25 April 2024

Sebuah bangunan rumah tua di Magelang.

 Sebuah bangunan rumah tua di Magelang.

Source : Reyhan Biadilla

Yoga Kurnianto Dwi dokter gigi Sukarno

Jl Tidar, pertigaan RS Tidar / depan Hokben, kalo tidak salah rumah dokter yang pernah merawat presiden Soekarno






Opas dan Strategi Kolonial Belanda Menjajah Indonesia. Opas atau opasser dalam bahasa Belanda berarti penjaga. Jadi dulu pada masa penjajahan, orang Belanda menyebut semua penjaga itu opas, baik itu penjaga kebun, penjaga bangsawan pribumi, penjaga kampung. Bahkan pelayan pun disebut opas. Seiring berjalan waktu opas lebih sering disebut untuk para penjaga pejabat Belanda. Dan belanda banyak merengkrut kebanyakan opas dari pribumi, strategi belanda dalam membenturkan sesama pribumi. 😢

 Opas dan Strategi Kolonial Belanda Menjajah Indonesia.



Opas atau opasser dalam bahasa Belanda berarti penjaga. Jadi dulu pada masa penjajahan, orang Belanda menyebut semua penjaga itu opas, baik itu penjaga kebun, penjaga bangsawan pribumi, penjaga kampung. Bahkan pelayan pun disebut opas. Seiring berjalan waktu opas lebih sering disebut untuk para penjaga pejabat Belanda. Dan belanda banyak merengkrut kebanyakan opas dari pribumi, strategi belanda dalam membenturkan sesama pribumi. 😢

Seorang jaksa dibandung tahun 1863,potogtafer woodbury and page

 Seorang jaksa dibandung tahun 1863,potogtafer woodbury and page



SILSILAH K.G.P.A.A MANGKUNAGARA IV K.G.P.A.A Mangkunagara IV terlahir dengan nama Raden Mas Soediro. Setelah dewasa bernama RM Gondokusumo, Beliau putra dari K.P.H Hadiwijaya I dan B.R.Ay Sakeli Hadiwijaya I. Silsilah K.P.H Hadiwijaya I : G.R.Ay Kusumadiningrat ( putri Sunan Pakubuwana III ) menikah dengan K.P.H Kusumadiningrat ( putra dari K.P.H Hadiwijaya seda Kali Abu ) menurunkan K.P.H Hadiwijaya I. Silsilah B.R.Ay Sakeli Hadiwijaya I : K.G.P.A.A Mangkunagara II menikah dengan putri Patih Raden Adipati Sinduredja ( Pepatih Kraton Surakarta ) menurunkan B.RAy Sakeli Hadiwijaya I. Ketika R.M Soediro berusia 22 tahun beliau dinikahkan dengan R.Ay Sami putri dari K.P.H Suryo Mataram ( putra K.G.P.A.A Mangkunagara II ) kemudian beliau menerima nama gelar baru R.M Gondokusumo dan garwa beliau bergelar R.Ay Gondokusumo. Dari pernikahan beliau dgn R.Ay Sami Gondokusumo dikaruniai 14 anak sbb : 1. KPH Gondokusumo II (KPH Hadiwijaya IV) 2. BRAy Tondokusumo 3. RM Sungkowo 4. KPH Gondoseputro 5. KPH Gondosewaya 6. KPH Gondowidjoyo 7. RAj Pareng 8. KPH Gondosisworo 9. BRAy Suryo Condronegoro 10. KPH Gondoatmojo 11. RM Suroyo 12. KPH Gondosebroto 13. RM Sutadi 14. Putri meninggal waktu lahir Ketika RM Gondokusumo memiliki putra pertama, Eyang beliau yaitu KGPAA Mangkunagara II wafat digantikan oleh kakak sepupu sekaligus bapak angkat beliau yaitu KGPAA Mangkunagara III. RM Gondokusumo pernah menjadi Ajudan dgn pangkat Kapten sekaligus Patih KGPAA Mangkunagara III . Kemudian beliau diangkat menjadi Kepala Administratje Legioen dengan pangkat Mayor Infanteri. Garwa beliau yaitu RAy Gondokusumo wafat ketika melahirkan putra ke 14. RM Gondokusumo mendapatkan nama gelar baru yaitu KPH Gondokusumo pada tanggal 17 Mei 1850. Ketika KGPAA Mangkunagara III wafat pada tanggal 6 Januari 1853, tiga bulan kemudian tepatnya tanggal 24 Maret 1853 KPH Gondokusumo diangkat menggantikan kedudukan KGPAA Mangkunagara III sebagai Penguasa Puro Mangkunegaran dengan gelar KGPAA Prabu Prangwadana dengan pangkat Letnan Kolonel. Saat itu beliau berusia 43 tahun. Selanjutnya KGPAA Prabu Prangwadana berkenan menikah dengan BRAy Dunuk dan diangkat sebagai garwa permaisuri dengan gelar K.B.R.Ay Adipati Prabu Prangwadana / K.B.R.Ay Adipati Mangkunagara IV. BRAy Dunuk adalah putri sulung KGPAA Mangkunagara III dgn RAy Samsiyah ,putri dari KPH Suryamidjaya I ( putra KGPAA Mangkunagara II ) Dari pernikahan tersebut menurunkan putra sbb: 1. KPH Prabu Sudibyo 2. KPH Prabu Prangwadana / KGPAA Mangkunagara V 3. Jaler meninggal sewaktu lahir 4. KPH Dayaningrat / KGPAA Mangkunagara VI 5. Jaler meninggal sewaktu lahir 6. KPH Handayanata 7. KPH Dayakusuma 8. Menikah dengan KGPH Prabuwijaya ( putra PB IX 9. Kanjeng Ratu Pakubuwana X 10. Jaler meninggal sewaktu lahir 11. KPH Dayaputra 12. KPH Dayakiswara 13. Putri meninggal muda KGPAA Prabu Prangwadana bergelar KGPAA Mangkunagara IV pada tanggal 16 Agustus 1857 dalam usia 48 tahun dengan pangkat Kolonel Comm Pada usia 50 tahun KGPAA Mangkunagara IV berkenan menikahi RAy Nataningrum putri KPH Suryo Nataningrat ( putra KGPAA MN II ) dan menurunkan seorang putra yaitu KPH Nataningrat.

 SILSILAH K.G.P.A.A MANGKUNAGARA IV


K.G.P.A.A Mangkunagara IV terlahir dengan nama Raden Mas Soediro. Setelah dewasa bernama RM Gondokusumo,  Beliau putra dari K.P.H Hadiwijaya I dan B.R.Ay Sakeli Hadiwijaya  I.


Silsilah K.P.H Hadiwijaya I :

G.R.Ay Kusumadiningrat ( putri Sunan Pakubuwana III ) menikah dengan K.P.H Kusumadiningrat ( putra dari K.P.H Hadiwijaya seda Kali Abu ) menurunkan K.P.H Hadiwijaya I.


Silsilah B.R.Ay Sakeli Hadiwijaya I :

K.G.P.A.A Mangkunagara II menikah dengan putri Patih Raden Adipati Sinduredja ( Pepatih Kraton Surakarta ) menurunkan B.RAy Sakeli Hadiwijaya I.


Ketika R.M Soediro berusia 22 tahun beliau dinikahkan dengan R.Ay Sami putri dari K.P.H Suryo Mataram ( putra K.G.P.A.A Mangkunagara II ) kemudian beliau menerima nama gelar baru R.M Gondokusumo dan garwa beliau bergelar R.Ay Gondokusumo.

Dari pernikahan beliau dgn R.Ay Sami Gondokusumo dikaruniai 14 anak sbb :

1. KPH Gondokusumo II (KPH Hadiwijaya IV)

2. BRAy Tondokusumo

3. RM Sungkowo

4. KPH Gondoseputro

5. KPH Gondosewaya

6. KPH Gondowidjoyo

7. RAj Pareng

8. KPH Gondosisworo

9. BRAy Suryo Condronegoro

10. KPH Gondoatmojo

11. RM Suroyo

12. KPH Gondosebroto

13. RM Sutadi

14. Putri meninggal  waktu lahir


Ketika RM Gondokusumo memiliki putra pertama, Eyang beliau yaitu KGPAA Mangkunagara II wafat digantikan oleh kakak sepupu sekaligus bapak angkat beliau yaitu KGPAA Mangkunagara III. 

RM Gondokusumo pernah menjadi Ajudan dgn pangkat Kapten sekaligus Patih KGPAA Mangkunagara III . Kemudian beliau diangkat menjadi Kepala Administratje Legioen dengan pangkat Mayor Infanteri. 

Garwa beliau yaitu RAy Gondokusumo wafat ketika  melahirkan putra ke 14.


RM Gondokusumo mendapatkan nama gelar baru yaitu KPH Gondokusumo pada tanggal 17 Mei 1850.

Ketika KGPAA Mangkunagara III wafat pada tanggal 6 Januari 1853, tiga bulan kemudian tepatnya tanggal 24 Maret 1853 KPH Gondokusumo diangkat menggantikan kedudukan KGPAA Mangkunagara III sebagai Penguasa Puro Mangkunegaran dengan gelar KGPAA Prabu Prangwadana dengan pangkat Letnan Kolonel. Saat itu beliau berusia 43 tahun.


Selanjutnya KGPAA Prabu Prangwadana berkenan menikah dengan BRAy Dunuk dan diangkat sebagai garwa permaisuri dengan gelar K.B.R.Ay Adipati Prabu Prangwadana / K.B.R.Ay Adipati Mangkunagara IV.

BRAy Dunuk adalah putri sulung KGPAA Mangkunagara III dgn RAy Samsiyah ,putri dari KPH Suryamidjaya I ( putra KGPAA Mangkunagara II )

Dari pernikahan tersebut menurunkan putra sbb:

1. KPH Prabu Sudibyo

2. KPH Prabu Prangwadana / KGPAA Mangkunagara V

3. Jaler meninggal sewaktu lahir

4. KPH Dayaningrat / KGPAA Mangkunagara VI

5. Jaler meninggal sewaktu lahir

6. KPH Handayanata

7. KPH Dayakusuma

8. Menikah dengan KGPH Prabuwijaya ( putra PB IX

9. Kanjeng Ratu Pakubuwana X

10. Jaler meninggal sewaktu lahir

11. KPH Dayaputra

12. KPH Dayakiswara

13. Putri meninggal muda



KGPAA Prabu Prangwadana bergelar KGPAA Mangkunagara IV pada tanggal 16 Agustus 1857 dalam usia 48 tahun dengan pangkat Kolonel Comm


Pada usia 50 tahun KGPAA Mangkunagara IV berkenan menikahi RAy Nataningrum putri KPH Suryo Nataningrat ( putra KGPAA MN II ) dan menurunkan seorang putra yaitu KPH Nataningrat.

Berikut ini berita tentang pemilihan ibu dengan proses melahirkan terbanyak di Cirebon pada tahun 1959. Ibu yang bernama Kusuma dinobatkan sebagai pemenangnya setelah melahirkan 16 anak ( dua anaknya meninggal). Pemilihan gelar juara melahirkan terbanyak ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ibu yang ke-30. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Harian Pemuda, 2 Januari 1959 halaman 2 kolom 1-2 (Skala Team) #juara #melahirkan #Cirebon #IbuKusuma

 Berikut ini berita tentang pemilihan ibu dengan proses melahirkan terbanyak di Cirebon pada tahun 1959. Ibu yang bernama Kusuma dinobatkan sebagai pemenangnya setelah melahirkan 16 anak ( dua anaknya meninggal). Pemilihan gelar juara melahirkan terbanyak ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ibu yang ke-30.



Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI

Sumber : Harian Pemuda, 2 Januari 1959 halaman 2 kolom 1-2 (Skala Team)


#juara #melahirkan #Cirebon #IbuKusuma

Potret Masjid Sapuro pada tahun 1984. Masjid ini merupakan masjid tertua se- Karesidenan Pekalongan. Hal ini diketahui dari pembangunan masjid yang diperkirakan dari tahun 1722. Berdirinya masjid ini, dalam ceritanya merupakan peninggalan seorang wali yang bernama "Yosopuro". Makam pendirinya tidak jauh dari letak masjid tersebut. Terdapat pula sumur tiban (muncul dengan sendirinya) di area sekitar Masjid Sapuro. Air dari sumur tersebut dipercaya bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit. Sumber: Berita Yudha, 9 Juli 1984 Halaman 4 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #MasjidTertua #MasjidSapuro

 Potret Masjid Sapuro pada tahun 1984. Masjid ini merupakan masjid tertua se- Karesidenan Pekalongan. Hal ini diketahui dari pembangunan masjid yang diperkirakan dari tahun 1722.  Berdirinya masjid ini, dalam ceritanya merupakan peninggalan seorang wali yang bernama "Yosopuro". Makam pendirinya tidak jauh dari letak masjid tersebut. 


Terdapat pula sumur tiban (muncul dengan sendirinya) di area sekitar Masjid Sapuro. Air dari sumur tersebut dipercaya bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit. 



Sumber: Berita Yudha, 9 Juli 1984 Halaman 4 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)


#MasjidTertua

#MasjidSapuro

24 April 2024

Anak-anak kelahiran tahun 80-an hingga tahun 1990-an tampaknya merupakan anak-anak yang paling bahagia. Walaupun belum banyak dijumpai sarana hiburan seperti saat ini, namun untuk masalah hiburan pandang dengar terbilang cukup terpenuhi. Salah satunya yaitu dengan produksi lagu-lagu yang memang khusus untuk anak-anak masih sangat banyak. Bahkan tokoh idola Susan dan Ria Enes yang sering muncul di layar kaca pun ada saingannya. Tentunya saingan yang sehat, sama-sama menghibur dengan lagu anak-anak. kehadiran Henny-Sussy yang dianggap meniru Ria Enes-Susan, dianggap biasa saja justru dianggap menjadi motivator oleh Ria Enes, meskipun keduanya berasal dari kota yang sama. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Waspada, 27 Desember 1992 halaman 4 kolom 1-3 (Skala Team) #bonekasusan #lagu #anakanak #saingan #riaenes

 Anak-anak kelahiran tahun 80-an hingga tahun 1990-an tampaknya merupakan anak-anak yang paling bahagia. Walaupun belum banyak dijumpai sarana hiburan seperti saat ini, namun untuk masalah hiburan pandang dengar terbilang cukup terpenuhi. Salah satunya yaitu dengan produksi lagu-lagu yang memang khusus untuk anak-anak masih sangat banyak. Bahkan tokoh idola Susan dan Ria Enes yang sering muncul di layar kaca pun ada saingannya. Tentunya saingan yang sehat, sama-sama menghibur dengan lagu anak-anak. kehadiran Henny-Sussy yang dianggap meniru Ria Enes-Susan, dianggap biasa saja justru dianggap menjadi motivator oleh Ria Enes, meskipun keduanya berasal dari kota yang sama.



Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI

Sumber : Waspada, 27 Desember 1992 halaman 4 kolom 1-3 (Skala Team)


#bonekasusan #lagu #anakanak #saingan #riaenes

Pante Makassar (Portugis: Pante Macassar; bahasa Tetun: Pante-Makassár) adalah sebuah kota di pantai utara Timor Leste, 152 km atau 94 mil di sebelah barat Dili, ibu kota negara. Wilayah ini memiliki populasi 4.730 (2006) dan merupakan ibu kota eksklave dari Distrik Otonomi Khusus Oecusse. Nama ini secara harfiah berarti "Pantai Makassar", mengacu pada perdagangan sebelumnya dengan Kesultanan Makassar (Kerajaan Gowa Tallo) di pulau Sulawesi bagian selatan oleh Raja Tallo, I Manginyarrang Daeng Makkio Karaeng Kanjilo, Sultan Mudaffar Tumammaliang ri Timoro pada tahun 1641. Secara lokal Pante Makassar dikenal juga sebagai Oecussi dan merupakan nama salah satu dari dua kerajaan asli yang membentuk eksklave. Yang lainnya adalah Ambeno. Selama penjajahan Portugis, kota ini juga dikenal sebagai Vila Taveiro. #makassarpunyacerita #makassarculture #makassarstory #adatmakassar #tentangmakassar

 Pante Makassar (Portugis: Pante Macassar; bahasa Tetun: Pante-Makassár) adalah sebuah kota di pantai utara Timor Leste, 152 km atau 94 mil di sebelah barat Dili, ibu kota negara. Wilayah ini memiliki populasi 4.730 (2006) dan merupakan ibu kota eksklave dari Distrik Otonomi Khusus Oecusse.



