13 April 2013

tentang Sejarah Magelang - TAMAN HIBURAN RAKYAT (THR), GEDUNG PENTAS SENI BUDAYA DAN HIBURAN MASYARAKAT

Oleh : Bagus Priyana

MAGELANG TEMPO DOELOE:
TAMAN HIBURAN RAKYAT (THR), GEDUNG PENTAS SENI BUDAYA DAN HIBURAN MASYARAKAT
Selain bioskop, tempat masyarakat Magelang untuk mencari hiburan adalah di Taman Hiburan Rakyat alias THR. Jika di bioskop cuma menyajikan hiburan film semata, di THR sajian hiburannya adalah seni budaya berupa pentas ketoprak dan wayang orang.
THR didirikan secara bertahap berlokasi di lahan bekas Hotel Loze di timur Aloon-aloon Kota Magelang. Letaknya sangat strategis karena berdekatan dengan Aloon-aloon, bioskop, hotel, stopplaats kereta api, kantor pos, tempat ibadah, dll.
Tahap pertama dikerjakan pada tahun 1967-1969 dengan biaya swausaha, yakni anggaran pemerintah itu sendiri. 
Bangunan yang didirikan diantaranya adalah sbb:
- 1 gerbang pintu masuk dengan ukuran 8x10 meter dengan beaya sebesar Rp100.000,-
- 2 kantor ukuran masing-masing 10x20 meter senilai Rp550.000,-
- 1 museum ukuran 10x20 meter dengan beaya sebesar Rp400.000,-
- 1 panggung serbaguna senilai Rp75.000,- (tahap 1, belum selesai)
- 1 pentas seni dengan beaya sebesar Rp80.000,-
- 17 kios masing-masing ukuran 6x4 meter dengan biaya total Rp806.000,-
Total beaya yang dikeluarkan sebesar Rp2.011.000,-
Pembangunan gedung THR ini disambut dengan antusias oleh masyarakat, setidaknya bukan cuma sekadar sebagai tempat hiburan saja tetapi juga menjadi bagian untuk menyalurkan hasrat dalam dunia seni dan budaya khususnya ketoprak dan wayang orang.
Secara rutin, beberapa grup budaya tampil secara reguler maupun secara temporer. Misalnya saja ada grup ketoprak Siswo Budoyo dari Tulungagung, ada juga grup wayang orang (WO) Edi Budoyo yang menghadirkan bintang-bintang populernya yakni Aries Freddy sebagai Gareng, ada juga Gepeng dan Timbul. 
Jika pentas ketoprak hanya menyajikan cerita tentang Mataraman, maka untuk pentas wayang orang lebih mengangkat cerita tentang kisah Mahabharata dan Ramayana.
Pentas biasanya ada yang sifatnya harian atau mingguan. Pentas di akhir pekan (Sabtu dan Minggu) serta di hari libur tentu saja akan lebih banyak penontonnya.
Untuk menonton hiburan di THR ini, masyarakat wajib membeli tiket masuk. Dari tiket masuk inilah dipergunakan untuk operasional THR dan grup budaya pengisi pentas di panggung.
Harga tiket di pentas harian dan akhir pekan tentu saja berbeda. Pentas di akhir tahun atau lebaran akan menarik lebih banyak pengunjung. Di saat seperti inilah grup budaya akan mengeruk keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa.
Pengunjung juga bisa menikmati sajian kuliner di kios-kios yang tersedia di sekitar THR ini. Dengan menyewakan kios-kios ini serta banyaknya pengunjung yang menonton hiburan di THR ini, akan menambah pemasukan pendapatan bagi pemerintah Kota Magelang.
THR ini mengalami kejayaan antara tahun 1970-1980-an. Pada paruh waktu 1980-an, kawasan THR dibongkar karena kurang representatif lagi. Awalnya di atas lahan ini didirikan gedung olahraga, tetapi berubah menjadi gedung Bioskop Magelang & Tidar Theater setelah gedung olahraga dipindahkan ke kawasan Sanden yang disebut dengan GOR Samapta.
THR kini tinggal kenangan saja, memorinya akan tertanam di benak generasi yang pernah mengalami kejayaannya. 
THR tak ubahnya sebagai gedung seni budaya atau gedung kesenian. Sebuah gedung yang diimpikan kembali oleh para seniman dan budayawan di masa kini.
Komentar
  • Ary Setyawan Apa ini yg sebelah Gardena sekarang
  • Yoga Kurnianto aku nggak inget lagi dengan bentuk gedung THR, ingatnys sudah jadi bioskop MT, nah di halaman paling depan itu ada bangunan rumah dan tempat poster gede bioskop, itu bangunan apa ya?
Tulis komentar...

No comments:

Post a Comment