23 April 2024

# NYI MAS AYU GANDASARI # Nyi Mas Gandasari, salah satu tokoh dalam sejarah Cirebon, masih meninggalkan nama harum hingga kini. Dia digambarkan sebagai wanita cantik, sakti, dan berbudi. Budayawan Cirebon Askadi Sastra Suganda mengatakan, nama Nyi Mas Gandasari dalam sejarah Cirebon lekat dengan misi menundukkan Kerajaan Galuh, kerajaan Hindu bawahan Pajajaran. Kerajaan Galuh merasa terusik dengan berdirinya Kasultanan Cirebon, terlebih sejak dinyatakan oleh Pangeran Cakrabuana bahwa Cirebon adalah penerus resmi Pajajaran. Ketika akhirnya pecah perang antara Kerajaan Galuh dan Kasultanan Cirebon, Kesultanan Demak Bintara turut membantu Kesultanan Cirebon. Bahkan, Raja Demak Sultan Trenggana sendiri yang maju memimpin pasukan Kerajaan Demak Bintara. Namun, kekuatan pasukan Adipati Kuningan, Arya Kemuning, yang dibantu pasukan Kesultanan Demak Bintara, tak mampu menembus pertahanan Kerajaan Galuh. Sunan Gunung Jati akhirnya memerintahkan Nyi Mas Gandasari untuk mengemban misi telik sandi (mata-mata). Dari misi itu, Nyi Mas Gandasari berhasil mencuri pusaka Kerajaan Galuh berupa Bokor Mas (Kandaga Mas) sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakra Ningrat yang menjadi kekuatan pertahanan kerajaan. "Pusaka tersebut kemudian diserahkan kepada Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah," jelas Ashadi. Dalam operasinya, Nyi Mas Gandasari bersama pasukan menyusup ke Kerajaan Galuh. Begitu masuk pinggiran Kota Rajagaluh, Nyi Mas dan tim menyaru sebagai ronggeng keliling atau Ronggeng Bugis. "Nyi Mas Gandasari ditugaskan untuk menggoda Prabu Cakra Ningrat, dengan harapan dapat melarikan pusaka kerajaan Galuh," sebut Ashadi. Begitu masuk lingkaran dalam, Nyi Mas Gandasari berhasil menyusup ke Kerajaan Galuh. Menelusup ke ring satu kerajaan, dia menyamar sebagai pengemis dan lolos dari pengawasan prajurit Rajagaluh. Menurut Askadi, Nyi Mas Gandasari merupakan cikal bakal wanita Srikandi Indonesia. "Dia di abad 15, kemudian dilanjutkan Dewi Sartika dan Raden Kartini," kata Ashadi. Askadi menegaskan fragmen sejarah sebagai kearifan lokal ini harus terus dipelihara. Tujuannya agar masyarakat tidak melupakan sejarah peninggalan nenek moyang mereka dan menjadikannya sebagai inspirasi dan bahan pembelajaran. Inilah salah satu versi kisah sejarah Nyimas Ayu Gandasari atau Nyimas Ratna Gandasari atau juga Syarifah Fatimah Gandasari. Diceritakan Pangeran Cakrabuana biasa disebut Mbah Kuwusangkan bertapa di bawah sebuah pohon. Setelah itu beliau membangun padukuhan atau pemukiman yang semua tanamannya serba jadi dan tumbuh subur. Selanjutnya Pemukiman itu menjadi masyhur dan terkenal dengan nama Padukuhan Panguragan. Dititipkanlah Syarifah Fatimah Gandasari di pemondokannya Mbah Kuwu sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Panguragan. Nyi Mas Gandasari sering dikenal dengan nama Syarifah Muthmainnah, putri Syekh Datuk Soleh dari Kerajaan Pasai. Dia merupakan adik kandung Fadhilah Khan atau yang sering disebut Faletehan. Nyi Mas Gandasari konon dibawa serta Mbah Kuwu Cirebon saat dia pulang dari berhaji. Gandasari diboyong dari Pasai ke Cirebon untuk menyelamatkannya dari sebuah wabah yang berbahaya di daerah asalnya. Setelah diajak menetap di Cirebon, Gandasari