26 April 2024

SI RONDA MACAN BETAWI Si Ronda atau Bang Ronda adalah folklore (cerita rakyat) Betawi yang sering diceritakan dalam kesenian Lenong Betawi. Cerita Ronda ini pernah populer di kalangan etnis Cina dan pribumi pada masa Hindia Belanda, bahkan pernah di filmkan pada tahun 1930 dan diremake ulang dengan judul “Si Ronda Macan Betawi” yang dirilis pada tahun 1978. Film ini disutradarai Fritz G. Schadt dan dibintangi almarhum Dicky Zulkarnaen sebagai tokoh utama dan Lenny Marlina sebagai Ipeh kekasihnya. Tokoh ini dipercaya benar-benar hidup sekitar akhir abad ke 19. Bukti eksistensinya adalah keberadaan sebuah makam di belakang Pasar Memble, Jalan Kapuk Rawa Gabus RT 07 RW 11 Kapuk, Cengkareng Jakarta Barat yang dipercaya sebagai makamnya dan saat ini dirawat oleh para ahli warisnya. Seperti halnya Pitung, Jampang dan Ji’ih, sosok Ronda adalah sosok seorang pahlawan bagi masyarakat Betawi. Tidak ada keterangan pasti mulai kapan Bang Ronda ini mulai beraksi. Sosoknya banyak muncul dalam tulisan lisan, drama, film dan novel pada tahun 1920 dan 1930an. Cerita lisan yang beredar menceritakan Ronda berasal dari Kampung Marunda, Jakarta Utara sekarang. Mengingat Marunda, maka nama Ronda mesti disebut. Versi lain menyebutkan Kumpi Ronda atau Bang Ronda berasal dari daerah kasepuhan Gunung Anten, Banten Kidul. Ayahnya adalah seorang mualim bernama Ki Khaleng.Bang Ronda merantau ke Betawi bersama sepupunya yang bernama Ki Jambrong. Mereka menetap di kampung Betawi bernama Kampung Lebeh yang mempunyai arti kampong santri. Dan akhirnya kampung tersebut sekarang ini dikenal sebagai kampung Rawa Gabus. Bang Ronda memiliki ciri2 fisik tubuh tegap, wajah penuh charisma dan berjiwa kesatria. Bang Ronda dikenal sebagai seorang jagoan dengan kemampuan silat dan pukulan mumpuni yang tersohor di tanah Betawi. Mempunyai ilmu kanuragan halimunan, pancasona, dan beberapa pusaka saktinya seperti tongkat hitam berkepala burung, golok, keris dan besi kuning. Istrinya bernama Ipeh atau Mpok Ipeh versi lain namanya Hayati. Mpok Ipeh selalu mendukung perjuangan Bang Ronda, dari pernikahan mereka 9 (Sembilan) orang anak, 7 (tujuh) orang laki-laki dan 2 (dua) orang perempuan. Nama-namanya yang tercatat yaitu Leman bin Ronda, Sona binti Ronda, Lean bin Ronda, Liung bin Ronda, Bogor bin Ronda, Senan bin Ronda, Lembang bin Ronda, Mera binti Ronda, Risan bin Ronda. Ronda adalah pembela rakyat kecil yang tertindas melawan para tuan tanah, sinyo-sinyo Belanda dan para centeng-centengnya. Seperti tercatat dalam buku “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta tahun 1985. Tapi berbeda dengan di film yang menceritakan kebaikan-kebaikan Si Ronda dalam membela rakyat kecil, dalam sebuah buku “Sair Tjerita Rampok Si Ronda” karya seorang penulis dengan nama samaran Si Kantjil, di gambarkan sosok Ronda adalah seorang bandit culas, yang hanya ingin sendirian menguasai hasil rampokan. Tidak mau berbagi dengan rekannya Si Oji. Kelakuan Si Ronda yang mau menang sendiri membuat Oji murka, yang akhirnya membuat Oji memutuskan untuk bersekutu dengan opas/polisi. Dimana di akhir cerita Si Ronda ditembak mati dengan tiga pelor timah panas menembus dadanya. Sebetulnya kisah kematian Ronda sendiri masih simpang siur, karena masih banyak versi yang beredar. Bang Ronda sendiri dimakamkan di Rawa Gabus bersama dengan istrinya. Buku lain yang mengulas tentang Bang Ronda adalah sebuah buku berjudul “BOEKOE TJERITA GOUW SOEI HOO BERIKOET SAIR DAN TJERITA SIE RONDAH” karya Lie Tek Long diterbitkan di Batavia oleh Kantoor Tjitak Lie Tek Long, pada tahun 1913. Dalam buku syair sekaligus cerita itu diceritakan sebuah hikayat tentang seorang anak muda bernama Si Ronda yang suka merampok harta, tempat kelahirannya di Marunda, istrinya bernama Hayati yang tempat tinggalnya dulu di Jembatan Senti (Jakarta Barat). Disebutkan juga di buku tersebut Si Ronda mempunyai teman merampok bernama Oji yang asalnya dari Kerandji (Kranji-Bekasi). Itulah sekilas cerita mengenai Ronda, tokoh pahlawan dalam cerita rakyat Betawi. Silahkan jika ada yang mau menambahkan bahan cerita di kolom komentar, karena sumber berita yang sangat terbatas. Semoga bermanfaat. Sumber : Youtube Ajiabdillah channel, historia.id, Tjitak Lie Tek Long, Sair Tjerita Rampok Si Ronda SI Kantjil, “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta

 SI RONDA MACAN BETAWI


Si Ronda atau Bang Ronda adalah folklore (cerita rakyat) Betawi yang sering diceritakan dalam kesenian Lenong Betawi. Cerita Ronda ini pernah populer di kalangan etnis Cina dan pribumi pada masa Hindia Belanda, bahkan pernah di filmkan pada tahun 1930 dan diremake ulang dengan judul “Si Ronda Macan Betawi” yang dirilis pada tahun 1978. Film ini disutradarai Fritz G. Schadt dan dibintangi almarhum Dicky Zulkarnaen sebagai tokoh utama dan Lenny Marlina sebagai Ipeh kekasihnya.


