Showing posts with label Allah. Show all posts
Showing posts with label Allah. Show all posts

03 September 2020

Tentang Sejarah magelang - HOTEL KOPENG KINI : Bagian Eksterior Gedung Utama

 

HOTEL KOPENG KINI : Bagian Eksterior Gedung Utama

Setelah lebih dari satu minggu berkutat dengan Hotel Kopeng beserta sisik meliknya, sekarang mari kita lihat kondisi eks-Hotel Kopeng yang digadang - gadang pernah dijuluki sebagai Hotel Pegunungan Hypermodern pada masa kolonial.

Pada tanggal 15 Agustus yang lalu, saya mencoba menelusuri jejak - jejak kejayaan eks-Hotel Kopeng. Bangunan luar gedung utama Hotel Kopeng masih mempertahankan bentuk hasil renovasi ditahun 1950an. Fasade depan lantai satu nampaknya masih mempertahankan wujud asli hasil renovasi lobby tahun 1938 karya arsitek dan bouwbureau H. Pluyter dari Magelang. Ciri khas berupa batu alam yang diekspos memang tren dan banyak dipakai oleh Pluyter pada saat itu. Contoh lain karya Pluyter yang menerapkan konsep serupa juga dapat ditemui pada RK Militair Tehuis (Hotel Wijaya, Poncol, Magelang) dan Hotel Montagne (Eks Polwil Kedu, Poncol, Magelang.

Selain itu yang menarik juga adalah cerobong perapian yang masih ada dan bertahan dari dulu hingga sekarang. Jendela kaca yang lebar dan rendah khas rancangan Pluyter juga masih bisa ditemukan pada fasade bangunan lantai satu.

Untuk bentuk bangunan di lantai dua kebanyakan sudah berubah dari hasil tahun 1938. Sebagai dampak aksi bumi hangus pada tahun 1947-1949, bentuk atap asli yang mengambil konsep rumah Eropa pegunungan sudah berganti dengan atap pelana limasan.

Tentang Sejarah Magelang - HOTEL KOPENG KINI : Kondisi Wisma atau Paviliun eks Hotel Kopeng

 

HOTEL KOPENG KINI : Kondisi Wisma atau Paviliun eks Hotel Kopeng

Sebagaimana diketahui, Hotel Kopeng dulu juga dilengkapi dengan Paviliun - Paviliun yang mengapit di kanan dan kirinya. Paviliun yang ada diatas atau sebelah kanan gedung utama diberi nama Merbabu dan yang dibawah atau sebelah kiri diberi nama Telomoyo. Penamaan paviliun - paviliun tersebut bisa jadi diambil dari view pemandangan yang bisa pengunjung dapatkan dari lokasi dimana mereka menginap. Paviliun Merbabu berada dilokasi yang agak tinggi dengan view pemandangan Gunung Merbabu yang megah sedangkan Paviliun Telomoyo dengan view pemandangan Gunung Telomoyo dan hamparan kampung serta perkebunan sayur. Tidak mengherankan jika Hotel Kopeng dulu berada dilokasi yang sangat strategis untuk berlibur para tuan dan nyonya.

Sisa - sisa kejayaan kedua paviliun di Hotel Kopeng masih bisa didapatkan jika ditilik dari segi bangunan luar. Perubahan fisik bangunan paling kentara bisa dilihat dari atap asli sudah berubah dan berganti dengan yang baru. Jika dibandingkan dengan foto lama, atap bangunan paviliun ini senada dengan atap bangunan gedung utama hotel yang mengambil konsep atap perumahan Eropa pegunungan yang cenderung runcing. Mungkin karena sempat dibakar pejuang selama perang kemerdekaan, maka bentuk renovasi atap kemudian berubah. Atap paviliun di Eks-Hotel Kopeng ini sekarang sudah berganti model dengan gaya “Jengki” khas era 50an yang cenderung asimetris dengan bahan seng.

Meskipun demikian, untungnya dinding dan pondasi paviliun ini masih sama seperti aslinya dulu. Paviliun ini dibagi menjadi beberapa kamar yang masing - masing kamarnya dilengkapi dengan ruang tamu dan kamar mandi dengan mesin pemanas air. Bagian depan paviliun masih dihiasi dengan konstruksi tembok batu bata dengan aksen batu alam ekspos yang memberi kesan kokoh pada bangunan. Garis - garis simetris ada tiang penyangga dinding depan yang menjorok kedepan selain berfungsi sebagai pemisah antar kamar,juga memberi kesan modern pada paviliun ini. Panil - panil jendela dan pintu tiap kamar terbuat dari kaca transparan dan kain tirai digunakan sebagai penutupnya. Mungkin dimaksudkan agar view para tamu yang menginap tidak terhalang.


Tentang Sejarah Magelang - HOTEL KOPENG KINI : Kondisi Wisma atau Paviliun eks Hotel Kopeng

 

HOTEL KOPENG KINI : Kondisi Wisma atau Paviliun eks Hotel Kopeng

Sebagaimana diketahui, Hotel Kopeng dulu juga dilengkapi dengan Paviliun - Paviliun yang mengapit di kanan dan kirinya. Paviliun yang ada diatas atau sebelah kanan gedung utama diberi nama Merbabu dan yang dibawah atau sebelah kiri diberi nama Telomoyo. Penamaan paviliun - paviliun tersebut bisa jadi diambil dari view pemandangan yang bisa pengunjung dapatkan dari lokasi dimana mereka menginap. Paviliun Merbabu berada dilokasi yang agak tinggi dengan view pemandangan Gunung Merbabu yang megah sedangkan Paviliun Telomoyo dengan view pemandangan Gunung Telomoyo dan hamparan kampung serta perkebunan sayur. Tidak mengherankan jika Hotel Kopeng dulu berada dilokasi yang sangat strategis untuk berlibur para tuan dan nyonya.