kemudian dididik oleh Mbah Kuwu Cirebon sehingga memiliki kemahiran beladiri yang tak tertandingi. Selain memiliki kemahiran ilmu bela diri, Gandasari diceritakan sebagai perempuan yang cantik jelita, rupawan, molek dan lincah laiknya Srikandi dalam lakon pewayangan. Mbah Kuwu Cirebon juga mendidik Gandasari dengan ajaran agama Islam dengan mengirimnya ke Pesantren Syekh Quro di Karawang. Dari pesantren yang berada di Karawanglah kemudian berita tentang kecantikan Gandasari menjadi perbincangan orang-orang dari berbagai daerah. Banyak orang terutama para pembesar dari negeri seberang akhirnya ingin menikahi perempuan yang mempunyai keunggulan kanuragan, agama dan ayu itu. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga berguru kepada Kanjeng Sunan Jati. Setelah bai'at syahadat, beliau belajar ilmu syari'at, thoriqot, hakikat, dan ma'rifat. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga belajar ilmu bela diri, kanuragan dan kesaktian. Pada usia 15 tahun diberi wejangan oleh Sunan Gunung Jati: "Kamu adalah Perempuan. Tapi Kamu akan menjadi Pendekar Auliya". Nyi Mas Panguragan sudah termasyhur dengan keperwiraan dan kesaktiannya. Beliau juga terkenal dengan kecantikannya, sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Ayu Gandasari. Artinya Wanita yang kecantikannya tidak ada tandingannya dan tubuhnya harum semerbak. Tubuhnya berbau harum bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Setiap dia lewat maka keharumannya akan tercium dari kejauhan. Semuanya alami, bukan karena parfum atau minyak wangi. Banyak para pejabat, para pangeran, para gegedeng, juragan, satria, syah bandar dan orang-orang terpandang dari berbagai negara berdatangan berduyun-duyun kepada Mbah Kuwu untuk melamar Nyi Mas Ayu Gandasari. Sambil menunggu jawaban, mereka membuat pemondokan di Cirebon. Ki Kuwu berkata kpd Nyi Mas Panguragan: "Putriku Gandasari aku minta kamu supaya mau bersuami, sudah waktunya menikah, mana yang kamu pilih salah seorang yang telah melamar. Ada demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng, ada juga para juragan dan para nakhkoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing. Beritahulah kepada Si Bapak, siapa yang kamu senangi". Sang Putri Gandasari menjawab: "Rama. Sekarang Sang putri belum suka bersuami. Masih enak mengolah diri (belajar)". Ki kuwu dengan bijak berkata: "Duh bayi. Tidak enak orang jadi kembang bibir. Disebut-sebut namanya oleh tiap orang. Jika engkau tidak segera menikah tentu dirusaklah dukuh Panguragan ini". Ratna Gandasari menjawab: "Baiklah Rama. Hamba mau bersuami dengan syarat bisa mengalahkan hamba. Melebihi kesaktian hamba. Hamba akan mengabdi kepadanya walaupun dia orang melarat. Silahkan Rama adakan sayembara kepada orang-orang dari 25 negara. Siapa yang lebih dahulu menangkap saya. Ia menjadi suami saya. Jika sekarang saya terima lamaran seseorang. Tentu yang lain tidak akan terima. Dengan sayembara ini maka akan adil". Tersebutlah sebuah nama Magelung, seorang pemuda gagah dan tampan adalah seorang pengembara tak tentu arah. Tapi kakinya itu telah membawa dia berjalan ke arah barat laut dari tempat dia bertemu Sunan Gunung Jati. Langkah demi langkah dilewati hingga dia tiba di daerah yang disebut Selapandan. Semakin