mengutus seseorang terlebih dahulu untuk menemui Esau, tetapi saat kembali, utusan tersebut menyatakan bahwa Esau sedang dalam perjalanan menemui Ya'qub diiringi empat ratus orang. Merasa takut, Ya'qub kemudian membagi kafilahnya menjadi dua rombongan, agar bila yang satu diserang, yang lain dapat selamat.


Saat malam, Ya'qub menyeberangkan kafilahnya melewati sungai Yabok (diidentifikasikan dengan sungai Zarqa), meninggalkan Ya'qub seorang diri. Kemudian Ya'qub bergulat dengan seorang laki-laki tak dikenal dan laki-laki itu memukul sendi pangkal paha Ya'qub. Setelahnya, lelaki itu menanyakan nama Ya'qub dan Ya'qub menjawabnya. Lelaki itu melanjutkan bahwa nama Ya'qub sekarang adalah Israel. Itulah sebabnya keturunan Ya'qub kemudian disebut dengan Bani Israel. Ya'qub balik menanyakan nama lelaki tersebut, tetapi dia tidak menjawab dan pergi. Ya'qub kemudian tersadar bahwa lelaki itu sebenarnya adalah malaikat.


Setelah kafilah Ya'qub melanjutkan perjalanan, mereka kemudian bertemu rombongan Esau. Ya'qub kemudian bersujud sebagai bentuk penghormatan dan Esau kemudian memeluk Ya'qub dan mereka saling bertangisan. Para istri, selir, dan anak-anak Ya'qub juga ikut memberikan sujud penghormatan. Ya'qub kemudian memberikan sebagian hewan ternaknya pada Esau sebagai hadiah. Awalnya Esau menolak, tetapi kemudian menerima setelah didesak Ya'qub berulang kali. Esau menawarkan untuk menemani kafilah Ya'qub, tetapi Ya'qub menolak tawaran tersebut karena anak-anaknya masih kecil dan ada hewan-hewan ternaknya yang masih menyusu sehingga mereka tidak bisa berjalan tergesa-gesa. Rombongan Esau dan Ya'qub kemudian berpisah. Ya'qub kemudian membeli tanah di Sikhem (sudah masuk kawasan Palestina) dan mendirikan kemah-kemahnya di sana.


Palestina


Di Palestina, Dina yang dalam perjalanan mengunjungi para perempuan di daerah tersebut kemudian diculik oleh Sikhem (namanya sama dengan nama kota) dan diperkosa. Sikhem kemudian justru jatuh cinta dengan Dina dan ingin menikahinya, maka ayah Sikhem yang merupakan pemimpin kawasan tersebut, Hemor, mengunjungi Ya'qub dan merundingkan kemungkinan keluarga mereka untuk berbesan. Namun anak-anak Ya'qub yang lain merasa sakit hati dengan perlakuan mereka pada Dina, tetapi kemudian mereka memberi syarat agar keluarga Hemor untuk berkhitan supaya Dina bisa dinikahkan dengan Sikhem. Berkhitan adalah tanda seseorang masuk dalam agama Ibrahim. Hemor sepakat dan dia menyuruh laki-laki dari keluarganya dan penduduk kota untuk berkhitan. Saat rasa sakit berkhitan masih terasa di antara penduduk, Simeon dan Lewi datang dan membunuh mereka semua, termasuk di antaranya adalah Sikhem dan Hemor, mengambil harta mereka, dan membawa Dina pulang.


Setelahnya Allah memerintahkan kafilah Ya'qub ke Betel untuk tinggal di sana. Di Betel, Allah kembali berfirman padanya dan menjanjikan bahwa akan lahir raja-raja dari keturunannya dan negeri Palestina akan menjadi miliknya. Ya'qub kemudian mendirikan tugu di tempat tersebut, menyembelih hewan untuk kurban, dan menuangkan minyak di atasnya. Beberapa tempat yang diidentifikasikan sebagai Betel adalah Beitin, al-Bireh, atau Baitul Maqdis (Darussalam).


Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Hebron, rumah Ishaq. Di tengah perjalanan, Rahel melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian dinamai Benyamin. Namun persalinan tersebut sangat sulit dan Rahel kemudian meninggal. Dia dikuburkan di daerah dekat Bethlehem.


Setelahnya, kafilah Ya'qub tiba di Hebron di kediaman Ishaq. Ishaq meninggal pada usia 180 tahun, kemudian Ya'qub dan Esau memakamkan ayah mereka di Gua Makhpela yang juga menjadi makam dari Ibrahim, Sarah, dan Ribka. Ya'qub dan Esau diperkirakan berusia sekitar 120 tahun saat itu.