Nama ini secara harfiah berarti "Pantai Makassar", mengacu pada perdagangan sebelumnya dengan Kesultanan Makassar (Kerajaan Gowa Tallo) di pulau Sulawesi bagian selatan oleh Raja Tallo, I Manginyarrang Daeng Makkio Karaeng Kanjilo, Sultan Mudaffar Tumammaliang ri Timoro pada tahun 1641. Secara lokal Pante Makassar dikenal juga sebagai Oecussi dan merupakan nama salah satu dari dua kerajaan asli yang membentuk eksklave. Yang lainnya adalah Ambeno. Selama penjajahan Portugis, kota ini juga dikenal sebagai Vila Taveiro.


#makassarpunyacerita #makassarculture #makassarstory #adatmakassar #tentangmakassar

Pada Tahun 1961, Bung Karno sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi pada masa itu telah diberikan gelar "Pemimpin Besar Revolusi Indonesia" oleh MPRS. Adapun oleh Konferensi SB-Kempen juga diberikan gelar "Juru Penerang Agung" kepada Beliau. Jauh sebelum penyematan gelar tersebut, ternyata pada 1948, gelar kehormatan semacam itu juga pernah diberikan kepada Bung Kano. Gelar tersebut adalah "Ki Lurah Agung", yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo pada saat beliau berkunjung ke daerah tersebut. Sumber: Berita Indonesia, 9 Desember 1961 Halaman 1 Kolom 1. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)

 Pada Tahun 1961, Bung Karno sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi pada masa itu telah diberikan gelar "Pemimpin Besar Revolusi Indonesia" oleh MPRS. Adapun oleh Konferensi SB-Kempen juga diberikan gelar "Juru Penerang Agung" kepada Beliau. 



Jauh sebelum penyematan gelar tersebut, ternyata pada 1948, gelar kehormatan semacam itu juga pernah diberikan kepada Bung Kano.  Gelar tersebut adalah "Ki Lurah Agung", yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo pada saat beliau berkunjung ke daerah tersebut. 


Sumber: Berita Indonesia, 9 Desember 1961 Halaman 1 Kolom 1. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)

Sejarah Magelang - 24 April 1898 - 24 April 2024 *** 126 tahun peringatan Pa van der Steur sebagai pendeta di Magelang*** Ditetapkan secara resmi menjadi pendeta dan pengajar Injil bagi militer kalangan bawah dan anak-anak yatim/piatu di yayasan Oranje Nassau di Magelang sesuai Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 8 tahun 1898. Dalam kurun waktu 44 tahun (1898-1942) ada sekitar 21 pendeta utama yang datang dan pergi di Magelang. Pa turut melayani jemaat kristen protestan di Magelang terutama ketika pendeta utama yang ditempatkan di Magelang sedang absen/cuti.

 24 April 1898 - 24 April 2024

*** 126 tahun peringatan Pa van der Steur sebagai pendeta di Magelang***



Ditetapkan secara resmi menjadi pendeta dan pengajar Injil bagi militer kalangan bawah dan anak-anak yatim/piatu di yayasan Oranje Nassau di Magelang sesuai Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda  No. 8 tahun 1898.


Dalam kurun waktu 44 tahun (1898-1942) ada sekitar 21 pendeta utama yang datang dan pergi di Magelang.  Pa turut melayani jemaat kristen protestan di Magelang terutama kstoupetika pendeta utama yang ditempatkan di Magelang sedang absen/cuti.

Oleh : Eva Mentari Christoup


23 April 2024

Pangeran Diponegoro dan Kesultanan Yogyakarta Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785. Ibunya merupakan seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Ayahnya bernama Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik takhta bergelar Hamengkubuwana III. Ketika dilahirkan, Diponegoro diberi nama Bendara Raden Mas Mustahar, kemudian diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya. Nama Islamnya adalah Abdul Hamid. Setelah ayahnya naik takhta, Antawirya diwisuda sebagai pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Dipanegara. Perang Diponegoro (1825–1830) Perang Diponegoro atau Perang Jawa diawali dari keputusan dan tindakan pemerintah kolonial Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Tindakan tersebut diperparah dengan beberapa kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan eksploitasi berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro semakin muak hingga mencetuskan sikap perlawanan. Pecah antara pangeran diponegoro dengan belanda. Belanda menghabiskan banyak dana nya untuk perang diponegoro. Perang yang banyak memakan pendanaan dan waktu hanya untuk menghadapi diponegoro. Penangkapan dan pengasingan Pangeran Diponegoro Diponegoro langsung meresponsnya dengan menanyakan mengenai penyebab dirinya harus ditahan. Dia merasa tidak bersalah dan tidak menaruh benci kepada siapa saja. Mertanegara menyela perbicaraan dan meminta agar masalah politik bisa diselesaikan lain waktu. De Kock langsung memotong perbicaraan dan menegaskan dengan nada tinggi bahwa masalah politik akan dituntaskan hari itu juga. Diponegoro langsung berbicara dan menuding De Kock hatinya busuk karena keputusannya terburu-buru dan tidak pernah dibicarakan sebelumnya selama bulan puasa. Dia berbicara bahwa dia tidak memiliki keinginan lain, kecuali pemerintah kolonial Belanda mengakuinya sebagai kepada agama Islam di Jawa dan gelar sultan yang disandangnya. De Kock kemudian memerintahkan Letkol Roest agar Du Perron menyiapkan pasukan. Diponegoro menjawab tindakan itu dengan mengatakan, “Dengan situasi seperti itu dan karena sifat jahatmu, aku tidak takut mati. Aku tidak takut dibunuh dan tidak bermaksud menghindarinya”. De Kock terhenyak mendengar sikap keras Diponegoro dan dengan suara lirih berbicara bahwa dirinya tidak akan membunuh Diponegoro. Namun, tetap akan memenuhi keinginan Diponegoro. Sempat terbersit dalam benak Diponegoro untuk menghujam keris ke tubuh De Kock, tetapi niat itu diurungkan karena akan merendahkan martabatnya. Setelah meminum teh dan menghampiri pengikutnya, Diponegoro beranjak keluar dan dia berhasil ditangkap. Dia bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Setelah ditangkap di Magelang, dia diasingkan ke Gedung Keresidenan Semarang yang berada di Ungaran, lalu dibawa ke Batavia pada 5 April 1830 dengan menggunakan kapal Pollux. Diponegoro tiba di Batavia pada 11 April 1830 dan ditawan di stadhuis (Gedung Museum Fatahillah). Dia kemudian diasingkan ke Manado pada 30 April 1830 bersama istri keenamnya, Tumenggung Dipasena, dan para pengikut lainnya seperti Mertaleksana, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruna. Mereka tiba di Manado pada 3 Mei 1830 dan ditawan di Benteng Nieuw Amsterdam. Pada 1834, Diponegoro dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

 Pangeran Diponegoro dan Kesultanan Yogyakarta


Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785. Ibunya merupakan seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Ayahnya bernama Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik takhta bergelar Hamengkubuwana III.

Ketika dilahirkan, Diponegoro diberi nama Bendara Raden Mas Mustahar, kemudian diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya. Nama Islamnya adalah Abdul Hamid. Setelah ayahnya naik takhta, Antawirya diwisuda sebagai pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Dipanegara.


Perang Diponegoro (1825–1830)



Perang Diponegoro atau Perang Jawa diawali dari keputusan dan tindakan pemerintah kolonial Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Tindakan tersebut diperparah dengan beberapa kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan eksploitasi berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro semakin muak hingga mencetuskan sikap perlawanan. Pecah antara pangeran diponegoro dengan belanda. Belanda menghabiskan banyak dana nya untuk perang diponegoro. Perang yang banyak memakan pendanaan dan waktu hanya untuk menghadapi diponegoro. 


Penangkapan dan pengasingan Pangeran Diponegoro


Diponegoro langsung meresponsnya dengan menanyakan mengenai penyebab dirinya harus ditahan. Dia merasa tidak bersalah dan tidak menaruh benci kepada siapa saja. Mertanegara menyela perbicaraan dan meminta agar masalah politik bisa diselesaikan lain waktu. De Kock langsung memotong perbicaraan dan menegaskan dengan nada tinggi bahwa masalah politik akan dituntaskan hari itu juga.


Diponegoro langsung berbicara dan menuding De Kock hatinya busuk karena keputusannya terburu-buru dan tidak pernah dibicarakan sebelumnya selama bulan puasa. Dia berbicara bahwa dia tidak memiliki keinginan lain, kecuali pemerintah kolonial Belanda mengakuinya sebagai kepada agama Islam di Jawa dan gelar sultan yang disandangnya.

De Kock kemudian memerintahkan Letkol Roest agar Du Perron menyiapkan pasukan. Diponegoro menjawab tindakan itu dengan mengatakan, “Dengan situasi seperti itu dan karena sifat jahatmu, aku tidak takut mati. Aku tidak takut dibunuh dan tidak bermaksud menghindarinya”.


De Kock terhenyak mendengar sikap keras Diponegoro dan dengan suara lirih berbicara bahwa dirinya tidak akan membunuh Diponegoro. Namun, tetap akan memenuhi keinginan Diponegoro. Sempat terbersit dalam benak Diponegoro untuk menghujam keris ke tubuh De Kock, tetapi niat itu diurungkan karena akan merendahkan martabatnya.

Setelah meminum teh dan menghampiri pengikutnya, Diponegoro beranjak keluar dan dia berhasil ditangkap. Dia bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Setelah ditangkap di Magelang, dia diasingkan ke Gedung Keresidenan Semarang yang berada di Ungaran, lalu dibawa ke Batavia pada 5 April 1830 dengan menggunakan kapal Pollux.


Diponegoro tiba di Batavia pada 11 April 1830 dan ditawan di stadhuis (Gedung Museum Fatahillah). Dia kemudian diasingkan ke Manado pada 30 April 1830 bersama istri keenamnya, Tumenggung Dipasena, dan para pengikut lainnya seperti Mertaleksana, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruna.

Mereka tiba di Manado pada 3 Mei 1830 dan ditawan di Benteng Nieuw Amsterdam. Pada 1834, Diponegoro dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

Goa Selarong yang erat dengan perjalanan perjuangan Pangeran Dipenogoro memiliki dua goa utama, yaitu, Goa Putri di sebelah timur dan Goa Kakung di sebelah barat. Konon Goa Kakung digunakan sebagai tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro.

 Goa Selarong yang erat dengan perjalanan perjuangan Pangeran Dipenogoro memiliki dua goa utama, yaitu, Goa Putri di sebelah timur dan Goa Kakung di sebelah barat. Konon Goa Kakung digunakan sebagai tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro.



Radja van Gorontalo Vervaardigingsjaar : 1862 - 1870 Potret raja Gorontalo (Raja Zainal Abidin Monoarfa)...foto antara tahun 1862 -1870 (KITLV155840)

 Radja van Gorontalo

Vervaardigingsjaar : 1862 - 1870

   Potret raja Gorontalo (Raja Zainal Abidin Monoarfa)...foto antara tahun 1862 -1870

(KITLV155840)



Man uit de Toradjalanden,Zuid-Celebes Vervaardigingsjaar : ca.1910 Potret seorang pria dari Tana Toraja,Sulawesi Selatan...foto sekitar tahun 1910 (KITLV28528)

 Man uit de Toradjalanden,Zuid-Celebes

Vervaardigingsjaar : ca.1910



   Potret seorang pria dari Tana Toraja,Sulawesi Selatan...foto sekitar tahun 1910

(KITLV28528)