Tokoh ini dipercaya benar-benar hidup sekitar akhir abad ke 19. Bukti eksistensinya adalah keberadaan sebuah makam di belakang Pasar Memble, Jalan Kapuk Rawa Gabus RT 07 RW 11 Kapuk, Cengkareng Jakarta Barat yang dipercaya sebagai makamnya dan saat ini dirawat oleh para ahli warisnya. Seperti halnya Pitung, Jampang dan Ji’ih, sosok Ronda adalah sosok seorang pahlawan bagi masyarakat Betawi.


Tidak ada keterangan pasti mulai kapan Bang Ronda ini mulai beraksi. Sosoknya banyak muncul dalam tulisan lisan, drama, film dan novel pada tahun 1920 dan 1930an. Cerita lisan yang beredar menceritakan Ronda berasal dari Kampung Marunda, Jakarta Utara sekarang. Mengingat Marunda, maka nama Ronda mesti disebut. Versi lain menyebutkan Kumpi Ronda atau Bang Ronda berasal dari daerah kasepuhan Gunung Anten, Banten Kidul. Ayahnya adalah seorang mualim bernama Ki Khaleng.Bang Ronda merantau ke Betawi bersama sepupunya yang bernama Ki Jambrong. Mereka menetap di kampung Betawi bernama Kampung Lebeh yang mempunyai arti kampong santri. Dan akhirnya kampung tersebut sekarang ini dikenal sebagai kampung Rawa Gabus. Bang Ronda memiliki ciri2 fisik tubuh tegap, wajah penuh charisma dan berjiwa kesatria. Bang Ronda dikenal sebagai seorang jagoan dengan kemampuan silat dan pukulan mumpuni yang tersohor di tanah Betawi. Mempunyai ilmu kanuragan halimunan, pancasona, dan beberapa pusaka saktinya seperti tongkat hitam berkepala burung, golok, keris dan besi kuning.  Istrinya bernama Ipeh atau Mpok Ipeh versi lain namanya Hayati. Mpok Ipeh selalu mendukung perjuangan Bang Ronda, dari pernikahan mereka 9 (Sembilan) orang anak, 7 (tujuh) orang laki-laki dan 2 (dua) orang perempuan. Nama-namanya yang tercatat yaitu Leman bin Ronda, Sona binti Ronda, Lean bin Ronda, Liung bin Ronda, Bogor bin Ronda, Senan bin Ronda, Lembang bin Ronda, Mera binti Ronda, Risan bin Ronda. 

Ronda adalah pembela rakyat kecil yang tertindas melawan para tuan tanah, sinyo-sinyo Belanda dan para centeng-centengnya. Seperti tercatat dalam buku “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta tahun 1985.

 

Tapi berbeda dengan di film yang menceritakan kebaikan-kebaikan Si Ronda dalam membela rakyat kecil, dalam sebuah buku “Sair Tjerita Rampok Si Ronda” karya seorang penulis dengan nama samaran Si Kantjil, di gambarkan sosok Ronda adalah seorang bandit culas, yang hanya ingin sendirian menguasai hasil rampokan. Tidak mau berbagi dengan rekannya Si Oji. Kelakuan Si Ronda yang mau menang sendiri membuat Oji murka, yang akhirnya membuat Oji memutuskan untuk bersekutu dengan opas/polisi. Dimana di akhir cerita Si Ronda ditembak mati dengan tiga pelor timah panas menembus dadanya. Sebetulnya kisah kematian Ronda sendiri masih simpang siur, karena masih banyak versi yang beredar. Bang Ronda sendiri dimakamkan di Rawa Gabus bersama dengan istrinya.


Buku lain yang mengulas tentang Bang Ronda adalah sebuah buku berjudul “BOEKOE TJERITA GOUW SOEI HOO BERIKOET SAIR DAN TJERITA SIE RONDAH” karya Lie Tek Long diterbitkan di Batavia oleh Kantoor Tjitak Lie Tek Long, pada tahun 1913.  Dalam buku syair sekaligus cerita itu diceritakan sebuah hikayat tentang seorang anak muda bernama Si Ronda yang suka merampok harta, tempat kelahirannya di Marunda, istrinya bernama Hayati yang tempat tinggalnya dulu di Jembatan Senti (Jakarta Barat). Disebutkan juga di buku tersebut Si Ronda mempunyai teman merampok bernama Oji yang asalnya dari Kerandji (Kranji-Bekasi).



Itulah sekilas cerita mengenai Ronda, tokoh pahlawan dalam cerita rakyat Betawi. Silahkan jika ada yang mau menambahkan bahan cerita di kolom komentar, karena sumber berita yang sangat terbatas. Semoga bermanfaat.  


Sumber : Youtube Ajiabdillah channel, historia.id, Tjitak Lie Tek Long, Sair Tjerita Rampok Si Ronda SI Kantjil, “Sejarah Kampung Marunda” terbitan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta

No comments:

Post a Comment