Yusuf


Suatu hari, Yusuf mengatakan pada Ya'qub bahwa dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan sujud kepadanya. Ya'qub kemudian berpesan agar tidak menceritakan mimpi itu pada saudara-saudaranya yang lain, kemudian menjelaskan bahwa dia akan dipilih Allah menjadi seorang nabi. Di sisi lain, putra-putra Ya'qub yang lain iri dengan Yusuf karena merasa ayah mereka lebih mencintai Yusuf dan Benyamin dibandingkan mereka. Mereka kemudian berencana membunuhnya, tetapi Ruben mengusulkan agar Yusuf jangan dibunuh, tetapi dibuang saja ke sumur agar dipungut kafilah yang lewat.


Setelah sepakat, mereka membujuk Ya'qub agar memperbolehkan membawa Yusuf bermain. Awalnya Ya'qub merasa keberatan karena khawatir Yusuf akan diterkam serigala, meski akhirnya dia menyetujui rencana tersebut. Saat berhasil membawa Yusuf keluar, mereka melucuti baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu, sementara Yusuf sendiri dibuang di dalam sumur. Saat itu Allah mewahyukan pada Yusuf, "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari." Kemudian putra-putra Ya'qub yang lain pulang ke rumah sambil menangis, memberikan pakaian Yusuf yang berlumuran darah, dan mengatakan kalau Yusuf dimakan serigala saat Yusuf mereka tinggal di belakang. Mendengar pengakuan mereka, Ya'qub hanya pasrah kepada Allah dan mengatakan, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap yang kamu ceritakan."


Yusuf sendiri dipungut oleh musafir dan dibawa ke Mesir. Setelah berbagai peristiwa yang dialami, Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja mengenai akan datangnya masa kekeringan parah selama tujuh tahun. Yusuf kemudian diangkat menjadi orang dekat Raja dan bertugas mengurus persediaan pangan Mesir. Saat kekeringan benar-benar terjadi, dampaknya terasa sampai Palestina. Ya'qub kemudian memerintahkan putra-putranya selain Benyamin agar berangkat ke Mesir untuk membeli persediaan gandum dari Mesir. Saat bertemu, mereka tidak mengenali Yusuf, tapi Yusuf mengenali mereka. Yusuf memberikan mereka gandum dan barang-barang mereka yang dijadikan alat tukar juga turut dimasukkan ke dalam karung. Yusuf juga berpesan agar mereka membawa saudara mereka yang lain jika ingin membeli gandum kembali ke Mesir, bila tidak, mereka diancam tidak akan mendapat jatah gandum lagi.


Putra-putra Ya'qub menyampaikan pesan itu pada Ya'qub, tetapi Ya'qub tidak mempercayai mereka karena mereka sebelumnya juga tidak amanah dalam menjaga Yusuf. Setelah mereka membuka karung dan menemukan barang-barang mereka ada di sana, Ya'qub akhirnya luluh, tapi memaksa anaknya agar bersumpah untuk menjaga Benyamin. Di kesempatan berikutnya, Benyamin ikut rombongan kakak-kakaknya ke Mesir. Namun saat pulang, piala raja ditemukan di karung Benyamin sehingga dia ditahan oleh Yusuf dan pihak berwenang. Putra-putra Ya'qub yang lain memohon untuk tetap memperbolehkan Benyamin ikut pulang dengan ganti salah satu dari mereka akan menggantikan posisi Benyamin, tapi Yusuf menolak usul itu. Akhirnya mereka kembali ke Palestina tanpa Benyamin dan itu membuat Ya'qub sangat bersedih.


Meski demikian, Ya'qub tiba-tiba memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar mengenai Benyamin, juga Yusuf yang sudah lama hilang. Saat kembali lagi ke Mesir, barulah Yusuf memberi tahu jati dirinya. Saudara-saudaranya kemudian mengaku bersalah atas tindakan mereka dulu, tetapi Yusuf memaafkan mereka. Setelahnya, Yusuf memberikan bajunya pada mereka untuk diusapkan ke wajah Ya'qub sehingga dia dapat kembali melihat. Saat rombongan mereka keluar Mesir, Ya'qub mengatakan bahwa dia mencium bau Yusuf, tetapi keluarganya tidak mempercayainya. Setelahnya, putra-putra Ya'qub kembali ke rumah dan Ya'qub kembali dapat melihat setelah baju Yusuf diusapkan ke wajahnya. Mereka juga memohon ampun kepada Ya'qub atas perbuatan mereka dan Ya'qub membalas bahwa dia akan memintakan ampun putra-putranya pada Allah. Setelahnya, keluarga besar Ya'qub hijrah dan tinggal di Mesir. Alkitab menyebutkan bahwa saat hijrah ke Mesir, Ya'qub berusia 130 tahun.