Ellyas Pical

 Ellyas Pical



NYI RORO KIDUL Ratu Laut Selatan Jawa √ Sabda_Palon.Com Sejarah Kisah Cerita Nyi Roro Kidul Nyi Roro Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul adalah sebuah cerita legendaris Indonesia, yang dikenal sebagai Ratu Laut Selatan Jawa (Samudera Hindia atau Samudra selatan dari pulau Jawa) Dia juga disebut sebagai permaisuri dari Sultan Mataram, dimulai dengan Senopati dan berlanjut sampai sekarang. Nyai Roro Kidul memiliki banyak nama yang berbeda, yang mencerminkan beragam cerita-cerita asal di banyak kisah-kisah, legenda, mitos dan tradisional cerita rakyat. Nyi Roro Kidul Menurut Babad Tanah Jawi (abad ke-19), menceritakan tentang adanya seorang raja di Pajajaran yang bernama Raja Mudingsari memiliki putri bernama Ratna Suwinda, putri ini memiliki kegemaran bertapa, sehingga pangeran-pangeran yang meminangnya di tolak semua. Hal ini membuat Raja Mudingsari marah dan mengusirnya. Ratna Suwinda mengembara bertujuan untuk mencari tempat yang cocok untuk bertapa, akhirnya sampailah di Gunung Kumbang dan bertapa dipuncak gunung tersebut, dipuncak gunung terdapat sebuah pohon cemara yang digunakan oleh Dewi Ratna Suwinda bila beralih rupa menjadi laki-laki dengan nama Hajar Cemoro Tunggal. Ada seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa berubah menjadi seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan adik kakek Joko Suruh, bernama Ratna Suwinda, menolak cintanya. Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian (Sholikhin, 2009 : 88-89). Disini akan diceritakan dalam versi cerita rakyat Pajajaran, hal ini dikarenakan di ujung timur Pulau Jawa kita akan menemukan kembali kisah tersebut. Adapun kisah cerita dimulai dari versi rakyat Pajajaran adalah sebagai berikut: Suatu ketika pada masa Prabu Mundingwesi memerintah di Kerajaan Pajajaran, telah memiliki seorang anak perempuan cantik. Ia dinamai Putri Kadita atau Putri Srengenge. Namun Prabu Mundingwesi menginginkan anak laki-laki maka Raja pun menikah lagi dengan dewi Mutiara dan memiliki anak laki-laki. Pada suatu ketika Dewi Mutiara berkata kepada sang Prabu bahwa kelak yang menjadi raja adalah anak hasil keturunannya dan supaya mengusir Kandita dari keratin, namun Prabu Mundingwesi menolaknya. Akhirnya Dewi Mutiara menenun Kadita menjadi berwajah jelek dan berbisul serta bau. Di bawah pengaruh Dewi Mutiara dan Patihnya, Prabu Mundingwesi pun mengusir anak dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan. Dalam kondisi tersebut, Putri Kadita pergi tanpa tujuan. Putri Kadita terus berjalan menuju selatan hingga sampai di Laut Selatan. Putri Kadita memandang laut tersebut, tiba-tiba ada suara yang menyuruhnya terjun kelaut. Putri Kadita langsung melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Saat berenang penyakitnya hilang seketika. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga beroleh kekuatan gaib serta menguasai Laut Selatan. Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul = selatan), atau Nyai Roro Kidul sang Ratu Penguasa Laut Selatan (Sholikhin, 2009 : 85-87). Dari versi Keraton Yogyakarta, Nyi Loro Kidul sebenarnya adalah putra (anak) dari seorang begawan bernama Abdi Waksa Geni. Ia berasal dari keluarga dengan dua bersaudara. Saudara kandungnya bernama Nawangsari, sedangkan nama dia yang sesungguhnya tidak diketahui. Awalnya, sewaktu masih menjadi manusia biasa Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa. Sedangkan saudara kandungnya sangat cantik. Kondisi ini membuat Nyi Loro kidul merasa minder bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Karena ayahnya seorang abdi, maka ayahnya selalu mengingatkan ia untuk tidak bersikap demikian. Sebagai usaha menghilangkan perasaan minder itu, ayah Nyi Loro Kidul meminta ia agar mandi dan bertapa di laut selatan. Pada saat mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik, dengan syarat dia harus mau diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang yang cantik dan menguasai Kerajaan Laut Selatan, seperti yang dipercaya orang sampai saat ini. Keterkaitan antara kerjaan Mataram dengan Nyi Loro Kidul bermula pada saat sang raja ditawari menikah denganya. Ratu kidul sangat tergila-gila pada sang raja yang memiliki wajah yang sangat tampan. Pertemuan Nyi Loro Kidul dengan raja Mataram bermula pada saat sang raja bertapa di pantai Parangkusumo. Saat bertapa itu ratu Laut Kidul menemui Sang raja. Ratu Laut kidul menyukai sang raja dan mengatakan bahwa jika raja mau menjadi suaminya ia berjanji akan membantu menjaga kerajaan mataram sampai akhir hayatnya, bahkan sampai kiamat. Sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Nyi Loro Kidul, pihak keraton selalu mengadakan suatu kegiatan sebagai upacara untuk menghormati Sang Ratu. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan labuhan yang dilaksanakan di pantai selatan. Labuhan yang dilaksanakan oleh Raja Yogyakarta dilaksanakan di Parangtritis. Upacara menghormati Nyai Roro Kidul ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang memiliki daerah dengan batas Samudra Hindia atau Laut Selatan. Dari uraian dua versi di atas, dapat disimpulkan beberapa persamaan akan kisah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. versi Pajajaran; Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah. Versi Jojakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa. 2. versi Pajajaran: Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa. 3. Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat mandi Nyai Loro didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwida bertapa agar hidup abadi. 4. Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Penyakitnya menjadi sembuh.Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi Babad Tanah Jawi Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ke laut selatan namun dengan syarat menjadi makluk halus. 5. versi Pajajaran: Sang putri Kandita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jgjakarta: Nyai Loro diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwida menjadi penguasa Laut selatan Jawa. Selain Versi Pajajaran dan Versi Jogjakarta, terdapat pula versi dari kalangan masyarakat Banten Kidul yang hampir mirip kisahnya,disebutkan bahwa gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan. diantaranya diceritakan sebagai berikut. Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri kinasih dari Prabu Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya. Oleh karena itu,tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi.Sikap Prabu Siliwangi yang begitu menyayangi Putri Kandita telah menumbuhkan kecemburuan dari selir dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan itu yang kemudian melahirkan persengkokolan di kalangan mereka untuk menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana Pakuan Pajajaran.Rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam sehingga Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Di sekujur tubuhnya, yang semula sangat mulus dan bersih, timbul luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir). Akibat penyakitnya itu, Prabu Siliwangi mengucilkan mereka meskipun masih tetap berada di lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir dan putra-putrinya, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir mereka dari istana Pakuan Pajajaran. Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu. Setelah merasa puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya. Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu.Dalam kesendiriannya, ia kemudian melatih olah kanuragan. Selama itu pula, Putri Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang. Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan melihat laut. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut wilayah selatan wilayah Pakuan Pajajaran. Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran itu asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung di atas gelombang laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan Kisah Nyai Roro Kidul tersebut merupakan cerita rakyat yang di beritakan secara turu-temurun oleh masyarakat Jawa hingga sekarang, menarik sekali untuk dikaji, hal ini di karenakan berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro dari Keraton Surakarta memberitakan kisah Nyai Roro Kidul sebagai berikut. Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan pusat kerajaan para lelembut (mahluk halus) dengan Sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya. Berdasarkan keyakinannya akan daerah itu, Raden Panji Sekar Taji melakukan pembabatan hutan sehingga pohon waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si Raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa senang dan dapat menyempurnakan hidupnya dengan langsung musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian langsung masuk ke tubuh Raden Panji Sekar Taji sehingga menjadikan dirinya bertambah sakti. Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya. Setelah dewasa ia benar-benar menjadi wanita yang cantik tanpa cacat atau sempurna dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan dengan menangis memohon kepada eyangnya agar kecantikan yang dimilikinya tetap abadi. Dengan kesaktian eyang Sindhula, akhirnya permohonan Ratu Pagedongan wanita yang cantik, tidak pernah tua atau keriput dan tidak pernah mati sampai hari kiamat dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi mahluk halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang dapat mengalahkannya). Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan. Versi Keraton Surakarta ini juga memiliki kemiripan akan kisahnya dengan cerita rakyat dari Pajajaran, Banten Kidul, dan Jogjakarta. Untuk kerajaan surakarta, labuhan dilaksanakan di pantai Parangkusumo Ada suatu cerita di Kabupaten Banyuwangi juga memiliki cerita rakyat yang hampir sama dengan cerita Nyai Roro Kidul. Kita ketahui bahwa cerita kisah Nyai Roro Kidul bermula pada masa Mataram Islam berkuasa. Pada saat Mataram dibawah kekuasaan Panembahan senopati 1575-1601 berambisi untuk menguasai Kerajaan Blambangan akhirnya tercapai juga. Sementara itu Adipati Pasuruan Kaninten berusaha memisahkan diri dari belenggu kekuasaan Mataram, akhirnya Adipati Kaninten bersekutu dengan Blambangan yang pada saat itu di pegang oleh Prabu Santoadmodjo. Akhirnya perang berkobar, Pasuruan dapat ditundukkan kembali namun Blambangan belum bisa dikuasai. Pada saat Mataram di pegang Sultan Agung telah menyerang Blambanagan hingga 3 kali, yaitu 1625, 1636, dan 1639 Masehi (Oetomo, 1987: 27-29). Pada tahun terakhir tersebut pasukan Mataram dibawah pimpinan Pangeran Selarong berhasil menaklukan Blambangan pada tahun. Sebelum menaklukan Blambangan, Sultan Agung terlebih dahulu menyerang daerah sekitarnya. Adapun cerita rakyat asal muasal Banyuwangi adalah sebagai berikut. Di Ujung Timur Pulau Jawa dikisahkan bahwa pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pada saat berburu Raden Banterang mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan dan terpisah dengan para pengiringnya. Tibalah dia di sebuah sungai yang sangat bening airnya dan meminum air sungai tersebut hingga merasa hilang dahaganya. Namun baru beberapa saat akan meninggalkan sungai, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita. Raden Banterang pun berrkenalan dengan gadis cantik itu yang memiliki nama Surati berasal dari kerajaan Klungkung. Putri Surati di wilayah ini karena menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya gugur dalam peperangan tersebut. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan menikah. Pada suatu hari, Raden Banterang sedang berburu di hutan dan puteri Raja Klungkung berjalan-jalan ke luar istana sendirian tiba-tiba bertemu dengan kakak kandungnya dengan menggunakan pakaian compang-camping bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahnya. Namun Surati menolak ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah dan sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. Pesan Rupaksa agar ikat kepala tersebut supaya di simpan di tempat tidurnya. Pada saat Raden Banterang sedang berburu di hutan bertemu dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Lelaki tersebut memberitahukan bahwa keselamatannya terancam bahaya dengan bukti agar Raden Banterang melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik istrinya dari lelaki yang dimintai tolong untuk membunuhnya. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. Ternyata benar ikat kepala tersebut ada di tempat tidur mereka. Dengan adanya bukti tersebut Raden Banterang berusaha mencelakai dan membunuh istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan hal yang sama tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Surati pun menjelaskan bahwa yang memberi sebuah ikat kepala kepadanya tidak lain adalah kakak kandungnya. Namun Raden tetap pada pendiriannya untuk membunuhnya. Sebelum dibunuh Surati berpesan bila air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, maka dia tidak bersalah dan tetap keruh dan bau busuk dia bersalah. Raden Banterang tetap menganggap ucapan istrinya itu hanyalah bualan belaka. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar menyesali perbuatannya dan meratapi kematian istrinya. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi. Apabila dibandingkan antara Kisah Nyai Roro Kidul dan Cerita terjadinya Banyuwangi maka terdapat kesamaan atu kemiripan kisah tersebut. Versi Pajajaran, Banten, Surakarta, Jogjakarta dan Babad Tanah Jawa dengan kode (I), sedangkan Versi Banyuwangi dengan kode (II) (I)Versi Pajajaran,Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah sama dengan versi Banten Kidul. Versi Jogjakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa. Versi Surakarta, putri Pangedog menangis di hadapan kakeknya (II)Putri Surati mengusi ke ujung timur Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya, Raja Klungkung gugur dalam peperangan. (I) Versi Pajajaran,Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan sama dengan versi Banten Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa. (II)Putri Surati Meninggalkan Kerajaan Klungkung hingga sampai di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu. (I) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Versi surakarta, Putri pangedong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi sedangkan versi Banten Kidul belajar olah raga. (II)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang. Akhirnya Raden Banterang segera menolong dan menikahinya. (I)Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan dan penyakit menjadi sembuh. Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri Loro Kidul mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi surakarta, kakeknya mengabulkan permintaan Putri Pangedong dengan syarat dia harus berubah menjadi makluk halus. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertarung diatas gelombang air laut selatan. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit, kemudian ke laut selatan(II)Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. (I)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta, Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa. Versi Banten Kidul: Putri Kadita menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta bahwa Ratu Pangedong di beri wilayah oleh ayahnya untuk menjadi penguasa Laut Selatan(II)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai. Melihat persamaan antara cerita Nyai Roro Kidul dengan Kisah Surati (Banyuwangi) tidak menutup kemungkinan cerita tersebut di bawa oleh orang Jawa (Mataram Islam) pada saat Kerajaan Blambangan di kuasai oleh Mataram Islam. Cerita rakyat akan Banyuwangi juga selalu dikaitkan dengan cerita yang berada di relief-relief Candi yaitu Cerita Sri Tanjung. Cerita relief Sri Tanjung terdapat di area Komplek Candi Penataran dan Candi Surowono dll. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut. Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorang turunan Pandawa yang mengabdi pada prabu Sulakarma di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidopaksa diutus sang prabu untuk mencari obat ke tempat seorang begawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas.Obat pesanan sang prabu memang tidak diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang begawan yang bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang memang cantik rupawan. Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak senonoh. Dicarinya akal untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus kekhayangan dengan maksud supaya dibunuh para dewa sesuai dengan bunyi surat yang dibawakannya. Memang dikhayangan Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa menyebut-nyebut nama Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah keluarga sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat. Sementara Sidapaksa berangkat ke khayangan, prabu Sulakrama berusaha menggoda Sri Tanjung akan tetapi tidak berhasil. Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakannya bahwa selama ia pergi kekhayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarahannya istrinya kemudian dibunuh. Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas. Di sana ia bertemu dengan Betari Durga, karena belum waktunya meninggal maka sang betari ia dihidupkan kembali. Sri Tanjung kemudian kembali ke Desa Prangalas.Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah sebagaimana diucapkan sesaat sebelum merenggang nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri. Kemudian datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke Desa Prangalas untuk menemui Sri Tanjung. Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali asal Sidapaksa dapat memenggal kepala Prabu Sulakrama. Permintaan tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki (keset = bahasa Jawa) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia (Wisnoewhardono, 1995: 19-21). Adapun persamaannya akan saya kode sebagai berikut: Versi Sri Tanjung(I)Versi Nyai Roro Kidul(II)Versi Surati (Banyuwangi)(III) (I)Fitnah Sulakrama membuat Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. akhirnya dia melakukan perjalanan ke alam roh.(II) Versi pajajaran: Prabu Mundingwesi mengusir anaknya dari keraton hal ini sama dengan Versi Banten Kidul. Versi Jgjakarta, Nyi Loro di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Versi surakarta, Putri Pangendong menagis di hadapan kakeknya. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari.(III)Putri Surati mengusi ke ujung timur Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya, Raja Klungkung gugur dalam peperangan. (I) Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh (II) Putri Kadita berjalan menuju selatan sampai laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita menyusuri sungai hingga ke selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan. Versi Surakarta: Putri Pangedong menemui kakeknya. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwinda pergi ke pantai selatan Jawa(III) Putri Surati tiba di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu. (I) Di alam roh Sri Tanjung bertemu dengan Betari Durga / Sri Tanjung Menikah dengan Sidapaksa(II) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertapa dan memiliki ilmu kesaktian. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi didatangi oleh seorang dewa. Versi Surakarta: Putri Pangendong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi(III)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang dan menikah. (I) Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas.(II) Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Versi Banten Selatan, Putri Kandita bertarung di atas gelombang laut selatan. Versi Jogjakarta: Lara Kidul tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit, kemudian ke laut selatan. Versi Surakarta, permintaan Putri Pangedong dikabulkan kakeknya namun harus menjadi makluk halus(III)Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. (I)Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Batari durga, membalas dendam kepada raja, dan hidupnya bahagia kembali(II)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Banten selatan Putri Kandita menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta, Putri Pangedong oleh ayahnya di angkat dan diberi wilayah bagian selatan yaitu di Laut selatan. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa.(III)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila kisah cerita Nyai Roro Kidul begitu terkenal dan melekat dihati masyarakat sekarang karena cerita tersebut pada masa tahun 1400 sudah terdapat sebuah cerita mengenai kisah Sri Tanjung yang telah digemari oleh kalayak luas pada masa lampau, bahkan kemungkinan sebelumnya sudah ada cerita tentang tema tersebut.Cerita Nyai Roro Kidul dan Cerita Surati (Banyuwangi) yang boleh jadi digubah sesuai dengan cerita Sri Tanjung, mengingatkan kita akan cerita relief di Parthitaan Jolotundo, yaitu kisah Margawati. Adapun kisahnya sebagai berikut. Adan tokoh Raja yang bernama Sahasranika yang memerintah Kerajaan Vatsa di Kota Kausambi. Dia termasuk keluarga Pandawa keturunan dari Arjuna. Suatu saat raja mengundang Dewa Indra dalam rangka untuk menghadiri perkawinannya dengan Mrgawati, adik Raja Ayodya. Ketika keluar dari persemayaman Dewa Indra, dia bertemu dengan Bidadari Tilottama yang jatuh cinta kepadanya. Raja tidak mempedulikannya, maka marahlah Bidadari Tilottama dan mengutuk Sahasranika, bahwa raja kelak akan berpisah dengan istrinya selama 14 tahun dan didengar oleh Matali, kereta kuda Dewa Indra. Suatu saat ketika Mrgawati mengandung dan mandi di kolam yang airnya berwarna merah. Pada saat itulah Mrgawati diculik oleh seekor Burung Garuda. Melihat kejadian tersebut raja pingsan. Setelah siuman raja berusaha menangkap Burung Garuda itu tetapi tidak berhasil. Raja kemudian mendengar kutukan Tilottama dari Matali. Kemudian raja sadar bahwa kutukan itu sedang terjadi.Sementara itu Mrgawati di bawa Burung Garuda ke puncak gunung dan tinggal bersama para hantu di rumah Jamadgani. Di rumah itu pula akhirnya Mrgawati melahirkan anak laki-laki. Kemudian Burung Garuda meneriakkan bahwa telah lahir seorang pangeran bernama Udayana dan anak itu akan memerintah seluruh Vidyadharas. #SabdaPalon

 NYI RORO KIDUL

Ratu Laut Selatan Jawa



√ Sabda_Palon.Com 

Sejarah Kisah Cerita Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul adalah sebuah cerita legendaris Indonesia, yang dikenal sebagai Ratu Laut Selatan Jawa (Samudera Hindia atau Samudra selatan dari pulau Jawa) Dia juga disebut sebagai permaisuri dari Sultan Mataram, dimulai dengan Senopati dan berlanjut sampai sekarang. Nyai Roro Kidul memiliki banyak nama yang berbeda, yang mencerminkan beragam cerita-cerita asal di banyak kisah-kisah, legenda, mitos dan tradisional cerita rakyat.