masuk ke perkampungan, dia menjumpai keramaian. Orang-orang berkumpul seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukkan. Ah, ternyata ada adu tanding digelar di tengah mereka. Sayembara yang diikuti orang-orang sakti mandraguna dari berbagai daerah itu digelar oleh Ki Ageng Selapandan atau Mbah Kuwu Cirebon. Orang-orang sakti tersebut bertarung, beradu kesaktian dengan seorang perempuan ayu jelita, Nyi Mas Gandasari. Meskipun perempuan, dia tak terkalahkan dalam sayembara tersebut. Dalam sayembara, tersebut satu aturan siapapun yang bisa mengalahkan Gandasari akan dijadikan sebagai suaminya. Namun sayang, nyatanya tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya. Setelah semua pembesar (gegeden) tidak ada yang bisa mengalahkan Gandasari, Magelung yang terpesona oleh Gandasari pun turut serta dalam sayembara. Setelah melalui pertandingan yang sengit, akhirnya Magelung mampu mengalahkan Gandasari. Namun entah mengapa, mengetahui ada orang yang bisa mengalahkannya, Gandasari seketika itu juga lari tunggang langgang, kemudian minta perlindungan ke arah daerah Gunung Jati. Melihat Gandasari berlari, Magelung pun mengejarnya. Sesampainya di daerah Gunung Jati, Gandasari menjumpai Sunan Gunung Jati, dia pun bermaksud berlindung kepada Sang Sunan dari kejaran Magelung. Magelung pun terkejut kembali bertemu dengan orang tua yang bisa memotong rambutnya. Magelung pun seolah lupa dengan tujuan awalnya datang ke Tanah Jawa. Saat ditanya Sunan, dia menjawab ingin memperistri Gandasari. Dia merasa berhak mendapatkan Gandasari karena hanya dia yang bisa mengalahkan Nyi Mas Gandasari. Dan aturan sayembara menyebutkan bahwa yang menang atas Gandasarilah yang berhak mengawininya. Magelung benar-benar lupa tujuannya datang dari tanah seberang menuju Tanah Jawa. Saat sosok guru sebagai tujuannya itu sudah berdiri di depannya, dia malah menginginkan seorang ayu jelita yang baru saja dikenalnya. Tapi Sang Sunan begitu bijaksana, dia pun mempersilakan keduanya untuk menikah. Akan tetapi beliau berujar bahwa pernikahan yang patut bagi kedunya bukan pernikahan di dunia yang fana, melainkan pernikahan abadi di akhirat. Kedua insan manusia itu akhirnya mengerti yang dimaksud Sunan dan menerima keputusannya. Magelung dan Gandasari menjadi suami istri tanpa melakukan hubungan jasmani. Magelung dan Gandasari akhirnya menjadi murid Sunan Gunung Jati dan turut serta dalam upaya penyebaran ajaran agama Islam di Cirebon. Catatan juga menyebutkan keduanya memiliki peranan penting dalam penaklukan Rajagaluh dan Talaga oleh Cirebon. Pada masa selanjutnya, Magelung menetap di sebuah daerah yang dipenuhi belantara. Di daerah tersebut banyak tumbuh pohon Kendal. Di daerah yang kita kenal sekarang sebagai Desa Karangkendal itu, Magelung mengajarkan ajaran Islam kepada para murid-muridnya. Sebagai seorang yang mengajarkan agama Islam, masyarakat kemudian menyematkan gelar ‘Syekh’ kepada Magelung hingga dia dikenal dengan nama Syekh Magelung. Sementara Gandasari dikenal dengan gelar kehormatan Nyi Mas. Sambil terus belajar dan berjuang menyebarkan Islam di Cirebon, Nyi Mas Gandasari mendiami daerah Selapandan yang sekarang dikenal sebagai Desa Panguragan. Wallahu'aklambhishowab Dari berbagai sumber Gambar iustrasi

