20 April 2024

PATE UNUS./ABDUL QADIR/ SABRANG LOR ( Ini hanyalah Cerita tentang Pate Unus , sebagai hamba yang bergulat dan berjuang untuk diri sendiri , kawula, dan negaranya. Bukan tulisan Sejarah) Seorang lelaki yang memiliki banyak sebutan , Beliau Pangeran yang menghabiskan sepanjang hidupnya untuk berhadap hadapan dengan Samudera .Dan Pertempuran demi pertemuran yang disematkan diatas pundaknya sebagai seorang Senapati Ing Laga . Beliau di bentuk oleh kerasnya perjuangan menegakkan keadilan , terlahir ketika pergolakan demi pergolakan menghantam tanah Jawa , yang sedang berebut mencari bentuk baru Pasca keruntuhan Majapahit. Kericuhan di kalangan Keraton yang berlomba lomba memperebutkan siapa paling berhak atas Dampar Kencana dan Manisnya “Rembeshing Madu” , diatas keriuhan Kawula yang sedang menghadapi pilihan cakrawala baru cara berkeyakinan dan disamping marabahaya ancaman Si Rambut merah yang bersenjata pusaka Api petir di ujung Samudera. Membajakan jiwa sang pemuda Abdul Qadir , yang memiliki Guru spiritual bersanand kepada Sunan Ampel hingga kepada Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Mertua sang Pate Unus. Senapati Sarjawala, Adalah gelar baru Pate Unus , Laksamana Gabungan kesultanan Demak, Banten , Cirebon.. Sebuah gugus tugas yang tidak main main dengan gegayuh merebut Malaka dari tangan Portugis sang Diraja Samudera , yang kenyang pengalaman meng-aneksasi kampong, negara dan wilayah orang lain . Sambil mengganyang seluruh hasil bhumi dan mengexploitasi manusianya suka suka. Urung rembug para Sentana Keraton dipimpin “Pate Rodim” sang Sultan Demak ke I dengan Para Sultan, Raja , Adipati , Para Pemuka agama , Saudagar dan Kawula . Memutuskan untuk memerangi Portugis dimanapun berada . demi terciptanya kestabilan wilayah Nuswantara dan menyatukan visi misi Geopolitik Bersama . Dan bersepakat meletakan tongkat Komando “Senapati Sarjawala “ kepada anak muda berusia 17 tahun . Dengan beban seberat Gunung Muria. EKSPEDISI MALAKA I Tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis. Sebagai Senapati Sarjawala . Pate unus memutuskan di akhir 1512 dan tiba di Malaka . Januari 1513 berkekuatan sekitar 100 kapal dengan 5.000 tentara Jawa dari Laskar Jepara dan Palembang . 30 Kapal Jung Jawa seberat 350–600 ton , dan sisanya adalah Kapal Taktis dan Pendaratan jenis Lancaran , Penjajap dan Kelulus . Dipersenjatai Meriam Cetbang . Hal ini membuat tugas Pati Unus sebagai Panglima Armada tanah jawa semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Maka akhir tahun 1512 dikirim armada kecil, expedisi Malaka I , yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka. Pada Januari 1513 Pati Unus armada itu sampai di Malaka, membawa sekitar 100 kapal dengan 5.000 tentara Jawa dari Jepara dan Palembang. Sekitar 30 dari mereka adalah jung Jawa besar seberat 350–600 ton .Sisanya adalah kapal jenis lancaran, penjajap, dan kelulus. Jung-jung itu sendiri membawa 12.000 orang. Kapal-kapal itu membawa banyak artileri yang dibuat di Jawa. Ekspedisi ini mengalami kegagalan dalam merebut Malaka dari Tangan Portugis Namun Armada Pate Unus dicatat dalam Kronik Portugis . Dalam sebuah surat kepada Alfonso de Albuquerque, dari Cannanore, 22 Februari 1513, Fernão Pires de Andrade, Kapten armada yang menghalau Pate Unus, mengatakan Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini. Ia membawa seribu orang tentara di kapal, dan Yang Mulia dapat mempercayaiku ... bahwa itu adalah hal yang sangat luar biasa untuk dilihat, karena Anunciada di dekatnya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali. Kami