Nyi Roro Kidul


Menurut Babad Tanah Jawi (abad ke-19), menceritakan tentang adanya seorang raja di Pajajaran yang bernama Raja Mudingsari memiliki putri bernama Ratna Suwinda, putri ini memiliki kegemaran bertapa, sehingga pangeran-pangeran yang meminangnya di tolak semua. Hal ini membuat Raja Mudingsari marah dan mengusirnya. Ratna Suwinda mengembara bertujuan untuk mencari tempat yang cocok untuk bertapa, akhirnya sampailah di Gunung Kumbang dan bertapa dipuncak gunung tersebut, dipuncak gunung terdapat sebuah pohon cemara yang digunakan oleh Dewi Ratna Suwinda bila beralih rupa menjadi laki-laki dengan nama Hajar Cemoro Tunggal. Ada seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa berubah menjadi seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan adik kakek Joko Suruh, bernama Ratna Suwinda, menolak cintanya. Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian (Sholikhin, 2009 : 88-89).


Disini akan diceritakan dalam versi cerita rakyat Pajajaran, hal ini dikarenakan di ujung timur Pulau Jawa kita akan menemukan kembali kisah tersebut. Adapun kisah cerita dimulai dari versi rakyat Pajajaran adalah sebagai berikut:


Suatu ketika pada masa Prabu Mundingwesi memerintah di Kerajaan Pajajaran, telah memiliki seorang anak perempuan cantik. Ia dinamai Putri Kadita atau Putri Srengenge. Namun Prabu Mundingwesi menginginkan anak laki-laki maka Raja pun menikah lagi dengan dewi Mutiara dan memiliki anak laki-laki. Pada suatu ketika Dewi Mutiara berkata kepada sang Prabu bahwa kelak yang menjadi raja adalah anak hasil keturunannya dan supaya mengusir Kandita dari keratin, namun Prabu Mundingwesi menolaknya. Akhirnya Dewi Mutiara menenun Kadita menjadi berwajah jelek dan berbisul serta bau. Di bawah pengaruh Dewi Mutiara dan Patihnya, Prabu Mundingwesi pun mengusir anak dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan. Dalam kondisi tersebut, Putri Kadita pergi tanpa tujuan. Putri Kadita terus berjalan menuju selatan hingga sampai di Laut Selatan. Putri Kadita memandang laut tersebut, tiba-tiba ada suara yang menyuruhnya terjun kelaut. Putri Kadita langsung melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Saat berenang penyakitnya hilang seketika. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga beroleh kekuatan gaib serta menguasai Laut Selatan. Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul = selatan), atau Nyai Roro Kidul sang Ratu Penguasa Laut Selatan (Sholikhin, 2009 : 85-87).


Dari versi Keraton Yogyakarta, Nyi Loro Kidul sebenarnya adalah putra (anak) dari seorang begawan bernama Abdi Waksa Geni. Ia berasal dari keluarga dengan dua bersaudara. Saudara kandungnya bernama Nawangsari, sedangkan nama dia yang sesungguhnya tidak diketahui. Awalnya, sewaktu masih menjadi manusia biasa Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa. Sedangkan saudara kandungnya sangat cantik. Kondisi ini membuat Nyi Loro kidul merasa minder bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Karena ayahnya seorang abdi, maka ayahnya selalu mengingatkan ia untuk tidak bersikap demikian. Sebagai usaha menghilangkan perasaan minder itu, ayah Nyi Loro Kidul meminta ia agar mandi dan bertapa di laut selatan. Pada saat mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik, dengan syarat dia harus mau diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain.


Maka jadilah ia seorang yang cantik dan menguasai Kerajaan Laut Selatan, seperti yang dipercaya orang sampai saat ini. Keterkaitan antara kerjaan Mataram dengan Nyi Loro Kidul bermula pada saat sang raja ditawari menikah denganya. Ratu kidul sangat tergila-gila pada sang raja yang memiliki wajah yang sangat tampan. Pertemuan Nyi Loro Kidul dengan raja Mataram bermula pada saat sang raja bertapa di pantai Parangkusumo. Saat bertapa itu ratu Laut Kidul menemui Sang raja. Ratu Laut kidul menyukai sang raja dan mengatakan bahwa jika raja mau menjadi suaminya ia berjanji akan membantu menjaga kerajaan mataram sampai akhir hayatnya, bahkan sampai kiamat.


Sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Nyi Loro Kidul, pihak keraton selalu mengadakan suatu kegiatan sebagai upacara untuk menghormati Sang Ratu. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan labuhan yang dilaksanakan di pantai selatan. Labuhan yang dilaksanakan oleh Raja Yogyakarta dilaksanakan di Parangtritis. Upacara menghormati Nyai Roro Kidul ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang memiliki daerah dengan batas Samudra Hindia atau Laut Selatan.


Dari uraian dua versi di atas, dapat disimpulkan beberapa persamaan akan kisah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.


1. versi Pajajaran; Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah. Versi Jojakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa.


2. versi Pajajaran: Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa.


3. Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat mandi Nyai Loro didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwida bertapa agar hidup abadi.


4. Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Penyakitnya menjadi sembuh.Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi Babad Tanah Jawi Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ke laut selatan namun dengan syarat menjadi makluk halus.


5. versi Pajajaran: Sang putri Kandita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jgjakarta: Nyai Loro diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwida menjadi penguasa Laut selatan Jawa.


Selain Versi Pajajaran dan Versi Jogjakarta, terdapat pula versi dari kalangan masyarakat Banten Kidul yang hampir mirip kisahnya,disebutkan bahwa gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan. diantaranya diceritakan sebagai berikut.


Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri kinasih dari Prabu Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya. Oleh karena itu,tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi.Sikap Prabu Siliwangi yang begitu menyayangi Putri Kandita telah menumbuhkan kecemburuan dari selir dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan itu yang kemudian melahirkan persengkokolan di kalangan mereka untuk menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana Pakuan Pajajaran.Rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam sehingga Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Di sekujur tubuhnya, yang semula sangat mulus dan bersih, timbul luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir). Akibat penyakitnya itu, Prabu Siliwangi mengucilkan mereka meskipun masih tetap berada di lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir dan putra-putrinya, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir mereka dari istana Pakuan Pajajaran.


Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu. Setelah merasa puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya. Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu.Dalam kesendiriannya, ia kemudian melatih olah kanuragan. Selama itu pula, Putri Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang. Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan melihat laut. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut wilayah selatan wilayah Pakuan Pajajaran.


Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran itu asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung di atas gelombang laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan


Kisah Nyai Roro Kidul tersebut merupakan cerita rakyat yang di beritakan secara turu-temurun oleh masyarakat Jawa hingga sekarang, menarik sekali untuk dikaji, hal ini di karenakan berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro dari Keraton Surakarta memberitakan kisah Nyai Roro Kidul sebagai berikut.


Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan pusat kerajaan para lelembut (mahluk halus) dengan Sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya. Berdasarkan keyakinannya akan daerah itu, Raden Panji Sekar Taji melakukan pembabatan hutan sehingga pohon waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si Raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa senang dan dapat menyempurnakan hidupnya dengan langsung musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian langsung masuk ke tubuh Raden Panji Sekar Taji sehingga menjadikan dirinya bertambah sakti.


Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya. Setelah dewasa ia benar-benar menjadi wanita yang cantik tanpa cacat atau sempurna dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan dengan menangis memohon kepada eyangnya agar kecantikan yang dimilikinya tetap abadi. Dengan kesaktian eyang Sindhula, akhirnya permohonan Ratu Pagedongan wanita yang cantik, tidak pernah tua atau keriput dan tidak pernah mati sampai hari kiamat dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi mahluk halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang dapat mengalahkannya).


Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan.


Versi Keraton Surakarta ini juga memiliki kemiripan akan kisahnya dengan cerita rakyat dari Pajajaran, Banten Kidul, dan Jogjakarta. Untuk kerajaan surakarta, labuhan dilaksanakan di pantai Parangkusumo


Ada suatu cerita di Kabupaten Banyuwangi juga memiliki cerita rakyat yang hampir sama dengan cerita Nyai Roro Kidul. Kita ketahui bahwa cerita kisah Nyai Roro Kidul bermula pada masa Mataram Islam berkuasa. Pada saat Mataram dibawah kekuasaan Panembahan senopati 1575-1601 berambisi untuk menguasai Kerajaan Blambangan akhirnya tercapai juga. Sementara itu Adipati Pasuruan Kaninten berusaha memisahkan diri dari belenggu kekuasaan Mataram, akhirnya Adipati Kaninten bersekutu dengan Blambangan yang pada saat itu di pegang oleh Prabu Santoadmodjo. Akhirnya perang berkobar, Pasuruan dapat ditundukkan kembali namun Blambangan belum bisa dikuasai. Pada saat Mataram di pegang Sultan Agung telah menyerang Blambanagan hingga 3 kali, yaitu 1625, 1636, dan 1639 Masehi (Oetomo, 1987: 27-29). Pada tahun terakhir tersebut pasukan Mataram dibawah pimpinan Pangeran Selarong berhasil menaklukan Blambangan pada tahun. Sebelum menaklukan Blambangan, Sultan Agung terlebih dahulu menyerang daerah sekitarnya.


Adapun cerita rakyat asal muasal Banyuwangi adalah sebagai berikut.


Di Ujung Timur Pulau Jawa dikisahkan bahwa pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pada saat berburu Raden Banterang mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan dan terpisah dengan para pengiringnya. Tibalah dia di sebuah sungai yang sangat bening airnya dan meminum air sungai tersebut hingga merasa hilang dahaganya. Namun baru beberapa saat akan meninggalkan sungai, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita. Raden Banterang pun berrkenalan dengan gadis cantik itu yang memiliki nama Surati berasal dari kerajaan Klungkung. Putri Surati di wilayah ini karena menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya gugur dalam peperangan tersebut. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan menikah. Pada suatu hari, Raden Banterang sedang berburu di hutan dan puteri Raja Klungkung berjalan-jalan ke luar istana sendirian tiba-tiba bertemu dengan kakak kandungnya dengan menggunakan pakaian compang-camping bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahnya. Namun Surati menolak ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah dan sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. Pesan Rupaksa agar ikat kepala tersebut supaya di simpan di tempat tidurnya.


Pada saat Raden Banterang sedang berburu di hutan bertemu dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Lelaki tersebut memberitahukan bahwa keselamatannya terancam bahaya dengan bukti agar Raden Banterang melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik istrinya dari lelaki yang dimintai tolong untuk membunuhnya. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. Ternyata benar ikat kepala tersebut ada di tempat tidur mereka. Dengan adanya bukti tersebut Raden Banterang berusaha mencelakai dan membunuh istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan hal yang sama tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Surati pun menjelaskan bahwa yang memberi sebuah ikat kepala kepadanya tidak lain adalah kakak kandungnya. Namun Raden tetap pada pendiriannya untuk membunuhnya.


Sebelum dibunuh Surati berpesan bila air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, maka dia tidak bersalah dan tetap keruh dan bau busuk dia bersalah. Raden Banterang tetap menganggap ucapan istrinya itu hanyalah bualan belaka. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar menyesali perbuatannya dan meratapi kematian istrinya. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.


Apabila dibandingkan antara Kisah Nyai Roro Kidul dan Cerita terjadinya Banyuwangi maka terdapat kesamaan atu kemiripan kisah tersebut.


Versi Pajajaran, Banten, Surakarta, Jogjakarta dan Babad Tanah Jawa dengan kode (I), sedangkan Versi Banyuwangi dengan kode (II)


(I)Versi Pajajaran,Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah sama dengan versi Banten Kidul. Versi Jogjakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa. Versi Surakarta, putri Pangedog menangis di hadapan kakeknya (II)Putri Surati mengusi ke ujung timur Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya, Raja Klungkung gugur dalam peperangan.


(I) Versi Pajajaran,Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan sama dengan versi Banten Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa. (II)Putri Surati Meninggalkan Kerajaan Klungkung hingga sampai di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.


(I) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Versi surakarta, Putri pangedong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi sedangkan versi Banten Kidul belajar olah raga. (II)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang. Akhirnya Raden Banterang segera menolong dan menikahinya.



(I)Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan dan penyakit menjadi sembuh. Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri Loro Kidul mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi surakarta, kakeknya mengabulkan permintaan Putri Pangedong dengan syarat dia harus berubah menjadi makluk halus. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertarung diatas gelombang air laut selatan. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit, kemudian ke laut selatan(II)Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.


(I)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta, Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa. Versi Banten Kidul: Putri Kadita menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta bahwa Ratu Pangedong di beri wilayah oleh ayahnya untuk menjadi penguasa Laut Selatan(II)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai.


Melihat persamaan antara cerita Nyai Roro Kidul dengan Kisah Surati (Banyuwangi) tidak menutup kemungkinan cerita tersebut di bawa oleh orang Jawa (Mataram Islam) pada saat Kerajaan Blambangan di kuasai oleh Mataram Islam. Cerita rakyat akan Banyuwangi juga selalu dikaitkan dengan cerita yang berada di relief-relief Candi yaitu Cerita Sri Tanjung. Cerita relief Sri Tanjung terdapat di area Komplek Candi Penataran dan Candi Surowono dll. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.


Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorang turunan Pandawa yang mengabdi pada prabu Sulakarma di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidopaksa diutus sang prabu untuk mencari obat ke tempat seorang begawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas.Obat pesanan sang prabu memang tidak diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang begawan yang bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang memang cantik rupawan. Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak senonoh. Dicarinya akal untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus kekhayangan dengan maksud supaya dibunuh para dewa sesuai dengan bunyi surat yang dibawakannya. Memang dikhayangan Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa menyebut-nyebut nama Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah keluarga sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat. Sementara Sidapaksa berangkat ke khayangan, prabu Sulakrama berusaha menggoda Sri Tanjung akan tetapi tidak berhasil.


Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakannya bahwa selama ia pergi kekhayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarahannya istrinya kemudian dibunuh. Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas. Di sana ia bertemu dengan Betari Durga, karena belum waktunya meninggal maka sang betari ia dihidupkan kembali. Sri Tanjung kemudian kembali ke Desa Prangalas.Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah sebagaimana diucapkan sesaat sebelum merenggang nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri. Kemudian datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke Desa Prangalas untuk menemui Sri Tanjung. Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali asal Sidapaksa dapat memenggal kepala Prabu Sulakrama. Permintaan tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki (keset = bahasa Jawa) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia (Wisnoewhardono, 1995: 19-21).


Adapun persamaannya akan saya kode sebagai berikut: Versi Sri Tanjung(I)Versi Nyai Roro Kidul(II)Versi Surati (Banyuwangi)(III)


(I)Fitnah Sulakrama membuat Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. akhirnya dia melakukan perjalanan ke alam roh.(II) Versi pajajaran: Prabu Mundingwesi mengusir anaknya dari keraton hal ini sama dengan Versi Banten Kidul. Versi Jgjakarta, Nyi Loro di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Versi surakarta, Putri Pangendong menagis di hadapan kakeknya. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari.(III)Putri Surati mengusi ke ujung timur Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya, Raja Klungkung gugur dalam peperangan.


(I) Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh (II) Putri Kadita berjalan menuju selatan sampai laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita menyusuri sungai hingga ke selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan. Versi Surakarta: Putri Pangedong menemui kakeknya. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwinda pergi ke pantai selatan Jawa(III) Putri Surati tiba di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.


(I) Di alam roh Sri Tanjung bertemu dengan Betari Durga / Sri Tanjung Menikah dengan Sidapaksa(II) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertapa dan memiliki ilmu kesaktian. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi didatangi oleh seorang dewa. Versi Surakarta: Putri Pangendong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi(III)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang dan menikah.


(I) Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas.(II) Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Versi Banten Selatan, Putri Kandita bertarung di atas gelombang laut selatan. Versi Jogjakarta: Lara Kidul tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit, kemudian ke laut selatan. Versi Surakarta, permintaan Putri Pangedong dikabulkan kakeknya namun harus menjadi makluk halus(III)Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.