 #  NYI MAS AYU GANDASARI #


Nyi Mas Gandasari, salah satu tokoh dalam sejarah Cirebon, masih meninggalkan nama harum hingga kini. Dia digambarkan sebagai wanita cantik, sakti, dan berbudi. 



Budayawan Cirebon Askadi Sastra Suganda mengatakan, nama Nyi Mas Gandasari dalam sejarah Cirebon lekat dengan misi menundukkan Kerajaan Galuh, kerajaan Hindu bawahan Pajajaran. Kerajaan Galuh merasa terusik dengan berdirinya Kasultanan Cirebon, terlebih sejak dinyatakan oleh Pangeran Cakrabuana bahwa Cirebon adalah penerus resmi Pajajaran.


Ketika akhirnya pecah perang antara Kerajaan Galuh dan Kasultanan Cirebon, Kesultanan Demak Bintara turut membantu Kesultanan Cirebon. Bahkan, Raja Demak Sultan Trenggana sendiri yang maju memimpin pasukan Kerajaan Demak Bintara.


Namun, kekuatan pasukan Adipati Kuningan, Arya Kemuning, yang dibantu pasukan Kesultanan Demak Bintara, tak mampu menembus pertahanan Kerajaan Galuh.


Sunan Gunung Jati akhirnya memerintahkan Nyi Mas Gandasari untuk mengemban misi telik sandi (mata-mata). Dari misi itu, Nyi Mas Gandasari berhasil mencuri pusaka Kerajaan Galuh berupa Bokor Mas (Kandaga Mas) sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakra Ningrat yang menjadi kekuatan pertahanan kerajaan.


"Pusaka tersebut kemudian diserahkan kepada Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah," jelas Ashadi.

Dalam operasinya, Nyi Mas Gandasari bersama pasukan menyusup ke Kerajaan Galuh. Begitu masuk pinggiran Kota Rajagaluh, Nyi Mas dan tim menyaru sebagai ronggeng keliling atau Ronggeng Bugis.


"Nyi Mas Gandasari ditugaskan untuk menggoda Prabu Cakra Ningrat, dengan harapan dapat melarikan pusaka kerajaan Galuh," sebut Ashadi.


Begitu masuk lingkaran dalam, Nyi Mas Gandasari berhasil menyusup ke Kerajaan Galuh. Menelusup ke ring satu kerajaan, dia menyamar sebagai pengemis dan lolos dari pengawasan prajurit Rajagaluh.


Menurut Askadi, Nyi Mas Gandasari merupakan cikal bakal wanita Srikandi Indonesia. "Dia di abad 15, kemudian dilanjutkan Dewi Sartika dan Raden Kartini," kata Ashadi.


Askadi menegaskan fragmen sejarah sebagai kearifan lokal ini harus terus dipelihara. Tujuannya agar masyarakat tidak melupakan sejarah peninggalan nenek moyang mereka dan menjadikannya sebagai inspirasi dan bahan pembelajaran.


Inilah salah satu versi kisah sejarah Nyimas Ayu Gandasari atau Nyimas Ratna Gandasari atau juga Syarifah Fatimah Gandasari.


Diceritakan Pangeran Cakrabuana biasa disebut Mbah Kuwusangkan bertapa di bawah sebuah pohon. Setelah itu beliau membangun padukuhan atau pemukiman yang semua tanamannya serba jadi dan tumbuh subur. Selanjutnya Pemukiman itu menjadi masyhur dan terkenal dengan nama Padukuhan Panguragan. Dititipkanlah Syarifah Fatimah Gandasari di pemondokannya Mbah Kuwu sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Panguragan.


Nyi Mas Gandasari sering dikenal dengan nama Syarifah Muthmainnah, putri Syekh Datuk Soleh dari Kerajaan Pasai. Dia merupakan adik kandung Fadhilah Khan atau yang sering disebut Faletehan. Nyi Mas Gandasari konon dibawa serta Mbah Kuwu Cirebon saat dia pulang dari berhaji.