Sisa - sisa kejayaan kedua paviliun di Hotel Kopeng masih bisa didapatkan jika ditilik dari segi bangunan luar. Perubahan fisik bangunan paling kentara bisa dilihat dari atap asli sudah berubah dan berganti dengan yang baru. Jika dibandingkan dengan foto lama, atap bangunan paviliun ini senada dengan atap bangunan gedung utama hotel yang mengambil konsep atap perumahan Eropa pegunungan yang cenderung runcing. Mungkin karena sempat dibakar pejuang selama perang kemerdekaan, maka bentuk renovasi atap kemudian berubah. Atap paviliun di Eks-Hotel Kopeng ini sekarang sudah berganti model dengan gaya “Jengki” khas era 50an yang cenderung asimetris dengan bahan seng.

Meskipun demikian, untungnya dinding dan pondasi paviliun ini masih sama seperti aslinya dulu. Paviliun ini dibagi menjadi beberapa kamar yang masing - masing kamarnya dilengkapi dengan ruang tamu dan kamar mandi dengan mesin pemanas air. Bagian depan paviliun masih dihiasi dengan konstruksi tembok batu bata dengan aksen batu alam ekspos yang memberi kesan kokoh pada bangunan. Garis - garis simetris ada tiang penyangga dinding depan yang menjorok kedepan selain berfungsi sebagai pemisah antar kamar,juga memberi kesan modern pada paviliun ini. Panil - panil jendela dan pintu tiap kamar terbuat dari kaca transparan dan kain tirai digunakan sebagai penutupnya. Mungkin dimaksudkan agar view para tamu yang menginap tidak terhalang.


28 August 2020

Tentang Sejarah Magelang - KISAH SEORANG TIONGHOA YANG MEMBAGI-BAGI ROTI UNTUK PARA PEJUANG MAGELANG

 

KISAH SEORANG TIONGHOA YANG MEMBAGI-BAGI ROTI UNTUK PARA PEJUANG MAGELANG

Hembusan angin mengibarkan Sang Merah Putih di halaman depan sebuah toko tua berwarna putih gading yang ada di tepian Jl. Akhmad Yani Poncol Kota Magelang. Terlihat 2 buah mobil terparkir di depannya, di tengah hiruk pikuk lalu lintas jalan.

Tak ada plang nama toko di dinding depan bangunan yang mencirikan gaya Indis ini. Cuma ada selembar banner berwarna biru di pintu masuk toko.

Bagian jendela kaca di samping pintu masukpun cuma buka separo. Di bagian dalam toko terdapat etalase untuk menaruh roti dagangan. Di sudut kiri terdapat meja kerja untuk mencatat kiriman paket dan pesanan tiket.

Di pojok belakang terdapat meja dengan timbangan kuno untuk menimbang bahan baku pembuatan roti. Selebihnya hanyalah ruang kosong.

Toko ini adalah Toko Mahkota, sebuah nama baru bagi toko penjual roti, jasa penitipan paket dan penjualan tiket bus. Sebenarnya, nama 'Mahkota' adalah nama baru dari Salon 'Queen' di samping toko ini yang dikelola oleh si istri dari pemilik toko roti itu.

Perubahan nama 'Mahkota' menjadi 'Queen' karena kebijakan Orde Baru di akhir tahun 1980-an. Jadi, nama 'Mahkota' seolah-olah menjadi nama baru dari toko roti di sebelahnya. Iya, toko tua ini dulunya bernama Toko 'Bie Sing Ho', toko tertua dan legendaris di Magelang yang tetap eksis hingga kini.

Toko Bie Sing Ho adalah toko ternama di era Belanda yang khusus menjual es krim dan roti. Sebelumnya di sekitar tahun 1930-an toko ini terletak di Pecinan, baru pada tahun 1938-an berpindah di Grooteweg Noord Pontjol no. 41 (kini Jl. Akhmad Yani no. 41 Poncol.

Toko ini menjadi toko favorit bagi kalangan Eropa yang tinggal di kota ini. Terlebih, di depan toko ini merupakan basis militer Belanda yakni Kaderschool (kini komplek Rindam IV/Diponegoro) dan kawasan Poncol ini adalah pusat hunian masyarakat Eropa di Magelang.

Pemilik toko ini adalah Kwee Siong Djien alias Joni Mulyono (80), generasi kedua dari pemilik Toko 'Bie Sing Ho' Kwee Thwan Hie. Kwee Thwan Hie lahir pada 1910 dan meninggal pada 1998.

Joni mengisahkan jika di masa perjuangan, kondisi tokonya mengalami kesurutan. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat masa tersebut merupakan masa-masa sulit. Bukan cuma untuk tokonya, tetapi untuk semua lini usaha.

Terlebih kondisi Magelang yang juga mengalami porak poranda akibat perang. Bahan baku roti sulit untuk didapatkan. Konsumenpun tiada yang membeli, mengingat pengkonsumsi roti adalah orang Eropa khususnya Belanda.

Ada satu hal yang diingat dari papahnya. Pada sekitar tahun 1949 sesudah pasca Clash kedua, papahnya men-suport logistik para pejuang yang sedang kembali ke kota dari daerah gerilya.

Caranya adalah dengan membagikan kupon-kupon ke pejuang. Kupon-kupon ini dibagikan melalui komandan-komandan laskar pejuang. Oleh para pejuang, kupon ini ditukarkan dengan roti tawar di Toko Bie Sing Ho.

Setiap kupon yang ditukarkan, akan dilubangi sebagai tanda jika roti sudah diambil oleh pejuang. Kupon ini berupa selembar kertas yang dibagi-bagi dalam kotak kecil yang diberi tanggal pengambilan roti. Jatah pengambilan roti adalah setiap pagi. Dan ini berlangsung selama setahun.