(I)Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Batari durga, membalas dendam kepada raja, dan hidupnya bahagia kembali(II)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Banten selatan Putri Kandita menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta, Putri Pangedong oleh ayahnya di angkat dan diberi wilayah bagian selatan yaitu di Laut selatan. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa.(III)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai.


Oleh karena itu tidak mengherankan apabila kisah cerita Nyai Roro Kidul begitu terkenal dan melekat dihati masyarakat sekarang karena cerita tersebut pada masa tahun 1400 sudah terdapat sebuah cerita mengenai kisah Sri Tanjung yang telah digemari oleh kalayak luas pada masa lampau, bahkan kemungkinan sebelumnya sudah ada cerita tentang tema tersebut.Cerita Nyai Roro Kidul dan Cerita Surati (Banyuwangi) yang boleh jadi digubah sesuai dengan cerita Sri Tanjung, mengingatkan kita akan cerita relief di Parthitaan Jolotundo, yaitu kisah Margawati. Adapun kisahnya sebagai berikut.


Adan tokoh Raja yang bernama Sahasranika yang memerintah Kerajaan Vatsa di Kota Kausambi. Dia termasuk keluarga Pandawa keturunan dari Arjuna. Suatu saat raja mengundang Dewa Indra dalam rangka untuk menghadiri perkawinannya dengan Mrgawati, adik Raja Ayodya. Ketika keluar dari persemayaman Dewa Indra, dia bertemu dengan Bidadari Tilottama yang jatuh cinta kepadanya. Raja tidak mempedulikannya, maka marahlah Bidadari Tilottama dan mengutuk Sahasranika, bahwa raja kelak akan berpisah dengan istrinya selama 14 tahun dan didengar oleh Matali, kereta kuda Dewa Indra. Suatu saat ketika Mrgawati mengandung dan mandi di kolam yang airnya berwarna merah. Pada saat itulah Mrgawati diculik oleh seekor Burung Garuda. Melihat kejadian tersebut raja pingsan. Setelah siuman raja berusaha menangkap Burung Garuda itu tetapi tidak berhasil.


Raja kemudian mendengar kutukan Tilottama dari Matali. Kemudian raja sadar bahwa kutukan itu sedang terjadi.Sementara itu Mrgawati di bawa Burung Garuda ke puncak gunung dan tinggal bersama para hantu di rumah Jamadgani. Di rumah itu pula akhirnya Mrgawati melahirkan anak laki-laki. Kemudian Burung Garuda meneriakkan bahwa telah lahir seorang pangeran bernama Udayana dan anak itu akan memerintah seluruh Vidyadharas.


#SabdaPalon

Raden Toemenggoeng Ario Soegondho dari Poerbolinggo bersama Raden Ajoe, Jateng (1930) Sumber : NMVW ✍️ Marjafri

 Raden Toemenggoeng Ario Soegondho dari Poerbolinggo bersama Raden Ajoe, Jateng (1930)




Sumber : NMVW


✍️ Marjafri

SERI PERADABAN MESOPOTAMIA KEKAISARAN BABILONIA LAMA DAN BABILONIA BARU A. ASAL USUL Babilonia atau lengkapnya disebut Kekaisaran Babilonia atau Negeri Babilonia, adalah negara dan daerah kebudayaan purba penutur bahasa Akkadia yang berlokasi di tengah kawasan selatan Mesopotamia (sekarang Irak dan Suriah). Pada 1894 SM, bangsa Amori mendirikan sebuah negara kecil dengan wilayah kedaulatan yang juga mencakup kota administratif Babilon. Babilonia pada mulanya hanyalah sebuah kota kecil daerah bawahan Kekaisaran Akkadia (2335–2154 SM). Keadaan ini berubah pada zaman Kekaisaran Babilonia Lama. Saat masa pemeritahan Hamurabi, Babilonia diperbesar dan dijadikan ibu kota . Ibu kota ini terus bertahan selama dan sesudah masa pemerintahan Hamurabi berkuasa, Babilonia disebut "Negeri Akkadia" (dalam bahasa Akkadia: Māt Akkadī) untuk mengenang kegemilangan Kerajaan Akkadia di masa lampau. Dalam Alkitab Kristen dan Alkitab Ibrani/Tanakh, kedua negara Babilonia dan ibu kota Babilon disebut sebagai Babel, atau lengkapnya Negeri Babel. Istilah "Babel" (Ibrani: בָּבֶל Bavel, Tib. בָּבֶל Bāḇel; bahasa Suryani: ܒܒܠ Bāwēl, bahasa Aram: בבל Bāḇel; dalam Arab: بَابِل Bābil) yang ditafsirkan dalam Kitab Kejadian sebagai "kekacaubalauan",[4] dari kata kerja bilbél (בלבל, "mengacau balaukan"). Peradaban / Kekaisaran Babilonia terbagi menjadi 2 (dua) periode. Yaitu Kekaisaran Babilonia Lama dan Kekaisaran Babilonia Baru. B. SEJARAH BABILONIA LAMA Kota Babilonia Lama terletak di di Mesopotamia, di wilayah lembah Eufrat dan Sungai Tigris. Kota ini dibangun sekitar sebelum abad ke-23 SM (sebelum Masehi). Kota ini disebut sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota dari Kerajaan Babilonia Lama. Kerajaan Babilonia Lama didirikan oleh bangsa Amoria pada tahun 1894 SM di bawah pemerintahan raja bangsa Amoria, Sumuabum. Sementara itu, Kerajaan Babilonia Lama membentang di sepanjang selatan Mesopotamia dan sebagian Assyria (utara Irak). Sejarah Babilonia lama banyak tercatat pada masa Raja Hammurabi (1792-1750 SM). Kota Babilonia kelak menjadi wilayah perdagangan dan administratif utama karena lokasinya yang strategis. Karena itu pula, kemakmuran dan prestise wilayah ini membuat bangsa-bangsa di sekitar saling berebut untuk menaklukkan. Hammurabi akhirnya berhasil menaklukkan kota Babilonia dan menjadikannya ibu kota kerajaan. PUNCAK KEJAYAAN BABILONIA LAMA Puncak kejayaan kerajaan Babilonia Lama tercapai pada masa pemerintahan Raja Hammurabi. Pada masa pemerintahan Hammurabi, kekuasaan Babilonia membentang dari Teluk Persia sampai seberang wilayah Turki saat ini (World History Encyclopedia). Hammurabi merumuskan dan mengkodifikasi hukum-hukum yang berlaku di Babilonia. Salah satu yang ditemukan yaitu code of law yang menjadi kitab hukum tertua di dunia. Hukum Hammurabi yang ditemukan ahli arkeologi Prancis M. Morgan sekitar tahun 1901 tersebut berupa tulisan hukum di atas lempengan batu. Lempengan tersebut berisi ketentuan mengenai hak dan kewajiban seluruh warga Kerajaan Babilonia Lama. Prinsip Hukum Hammurabi dalam lempeng tersebut yaitu 'hukuman mata untuk mata dan gigi untuk gigi'. Hukum Hammurabi memiliki pengaruh besar dalam penyusunan hukum bangsa Romawi. Hukum bangsa Romawi kelak menjadi dasar penyusunan hukum bangsa Eropa modern. Di samping itu, Hammurabi memperbesar dan meninggikan tembok kota dan menerapkan pekerjaan umum besar yang mencakup kuil dan kanal yang mewah dengan bantuan budak. Babilonia di masa kejayaannya merupakan kota yang paling terkenal dari peradaban kuno Mesopotamia dengan tembok-tembok kota dan bangunan yang megah. Hammurabi juga menjadikan diplomasi sebagai bagian integral dari pemerintahannya. Diplomasi dan perang di bawah pemerintahan Hammurabi membuat Mesopotamia di bawah kekuasaan Babilonia Lama pada tahun 1755 SM. AGAMA DI BABILONIA LAMA Seperti halnya Bangsa Sumeria, bangsa Amoria di Babilonia menganut politeisme. Bangsa Amoria percaya bahwa beragam peristiwa alam dan nasib manusia sudah digariskan para dewi, kepercayaan bangsa Amoria merupakan gabungan pengamatan ilmiah terhadap alam semesta serta cuaca dan tata cara pemujaan dewa-dewi pelindung dan sihir. Kepercayaan bangsa Amoria mengantarkan mereka mengenal astrologi. Dewa-dewi yang disembah bangsa Amoria sama dengan bangsa Sumeria, tetapi berbeda nama. Dewa tertinggi bangsa Amoria adalah Marduk. Dewa Kota Babilonia ini menjadi semakin penting seiring menguatkan kedudukan kota tersebut di Mesopotamia. Orang Amoria percaya bahwa Marduk adalah dewa bijaksana yang akan melindungi orang baik dan menghukum orang jahat. KERUNTUHAN BABILONIA LAMA Pemerintahan Hammurabi merasa terancam oleh orang-orang pegunungan di Gutium. Pemerintahan mereka lalu mengantisipasi dengan cara menyerang, tetapi tidak efektif. Sepuluh tahun dari penaklukan Hammurabi, di bawah kekuasaan penerusnya, Samsuilun pada 1743 SM, orang barbar Kassite turun dari Gutium dan melanggar batas Babilonia. Orang barbar Kassite lalu mendirikan rezim di Babilonia pada 1732. Setelah kematian Hammurabi, sejarah politik Babilonia Lama tidak banyak diketahui. Suku-suku kecil lalu menguasai wilayah di Babilonia bergantian. Wilayah Mesopotamia kemudian berhasil dikuasai oleh Kerajaan Assyria yang letaknya tidak jauh dari Kerajaan Babilonia Lama. C. SEJARAH BABILONIA BARU Istilah Babilonia Baru atau Kasdim berarti Babilonia yang berada di bawah kekuasaan dinasti Kasdim atau dinasti ke-11 yang dimulai dari revolusi Nabopolassar pada tahun 626 SM hingga invasi Koresh Agung pada tahun 539 SM, dengan penguasa terkenal di antaranya adalah Nebukadnezar II. Setelah matinya raja Ashurbanipal pada tahun 627 SM, kerajaan Asyur terpecah oleh pertikaian dan persaingan di intern kerajaan. Seorang jenderal Asyur, Sin-shum-lishir, memberontak dan menguasai Babilon, tetapi langsung digulingkan oleh tentara Asyur yang setia pada raja Ashur-etil-ilani. Babilon kemudian dikuasai oleh putra Ashurbanipal yang lain, Sin-shar-ishkun, yang mengangkat diri menjadi raja. Namun tidak lama kemudian Babilon memberontak dengan bantuan suku Kasdim (Bit Kaldu), yang dipimpin oleh Nabopolassar. Nabopolassar merebut tahta dan memulai dinasti Neo-Babilonian.. DAFTAR RAJA BABILONIA BARU  Nabopolassar atau Nabu-apla-usur 626 SM – 605 SM  Nebukadnezar atau Nabu-kudurri-usur II 605 SM – 562 SM  Ewil-Merodakh atau Amel-Marduk 562 SM – 560 SM  Nergal-sarezer atau Neriglissar 560 SM – 556 SM  Labashi-Marduk atau Labaši-Marduk 556 SM  Nabonidus atau Nabû-naʾid 556 SM – 539 SM  Belsyazar atau Bêl-šar-usur 549 SM – 539 SM PEMERINTAHAN NABOPOLASSAR (626 SM – 605 SM) Selama 3 tahun pertama, pemerintahan Nabopolassar tidak ada gangguan, dikarenakan saat itu ada perang saudara sengit antara raja Asyur Ashur-etil-ilani dan saudaranya Sin-shar-ishkun di Mesopotamia selatan. Setelah itu Tahun 623 SM, Sin-shar-ishkun membunuh saudaranya dalam Perang di Nippur, merebut tahta dan berusaha merebut Babilon dari Nabopolassar. Tetapi Nabopolassar berhasil memukul mundur serangan Asyur, dan bahkan tahun 616 SM malah menyerang Assur dan Arrapha, tetapi tidak berhasil. Dan Akhirnya pada tahun 612 SM Nabopolassar dan raja Media, Cyaxares, memimpin tentara gabungan menyerang Niniwe, mengepungnya selama 3 bulan dan merebutnya. Sejak itu Babilon menguasai Asyur dan wilayah bagian utara maupun baratnya. Seorang jenderal Asyur, Ashur-uballit II, menjadi raja Asyur dan mendirikan ibu kotanya di Harran. Nabopolassar dan sekutunya mengepung Ashur-uballit II di Harran tahun 608 SM dan merebutnya; Ashur-uballit II menghilang setelah ini. Raja Mesir, Firaun Nekho II menyerang pada tahun 609 SM dalam upaya yang terlambat untuk membantu sekutunya di Asyur. Nabopolassar (dibantu putra dan kelak penggantinya, Nebukadnezar II) selama tahun-tahun terakhir pemerintahannya terus mengusir orang-orang Mesir, yang dibantu tentara bayaran dari Yunani dan sisa tentara Asyur, dari Siria, Asia Kecil, bagian utara Arabia dan Israel. Nebukadnezar membuktikan kehandalannya dengan akhirnya mengalahkan tentara Mesir beserta sekutunya dalam perang di Carchemish tahun 605 SM. PUNCAK KEJAYAAN BABILONIA BARU Babilonia Baru mencapai kejayaan saat era pemerintahan Nebukadnezar II (604 SM – 562 SM ). Nebukadnezar II menjadi raja setelah ayahnya mangkat. Ia membangun semua kota-kota besar Babilonia dengan mewahnya. Ibu kotanya, Babilon, meliputi wilayah seluas 3 mil persegi, dikelilingi oleh rawa-rawa dan dua lapis dinding tebal. Sungai Eufrat mengalir di tengah kota, dihubungkan dengan jembatan batu yang indah. Di tengah kota ada ziggurat raksasa yang disebut Etemenanki, "Rumah perbatasan langit dan bumi," di sebelah kuil dewa Marduk. Selama pemerintahan Nebukadnezar berhasil menaklukkan beberapa daerah seperti Siria dan Fenisia, memaksa upeti dari Damaskus, Tirus dan Sidon. Ia juga menyerang Asia Kecil, di tanah "Hatti". Tahun 605 SM ia menduduki Yerusalem (penyerbuan pertama) dan mendapatkan upeti dari Yoyakim, raja Yehuda. Seperti Asyur, orang Babilonia berperang setiap tahun untuk menguasai jajahannya. Tahun 601 SM Nebukadnezar berperang lagi melawan Mesir. Tahun 599 SM ia menyerang Arabia dan mengalahkan mereka di Qedar. Tahun 597 SM ia menyerang Kerajaan Yehuda (penyerbuan pertama) dan merebut Yerusalem serta menawan raja Yoyakhin, membawanya dalam pembuangan, dan menempatkan Zedekia, paman Yoyakhin menjadi raja. Mengambil kesempatan perang antara Mesir dan Babilon, raja Zedekia mencoba memberontak. Setelah dikepung 18 bulan Yerusalem (penyerbuan pertama) direbut lagi tahun 587 SM, ribuan orang Yahudi dibuang ke Babel dan Bait Suci dihancurkan sampai rata tanah. Pada tahun 572 Nebukadnezar menguasai penuh Babilonia, Asyur, Fenisia, Israel, Filistin, Arabia utara dan sebagian Asia Kecil. Nebukadnezar terus berperang dengan Firaun Psamtik II dan Hofra (Apries) selama pemerintahannya, dan pada zaman Firaun Amasis II tahun 568 SM. KERUNTUHAN BABILONIA BARU Kejatuhan Babilonia Baru menandakan berakhirnya Kekaisaran Babilonia Baru setelah ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah pada tahun 539 SM. Belsyazar (549 SM - 539 SM) menjadi raja atas nama ayahnya, Nabonidus, selama 10 tahun ayahnya di pengasingan (menurut Tawarikh Nabonidus). Belsyazar merupakan seorang prajurit yang piawai, namun seorang politisi yang buruk. Semua ini membuatnya agak tidak populer di kalangan para kawulanya, khususnya imamat dan kelas militer. Di timur, Kekaisaran Akhemeniyah telah tumbuh semakin kuat. Pada tahun 539 SM, Nabonidus pulang ke Babilon untuk menghadapi ancaman serangan Koresh yang Agung, raja Persia, tetapi tidak berhasil menahan serbuan ini. Menurut Kitab Daniel, Belsyazar mati terbunuh pada malam tentara Persia berhasil masuk dan merebut ibu kota Babilon yang berdasarkan perhitungan waktu sejarah terjadi pada tanggal 15 Oktober 539 SM. Dalam catatan-catatan Babel maupun Persia, namanya tidak disebutkan lagi setelah tanggal ini. Koresh yang Agung akhirnya berhasil menaklukkan Babilonia Baru, mengubahnya menjadi koloni Persia Akhemeniyah. Koresh kemudian menyatakan sebagai penerus sah dari raja-raja Babilonia kuno. Sumber : Wikipedia, Kompas, dan berbagai sumber lain. Keterangan gambar : (atas) ilustrasi Babilonia Lama (bawah) menara babel peninggalan Babilonia Baru

 SERI PERADABAN MESOPOTAMIA


KEKAISARAN BABILONIA LAMA DAN BABILONIA BARU


A. ASAL USUL

Babilonia atau lengkapnya disebut Kekaisaran Babilonia atau Negeri Babilonia, adalah negara dan daerah kebudayaan purba penutur bahasa Akkadia yang berlokasi di tengah kawasan selatan Mesopotamia (sekarang Irak dan Suriah). Pada 1894 SM, bangsa Amori mendirikan sebuah negara kecil dengan wilayah kedaulatan yang juga mencakup kota administratif Babilon. Babilonia pada mulanya hanyalah sebuah kota kecil daerah bawahan Kekaisaran Akkadia (2335–2154 SM). Keadaan ini berubah pada zaman Kekaisaran Babilonia Lama. Saat masa pemeritahan Hamurabi, Babilonia diperbesar dan dijadikan ibu kota . Ibu kota ini terus bertahan selama dan sesudah masa pemerintahan Hamurabi berkuasa, Babilonia disebut "Negeri Akkadia" (dalam bahasa Akkadia: Māt Akkadī) untuk mengenang kegemilangan Kerajaan Akkadia di masa lampau. 



