01 April 2013

Tentang Sejarah Magelang - Water Toren - Menara Air Aloon Aloon Kota Magelang

oleh : Bagus Priyana

Menara Air

Standard
Menara Air Kota Magelang
Bangunan tua jaman kolonial Belanda memang tidak perlu diragukan kualitasnya. Walaupun umurnya sudah mencapai ratusan tahun, namun bangunan itu masih berfungsi dengan baik. Dari puluhan bangunan tua yang ada di Kota Magelang, menara air/water toren [Bahasa Belanda]/water tower[Bahasa Inggris] atau sebagian masyarakat Magelang lebih menyebutnya sebagai kompor raksasa. Hal ini dikarenakan bentuk bangunan tersebut sepintas mirip dengan kompor minyak, hingga saat ini bangunan yang terletak di pojok alun-alun Kota Magelang ini masih berfungsi dan digunakan tempat penampungan air oleh PDAM Kota Magelang. Bangunan yang dibuat seorang arsitek Belanda ini dulunya memang dibangun sebagai tempat penampungan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat Kota Magelang.
Menara air yang terkenal sebagai Land Mark nya Kota Magelang ini dibangun oleh seorang arsitek kebangsaan Belanda yang bernama Herman Thomas Karsten. Menara yang menampung 1,750 juta liter air ini mulai dibuat pada tahun 1916 dan secara resmi beroperasi melayani masyarakat pada tanggal 2 Mei 1920. Menara ini memiliki tinggi 21,2 meter dan dibangun dengan 32 pilar. Bangunan ini mulai dioperasikan dan bisa mencukupi kebutuhan air masyarakat Kota Magelang pada tahun 1920.“Dulu pekerja yang melakukan pembangunan kebanyakan didatangkan dari Sulawesi. Sempat ada pekerja yang meninggal terjatuh saat mengerjakan bangunan tersebut,” ujar salah satu tokoh masyarakat, H Djauhari.
Berdasarkan arsip yang berada di Bangunan seluas 395,99 meter persegi ini, ada beberapa bagian dari menara ini. Bagian paling bawah yang bentuknya melingkar ini dulunya merupakan bangunan yang diperuntukan untuk laboratorium, pelayanan pelanggan, ruang admintrasi dan ruang pengontrol air. Jika dijumlah dengan pintu masuk dan kamar kecil, jumlah ruangan ruangan yang ada di lingkaran bawah berjumlah 16 ruangan. Namun saat ini bangunan tersebut beralih fungsi menjadi gudang.
Untuk menghubungkan dengan bangunan atas yang berfungsi menampung air. Selain pilar yang berjumlah 32, juga ada tangga melingkar yang terlihat dari luar seperti tiang beton dengan diameter 3 meter. Didalam beton tersebut terdapat tangga dengan tiga tingkat yang terdiri dari 18 anak tangga. Tangga tersebut menghubungkan lingkaran bawah dengan lingkaran diatas. Dibagian atas tempat penampungan air tersebut terdapat ruang kecil dan menara yang berfungsi sebagai sirene yang menunjukan waktu pada zaman dahulu
Di lingkaran sebelah atas inilah, air yang berasal dari sumber air di Kalegen, dan Wulung yang berada Bandongan Kabupaten Magelang ini ditampung. Selain itu ada sebuah ruang yang hampa yang difungsikan untuk mengatur tekanan air. Untuk mengontrol dan menggerakan air agar sampai kepelanggan, di menara tersebut terdapat tiga alat pengontrol air yang berfungsi sebagai mesin pemompa untuk mendistribusikan air ke rumah-rumah warga. Tercatat ada tiga mesin yang buatan pabrik Schafter dan Budenberg (Jerman) dan Ruhaak & Co (Belanda). Pipa tersebut sejak pertama bangunan tersebut didirikan masih berfungsi dengan baik.
Tiga mesin tersebut berfungsi untuk memastikan air yang melalui pipa-pipa induk yang nantinya akan disalurkan melalui pipa sekunder ke rumah warga. Masih menurut arsip tersebut, ada 7 pipa induk yaitu di Jalan Diponegoro (1,685 km), Jalan Bandongan (4 km), Jalan Aloon-aloon Utara (140 m), Jalan Aloon-aloon selatan (110 m), Jalan Tentara Pelajar (860 m) Jalan Pemuda (1,065 km) dan Jalan Gatot Subroto (760 m). Pipa-pipa tersebut bermerk Century Utrecht NV Solten Fabriek ini terletak dibawah tanah.
Komposisi bangunan yang memerlukan biaya sebesar 550 ribu Gulden ini terdiri dari Bligon, sebuah adonan bangunan yang terdiri dari semen merah (batu bata),  batu gamping dan semen biasa. Hingga saat ini bangunan tersebut belum pernah mengalami perombakan dan masih berfungsi dengan baik.


Sumber :https://kotatoeamagelang.wordpress.com/2011/03/30/menara-air/#more-68

No comments:

Post a Comment