Wafat


Alkitab menjelaskan bahwa Ya'qub wafat pada usia 147 tahun. Jenazahnya kemudian dirempah-rempahi selama empat puluh hari dan bangsa Mesir berkabung selama tujuh puluh hari. Setelahnya, jenazah Ya'qub diantar ke Palestina dan diiringi putra-putranya, para pegawai raja, dan para sesepuh istana. Penduduk Palestina yang melihat prosesi itu menyebutkan bahwa perkabungan orang Mesir amat riuh. Ya'qub kemudian dikebumikan di Gua Makhpela di Hebron, di tempat jenazah Sarah, Ibrahim, Ishaq, Ribka, dan Lea juga dikebumikan. Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi.


Keluarga

Orang tua


Ayah — Ishaq. Putra Ibrahim dan Sarah.


Ibu — Ribka. Putri Betuel bin Nahor. Nahor adalah saudara Ibrahim.


Saudara


Esau — kakak kembar


Pasangan


Lea — putri Laban. Melahirkan enam putra dan seorang putri.

Rahel — putri Laban, adik Lea. Melahirkan dua putra.

Bilha — budak Rahel. Melahirkan dua putra.

Zilpa — budak Lea. Melahirkan dua putra.


Keturunan


Ya'qub juga disebut dengan Israel (Arab: اسرائيل, translit: Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) sehingga keturunannya disebut Bani Israel. Dua belas suku dalam Bani Israel didasarkan atas dua belas putra Ya'qub. Berikut anak-anak Ya'qub berdasarkan urutan kelahiran:


Ruben — putra dengan Lea

Simeon — putra dengan Lea

Lewi — putra dengan Lea. Sebagian besar nabi dan imam (pemuka agama) Bani Israil merupakan keturunan Lewi. Beberapa keturunannya antara lain Musa, Harun, Samuil (Samuel), Ilyas (Elia), Zakariyya, dan Yahya (Yohanes Pembaptis). Sebagian pendapat menyatakan bahwa Maryam (Maria) termasuk keturunan Lewi.

Yehuda — putra dengan Lea. Keturunannya menjadi raja dari Kerajaan Israel (di antaranya Dawud (Daud) dan Sulaiman (Salomo)) dan Kerajaan Yehuda. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Maryam termasuk keturunan Yehuda.

Dan — putra dengan Bilha

Naftali — putra dengan Bilha

Gad — putra dengan Zilpa

Asyer — putra dengan Zilpa

Isakhar — putra dengan Lea

Zebulon — putra dengan Lea

Dina — putri dengan Lea

Yusuf — putra dengan Rahel. Keturunan Yusuf terbagi menjadi dua:

Efraim — putra kedua Yusuf. Keturunannya antara lain Yusya' (Yosua) dan Ilyasa' (Elisa).

Manasye — putra pertama Yusuf. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Thalut termasuk suku Manasye.

Benyamin — putra dengan Rahel. Salah satu keturunannya adalah Yunus. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Thalut termasuk keturunan Benyamin.


Suri Tauladan dari Nabi Ya’qub A.S


Beberapa suri tauladan dari kisah Nabi Ya’qub A.S


1. Bijaksana dan Adil


Nabi Ya’qub A.S yang memiliki empat orang istri memiliki sifat bijaksana dan adil agar keempat istrinya terus mendapatkan kebahagiaan. Melalui kisah Nabi Ya’qub A.S kita menjadi belajar untuk menjadi seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan, sehingga orang-orang di sekitar kita akan bahagia. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia biasa perlu menanamkan sifat bijaksana ini di dalam diri kita.


2. Sabar

Nabi Ya’qub A.S yang memiliki kakak bernama Ish yang selalu mengejek, mengganggu, mengancam, dan menganiaya dirinya. Meskipun sering diperlakukan tidak baik oleh kakaknya, Nabi Ya’qub A.S tetap sabar dan tidak pernah membalas perilaku tidak baik itu. Untuk memiliki sifat sabar seperti Nabi Ya’qub A.S memang sulit, tetapi jika terbiasa melatih diri untuk bersabar, maka sifat sabar bisa tertanam di dalam diri kita.


3. Ayah Teladan

Tak cuma sebagai suami yang bijaksana dan adil saja, tetapi Nabi Ya’qub A.S juga menjadi ayah teladan bagi kedua belas anaknya. Seorang ayah sudah semestinya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya agar menjadi pribadi yang baik.