Dalam Alkitab Kristen dan Alkitab Ibrani/Tanakh, kedua negara Babilonia dan ibu kota Babilon disebut sebagai Babel, atau lengkapnya Negeri Babel. Istilah "Babel" (Ibrani: בָּבֶל Bavel, Tib. בָּבֶל Bāḇel; bahasa Suryani: ܒܒܠ Bāwēl, bahasa Aram: בבל Bāḇel; dalam Arab: بَابِل Bābil) yang ditafsirkan dalam Kitab Kejadian sebagai "kekacaubalauan",[4] dari kata kerja bilbél (בלבל, "mengacau balaukan"). 


Peradaban / Kekaisaran Babilonia terbagi menjadi 2 (dua) periode. Yaitu Kekaisaran Babilonia Lama dan Kekaisaran Babilonia Baru.


B. SEJARAH BABILONIA LAMA

Kota Babilonia Lama terletak di di Mesopotamia, di wilayah lembah Eufrat dan Sungai Tigris. Kota ini dibangun sekitar sebelum abad ke-23 SM (sebelum Masehi). Kota ini disebut sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota dari Kerajaan Babilonia Lama.

Kerajaan Babilonia Lama didirikan oleh bangsa Amoria pada tahun 1894 SM di bawah pemerintahan raja bangsa Amoria, Sumuabum. Sementara itu, Kerajaan Babilonia Lama membentang di sepanjang selatan Mesopotamia dan sebagian Assyria (utara Irak).


Sejarah Babilonia lama banyak tercatat pada masa Raja Hammurabi (1792-1750 SM). Kota Babilonia kelak menjadi wilayah perdagangan dan administratif utama karena lokasinya yang strategis. Karena itu pula, kemakmuran dan prestise wilayah ini membuat bangsa-bangsa di sekitar saling berebut untuk menaklukkan. Hammurabi akhirnya berhasil menaklukkan kota Babilonia dan menjadikannya ibu kota kerajaan.


PUNCAK KEJAYAAN BABILONIA LAMA

Puncak kejayaan kerajaan Babilonia Lama tercapai pada masa pemerintahan Raja Hammurabi. Pada masa pemerintahan Hammurabi, kekuasaan Babilonia membentang dari Teluk Persia sampai seberang wilayah Turki saat ini (World History Encyclopedia).


Hammurabi merumuskan dan mengkodifikasi hukum-hukum yang berlaku di Babilonia. Salah satu yang ditemukan yaitu code of law yang menjadi kitab hukum tertua di dunia.


Hukum Hammurabi yang ditemukan ahli arkeologi Prancis M. Morgan sekitar tahun 1901 tersebut berupa tulisan hukum di atas lempengan batu. Lempengan tersebut berisi ketentuan mengenai hak dan kewajiban seluruh warga Kerajaan Babilonia Lama.


Prinsip Hukum Hammurabi dalam lempeng tersebut yaitu 'hukuman mata untuk mata dan gigi untuk gigi'. Hukum Hammurabi memiliki pengaruh besar dalam penyusunan hukum bangsa Romawi. Hukum bangsa Romawi kelak menjadi dasar penyusunan hukum bangsa Eropa modern.


Di samping itu, Hammurabi memperbesar dan meninggikan tembok kota dan menerapkan pekerjaan umum besar yang mencakup kuil dan kanal yang mewah dengan bantuan budak. Babilonia di masa kejayaannya merupakan kota yang paling terkenal dari peradaban kuno Mesopotamia dengan tembok-tembok kota dan bangunan yang megah.


Hammurabi juga menjadikan diplomasi sebagai bagian integral dari pemerintahannya. Diplomasi dan perang di bawah pemerintahan Hammurabi membuat Mesopotamia di bawah kekuasaan Babilonia Lama pada tahun 1755 SM.


AGAMA DI BABILONIA LAMA

Seperti halnya Bangsa Sumeria, bangsa Amoria di Babilonia menganut politeisme. Bangsa Amoria percaya bahwa beragam peristiwa alam dan nasib manusia sudah digariskan para dewi, 

kepercayaan bangsa Amoria merupakan gabungan pengamatan ilmiah terhadap alam semesta serta cuaca dan tata cara pemujaan dewa-dewi pelindung dan sihir. Kepercayaan bangsa Amoria mengantarkan mereka mengenal astrologi.


Dewa-dewi yang disembah bangsa Amoria sama dengan bangsa Sumeria, tetapi berbeda nama. Dewa tertinggi bangsa Amoria adalah Marduk. Dewa Kota Babilonia ini menjadi semakin penting seiring menguatkan kedudukan kota tersebut di Mesopotamia. Orang Amoria percaya bahwa Marduk adalah dewa bijaksana yang akan melindungi orang baik dan menghukum orang jahat.


KERUNTUHAN BABILONIA LAMA

Pemerintahan Hammurabi merasa terancam oleh orang-orang pegunungan di Gutium. Pemerintahan mereka lalu mengantisipasi dengan cara menyerang, tetapi tidak efektif. Sepuluh tahun dari penaklukan Hammurabi, di bawah kekuasaan penerusnya, Samsuilun pada 1743 SM, orang barbar Kassite turun dari Gutium dan melanggar batas Babilonia. Orang barbar Kassite lalu mendirikan rezim di Babilonia pada 1732. Setelah kematian Hammurabi, sejarah politik Babilonia Lama tidak banyak diketahui. Suku-suku kecil lalu menguasai wilayah di Babilonia bergantian. Wilayah Mesopotamia kemudian berhasil dikuasai oleh Kerajaan Assyria yang letaknya tidak jauh dari Kerajaan Babilonia Lama.


C. SEJARAH BABILONIA BARU

Istilah Babilonia Baru atau Kasdim berarti Babilonia yang berada di bawah kekuasaan dinasti Kasdim atau dinasti ke-11 yang dimulai dari revolusi Nabopolassar pada tahun 626 SM hingga invasi Koresh Agung pada tahun 539 SM, dengan penguasa terkenal di antaranya adalah Nebukadnezar II. Setelah matinya raja Ashurbanipal pada tahun 627 SM, kerajaan Asyur terpecah oleh pertikaian dan persaingan di intern kerajaan. Seorang jenderal Asyur, Sin-shum-lishir, memberontak dan menguasai Babilon, tetapi langsung digulingkan oleh tentara Asyur yang setia pada raja Ashur-etil-ilani. Babilon kemudian dikuasai oleh putra Ashurbanipal yang lain, Sin-shar-ishkun, yang mengangkat diri menjadi raja. Namun tidak lama kemudian Babilon memberontak dengan bantuan suku Kasdim (Bit Kaldu), yang dipimpin oleh Nabopolassar. Nabopolassar merebut tahta dan memulai dinasti Neo-Babilonian..

DAFTAR RAJA BABILONIA BARU

 Nabopolassar atau Nabu-apla-usur 626 SM – 605 SM

 Nebukadnezar atau Nabu-kudurri-usur II 605 SM – 562 SM

 Ewil-Merodakh atau Amel-Marduk 562 SM – 560 SM

 Nergal-sarezer atau Neriglissar 560 SM – 556 SM

 Labashi-Marduk atau Labaši-Marduk 556 SM

 Nabonidus atau Nabû-naʾid 556 SM – 539 SM

 Belsyazar atau Bêl-šar-usur 549 SM – 539 SM


PEMERINTAHAN NABOPOLASSAR (626 SM – 605 SM)

Selama 3 tahun pertama, pemerintahan Nabopolassar tidak ada gangguan, dikarenakan saat itu ada perang saudara sengit antara raja Asyur Ashur-etil-ilani dan saudaranya Sin-shar-ishkun di Mesopotamia selatan.

Setelah itu Tahun 623 SM, Sin-shar-ishkun membunuh saudaranya dalam Perang di Nippur, merebut tahta dan berusaha merebut Babilon dari Nabopolassar. Tetapi Nabopolassar berhasil memukul mundur serangan Asyur, dan bahkan tahun 616 SM malah menyerang Assur dan Arrapha, tetapi tidak berhasil. Dan Akhirnya pada tahun 612 SM Nabopolassar dan raja Media, Cyaxares, memimpin tentara gabungan menyerang Niniwe, mengepungnya selama 3 bulan dan merebutnya. Sejak itu Babilon menguasai Asyur dan wilayah bagian utara maupun baratnya.

Seorang jenderal Asyur, Ashur-uballit II, menjadi raja Asyur dan mendirikan ibu kotanya di Harran. Nabopolassar dan sekutunya mengepung Ashur-uballit II di Harran tahun 608 SM dan merebutnya; Ashur-uballit II menghilang setelah ini.

Raja Mesir, Firaun Nekho II menyerang pada tahun 609 SM dalam upaya yang terlambat untuk membantu sekutunya di Asyur. Nabopolassar (dibantu putra dan kelak penggantinya, Nebukadnezar II) selama tahun-tahun terakhir pemerintahannya terus mengusir orang-orang Mesir, yang dibantu tentara bayaran dari Yunani dan sisa tentara Asyur, dari Siria, Asia Kecil, bagian utara Arabia dan Israel. Nebukadnezar membuktikan kehandalannya dengan akhirnya mengalahkan tentara Mesir beserta sekutunya dalam perang di Carchemish tahun 605 SM.


PUNCAK KEJAYAAN BABILONIA BARU

Babilonia Baru mencapai kejayaan saat era pemerintahan Nebukadnezar II (604 SM – 562 SM ). Nebukadnezar II menjadi raja setelah ayahnya mangkat. Ia membangun semua kota-kota besar Babilonia dengan mewahnya. Ibu kotanya, Babilon, meliputi wilayah seluas 3 mil persegi, dikelilingi oleh rawa-rawa dan dua lapis dinding tebal. Sungai Eufrat mengalir di tengah kota, dihubungkan dengan jembatan batu yang indah. Di tengah kota ada ziggurat raksasa yang disebut Etemenanki, "Rumah perbatasan langit dan bumi," di sebelah kuil dewa Marduk.

Selama pemerintahan Nebukadnezar berhasil menaklukkan beberapa daerah seperti Siria dan Fenisia, memaksa upeti dari Damaskus, Tirus dan Sidon. Ia juga menyerang Asia Kecil, di tanah "Hatti". Tahun 605 SM ia menduduki Yerusalem (penyerbuan pertama) dan mendapatkan upeti dari Yoyakim, raja Yehuda.

Seperti Asyur, orang Babilonia berperang setiap tahun untuk menguasai jajahannya. Tahun 601 SM Nebukadnezar berperang lagi melawan Mesir. Tahun 599 SM ia menyerang Arabia dan mengalahkan mereka di Qedar. Tahun 597 SM ia menyerang Kerajaan Yehuda (penyerbuan pertama) dan merebut Yerusalem serta menawan raja Yoyakhin, membawanya dalam pembuangan, dan menempatkan Zedekia, paman Yoyakhin menjadi raja. Mengambil kesempatan perang antara Mesir dan Babilon, raja Zedekia mencoba memberontak. Setelah dikepung 18 bulan Yerusalem (penyerbuan pertama) direbut lagi tahun 587 SM, ribuan orang Yahudi dibuang ke Babel dan Bait Suci dihancurkan sampai rata tanah.

Pada tahun 572 Nebukadnezar menguasai penuh Babilonia, Asyur, Fenisia, Israel, Filistin, Arabia utara dan sebagian Asia Kecil.

Nebukadnezar terus berperang dengan Firaun Psamtik II dan Hofra (Apries) selama pemerintahannya, dan pada zaman Firaun Amasis II tahun 568 SM.


KERUNTUHAN BABILONIA BARU

Kejatuhan Babilonia Baru menandakan berakhirnya Kekaisaran Babilonia Baru setelah ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah pada tahun 539 SM. Belsyazar (549 SM - 539 SM) menjadi raja atas nama ayahnya, Nabonidus, selama 10 tahun ayahnya di pengasingan (menurut Tawarikh Nabonidus). Belsyazar merupakan seorang prajurit yang piawai, namun seorang politisi yang buruk. Semua ini membuatnya agak tidak populer di kalangan para kawulanya, khususnya imamat dan kelas militer. Di timur, Kekaisaran Akhemeniyah telah tumbuh semakin kuat. Pada tahun 539 SM, Nabonidus pulang ke Babilon untuk menghadapi ancaman serangan Koresh yang Agung, raja Persia, tetapi tidak berhasil menahan serbuan ini. Menurut Kitab Daniel, Belsyazar mati terbunuh pada malam tentara Persia berhasil masuk dan merebut ibu kota Babilon yang berdasarkan perhitungan waktu sejarah terjadi pada tanggal 15 Oktober 539 SM. Dalam catatan-catatan Babel maupun Persia, namanya tidak disebutkan lagi setelah tanggal ini. Koresh yang Agung akhirnya berhasil menaklukkan Babilonia Baru, mengubahnya menjadi koloni Persia Akhemeniyah. Koresh kemudian menyatakan sebagai penerus sah dari raja-raja Babilonia kuno. 



Sumber : Wikipedia, Kompas, dan berbagai sumber lain.

Keterangan gambar : (atas) ilustrasi Babilonia Lama (bawah) menara babel peninggalan Babilonia Baru

Salah satu film karya sutradara Usmar Ismail di tahun 1960-an. Film yang bertajuk "Pedjuang" ini mengambil latar kisah pada tahun 1947. Dengan durasi 152 menit, film ini menyajikan Perjuangan Letnan Amin (Rendra Karno), Sersan Mayor Imron (Bambang Hemanto), Kopral Seno (Bambang Irawan) dan Irma (Chitra Dewi). Kisah perjuangan para anggota militer ini yaitu mempertahankan sebuah jembatan yang sangat strategis. Dalam alur ceritanya juga dibumbui dengan kisah cinta segitiga antara Letnan Amin, Serma Imron dan Irma. Sumber: Berita Indonesia, 7 Desember 1961 Halaman 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #Film #Pedjuang

 Salah satu film karya sutradara Usmar Ismail di tahun 1960-an. Film yang bertajuk "Pedjuang" ini mengambil latar kisah pada tahun 1947. Dengan durasi 152 menit, film ini menyajikan Perjuangan Letnan Amin (Rendra Karno), Sersan Mayor Imron (Bambang Hemanto), Kopral Seno (Bambang Irawan) dan Irma (Chitra Dewi). Kisah perjuangan para anggota militer ini yaitu mempertahankan sebuah jembatan yang sangat strategis. Dalam alur ceritanya juga dibumbui dengan kisah cinta segitiga antara Letnan Amin, Serma Imron dan Irma. 