Sistem kupon ini dipakai mengingat ketersediaan roti sangat terbatas. Joni Mulyono mengatakan jika gandum sebagai bahan baku roti didapatkan dari para komandan gerilya.
"Komandan gerilya mengirim gandum ke toko, papah saya yang mengolahnya dan membagikannya ke para pejuang," tuturnya.

Belum diketahui dari mana bahan gandum ini didapatkan. Ibaratnya, gandum disuplai dari komandan gerilya, sedangkan Toko Bie Sing Ho yang mengolahnya menjadi roti dan membagikannya kepada para pejuang.

Meskipun cuma men-suplai roti tawar saja, tapi di saat itu sudah terbilang mewah mengingat itu terjadi di masa-masa sulit. Tetapi bagi para pejuang, selembar roti tawar bukan hanya untuk sekadar mengganjal perut saja, tetapi juga menjadi simbol 'pengambilalihan kekuasaan' dari Belanda ke Republik.

Roti adalah simbol 'kebelandaan' karena memang makanan ini menjadi makanan pokok orang Belanda. Simbol kaum Republik adalah 'roti sumbu' alias ketela atau singkong.

Peran Kwee Thwan Hie dalam membagikan selembar roti tawar mungkin dianggap kecil. Mungkin saja perannya tak sehebat orang-orang Tionghoa lainnya yang mengangkat senjata melawan penjajah membela negeri ini.

Tetapi peran Toko Bie Sing Ho teramat pantas untuk dicatat dalam lembaran sejarah masa perjuangan di kota ini. Perannya tak bisa dilupakan begitu saja. Bagi Kwee Thwan Hie, meski hanya membagi roti tawar tapi itu adalah simbol kecintaannya bagi negeri ini, Indonesia..

Gambar mungkin berisi: rumah, langit, pohon, mobil dan luar ruangan
Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, orang berdiri dan dalam ruangan

tentang Sejarah Magelang - Sejarah Plat Nomor Kendaraan di Indonesia, Warisan Raffles Yang Abadi Hingga Kini

 

Sejarah Plat Nomor Kendaraan di Indonesia, Warisan Raffles Yang Abadi Hingga Kini

Mobil kuno di halaman Candi Borobudur sekitar tahun 1929 [foto: Tropenmuseum]

Dua Mobil sedang parkir di halaman Candi Borobudur tahun 1929 (foto: Tropen Museum)

Jumlah kendaraan bermotor semakin lama semakin bertambah. Berbagai merek dari berbagai pabrik menjejali jalanan. Dari kendaraan biasa hingga mewah tumpah ruah tak terhitung jumlahnya.

Bahkan di DKI Jakarta diberlakukan plat nomor ganjil genap untuk mengurangi kemacetan.

Tapi tahukah anda, bagaimana sejarah penggunaan plat nomor?

Sejarah Plat nomor di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah kedatangan bangsa Inggris di Indonesia.

Tepatnya di tahun 1810, Inggris membawa 15.600 bala tentara dengan menaiki 60 kapal dari daerah koloninya di India yang didatangkan langsung ke Batavia untuk merebut Jawa dari tangan Belanda.

Sejumlah pasukan tersebut terbagi menjadi 26 batalion yang dinamai A-Z. Saat Inggris menduduki Batavia mereka membuat aturan mengenai kendaraan di jalan raya. Inggris kemudian memberi tanda huruf B untuk kereta kuda agar mudah dikenali.

Daftar plat nomor di jaman Belanda tahun 1930-an.

Mengapa huruf B?

Karena wilayah Batavia direbut oleh pasukan batalion B. Penomorannya sama seperti penomoran kendaraan sekarang di mana huruf B di depan diikuti dengan angka.

Setelah Batavia, wilayah yang selanjutnya diduduki pasukan Inggris ini adalah Banten yang dilakukan oleh pasukan batalion A. Kemudian di sana mereka juga menandai wilayah tersebut dengan kode A.

Wilayah selanjutnya yang direbut adalah Surabaya (batalion L) dan Madura (batalion M) pada tanggal 27 Agustus 1811. Wilayah lainnya juga berhasil direbut oleh masing-masing batalion sesuai dengan huruf wilayah plat nomor kendaraan pada jaman sekarang.

Sedangkan Batalion G bergerak menuju Pekalongan sebagai daerah termaju di pantura Jawa Tengah bagian barat,melucuti senjata tentara Belanda dan hingga saat ini penggunaan plat G adalah merujuk pada Batalion G Pasukan Inggris yang mengambil alih kekuasaan di Pekalongan dan sekitarnya.

Mobil bernomor plat AA 6 milik Dokter Bijleveld tahun 1929 di Magelang (foto: KITLV)

Mobil dokter Bijleveld, dokter rumah sakit tentara di Magelang tahun 1929 (foto: KITLV)

Hingga akhirnya keseluruhan pulau Jawa dapat jatuh ke tangan Inggris pada tanggal 18 September 1811.

Di beberapa daerah seperti Magelang (AA), Yogyakarta (AB) dan Solo (AD) memiliki dua abjad.

Mengapa begitu?

Pada saat itu Kesultanan Mataram berdiri sendiri dan belum menjadi wilayah Belanda. Namun pada akhirnya, Kesultanan Mataram menyerah dan bergabung bersama Inggris. Sehingga, di beberapa daerah yang telah disebutkan dibekali batalion A dan batalion B untuk menjaga area Yogyakarta (diberi kode AB). Adapun di area Magelang hanya disediakan batalion A saja sehingga diberi kode AA. Hal serupa juga ditemui di beberapa daerah lainnya.

Setelah Inggris menduduki Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles akhirnya membentuk wilayah administratif atau Karesidenan sesuai kode batalion yang disebutkan sebelumnya.

Raffles

Sir Thomas Stamford Raffles

Bahkan, saat Belanda kembali ke Indonesia di tahun 1816, sistem ini masih terus diterapkan hingga ke beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti halnya Sumatera Selatan, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Kini wilayah Karesidenan tersebut lebih dikenal sebagai Ibu Kota maupun Kabupaten.