menyerangnya dengan bombard, tetapi bahkan tembakan yang terbesar tidak menembusnya di bawah garis air, dan (tembakan) esfera (meriam besar Portugis)[ yang saya miliki di kapal saya berhasil masuk tetapi tidak tembus; kapal itu memiliki tiga lapisan logam, yang semuanya lebih dari satu cruzado tebalnya. Dan kapal itu benar-benar sangat mengerikan bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya. Butuh waktu tiga tahun untuk membangunnya, Yang Mulia mungkin pernah mendengar cerita di Malaka tentang Pati Unus, yang membuat armada ini untuk menjadi raja Malaka. – Fernão Pires de Andrade, Cartas, III, h. 59 EKSPEDISI MALAKA II Medio tahun 1521, sebanyak 375 kapal Jung Jawa telah selesai dibangun dengan berbagai ukuran , Demak melepaskan semua Armada dan Laskarnya di bawah Komando sang Laksamana nya yang Paling Tanguh Tangon Sultan ke II Demak si Pate Unus . Keberangkatan Ekspedisi ke II diberkati oleh seluruh Kawula Demak dipimpin oleh Sunun Gunung Jati. Beribu ribu Laskar Gabungan Demak, Cirebon, Banten dengan wajah tengadah menghadap kearah Sabrang Lor , bersiyap mengempur Portugis di Malaka. Sang Sabrabg Lor , berdiri diatas buritan kapal Komando menuju Malaka , memandang ke Batas cakrawala. Beliau meyakini perjuangan merebut Malaka tidak lagi hanya persoalan Ekonomi semata atas penguasaan Jalur perdagangan rempah rempah. Ini adalah perjuangan yang jauh lebih besar , jauh lebih mendasar, lebih rumit . Sebuah pertarungan Geopolitik yang akan menentukan arah “ Mata angin ” kawulanya dalam menentukan langkah menuju “ Masa depan”. “Durung menang yen durung wani kalah, durung unggul yang durung wani asor, durung gede yen durung wani cilik” Dan Pate Unus tak sadar mencengkeram dadanya yang seluas samudera . yang tak mampu lagi menampung tetes demi tetes racun yang mengalir kedalam jantungnya , racun iri dengki orang orang disekitarnya , yang telah menyergapnya tanpa mampu beliau Atasi dan Hanyalah kesadaran “Sangkang Paraning Dumadi” sebagai hamba Sang Murbeng Jagad yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Beliau surukan segala beban yang menghimpitnya dalam puja puji diatas sajadah lusuh hadiah perkawinan dari ibundanya yang tercinta , konon itulah alas sembahyang Sang Sunan Ampel . Pusaka yang selalu beliau sampirkan di pinggangnya untuk mengingatkan ada Jalan yang harus dilayari kelak untuk “Jalan Kembali”. Ekspedisi II Laskar Gabungan yang mendapat tambahan jumlah kapal dan Laskar dari Swrnadwipa , telah dinanti dengan persiapan yang luar biasa oleh Portugis , Kronik Portugis melukiskan seluruh meriam , seluruh moncong Bedhil telah diarahkan menyambut Armada Raksasa Sang Pate Unus yang digambarkan menutupi cakrawala laut Malaka, Pertempuran berlangsung dengan sengit Portugis sang penguasa samudera berhadapan dengan laskar yang telah membuang rasa takut , di kedalaman samudera sebelum melompat dari Jung Jawa ke bhumi Malaka. Yang bersaksi atas kehebatan dan keberanian manusia manusia yang bertempur atas dasar “ Doktrin dan Dogma ” akan keyakinan apa yang mereka lakukan adalah tugas suci. Dan Dentuman meriam, cetbang Letusan bedhil dan pistol Denting pedang melawan golok Seolah simpony yang harmony Dalam hymne Paling memuakkan Seolah madah bakti , zikir , GOLD… GOSPEL.. GLORY.. Yang didengungkan dari hati ke hati Para Ksatria yang saling silang serang terjang Membenturkan apaun dimiki Demi Menang atau mati Gold..gospel..glory MALAKA 2024 PEKIK HENING GAMBAR HANYA ILUSTRASI Yang tahu foto asli bisa di share di kolom komentar. Berbagi itu indah