Sumber: Berita Indonesia, 7 Desember 1961 Halaman 4. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)


#Film

#Pedjuang

 Mengenal Sosok Panglima TNI Jendral Soedirman Biografi Jenderal Sudirman. Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan. Profil dan Biografi Jendral Besar Sudirman Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini. Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini. Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang. Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya. Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang. Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi. Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

 

Mengenal Sosok Panglima TNI Jendral Soedirman


Biografi Jenderal Sudirman. Dikenal sebagai salah satu pahlawan Indonesia, jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Besar Soedirman menurut Ejaan Soewandi dibaca Sudirman, Ia merupakan salah satu orang yang memperoleh pangkat bintang lima selain Soeharto dan A.H Nasution. Jenderal besar Indonesia ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.



Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.


Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.


Profil dan Biografi Jendral Besar Sudirman

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).


Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.


Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.


Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.


Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat.


Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.


Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya.


Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.


Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.


Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.


Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa.


Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.


Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.


Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan.


Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Mayor Pangeran Raden Mas Brototanjo (kedua dari kanan) dan perwira Legiun Mangkoe Nagoro lainnya - Surakarta - 1922-1925 Pencipta/lainnya Albert Rusche & Co., NV (Solo) Catatan Sumber: Brototanjo, P.R.M. Legiun Mangkoe Nagoro / H.F. Aukes. - Bandung : A.C. Nix and Co. . - 1935 halaman judul: Dipersembahkan oleh para Legiun kepada Tuhan Yang Maha Tercinta: D.K. Schrek, Kapten Pemimpin b/h Legiun Mangkoenagoro. 1922-1925. SUMBER : KITLV Leiden

 Mayor Pangeran Raden Mas Brototanjo (kedua dari kanan) dan perwira Legiun Mangkoe Nagoro lainnya -  Surakarta - 1922-1925


Pencipta/lainnya

Albert Rusche & Co., NV (Solo)

Catatan

Sumber: Brototanjo, P.R.M.

Legiun Mangkoe Nagoro / H.F. Aukes. - Bandung : A.C. Nix and Co. . - 1935


 halaman judul:

 Dipersembahkan oleh para Legiun kepada Tuhan Yang Maha Tercinta: D.K. Schrek, Kapten Pemimpin b/h Legiun Mangkoenagoro. 1922-1925.



SUMBER : KITLV Leiden

Sejarah Magelang - Legenda kuliner Magelang. Iklan tahun 1985..

 Legenda kuliner Magelang. 

Iklan tahun 1985.

Oleh : Bagus Priyana



# NYI MAS AYU GANDASARI # Nyi Mas Gandasari, salah satu tokoh dalam sejarah Cirebon, masih meninggalkan nama harum hingga kini. Dia digambarkan sebagai wanita cantik, sakti, dan berbudi. Budayawan Cirebon Askadi Sastra Suganda mengatakan, nama Nyi Mas Gandasari dalam sejarah Cirebon lekat dengan misi menundukkan Kerajaan Galuh, kerajaan Hindu bawahan Pajajaran. Kerajaan Galuh merasa terusik dengan berdirinya Kasultanan Cirebon, terlebih sejak dinyatakan oleh Pangeran Cakrabuana bahwa Cirebon adalah penerus resmi Pajajaran. Ketika akhirnya pecah perang antara Kerajaan Galuh dan Kasultanan Cirebon, Kesultanan Demak Bintara turut membantu Kesultanan Cirebon. Bahkan, Raja Demak Sultan Trenggana sendiri yang maju memimpin pasukan Kerajaan Demak Bintara. Namun, kekuatan pasukan Adipati Kuningan, Arya Kemuning, yang dibantu pasukan Kesultanan Demak Bintara, tak mampu menembus pertahanan Kerajaan Galuh. Sunan Gunung Jati akhirnya memerintahkan Nyi Mas Gandasari untuk mengemban misi telik sandi (mata-mata). Dari misi itu, Nyi Mas Gandasari berhasil mencuri pusaka Kerajaan Galuh berupa Bokor Mas (Kandaga Mas) sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakra Ningrat yang menjadi kekuatan pertahanan kerajaan. "Pusaka tersebut kemudian diserahkan kepada Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah," jelas Ashadi. Dalam operasinya, Nyi Mas Gandasari bersama pasukan menyusup ke Kerajaan Galuh. Begitu masuk pinggiran Kota Rajagaluh, Nyi Mas dan tim menyaru sebagai ronggeng keliling atau Ronggeng Bugis. "Nyi Mas Gandasari ditugaskan untuk menggoda Prabu Cakra Ningrat, dengan harapan dapat melarikan pusaka kerajaan Galuh," sebut Ashadi. Begitu masuk lingkaran dalam, Nyi Mas Gandasari berhasil menyusup ke Kerajaan Galuh. Menelusup ke ring satu kerajaan, dia menyamar sebagai pengemis dan lolos dari pengawasan prajurit Rajagaluh. Menurut Askadi, Nyi Mas Gandasari merupakan cikal bakal wanita Srikandi Indonesia. "Dia di abad 15, kemudian dilanjutkan Dewi Sartika dan Raden Kartini," kata Ashadi. Askadi menegaskan fragmen sejarah sebagai kearifan lokal ini harus terus dipelihara. Tujuannya agar masyarakat tidak melupakan sejarah peninggalan nenek moyang mereka dan menjadikannya sebagai inspirasi dan bahan pembelajaran. Inilah salah satu versi kisah sejarah Nyimas Ayu Gandasari atau Nyimas Ratna Gandasari atau juga Syarifah Fatimah Gandasari. Diceritakan Pangeran Cakrabuana biasa disebut Mbah Kuwusangkan bertapa di bawah sebuah pohon. Setelah itu beliau membangun padukuhan atau pemukiman yang semua tanamannya serba jadi dan tumbuh subur. Selanjutnya Pemukiman itu menjadi masyhur dan terkenal dengan nama Padukuhan Panguragan. Dititipkanlah Syarifah Fatimah Gandasari di pemondokannya Mbah Kuwu sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Panguragan. Nyi Mas Gandasari sering dikenal dengan nama Syarifah Muthmainnah, putri Syekh Datuk Soleh dari Kerajaan Pasai. Dia merupakan adik kandung Fadhilah Khan atau yang sering disebut Faletehan. Nyi Mas Gandasari konon dibawa serta Mbah Kuwu Cirebon saat dia pulang dari berhaji. Gandasari diboyong dari Pasai ke Cirebon untuk menyelamatkannya dari sebuah wabah yang berbahaya di daerah asalnya. Setelah diajak menetap di Cirebon, Gandasari kemudian dididik oleh Mbah Kuwu Cirebon sehingga memiliki kemahiran beladiri yang tak tertandingi. Selain memiliki kemahiran ilmu bela diri, Gandasari diceritakan sebagai perempuan yang cantik jelita, rupawan, molek dan lincah laiknya Srikandi dalam lakon pewayangan. Mbah Kuwu Cirebon juga mendidik Gandasari dengan ajaran agama Islam dengan mengirimnya ke Pesantren Syekh Quro di Karawang. Dari pesantren yang berada di Karawanglah kemudian berita tentang kecantikan Gandasari menjadi perbincangan orang-orang dari berbagai daerah. Banyak orang terutama para pembesar dari negeri seberang akhirnya ingin menikahi perempuan yang mempunyai keunggulan kanuragan, agama dan ayu itu. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga berguru kepada Kanjeng Sunan Jati. Setelah bai'at syahadat, beliau belajar ilmu syari'at, thoriqot, hakikat, dan ma'rifat. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga belajar ilmu bela diri, kanuragan dan kesaktian. Pada usia 15 tahun diberi wejangan oleh Sunan Gunung Jati: "Kamu adalah Perempuan. Tapi Kamu akan menjadi Pendekar Auliya". Nyi Mas Panguragan sudah termasyhur dengan keperwiraan dan kesaktiannya. Beliau juga terkenal dengan kecantikannya, sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Ayu Gandasari. Artinya Wanita yang kecantikannya tidak ada tandingannya dan tubuhnya harum semerbak. Tubuhnya berbau harum bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Setiap dia lewat maka keharumannya akan tercium dari kejauhan. Semuanya alami, bukan karena parfum atau minyak wangi. Banyak para pejabat, para pangeran, para gegedeng, juragan, satria, syah bandar dan orang-orang terpandang dari berbagai negara berdatangan berduyun-duyun kepada Mbah Kuwu untuk melamar Nyi Mas Ayu Gandasari. Sambil menunggu jawaban, mereka membuat pemondokan di Cirebon. Ki Kuwu berkata kpd Nyi Mas Panguragan: "Putriku Gandasari aku minta kamu supaya mau bersuami, sudah waktunya menikah, mana yang kamu pilih salah seorang yang telah melamar. Ada demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng, ada juga para juragan dan para nakhkoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing. Beritahulah kepada Si Bapak, siapa yang kamu senangi". Sang Putri Gandasari menjawab: "Rama. Sekarang Sang putri belum suka bersuami. Masih enak mengolah diri (belajar)". Ki kuwu dengan bijak berkata: "Duh bayi. Tidak enak orang jadi kembang bibir. Disebut-sebut namanya oleh tiap orang. Jika engkau tidak segera menikah tentu dirusaklah dukuh Panguragan ini". Ratna Gandasari menjawab: "Baiklah Rama. Hamba mau bersuami dengan syarat bisa mengalahkan hamba. Melebihi kesaktian hamba. Hamba akan mengabdi kepadanya walaupun dia orang melarat. Silahkan Rama adakan sayembara kepada orang-orang dari 25 negara. Siapa yang lebih dahulu menangkap saya. Ia menjadi suami saya. Jika sekarang saya terima lamaran seseorang. Tentu yang lain tidak akan terima. Dengan sayembara ini maka akan adil". Tersebutlah sebuah nama Magelung, seorang pemuda gagah dan tampan adalah seorang pengembara tak tentu arah. Tapi kakinya itu telah membawa dia berjalan ke arah barat laut dari tempat dia bertemu Sunan Gunung Jati. Langkah demi langkah dilewati hingga dia tiba di daerah yang disebut Selapandan. Semakin masuk ke perkampungan, dia menjumpai keramaian. Orang-orang berkumpul seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukkan. Ah, ternyata ada adu tanding digelar di tengah mereka. Sayembara yang diikuti orang-orang sakti mandraguna dari berbagai daerah itu digelar oleh Ki Ageng Selapandan atau Mbah Kuwu Cirebon. Orang-orang sakti tersebut bertarung, beradu kesaktian dengan seorang perempuan ayu jelita, Nyi Mas Gandasari. Meskipun perempuan, dia tak terkalahkan dalam sayembara tersebut. Dalam sayembara, tersebut satu aturan siapapun yang bisa mengalahkan Gandasari akan dijadikan sebagai suaminya. Namun sayang, nyatanya tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya. Setelah semua pembesar (gegeden) tidak ada yang bisa mengalahkan Gandasari, Magelung yang terpesona oleh Gandasari pun turut serta dalam sayembara. Setelah melalui pertandingan yang sengit, akhirnya Magelung mampu mengalahkan Gandasari. Namun entah mengapa, mengetahui ada orang yang bisa mengalahkannya, Gandasari seketika itu juga lari tunggang langgang, kemudian minta perlindungan ke arah daerah Gunung Jati. Melihat Gandasari berlari, Magelung pun mengejarnya. Sesampainya di daerah Gunung Jati, Gandasari menjumpai Sunan Gunung Jati, dia pun bermaksud berlindung kepada Sang Sunan dari kejaran Magelung. Magelung pun terkejut kembali bertemu dengan orang tua yang bisa memotong rambutnya. Magelung pun seolah lupa dengan tujuan awalnya datang ke Tanah Jawa. Saat ditanya Sunan, dia menjawab ingin memperistri Gandasari. Dia merasa berhak mendapatkan Gandasari karena hanya dia yang bisa mengalahkan Nyi Mas Gandasari. Dan aturan sayembara menyebutkan bahwa yang menang atas Gandasarilah yang berhak mengawininya. Magelung benar-benar lupa tujuannya datang dari tanah seberang menuju Tanah Jawa. Saat sosok guru sebagai tujuannya itu sudah berdiri di depannya, dia malah menginginkan seorang ayu jelita yang baru saja dikenalnya. Tapi Sang Sunan begitu bijaksana, dia pun mempersilakan keduanya untuk menikah. Akan tetapi beliau berujar bahwa pernikahan yang patut bagi kedunya bukan pernikahan di dunia yang fana, melainkan pernikahan abadi di akhirat. Kedua insan manusia itu akhirnya mengerti yang dimaksud Sunan dan menerima keputusannya. Magelung dan Gandasari menjadi suami istri tanpa melakukan hubungan jasmani. Magelung dan Gandasari akhirnya menjadi murid Sunan Gunung Jati dan turut serta dalam upaya penyebaran ajaran agama Islam di Cirebon. Catatan juga menyebutkan keduanya memiliki peranan penting dalam penaklukan Rajagaluh dan Talaga oleh Cirebon. Pada masa selanjutnya, Magelung menetap di sebuah daerah yang dipenuhi belantara. Di daerah tersebut banyak tumbuh pohon Kendal. Di daerah yang kita kenal sekarang sebagai Desa Karangkendal itu, Magelung mengajarkan ajaran Islam kepada para murid-muridnya. Sebagai seorang yang mengajarkan agama Islam, masyarakat kemudian menyematkan gelar ‘Syekh’ kepada Magelung hingga dia dikenal dengan nama Syekh Magelung. Sementara Gandasari dikenal dengan gelar kehormatan Nyi Mas. Sambil terus belajar dan berjuang menyebarkan Islam di Cirebon, Nyi Mas Gandasari mendiami daerah Selapandan yang sekarang dikenal sebagai Desa Panguragan. Wallahu'aklambhishowab Dari berbagai sumber Gambar iustrasi

 #  NYI MAS AYU GANDASARI #


Nyi Mas Gandasari, salah satu tokoh dalam sejarah Cirebon, masih meninggalkan nama harum hingga kini. Dia digambarkan sebagai wanita cantik, sakti, dan berbudi. 



Budayawan Cirebon Askadi Sastra Suganda mengatakan, nama Nyi Mas Gandasari dalam sejarah Cirebon lekat dengan misi menundukkan Kerajaan Galuh, kerajaan Hindu bawahan Pajajaran. Kerajaan Galuh merasa terusik dengan berdirinya Kasultanan Cirebon, terlebih sejak dinyatakan oleh Pangeran Cakrabuana bahwa Cirebon adalah penerus resmi Pajajaran.


Ketika akhirnya pecah perang antara Kerajaan Galuh dan Kasultanan Cirebon, Kesultanan Demak Bintara turut membantu Kesultanan Cirebon. Bahkan, Raja Demak Sultan Trenggana sendiri yang maju memimpin pasukan Kerajaan Demak Bintara.


Namun, kekuatan pasukan Adipati Kuningan, Arya Kemuning, yang dibantu pasukan Kesultanan Demak Bintara, tak mampu menembus pertahanan Kerajaan Galuh.


Sunan Gunung Jati akhirnya memerintahkan Nyi Mas Gandasari untuk mengemban misi telik sandi (mata-mata). Dari misi itu, Nyi Mas Gandasari berhasil mencuri pusaka Kerajaan Galuh berupa Bokor Mas (Kandaga Mas) sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakra Ningrat yang menjadi kekuatan pertahanan kerajaan.