Plat nomor kendaraan di berbagai wilayah di Indonesia dibedakan sesuai karesidenan yang dahulunya diputuskan oleh Inggris.

Sebuah mobil melintas di depan kantor pos Magelang tahun 1960-an

Sebuah mobil melintas di depan kantor pos Magelang tahun 1960-an.

Namun perlu menjadi catatan bahwasannya kode C, I, J, O, Q, U, V, W, X, Y dan Z tidak diaplikasikan. Pasalnya batalion dengan kode-kode tersebut hanya menjadi pasukan Back-Up saja atau Reserve Unit kala itu. Khusus kode W dan Z memiliki sisi historisnya sendiri yang kini ternyata diaplikasikan tanpa mengadopsi sistem batalion tersebut.

Ya, kode wilayah W untuk Sidoarjo, dahulu masih satu kesatuan dengan Surabaya berkode L. Namun semenjak tahun 2000, Polres Gresik dan Sidoarjo menetapkan kodefikasi sendiri menggunakan huruf W.

Sedangkan Surabaya masih menerapkan kode L di bawah naungan Polrestabes Surabaya. Sama halnya dengan kode Z yang sebelumnya masih berkode D yang merupakan Eks-Karesidenan Parahyangan.

Sejarah plat nomer begitu panjang, lebih dari 200 tahun sudah warisan dari Raffles menjejali jalanan nusantara. Meski ia warisan penjajah, tak mudah untuk mengubahnya.

(Sumber: wag)

 

Sumber :  http://wartamagelang.com/sejarah-plat-nomor-kendaraan-di-indonesia-warisan-raffles-yang-abadi-hingga-kini.html

tentang Sejarah Magelang - Lesah, Titik Temu Keanekaragaman Budaya Kita

 

Lesah, Titik Temu Keanekaragaman Budaya Kita

Lesah adalah salah satu kuliner kota Magelang yang ada sejak jaman dahulu. Rasa yang khas, lesah sejenis soto yang bisa dinikmati untuk segala cuaca, lezat disantap kala musim hujan, dan segar dinikmati ketika musim panas.

Lesah juga bisa berperan sebagai makanan pembuka sebelum menikmati makanan yang lebih berat, tetapi bisa juga, dengan ditambah nasi, menjadi santapan mandiri yang mengenyangkan sesuai porsi.

Kesegaran kuah lesah berasal dari santan yang pekat tipis dan dinaungi bumbu kuning semacam kari atau soto. Ada terasa rempah-rempah “nggedibel” di lidah tetapi cepat berganti manis, khas masakan masyarakat pedalaman Jawa. Rasa manis yang meledak di mulut cepat hilang dan berganti gurih yang umami.

Rasa lesah tidak ada di masakan daerah lain, hanya ada di pedalaman Jawa seperti Magelang yang berhawa sejuk.

Menyantap lesah bisa bikin kangen dan ketagihan mengulangi. Manis dari gula kelapa pilihan, bukan gula tebu atau perisa yang bisa menimbulkan enek dan “nyethak” di pangkal lidah.

Bicara tentang lesah, barangkali bayangan kita akan terbawa kepada soto, laksa, atau sejenisnya. Kuliner khas ini di samping mirip, bisa jadi memang sejenis soto yang punya beragam varian, sesuai daerah masing-masing. Misalnya soto Kudus, soto Semarang, soto Wonogiri, soto Madura, dan soto Padang.

Ada irisan sejarah lesah dengan soto. Ada yang menyatakan soto akulturasi budaya China, terutama etnis yang mendiami pesisir yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia dengan segala variasinya.

Buku “Nusa Jawa: Silang Budaya” karya Denys Lombard menguatkan hal ini. Disebutkan bahwa soto berasal dari China yang dikenal dengan sebutan caudo atau jau to. Kata dalam dialek Hokkian yang berarti rerumputan jeroan atau jeroan berempah.

Masa akulturasi awal budaya China ini terlacak dalam ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang meninggalkan banyak jejak di berbagai penjuru Nusantara. Cheng Ho atau Zheng He, pelaut dan penjelajah Tiongkok yang ke Nusantara antara 1405 hingga 1433.

Terkait dengan asal-usul soto, ahli sejarah yang juga pensiunan dokter di Amerika Serikat, Anthony Hocktong Tjio, menyatakan pertama-tama perlu menelusuri bengawan riwayat pembentukan bangsa Indonesia, di mana asal-usulnya sampai India, tepatnya Tamil Nadu di India Selatan. Ada pengaruh kebudayaan Hindu di Nusantara ketika terjadi migrasi besar-besaran dari India.

Ahli genetika dari Biomolekular Eijkman Institut, Herawati Sudoyo, dalam makalah bertajuk “Asal Usul Genetika Nenek Moyang Bangsa Indonesia” menyampaikan bahwa secara genetis, migrasi awal bisa jadi jauh lebih lama daripada masa Hindu pada akhir era sebelum Masehi tersebut.

Sekitar 2200 tahun lalu, saat masa Kerajaan Hindhu Kalinga India Selatan, terjadi migrasi besar-besaran ke Nusantara disebabkan peperangan dengan Kerajaan Maurya Maharaja Ashoka yang menganut Buddhisme.

Ada tiga golongan utama mencapai Nusantara, yakni pertama, ksatria (militer) yang mengolonisasi dan mendirikan kerajaan-kerajaan Dravidian, seperti Kerajaan Funan di Kamboja dan Kerajaan Kalinga di Sumatera dan Jawa.

Golongan kedua, waisya (pedagang) yang menemukan bahan mineral dan metal mulia di Nusantara sehingga menamakannya suwarnabumi dan suwarnadwipa (bumi dan pulau emas).