Mukjizat Nabi Yakub


Kakek moyang rasul sebelum Nabi Muhammad

Dikaruniai 12 Anak yang berpengaruh besar terhadap peradaban manusia

Berakhlak tinggi sesuai dengan surah shaad ayat 46

Berilmu tinggi sesuai dengan surah shaad ayat 45

Mampu mengartikan mimpi Nabi Yusuf sesuai dengan surah Yusuf ayat 4-6

Semangat untuk berdakwah sesuai dengan surah Al Bawarah ayat 132-133.


Berikut Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Menyebut Nama Nabi Ya'kub


Di dalam Al-Quran, nama Ya'qub Alaihissalam disebut sebanyak 18 kali. Berikut ayat-ayat yang menyebut nama Nabi Ya'kub tersebut.


وَصّٰى بِهَآ اِبۡرٰهٖمُ بَنِيۡهِ وَ يَعۡقُوۡبُؕ يٰبَنِىَّ اِنَّ اللّٰهَ اصۡطَفٰى لَـكُمُ الدِّيۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَؕ


Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al-Baqarah : 132).


اَمۡ كُنۡتُمۡ شُهَدَآءَ اِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوۡبَ الۡمَوۡتُۙ اِذۡ قَالَ لِبَنِيۡهِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِىۡؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَآٮِٕكَ اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖۚ وَّنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ


Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya” (QS Al-Baqarah : 133)


وۡلُوۡٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنۡزِلَ اِلَيۡنَا وَمَآ اُنۡزِلَ اِلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطِ وَمَآ اُوۡتِىَ مُوۡسٰى وَعِيۡسٰى وَمَآ اُوۡتِىَ النَّبِيُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّهِمۡ‌ۚ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ اَحَدٍ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ


Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah : 136).


ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ


Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri". (QS Al Imran : 84).


إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا


Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS An-Nisa 163).


وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَمِن ذُرِّيَّتِهِۦ دَاوُۥدَ وَسُلَيْمَٰنَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ


Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-An'am 84).


وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَ


Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub. (QS Hud : 71)


وَكَذَٰلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعْقُوبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْحَٰقَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ


Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Yusuf : 6)


وَاتَّبَعۡتُ مِلَّةَ اٰبَآءِىۡۤ اِبۡرٰهِيۡمَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ‌ؕ مَا كَانَ لَنَاۤ اَنۡ نُّشۡرِكَ بِاللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍ‌ؕ ذٰلِكَ مِنۡ فَضۡلِ اللّٰهِ عَلَيۡنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَشۡكُرُوۡنَ‏


Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.(QS Yusuf : 38)


قَالَ لَنۡ اُرۡسِلَهٗ مَعَكُمۡ حَتّٰى تُؤۡتُوۡنِ مَوۡثِقًا مِّنَ اللّٰهِ لَــتَاۡتُنَّنِىۡ بِهٖۤ اِلَّاۤ اَنۡ يُّحَاطَ بِكُمۡ‌ۚ فَلَمَّاۤ اٰتَوۡهُ مَوۡثِقَهُمۡ قَالَ اللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوۡلُ وَكِيۡلٌ


Dia (Yakub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia (Yakub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.” (QS Yusuf : 66)


وَقَالَ يٰبَنِىَّ لَا تَدۡخُلُوۡا مِنۡۢ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادۡخُلُوۡا مِنۡ اَبۡوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍ‌ؕ وَمَاۤ اُغۡنِىۡ عَنۡكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍؕ‌ اِنِ الۡحُكۡمُ اِلَّا لِلّٰهِ‌ؕ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ‌ۚ وَعَلَيۡهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ الۡمُتَوَكِّلُوۡنَ‏


Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.” (QS Yusuf : 67).


وَلَمَّا دَخَلُوۡا مِنۡ حَيۡثُ اَمَرَهُمۡ اَبُوۡهُمۡ ؕمَا كَانَ يُغۡنِىۡ عَنۡهُمۡ مِّنَ اللّٰهِ مِنۡ شَىۡءٍ اِلَّا حَاجَةً فِىۡ نَفۡسِ يَعۡقُوۡبَ قَضٰٮهَا‌ؕ وَاِنَّهٗ لَذُوۡ عِلۡمٍ لِّمَا عَلَّمۡنٰهُ وَلٰكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ


Dan ketika mereka masuk sesuai dengan perintah ayah mereka, (masuknya mereka itu) tidak dapat menolak sedikit pun keputusan Allah, (tetapi itu) hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Yusuf : 68)


يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا


yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai". (QS Maryam : 6)


فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا


Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS Maryam : 49)


وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ


Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. (QS Al-Anbiya : 72)


وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَٰبَ وَءَاتَيْنَٰهُ أَجْرَهُۥ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ


Dan Kami anugrahkan kepda Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS Al-Ankabut : 27)


وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ


Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (QS Sad : 45).

@semua orang

No comments:

Post a Comment