Gandasari diboyong dari Pasai ke Cirebon untuk menyelamatkannya dari sebuah wabah yang berbahaya di daerah asalnya. Setelah diajak menetap di Cirebon, Gandasari kemudian dididik oleh Mbah Kuwu Cirebon sehingga memiliki kemahiran beladiri yang tak tertandingi. Selain memiliki kemahiran ilmu bela diri, Gandasari diceritakan sebagai perempuan yang cantik jelita, rupawan, molek dan lincah laiknya Srikandi dalam lakon pewayangan.


Mbah Kuwu Cirebon juga mendidik Gandasari dengan ajaran agama Islam dengan mengirimnya ke Pesantren Syekh Quro di Karawang. Dari pesantren yang berada di Karawanglah kemudian berita tentang kecantikan Gandasari menjadi perbincangan orang-orang dari berbagai daerah. Banyak orang terutama para pembesar dari negeri seberang akhirnya ingin menikahi perempuan yang mempunyai keunggulan kanuragan, agama dan ayu itu.


Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga berguru kepada Kanjeng Sunan Jati. Setelah bai'at syahadat, beliau belajar ilmu syari'at, thoriqot, hakikat, dan ma'rifat. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga belajar ilmu bela diri, kanuragan dan kesaktian. Pada usia 15 tahun diberi wejangan oleh Sunan Gunung Jati: "Kamu adalah Perempuan. Tapi Kamu akan menjadi Pendekar Auliya".


Nyi Mas Panguragan sudah termasyhur dengan keperwiraan dan kesaktiannya. Beliau juga terkenal dengan kecantikannya, sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Ayu Gandasari. Artinya Wanita yang kecantikannya tidak ada tandingannya dan tubuhnya harum semerbak. Tubuhnya berbau harum bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Setiap dia lewat maka keharumannya akan tercium dari kejauhan. Semuanya alami, bukan karena parfum atau minyak wangi.


Banyak para pejabat, para pangeran, para gegedeng, juragan, satria, syah bandar dan orang-orang terpandang dari berbagai negara berdatangan berduyun-duyun kepada Mbah Kuwu untuk melamar Nyi Mas Ayu Gandasari. Sambil menunggu jawaban, mereka membuat pemondokan di Cirebon.


Ki Kuwu berkata kpd Nyi Mas Panguragan: "Putriku Gandasari aku minta kamu supaya mau bersuami, sudah waktunya menikah, mana yang kamu pilih salah seorang yang telah melamar. Ada demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng, ada juga para juragan dan para nakhkoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing. Beritahulah kepada Si Bapak, siapa yang kamu senangi".


Sang Putri Gandasari menjawab: "Rama. Sekarang Sang putri belum suka bersuami. Masih enak mengolah diri (belajar)". Ki kuwu dengan bijak berkata: "Duh bayi. Tidak enak orang jadi kembang bibir. Disebut-sebut namanya oleh tiap orang. Jika engkau tidak segera menikah tentu dirusaklah dukuh Panguragan ini".

 

Ratna Gandasari menjawab: "Baiklah Rama. Hamba mau bersuami dengan syarat bisa mengalahkan hamba. Melebihi kesaktian hamba. Hamba akan mengabdi kepadanya walaupun dia orang melarat. Silahkan Rama adakan sayembara kepada orang-orang dari 25 negara. Siapa yang lebih dahulu menangkap saya. Ia menjadi suami saya. Jika sekarang saya terima lamaran seseorang. Tentu yang lain tidak akan terima. Dengan sayembara ini maka akan adil". 


Tersebutlah sebuah nama Magelung, seorang pemuda gagah dan tampan adalah seorang pengembara tak tentu arah. Tapi kakinya itu telah membawa dia berjalan ke arah barat laut dari tempat dia bertemu Sunan Gunung Jati. Langkah demi langkah dilewati hingga dia tiba di daerah yang disebut Selapandan. Semakin masuk ke perkampungan, dia menjumpai keramaian. Orang-orang berkumpul seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukkan. Ah, ternyata ada adu tanding digelar di tengah mereka.