Mereka juga mendatangkan rempah-rempah untuk bahan kari. Boleh jadi, rempah-rempah itu juga memiliki riwayat tersendiri, terkait dengan asal-usulnya dari Nusantara. Terjadi arus balik rempah-rempah dalam wujud pemanfaatan atau produk ramuan.

Kari yang semula hanya untuk konsumsi orang sebangsanya dari India Selatan itu, kemudian tersebar dan memengaruhi kuliner Nusantara sampai sekarang.

Golongan ketiga, brahmana (pendeta). Mereka datang dengan misi penyebaran Hinduisme yang membawa kebudayaan dan ritual upacara. Mereka mendirikan candi-candi, memperkenalkan sastra klasik dengan bahasa Sanskerta. Banyak lemanya kemudian menjadi dasar pembentukan bahasa Indonesia.

Bahasa itu juga dipakai untuk penamaan orang-orang Thailand, Kamboja, dan Jawa, nama tempat dan daerah hingga sekarang. Bahkan, boleh dikatakan hampir semua nenek moyang bangsa Indonesia sekarang berasal dari Tamil India dengan adat istiadat, nama, bahasa, maupun segala kebiasaan makanan. Mereka juga membawa bumbu rempah-rempah, termasuk untuk soto.

Soto, pada dasarnya semacam sup kari ringan khas yang meluas di Madurai, daerah di pertengahan wilayah Tamil Nadu. Sumber lain menyebut sup kari ringan pada umumnya dikatakan berasal dari daerah Nellai di Tirunelveli, sekitar 162 kilometer selatan Madurai, dekat Samudra Hindia di seberang Sri Lanka. Di sana nama sup kari ringan sebagai Sothi.

Beda Sothi asli dari Madurai dengan beragam varian soto di Nusantara hanya di bahannya, salah satunya karena ajaran Hindhu yang tidak makan daging sapi, maka Sothi diganti dengan bahan lain setempat dan lain sebagainya, tetapi masih segaris dalam alur bentuk dan rasanya.

Magelang salah satu daerah atau tempat persinggahan dalam jalur migrasi penduduk dari India ke Nusantara.

Disebutkan dalam buku “Hindu-Javaansche Geschiedenis” karangan Krom, N.J. yang terbit pada 1931, tentang Prasasti Tukmas. Dalam prasasti tertua itu menyebutkan adanya pengaruh budaya Hindu India di sekitar Magelang.

Dengan kata lain, Magelang sebagai titik singgah mempunyai beragam peninggalan budaya, baik bersifat bendawi seperti candi-candi maupun tak bendawi, termasuk aneka resep kuliner.

Contohnya, dari Tamil India Selatan dan Sri Lanka, sup Sothi yang setelah mendapat modifikasi kreatif bangsa, kemudian menjadi makanan rakyat nasional Indonesia yang disebut soto.

Melihat beragam referensi sejarah tersebut, mungkin dimengerti bahwa lesah yang populer di Magelang itu, salah satu jenis soto varian awal, pada masa awal migrasi dan pengaruh kebudayaan Hindu.

Banyak warung menjual lesah di sudut-sudut Kota Magelang. Dari warung dengan tata tempat duduk di kursi sebagaimana resto-resto pada umumnya sampai berupa lesehan di pinggir jalan, bisa ditemukan di berbagai penjuru Magelang.

Sebagaimana diketahui bahwa lesah adalah kosakata bahasa Jawa yang maknanya orang dalam kondisi lelah dan loyo, kemudian duduk santai sejenak supaya tubuh menjadi lebih baik dan segar.

Salah satu yang perlu anda coba adalah lesah di Warung D’Lesah yang ada di kampung Sablongan. Tepatnya di Jl. Kalingga, Rejowinangun Utara, Kota Magelang. Di warung dengan konsep interior jaman dulu ini, lesah disajikan dalam mangkuk khusus dengan ditemani sejumlah lauk pauk yang bisa dipilih oleh pengunjung. Resep yang digunakan di warung ini merupakan resep warisan dari orang tua terdahulu yang diwariskan secara turun temurun kepada pemilik warung sekarang ini.

“Yang membedakan rasa lesah di warung kami dengan yang ada ditempat lain yaitu kami memakai resep warisan dari leluhur kami. Rasanya lebih gurih dan sesuai dengan lidah masyarakat Magelang yang menyukai rasa manis yang pas.” tandas ibu Mimi pemilik sekaligus koki dari Warung D’Lesah ini.

Selagi sempat, saat berada di Magelang, nikmatilah semangkuk lesah, salah satu masakan kuno hasil akulturasi budaya Nusantara. Hingga sekarang. Jejaknya masih terlacak di kota yang bertagline sebagai kota sejuta bunga ini. Bisa jadi dengan semangkuk lesah kita juga bisa merasakan titik temu dari keberagaman adat istiadat dan budaya Nusantara yang berbeda beda.

Tampak depan bangunan lama yang sekarang difungsikan menjadi Warung lesah D’Lesah, populer sebagai warung lesah di kampung Sablongan, Kota Magelang. 21/08/2020. copyright@MN

Rombong khas tempat kuah kuliner lesah di Warung D’Lesah. 21/08/2020 copyright@MN.

 

Sumber : 

 http://wartamagelang.com/lesah-titik-temu-keanekaragaman-budaya-kita.html

Tentang Sejarah Magelang -KIPRAH MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MENDUKUNG PERJUANGAN REPUBLIKEN DI MAGELANG

 

KIPRAH MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MENDUKUNG PERJUANGAN REPUBLIKEN DI MAGELANG

Pengantar:
Kisah masa perjuangan pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 sangat menarik untuk dikupas. Salah satunya adalah kisah seorang Tionghoa pengusaha cerutu yang membuat senjata api untuk menyokong perjuangan kaum Republik di Magelang.
Bagaimana kisah selengkapnya?
Ikuti kisah berikut ini.