 PATE UNUS./ABDUL QADIR/ SABRANG LOR

( Ini hanyalah Cerita tentang Pate Unus , sebagai hamba yang bergulat dan berjuang untuk diri sendiri , kawula, dan negaranya. Bukan tulisan Sejarah)

Seorang lelaki yang memiliki banyak sebutan , Beliau Pangeran yang menghabiskan sepanjang hidupnya untuk berhadap hadapan dengan Samudera .Dan Pertempuran demi pertemuran yang disematkan diatas pundaknya sebagai seorang Senapati Ing Laga .

Beliau di bentuk oleh kerasnya perjuangan menegakkan keadilan , terlahir ketika pergolakan demi pergolakan menghantam tanah Jawa , yang sedang berebut mencari bentuk baru Pasca keruntuhan Majapahit.

Kericuhan di kalangan Keraton yang berlomba lomba memperebutkan siapa paling berhak atas Dampar Kencana  dan Manisnya “Rembeshing Madu” , diatas keriuhan Kawula yang sedang menghadapi pilihan cakrawala baru cara berkeyakinan dan disamping marabahaya ancaman Si Rambut merah yang bersenjata pusaka Api petir di ujung Samudera.

Membajakan jiwa sang pemuda Abdul Qadir , yang memiliki Guru spiritual bersanand kepada Sunan Ampel hingga kepada Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Mertua sang Pate Unus.

Senapati Sarjawala, Adalah gelar baru Pate Unus , Laksamana Gabungan kesultanan Demak, Banten , Cirebon.. Sebuah gugus tugas yang tidak main main dengan gegayuh merebut Malaka dari tangan Portugis sang Diraja Samudera , yang kenyang pengalaman meng-aneksasi kampong, negara dan wilayah orang lain . Sambil mengganyang seluruh hasil bhumi dan mengexploitasi manusianya suka suka.

Urung rembug para Sentana Keraton dipimpin “Pate Rodim”  sang Sultan Demak ke I dengan Para Sultan, Raja , Adipati ,  Para Pemuka agama , Saudagar dan Kawula . Memutuskan untuk memerangi Portugis dimanapun berada . demi terciptanya kestabilan wilayah Nuswantara dan menyatukan visi misi Geopolitik Bersama . Dan bersepakat meletakan tongkat Komando “Senapati Sarjawala “ kepada anak muda berusia 17 tahun . Dengan beban seberat Gunung Muria.

EKSPEDISI MALAKA I

Tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis. Sebagai Senapati Sarjawala . Pate unus memutuskan di akhir 1512 dan tiba di Malaka . Januari 1513 berkekuatan sekitar 100 kapal dengan 5.000 tentara Jawa dari Laskar Jepara dan Palembang .

30 Kapal Jung Jawa seberat 350–600 ton , dan sisanya adalah Kapal Taktis dan Pendaratan jenis Lancaran , Penjajap dan Kelulus . Dipersenjatai Meriam Cetbang .

Hal ini membuat tugas Pati Unus sebagai Panglima Armada  tanah jawa semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Maka akhir tahun 1512 dikirim armada kecil, expedisi Malaka  I  , yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka. Pada Januari 1513 Pati Unus armada itu sampai di Malaka, membawa sekitar 100 kapal dengan 5.000 tentara Jawa dari Jepara dan Palembang. Sekitar 30 dari mereka adalah jung Jawa besar seberat 350–600 ton .Sisanya adalah kapal jenis lancaran, penjajap, dan kelulus. Jung-jung itu sendiri membawa 12.000 orang. Kapal-kapal itu membawa banyak artileri yang dibuat di Jawa. Ekspedisi ini mengalami kegagalan dalam merebut Malaka dari Tangan Portugis

Namun Armada Pate Unus dicatat dalam Kronik Portugis . Dalam sebuah surat kepada Alfonso de Albuquerque, dari Cannanore, 22 Februari 1513, Fernão Pires de Andrade, Kapten armada yang menghalau Pate Unus, mengatakan

Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini. Ia membawa seribu orang tentara di kapal, dan Yang Mulia dapat mempercayaiku ... bahwa itu adalah hal yang sangat luar biasa untuk dilihat, karena Anunciada di dekatnya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali. Kami menyerangnya dengan bombard, tetapi bahkan tembakan yang terbesar tidak menembusnya di bawah garis air, dan (tembakan) esfera (meriam besar Portugis)[ yang saya miliki di kapal saya berhasil masuk tetapi tidak tembus; kapal itu memiliki tiga lapisan logam, yang semuanya lebih dari satu cruzado tebalnya. Dan kapal itu benar-benar sangat mengerikan bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya. Butuh waktu tiga tahun untuk membangunnya, Yang Mulia mungkin pernah mendengar cerita di Malaka tentang Pati Unus, yang membuat armada ini untuk menjadi raja Malaka. – Fernão Pires de Andrade, Cartas, III, h. 59

EKSPEDISI MALAKA II

Medio tahun 1521,  sebanyak 375 kapal Jung Jawa telah selesai dibangun dengan berbagai ukuran , Demak melepaskan semua Armada dan Laskarnya di bawah Komando sang Laksamana nya yang Paling Tanguh Tangon Sultan ke II Demak si Pate Unus . Keberangkatan Ekspedisi ke II diberkati oleh seluruh Kawula Demak dipimpin oleh Sunun Gunung Jati. Beribu ribu Laskar Gabungan Demak, Cirebon, Banten dengan wajah tengadah menghadap kearah Sabrang Lor , bersiyap mengempur Portugis di Malaka.

Sang Sabrabg Lor , berdiri diatas buritan kapal Komando menuju Malaka , memandang ke Batas cakrawala. Beliau meyakini perjuangan merebut Malaka tidak lagi hanya persoalan Ekonomi semata atas penguasaan Jalur perdagangan rempah rempah. Ini adalah perjuangan yang jauh lebih besar , jauh lebih mendasar, lebih rumit  . Sebuah pertarungan Geopolitik yang akan menentukan arah “ Mata angin ” kawulanya dalam menentukan langkah menuju “ Masa depan”.

“Durung menang yen durung wani kalah, durung unggul yang durung wani asor, durung gede yen durung wani cilik”

Dan Pate Unus tak sadar mencengkeram  dadanya yang seluas samudera . yang tak mampu lagi menampung tetes demi tetes racun yang mengalir kedalam jantungnya , racun iri dengki orang orang disekitarnya , yang telah menyergapnya tanpa mampu beliau Atasi dan Hanyalah kesadaran “Sangkang Paraning Dumadi” sebagai hamba Sang Murbeng Jagad yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Beliau surukan segala beban yang menghimpitnya dalam puja puji diatas sajadah lusuh hadiah perkawinan dari ibundanya yang tercinta , konon itulah alas sembahyang Sang Sunan Ampel . Pusaka yang selalu beliau sampirkan di pinggangnya untuk mengingatkan ada Jalan yang harus dilayari kelak  untuk “Jalan Kembali”.

Ekspedisi II  Laskar Gabungan yang mendapat tambahan jumlah kapal dan Laskar dari Swrnadwipa , telah dinanti dengan persiapan yang luar biasa oleh Portugis , Kronik Portugis melukiskan seluruh meriam , seluruh moncong Bedhil telah diarahkan menyambut Armada Raksasa Sang Pate Unus yang digambarkan menutupi cakrawala laut Malaka, Pertempuran berlangsung dengan sengit Portugis sang penguasa samudera berhadapan dengan laskar yang telah membuang rasa takut , di kedalaman samudera sebelum melompat dari Jung Jawa ke bhumi Malaka. 

Yang bersaksi atas kehebatan dan keberanian manusia manusia yang bertempur atas dasar  “ Doktrin dan Dogma ” akan  keyakinan apa yang mereka lakukan adalah tugas suci.

Dan Dentuman meriam, cetbang

Letusan bedhil dan pistol

Denting pedang melawan golok

Seolah simpony yang harmony

Dalam hymne

Paling memuakkan

Seolah madah bakti , zikir ,

GOLD…

GOSPEL..

GLORY..

Yang didengungkan dari hati ke hati

Para Ksatria  yang saling silang serang terjang

Membenturkan apaun dimiki

Demi Menang atau mati

Gold..gospel..glory

MALAKA 2024

PEKIK HENING



GAMBAR HANYA ILUSTRASI 

Yang tahu foto asli bisa di share di kolom komentar. Berbagi itu indah

No comments:

Post a Comment