Sayembara yang diikuti orang-orang sakti mandraguna dari berbagai daerah itu digelar oleh Ki Ageng Selapandan atau Mbah Kuwu Cirebon. Orang-orang sakti tersebut bertarung, beradu kesaktian dengan seorang perempuan ayu jelita, Nyi Mas Gandasari. Meskipun perempuan, dia tak terkalahkan dalam sayembara tersebut.


Dalam sayembara, tersebut satu aturan siapapun yang bisa mengalahkan Gandasari akan dijadikan sebagai suaminya. Namun sayang, nyatanya tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya. Setelah semua pembesar (gegeden) tidak ada yang bisa mengalahkan Gandasari, Magelung yang terpesona oleh Gandasari pun turut serta dalam sayembara. Setelah melalui pertandingan yang sengit, akhirnya Magelung mampu mengalahkan Gandasari. 


Namun entah mengapa, mengetahui ada orang yang bisa mengalahkannya, Gandasari seketika itu juga lari tunggang langgang, kemudian minta perlindungan ke arah daerah Gunung Jati. Melihat Gandasari berlari, Magelung pun mengejarnya. Sesampainya di daerah Gunung Jati, Gandasari menjumpai Sunan Gunung Jati, dia pun bermaksud berlindung kepada Sang Sunan dari kejaran Magelung.


Magelung pun terkejut kembali bertemu dengan orang tua yang bisa memotong rambutnya. Magelung pun seolah lupa dengan tujuan awalnya datang ke Tanah Jawa. Saat ditanya Sunan, dia menjawab ingin memperistri Gandasari. Dia merasa berhak mendapatkan Gandasari karena hanya dia yang bisa mengalahkan Nyi Mas Gandasari. Dan aturan sayembara menyebutkan bahwa yang menang atas Gandasarilah yang berhak mengawininya.


Magelung benar-benar lupa tujuannya datang dari tanah seberang menuju Tanah Jawa. Saat sosok guru sebagai tujuannya itu sudah berdiri di depannya, dia malah menginginkan seorang ayu jelita yang baru saja dikenalnya.


Tapi Sang Sunan begitu bijaksana, dia pun mempersilakan keduanya untuk menikah. Akan tetapi beliau berujar bahwa pernikahan yang patut bagi kedunya bukan pernikahan di dunia yang fana, melainkan pernikahan abadi di akhirat. Kedua insan manusia itu akhirnya mengerti yang dimaksud Sunan dan menerima keputusannya. Magelung dan Gandasari menjadi suami istri tanpa melakukan hubungan jasmani.


Magelung dan Gandasari akhirnya menjadi murid Sunan Gunung Jati dan turut serta dalam upaya penyebaran ajaran agama Islam di Cirebon. Catatan juga menyebutkan keduanya memiliki peranan penting dalam penaklukan Rajagaluh dan Talaga oleh Cirebon.


Pada masa selanjutnya, Magelung menetap di sebuah daerah yang dipenuhi belantara. Di daerah tersebut banyak tumbuh pohon Kendal. Di daerah yang kita kenal sekarang sebagai Desa Karangkendal itu, Magelung mengajarkan ajaran Islam kepada para murid-muridnya. Sebagai seorang yang mengajarkan agama Islam, masyarakat kemudian menyematkan gelar ‘Syekh’ kepada Magelung hingga dia dikenal dengan nama Syekh Magelung.


Sementara Gandasari dikenal dengan gelar kehormatan Nyi Mas. Sambil terus belajar dan berjuang menyebarkan Islam di Cirebon, Nyi Mas Gandasari mendiami daerah Selapandan yang sekarang dikenal sebagai Desa Panguragan.


Wallahu'aklambhishowab


Dari berbagai sumber



Gambar iustrasi

No comments:

Post a Comment