Ko Khoen Gwan yang membantu membuat senjata (foto: keluarga Ko Kwat Ie)

Album foto itu telah usang. Ada jamur tumbuh di beberapa bagian yang terkena lembab. Terlihat dalam salah satu halamannya, tersimpan dengan rapi seseorang dengan sorot mata tajam, berkulit putih, bermata sipit dan seorang Tionghoa. Terlihat, foto-foto itu menampilkan sosok tersebut dari masa kecil hingga berusia paruh baya.

Sosok pria berambut klimis dan parlente tersebut adalah Ko Khoen Gwan. Namanya mungkin terasa asing, tetapi beda dengan papahnya yang bernama Ko Kwat Ie. Iya betul, Ko Khoen Gwan adalah anak ke 4 dari pasangan Ko Kwat Ie si raja cerutu dari Magelang dan Theng Kiok Nio. Ko Khoen Gwan lahir pada 19 Mei 1906 dengan nama lain yakni Kusumo Gondhosubroto.

Ko Khoen Gwan memiliki keahlian di bidang permesinan. Karena itu oleh ayahnya, dia dipercaya untuk menangani permesinan di pabrik cerutu miliknya. Pabrik cerutu “Ko Kwat Ie & Zonen” berdiri sejak tahun 1900 di Batavia. Pada tahun 1908, pabrik itu dipindahkan ke Magelang untuk efisiensi produksi, memudahkan mencari bahan produksi dan tenaga kerja. Pabrik besar didirikan di Jl. Prawirokusuman, tak jauh dari rumah Ko Kwat Ie di Jl. Djuritan Kidul no. 16 (kini Jl. Sriwijaya no. 16) Kota Magelang.

Eks Pabrik cerutu “Ko Kwat Ie & Zonen” di Jl. Tarumanegara Prawirokusuman.

Berkat tangan dingin Ko Kwat Ie yang dibantu oleh anak-anaknya, pabrik ini mengalami kejayaannya antara tahun 1920-1940-an. Bahkan produksinya telah menjelajah hingga Eropa. Tenaga kerjanyapun sekitar 2500 orang, jumlah yang teramat banyak untuk sebuah pabrik cerutu di kota kecil ini.

Pada 28 Februari 1938, Ko Kwat Ie meninggal dunia. Usaha operasional pabrik ini dilanjutkan oleh anak-anaknya, termasuk Ko Khoen Gwan. Pada tahun 1942 hingga 1945 saat Jepang masuk ke wilayah Hindia Belanda dan terjadi Perang Dunia 2 yang juga melanda Eropa, pabrik ini berhenti beroperasi. Tentu saja era ini merupakan masa-masa sulit, mengingat konsumen cerutu mayoritas adalah orang Belanda dan Eropa, baik yang tinggal di wilayah Hindia Belanda maupun yang ada di Belanda dan Eropa.

Masa pasca Jepang dan Perang Dunia 2 yakni antara tahun 1945-1949, kondisi pabrik juga masih sulit. Pabrik belum bisa beroperasi sebagaimana mestinya. Peperangan pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 masih berlangsung di beberapa daerah termasuk di Magelang. Ko Khoen Gwan bersimpati dengan perjuangan para kaum Republiken di kota ini. Jiwa nasionalismenya tumbuh karena dia menyadari bahwa keluarganya lahir, tumbuh dan hidup di Indonesia.

Sebagai seorang pengusaha cerutu, bentuk simpati Ko Khoen Gwan dalam menyokong perjuangan bangsa ini bukan dengan mengangkat senjata. Tak main-main, Ko Khoen Gwan malah membuat senjata! Iya membuat senjata bung!

Bagaimana mungkin seorang Tionghoa yang pabrik cerutunya berhenti selama perang membuat senjata?

Ko Khoen Gwan adalah seorang ahli mesin. Salah satu keahliannya adalah membuat peralatan berbahan besi dari mesin bubut yang ada di pabrik cerutu miliknya. Saat perang pasca kemerdekaan itulah, keahliannya teramat penting untuk menyokong persenjataan kaum Republiken. Ko Khoen Gwan membuat senjata api jenis PM (Pistol Mitralijun) dari tahun 1947 hingga 1949. Pembuatan senjata jenis ini di bawah pengawasan Kepala Persenjataan STM-KEDU (Brig 9/II) Muh. Tojib. Sedangkan komandan dari STM-KEDU (Brig 9/II) ini di bawah komando Letkol Sarbini.

Informasi tentang perjuangan Ko Khoen Gwan yang disusun oleh anaknya, Rudiyanto (koleksi: keluarga Ko Kwat Ie)

Produksi senjata jenis PM ini sangat membantu para pejuang dalam melawan Belanda. Rupanya produksi persenjataan ini telah diendus oleh intel Belanda pada awal Clash II. Akibatnya Ko Khoen Gwan terancam ditembak mati oleh gerombolan Anjing NICA. Beruntung, Tuhan Yang Maha Kuasa masih memberikan kesempatan pada Ko Khoen Gwan untuk berbakti pada negeri ini. Sebagaimana sejarah mencatat, di era tahun 1947-1949 merupakan masa pergolakkan terpenting di wilayah Magelang. Di berbagai pelosok, pertempuran demi pertempuran melawan Belanda begitu gencarnya.

Ko Khoen Gwan meninggal pada 21 September 1963 dalam usia 57 tahun dan meninggalkan 2 orang anak yakni Ko King Gie alias Rudiyanto, seorang dosen di Akademi militer dan Ko King Tjoen alias Robby Ko, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang tinggal di Cisarua Bogor.

Ko Khoen Gwan dimakamkan di TPU Soropadan Pringsurat Temanggung. Karena jasa baktinya, Panglima Kodam VII Mayor Jenderal Surono memberikan surat penghargaan tertanggal 5 Oktober 1969. Dan pada 2 Agustus 2004, sebuah surat resmi ditetapkan yakni sebuah keputusan dari DHD 45 Jawa Tengah untuk memancangkan sebuah bambu runcing dengan Merah Putih di atasnya. Proses pemancangan bambu runcing ini dilaksanakan dengan upacara khusus bagi pejuang kemerdekaan RI yang dimakamkan di luar taman makam pahlawan. Hal ini sebagai bukti dan penghargaan bangsa ini terhadap peran Ko Khoen Gwan.

