27 April 2024

K.H. Imam Zarkasyi (21 Maret 1910 – 30 April 1985) adalah Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo bersama 2 orang lainnya KH Ahmad Sahal dan KH Zainuddin Fananie. Ia adalah putera ketujuh dari Kyai Santoso Anom Besari. KH. Imam Zarkasyi lahir di desa Gontor, Ponorogo pada tanggal 21 Maret 1910 M. Belum genap usia dia 16 tahun, Imam Zarkasyi muda mula-mula menimba ilmu di beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya, seperti Pesantren Josari, Pesantren Joresan dan Pesantren Tegalsari. Setelah menyelesaikan studi di Sekolah Ongkoloro (1925), dia melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Jamsarem Solo. Pada waktu yang sama dia juga belajar di Sekolah Mamba’ul Ulum. Kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Arabiyah Adabiyah yang dipimpin oleh KH. M. O. Al-Hisyami, sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah-sekolah tersebut (terutama Sekolah Arabiyah Adabiyah) dia sangat tertarik dan kemudian mendalami pelajaran bahasa Arab.[1] Sewaktu belajar di Solo, guru yang paling banyak mengisi dan mengarahkan Imam Zarkasyi adalah al-Hasyimi, seorang ulama, tokoh politik dan sekaligus sastrawan dari Tunisia yang diasingkan oleh Pemerintah Prancis di wilayah penjajahan Belanda, dan akhirnya menetap di Solo. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Solo, Imam Zarkasyi meneruskan studinya ke Kweekschool di Padang Panjang, Sumatera Barat, sampai tahun 1935.[1]

 K.H. Imam Zarkasyi (21 Maret 1910 – 30 April 1985) adalah Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo bersama 2 orang lainnya KH Ahmad Sahal dan KH Zainuddin Fananie. Ia adalah putera ketujuh dari Kyai Santoso Anom Besari. 


KH. Imam Zarkasyi lahir di desa Gontor, Ponorogo pada tanggal 21 Maret 1910 M. Belum genap usia dia 16 tahun, Imam Zarkasyi muda mula-mula menimba ilmu di beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya, seperti Pesantren Josari, Pesantren Joresan dan Pesantren Tegalsari. Setelah menyelesaikan studi di Sekolah Ongkoloro (1925), dia melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Jamsarem Solo. Pada waktu yang sama dia juga belajar di Sekolah Mamba’ul Ulum. Kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Arabiyah Adabiyah yang dipimpin oleh KH. M. O. Al-Hisyami, sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah-sekolah tersebut (terutama Sekolah Arabiyah Adabiyah) dia sangat tertarik dan kemudian mendalami pelajaran bahasa Arab.[1]



Sewaktu belajar di Solo, guru yang paling banyak mengisi dan mengarahkan Imam Zarkasyi adalah al-Hasyimi, seorang ulama, tokoh politik dan sekaligus sastrawan dari Tunisia yang diasingkan oleh Pemerintah Prancis di wilayah penjajahan Belanda, dan akhirnya menetap di Solo.


Setelah menyelesaikan pendidikannya di Solo, Imam Zarkasyi meneruskan studinya ke Kweekschool di Padang Panjang, Sumatera Barat, sampai tahun 1935.[1]

No comments:

Post a Comment