"Pusaka tersebut kemudian diserahkan kepada Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah," jelas Ashadi.

Dalam operasinya, Nyi Mas Gandasari bersama pasukan menyusup ke Kerajaan Galuh. Begitu masuk pinggiran Kota Rajagaluh, Nyi Mas dan tim menyaru sebagai ronggeng keliling atau Ronggeng Bugis.


"Nyi Mas Gandasari ditugaskan untuk menggoda Prabu Cakra Ningrat, dengan harapan dapat melarikan pusaka kerajaan Galuh," sebut Ashadi.


Begitu masuk lingkaran dalam, Nyi Mas Gandasari berhasil menyusup ke Kerajaan Galuh. Menelusup ke ring satu kerajaan, dia menyamar sebagai pengemis dan lolos dari pengawasan prajurit Rajagaluh.


Menurut Askadi, Nyi Mas Gandasari merupakan cikal bakal wanita Srikandi Indonesia. "Dia di abad 15, kemudian dilanjutkan Dewi Sartika dan Raden Kartini," kata Ashadi.


Askadi menegaskan fragmen sejarah sebagai kearifan lokal ini harus terus dipelihara. Tujuannya agar masyarakat tidak melupakan sejarah peninggalan nenek moyang mereka dan menjadikannya sebagai inspirasi dan bahan pembelajaran.


Inilah salah satu versi kisah sejarah Nyimas Ayu Gandasari atau Nyimas Ratna Gandasari atau juga Syarifah Fatimah Gandasari.


Diceritakan Pangeran Cakrabuana biasa disebut Mbah Kuwusangkan bertapa di bawah sebuah pohon. Setelah itu beliau membangun padukuhan atau pemukiman yang semua tanamannya serba jadi dan tumbuh subur. Selanjutnya Pemukiman itu menjadi masyhur dan terkenal dengan nama Padukuhan Panguragan. Dititipkanlah Syarifah Fatimah Gandasari di pemondokannya Mbah Kuwu sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Panguragan.


Nyi Mas Gandasari sering dikenal dengan nama Syarifah Muthmainnah, putri Syekh Datuk Soleh dari Kerajaan Pasai. Dia merupakan adik kandung Fadhilah Khan atau yang sering disebut Faletehan. Nyi Mas Gandasari konon dibawa serta Mbah Kuwu Cirebon saat dia pulang dari berhaji.


Gandasari diboyong dari Pasai ke Cirebon untuk menyelamatkannya dari sebuah wabah yang berbahaya di daerah asalnya. Setelah diajak menetap di Cirebon, Gandasari kemudian dididik oleh Mbah Kuwu Cirebon sehingga memiliki kemahiran beladiri yang tak tertandingi. Selain memiliki kemahiran ilmu bela diri, Gandasari diceritakan sebagai perempuan yang cantik jelita, rupawan, molek dan lincah laiknya Srikandi dalam lakon pewayangan.


Mbah Kuwu Cirebon juga mendidik Gandasari dengan ajaran agama Islam dengan mengirimnya ke Pesantren Syekh Quro di Karawang. Dari pesantren yang berada di Karawanglah kemudian berita tentang kecantikan Gandasari menjadi perbincangan orang-orang dari berbagai daerah. Banyak orang terutama para pembesar dari negeri seberang akhirnya ingin menikahi perempuan yang mempunyai keunggulan kanuragan, agama dan ayu itu.


Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga berguru kepada Kanjeng Sunan Jati. Setelah bai'at syahadat, beliau belajar ilmu syari'at, thoriqot, hakikat, dan ma'rifat. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga belajar ilmu bela diri, kanuragan dan kesaktian. Pada usia 15 tahun diberi wejangan oleh Sunan Gunung Jati: "Kamu adalah Perempuan. Tapi Kamu akan menjadi Pendekar Auliya".


Nyi Mas Panguragan sudah termasyhur dengan keperwiraan dan kesaktiannya. Beliau juga terkenal dengan kecantikannya, sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Ayu Gandasari. Artinya Wanita yang kecantikannya tidak ada tandingannya dan tubuhnya harum semerbak. Tubuhnya berbau harum bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Setiap dia lewat maka keharumannya akan tercium dari kejauhan. Semuanya alami, bukan karena parfum atau minyak wangi.


Banyak para pejabat, para pangeran, para gegedeng, juragan, satria, syah bandar dan orang-orang terpandang dari berbagai negara berdatangan berduyun-duyun kepada Mbah Kuwu untuk melamar Nyi Mas Ayu Gandasari. Sambil menunggu jawaban, mereka membuat pemondokan di Cirebon.


Ki Kuwu berkata kpd Nyi Mas Panguragan: "Putriku Gandasari aku minta kamu supaya mau bersuami, sudah waktunya menikah, mana yang kamu pilih salah seorang yang telah melamar. Ada demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng, ada juga para juragan dan para nakhkoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing. Beritahulah kepada Si Bapak, siapa yang kamu senangi".


Sang Putri Gandasari menjawab: "Rama. Sekarang Sang putri belum suka bersuami. Masih enak mengolah diri (belajar)". Ki kuwu dengan bijak berkata: "Duh bayi. Tidak enak orang jadi kembang bibir. Disebut-sebut namanya oleh tiap orang. Jika engkau tidak segera menikah tentu dirusaklah dukuh Panguragan ini".

 

Ratna Gandasari menjawab: "Baiklah Rama. Hamba mau bersuami dengan syarat bisa mengalahkan hamba. Melebihi kesaktian hamba. Hamba akan mengabdi kepadanya walaupun dia orang melarat. Silahkan Rama adakan sayembara kepada orang-orang dari 25 negara. Siapa yang lebih dahulu menangkap saya. Ia menjadi suami saya. Jika sekarang saya terima lamaran seseorang. Tentu yang lain tidak akan terima. Dengan sayembara ini maka akan adil". 


Tersebutlah sebuah nama Magelung, seorang pemuda gagah dan tampan adalah seorang pengembara tak tentu arah. Tapi kakinya itu telah membawa dia berjalan ke arah barat laut dari tempat dia bertemu Sunan Gunung Jati. Langkah demi langkah dilewati hingga dia tiba di daerah yang disebut Selapandan. Semakin masuk ke perkampungan, dia menjumpai keramaian. Orang-orang berkumpul seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukkan. Ah, ternyata ada adu tanding digelar di tengah mereka.


Sayembara yang diikuti orang-orang sakti mandraguna dari berbagai daerah itu digelar oleh Ki Ageng Selapandan atau Mbah Kuwu Cirebon. Orang-orang sakti tersebut bertarung, beradu kesaktian dengan seorang perempuan ayu jelita, Nyi Mas Gandasari. Meskipun perempuan, dia tak terkalahkan dalam sayembara tersebut.


Dalam sayembara, tersebut satu aturan siapapun yang bisa mengalahkan Gandasari akan dijadikan sebagai suaminya. Namun sayang, nyatanya tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya. Setelah semua pembesar (gegeden) tidak ada yang bisa mengalahkan Gandasari, Magelung yang terpesona oleh Gandasari pun turut serta dalam sayembara. Setelah melalui pertandingan yang sengit, akhirnya Magelung mampu mengalahkan Gandasari. 


Namun entah mengapa, mengetahui ada orang yang bisa mengalahkannya, Gandasari seketika itu juga lari tunggang langgang, kemudian minta perlindungan ke arah daerah Gunung Jati. Melihat Gandasari berlari, Magelung pun mengejarnya. Sesampainya di daerah Gunung Jati, Gandasari menjumpai Sunan Gunung Jati, dia pun bermaksud berlindung kepada Sang Sunan dari kejaran Magelung.


Magelung pun terkejut kembali bertemu dengan orang tua yang bisa memotong rambutnya. Magelung pun seolah lupa dengan tujuan awalnya datang ke Tanah Jawa. Saat ditanya Sunan, dia menjawab ingin memperistri Gandasari. Dia merasa berhak mendapatkan Gandasari karena hanya dia yang bisa mengalahkan Nyi Mas Gandasari. Dan aturan sayembara menyebutkan bahwa yang menang atas Gandasarilah yang berhak mengawininya.


Magelung benar-benar lupa tujuannya datang dari tanah seberang menuju Tanah Jawa. Saat sosok guru sebagai tujuannya itu sudah berdiri di depannya, dia malah menginginkan seorang ayu jelita yang baru saja dikenalnya.


Tapi Sang Sunan begitu bijaksana, dia pun mempersilakan keduanya untuk menikah. Akan tetapi beliau berujar bahwa pernikahan yang patut bagi kedunya bukan pernikahan di dunia yang fana, melainkan pernikahan abadi di akhirat. Kedua insan manusia itu akhirnya mengerti yang dimaksud Sunan dan menerima keputusannya. Magelung dan Gandasari menjadi suami istri tanpa melakukan hubungan jasmani.


Magelung dan Gandasari akhirnya menjadi murid Sunan Gunung Jati dan turut serta dalam upaya penyebaran ajaran agama Islam di Cirebon. Catatan juga menyebutkan keduanya memiliki peranan penting dalam penaklukan Rajagaluh dan Talaga oleh Cirebon.


Pada masa selanjutnya, Magelung menetap di sebuah daerah yang dipenuhi belantara. Di daerah tersebut banyak tumbuh pohon Kendal. Di daerah yang kita kenal sekarang sebagai Desa Karangkendal itu, Magelung mengajarkan ajaran Islam kepada para murid-muridnya. Sebagai seorang yang mengajarkan agama Islam, masyarakat kemudian menyematkan gelar ‘Syekh’ kepada Magelung hingga dia dikenal dengan nama Syekh Magelung.


Sementara Gandasari dikenal dengan gelar kehormatan Nyi Mas. Sambil terus belajar dan berjuang menyebarkan Islam di Cirebon, Nyi Mas Gandasari mendiami daerah Selapandan yang sekarang dikenal sebagai Desa Panguragan.


Wallahu'aklambhishowab


Dari berbagai sumber



Gambar iustrasi

22 April 2024

CATATAN PERJALANAN ARKEOLOGI ERA KOLONIAL HINDIA BELANDA DI GUNUNG PENANGGUNGAN JAWA TIMUR TH 1923 Pada Tahun 1923 sebuah tim Arkeologi pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan perjalanan ke wilayah Jawa Timur tepatnya di lereng Gunung Penanggungan untuk mengadakan penelitian mengenai situs-situs Kuno yang saat itu banyak bertebaran di lereng gunung. Perjalanan tersebut dicatat dalam sebuah buku jurnal berjudul "Oudheidkundige verslag Dienst in Nedherlansch-Indie 1923". Dan berikut beberapa kutipan catatan yang diterjemahkan dari Bahasa Belanda. "Drietal monumentjes ор de Westelijke helling van den Penanggoengan bezocht, die tot dusver onbekend waren gebleven. Daar het niet gemakkelijk is er een naam aan te geven, zullen we de complexjes resp. А, B en С noemen. А ligt het hoogst en is verreweg het belangrijkst, Het ligt iets Zuidelijker en aanmerkelijk hooger dan het zadel tusschen den Goenoeng Bekel en den Penanggoengan". Jika diterjemahkan "Mengunjungi tiga monumen di lereng barat Penanggoengan yang sampai sekarang masih belum diketahui. Karena tidak mudah memberi nama, kami akan merujuk ke kompleksnya masing-masing. Hubungi А, B dan С. А adalah yang tertinggi dan sejauh ini merupakan yang paling penting. Letaknya sedikit lebih jauh ke selatan dan jauh lebih tinggi daripada pelana antara Goenoeng Bekel dan Penanggoengan". KONDISI TERBARU SEKARANG Saat ini situs candi di lereng Gunung Bekel dan Penanggungan tersebut dinamakan Candi Pura, Candi Putri, Candi Sinta, Candi Naga, Candi Bayi dan Candi Kendalisada, beberapa candi ditemukan beberapa tahun setelah perjalanan tersebut. Sumber : Oudheidkundig verslag / Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie. Volume 1923 (1923)

 CATATAN PERJALANAN ARKEOLOGI ERA KOLONIAL HINDIA BELANDA DI GUNUNG PENANGGUNGAN JAWA TIMUR TH 1923


Pada Tahun 1923 sebuah tim Arkeologi pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan perjalanan ke wilayah Jawa Timur tepatnya di lereng Gunung Penanggungan untuk mengadakan penelitian mengenai situs-situs Kuno yang saat itu banyak bertebaran di lereng gunung. Perjalanan tersebut dicatat dalam sebuah buku jurnal berjudul "Oudheidkundige verslag Dienst in Nedherlansch-Indie 1923". 


Dan berikut beberapa kutipan catatan yang diterjemahkan dari Bahasa Belanda.


"Drietal monumentjes ор de Westelijke helling van den Penanggoengan bezocht, die tot dusver onbekend waren gebleven. Daar het niet gemakkelijk is er een naam aan te geven, zullen we de complexjes resp. А, B en С noemen. А ligt het hoogst en is verreweg het belangrijkst, Het ligt iets Zuidelijker en aanmerkelijk hooger dan het zadel tusschen den Goenoeng Bekel en den Penanggoengan".


Jika diterjemahkan


"Mengunjungi tiga monumen di lereng barat Penanggoengan yang sampai sekarang masih belum diketahui. Karena tidak mudah memberi nama, kami akan merujuk ke kompleksnya masing-masing. Hubungi А, B dan С. 

А adalah yang tertinggi dan sejauh ini merupakan yang paling penting. Letaknya sedikit lebih jauh ke selatan dan jauh lebih tinggi daripada pelana antara Goenoeng Bekel dan Penanggoengan".


KONDISI TERBARU SEKARANG



Saat ini situs candi di lereng Gunung Bekel dan Penanggungan tersebut dinamakan Candi Pura, Candi Putri, Candi Sinta, Candi Naga, Candi Bayi dan Candi Kendalisada, beberapa candi ditemukan beberapa tahun setelah perjalanan tersebut. 


Sumber : Oudheidkundig verslag / Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie. Volume 1923 (1923)

SOESALIT, ANAK RA KARTINI RA Kartini wafat tidak lama setelah melahirkan, bahkan sebelum mengetahui dan menanamkan anaknya. Oleh Bapaknya, anak itu kemudian dinamai SOESALIT, yang merupakan singkatan dari Susah Nalika Alit (Susah Sejak Kecil karena ditinggal wafat Ibunya). Anak RA Kartini ini kelak menjadi Tentara, dan Pernah Juga menjadi Komandan Brigade V Divisi II Cirebon yang menjabat pada Tahun 1946. Segenap Admin Sejarah Cirebon & Umum mngucapkan, Selamat Hari Kartini .....!!! Potret Suami dan Anak RA KArtini

 SOESALIT, ANAK RA KARTINI


RA Kartini wafat tidak lama setelah melahirkan, bahkan sebelum mengetahui dan menanamkan anaknya. Oleh Bapaknya, anak itu kemudian dinamai SOESALIT, yang merupakan singkatan dari Susah Nalika Alit (Susah Sejak Kecil karena ditinggal wafat Ibunya). 


Anak RA Kartini ini kelak menjadi Tentara, dan Pernah Juga menjadi Komandan Brigade V Divisi II Cirebon yang menjabat pada Tahun 1946. 


Segenap Admin Sejarah Cirebon & Umum  mngucapkan, Selamat Hari Kartini .....!!!



Potret Suami dan Anak RA KArtini

Banyak kebenaransejarah yang dibolak balik oleh Belanda. SELAMAT HARI KARTINI, 21 APRIL 2024. Inspirasi kaum wanita di masanya.

 Banyak kebenaransejarah yang dibolak balik oleh Belanda. SELAMAT HARI KARTINI, 21 APRIL 2024. Inspirasi kaum wanita di masanya.



Sejarah Magelang - Kediaman Regents Magelang (1910) Sumber : KITLV

 Kediaman Regents Magelang (1910)



Sumber : KITLV