Sebuah informasi berita tentang pemancangan bambu runcing di atas makam Ko Khoen Gwan di Soropadan (koleksi: keluarga Ko Kwat Ie)

Kisah Ko Khoen Gwan hanyalah sedikit contoh dari anak-anak bangsa yang peduli terhadap perjuangan Republiken dalam berjuang melawan penjajah. Mereka menyadari bahwa tumpah darahnya adalah Indonesia.

Mereka menyadari bahwa negara ini membutuhkan bantuannya. Mereka menyadari bahwa ibu pertiwi telah memanggil.

Dan sesungguhnya, mereka menyadari bahwa Indonesia adalah tanah airnya.

 

Sumber :

 http://wartamagelang.com/kiprah-masyarakat-tionghoa-dalam-mendukung-perjuangan-republiken-di-magelang.html

Uniknya & beraninya si Supratman! Bikin lagu dewe, mempertunjukkan di depan kongres pemuda 1928 dengan taruhan nyawa, mempublikasikan sendiri ning koran Sin Po

 

Uniknya & beraninya si Supratman!
Bikin lagu dewe, mempertunjukkan di depan kongres pemuda 1928 dengan taruhan nyawa, mempublikasikan sendiri ning koran Sin Po yang dia sendiri merangkap jadi wartawan di koran itu.
Ada yang salah?
Tidak!.
Dia tau resiko yang akan ditanggungnya! Perjuangan harus diteruskan meski taruhannya nyawanya sekalipun.
Resikonya?
Kantor redaksi Sin Po pun diobrak-abrik oleh PID (polisi Belanda). Dirinya pun diburu oleh polisi Belanda.

Gambar mungkin berisi: 1 orang

Wage Rudolf Supratman

 

Ini jepretan kamera 'Toean SOEPRATMAN!'
Iya Wage Rudolf Supratman bung!
Anda tau siapa dia?
Dia wartawan Sin Po, violis, penulis roman dan......?

(Koran Sinpo tahun 1928)

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'pe- memang bagoes sekali dan oepaTa orang-orang ketjil Tionghoa bebrapa tanah particulier jang ka- adahannja djaoe dari bagoes seka- taoe „adres" mana iaorang bisa dapet pertoeloengan perdio boeat dapetken maskipoen seringkali ter- ternjata „Persatoean dengen Sun diboeat waktoe propaganda perge- negri sebagi besar Officier-offi lah tida sikep „saja toendjoekan bab ada bertandak gitan kandjen Jang pertama. Sebab ada satoe peman- djaoe. Sun „berba- tida bisa pegang tika kapal kaleboe, tida soeroe orang pegang mono oekoe orang bisa perkatahan Koleksi: Bagus Magelang „Koetika menikah larang „Tjotjok, kaoe!" Hoedt, Goeroe: kaoe potong Moerid: dari Rechts- hoogeschool Batavia. toean Soepratman, dipotong Moerid:'

Dicari Selama Puluhan Tahun, Lagu Indonesia Raya Karangan WR Supratman Justru Ditemukan di Magelang

 

Dicari Selama Puluhan Tahun, Lagu Indonesia Raya Karangan WR Supratman Justru Ditemukan di Magelang

WR Supratman sebagai cover sebuah buku berjudul ‘Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya’ oleh Kasansengari tahun 1966.
(foto Dok Bagus Priyana)

-Lagu ‘Indonesia Raya’ jelas bukan lagu kebangsaan yang dipaksakan. Ia dilahirkan bersama-sama dengan sumpah Tri Prasetya ‘Satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu Bahasa’ pada tahun 1928-

Begitulah petikan sambutan Kolonel TNI Soekotjo, Wali Kota Kepala Daerah Kotamadya Surabaya di buku berjudul ‘Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya’ tahun 1966

JIKA menengok sejarah, lagu kebangsaan Indonesia yaitu ‘Indonesia Raya’ merupakan karya dari WR Supratman. Lagu ini pertama kali berkumandang di acara Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 yang mencetuskan Sumpah Pemuda.

Sesudah lagu itu berkumandang, selang 13 hari kemudian, koran Sin Po menerbitkannya dalam bentuk lirik lagu lengkap dengan partiturnya atau not balok berjudul ‘Indonesia’. Koran Sinpo tersebut terbit pada 10 November 1928 dengan edisi nomer 293. Koran Sin Po menjadi media massa pertama yang memuat lagu tersebut. Kelak lagu ini menjadi lagu kebangsaan negara Indonesia berjudul ‘Indonesia Raya’.

Pada saat itu, melihat situasi yang demikian, pemerintah Belanda menganggap lagu itu membahayakan kepentingan penjajahan dan merugikan politiknya. Maka segeralah, diadakan pelarangan menyanyikan lagu itu. Akibat pelarangan itu, arsip lagu itu menjadi langka. Termasuk koran Sin Po edisi nomer 293 tanggal 10 November 1928 itu.

Koran Sin Po edisi nomer 293 tanggal 10 November 1928 yang memuat lirik dan partitur lagu ‘Indonesia’ karya WR Supratman pada sisi kanan halam koran
(Foto Dok Bagus Priyana)

Pada 20 Mei 1974, Presiden Soeharto meresmikan sebuah gedung yang dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Museum ini merupakan museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Gedung ini dulunya merupakan tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II pada tahun1928 silam.

Museum ini memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. Sebagai museum khusus, koleksi museum ini terdiri dari koleksi yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Pada tahun 2007, keseluruhan koleksi berjumlah 2.867 koleksi, salah satunya adalah biola milik WR Supratman.

Meski sudah berdiri sejak 1974, museum ini berusaha untuk mencari koran Sin Po edisi nomer 293 tanggal 10 November 1928 untuk melengkapi koleksinya. Edisi koran ini sangat penting sekali mengingat menjadi bagian penting perjuangan bangsa Indonesia.

Setelah proses pencarian selama 46 tahun, koran Sin Po edisi nomer 293 tanggal 10 November 1928 akhirnya berhasil diketemukan tim Museum Sumpah Pemuda. Lokasinya justru ada di Magelang. Adalah koleksi milik founder dan koordinator di komunitas sejarah KOTA TOEA MAGELANG, yakni Bagus Priyana.

Tepat pada Selasa Wage 11 Agustus 2020, tim Museum Sumpah Pemuda yang terdiri dari empat orang berkunjung ke Magelang yaitu Eko Septian (Kurator), Eli Herlina (Registrar) dan Setyo Wahyuni (Konservator), dan Hidayatul Wildan (dokumentasi). Proses penyerahan koleksi ke museum tersebut dilakukan di rumah Bagus Kampung Dukuh di Kelurahan Magelang.

Lirik lagu dan partitur lagu ‘Indonesia’ karya WR Supratman yang dimuat di koran Sin Po edisi nomer 293 tanggal 10 November 1928 pada sisi kiri (foto Dok Bagus Priyana)

Bagus Priyana mengatakan, Koran Sin Po sendiri berbentuk majalah, tapi lebih populer disebut dengan koran. Ukurannya sama dengan ukuran majalah sekarang ini. Bentuknya dalam satu bendel berisi 15 edisi dari edisi nomer 288 hingga 303 (minus edisi nomer 292) dengan tanggal terbit dari 6 Oktober 1928 hingga Januari 1929. Sedangkan yang memuat lagu ‘Indonesia’ ada di edisi nomer 293 10 November 1928. Sin Po sendiri terbit setiap 2 mingguan.

Bagus mengaku, dirinya sudah memiliki koran Sin Po itu sekitar tahun 2016. Ia mendapatkannya dari seorang relasinya. Kondisi sampul bendel dilapisi kertas tebal yang sudah berlubang karena dimakan kutu. Tetapi bagian dalamnya masih terjaga dengan baik.

Bagus mengatakan, awalnya, ia kurang begitu paham dengan koran tersebut. Namun karena ketekunan dan kesukaannya mengumpulkan sumber atau data sejarah, koran tersebut pun berhasil dikoleksinya.

“Saya merasa tergugah kesadaran nasionalismenya, ketika museum tersebut justru tidak memiliki sebuah arsip penting tersebut. Intinya, alasan utama saya menyumbangkan koran Sin Po itu adalah demi satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia,” kata Bagus sambil mengepalkan tangan.

Bagus berharap, dengan menjadi koleksi museum, Koran Sin Po tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran penting bagi masyarakat dan para generasi muda. Juga untuk menggugah kesadaran berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia yang beragam ini.

Apalagi, menurut Bagus, dirinya pun pernah memerankan dr. RCL Senduk, perwakilan Jong Celebes, dalam Kongres pemuda I (1926) dan II (1928) di film biopik berjudul ‘Wage’. Film Wage ini sendiri menceritakan tentang perjuangan WR Supratman.

“Hal inilah yang memperkuat hubungan emosional saya dengan lagu karya WR Supratman itu,” imbuhnya.

Bagus menekankan, walaupun benda bersejarah itu sudah ditemukan, bukan berarti proses menumbuhkan jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia sudah selesai dan tidaklah berhenti begitu saja.

“Proses itu akan terus berjalan karena semua itu demi SATU NUSA, SATU BANGSA dan SATU BAHASA yaitu INDONESIA,” pesannya.

Proses penyerahan bendel koran Sin Po dari Bagus Priyana kepada Museum Sumpah Pemuda Jakarta. Koran Sin Po ini di dalamnya terdapat salah satu edisi yang memuat lirik dan partitur lagu ‘Indonesia’ karya WR Supratman (Foto Dok Narwan)

Kurator Museum Sumpah Pemuda, Eko Septian mengatakan jika nantinya koran tersebut akan difumigasi terlebih dahulu sebelum didisplay di ruang museum. Dan yang terpenting lagi, menurut Eko, koran Sin Po itu akan diusulkan sebagai benda cagar budaya tingkat nasional.

Eko menambahkan bahwa koran Sin Po ini teramat penting mengingat secara komplit mencantumkan lirik dan partitur (not balok) lagu ‘Indonesia’. Terlebih sesudah Sin Po menerbitkannya, memang ada lagu ‘Indonesia’ yang disebarluaskan, tapi tak lengkap karena tak ada partiturnya.

“Seandainya tidak ada partiturnya, tentu teramat sulit untuk mengetahui seperti apa sebenarnya lagu ini,” imbuhnya.

Eko mengaku, pencarian panjang koran Sin Po edisi 10 November 1928 itu memakan waktu selama 46 tahun sejak museum itu berdiri pada 1974. Dan misal dihitung, kata Eko, memakan waktu 92 tahun sejak awal penerbitannya.

Sementara Kepala Museum Sumpah Pemuda Titik Umi Kurniawati, yang dikutip dari IG Museum Sumpah Pemuda, mengungkapkan, untuk melaunching koran Sin Po ini, museum mengadakan pameran menyambut 75 tahun Indonesia, bertajuk “Dibalik Layar Sumpah Pemuda” yang akan berlangsung mulai 25 Agustus 2020.

“Kami akan melakukan launching koleksi koran Sin Po dimana Sin Po adalah surat kabar yang pertama kali terdapat partitur lagu ‘Indonesia Raya’,” ungkapnya (bgs/aha)

 

Sumber :  http://wartamagelang.com/dicari-museum-sumpah-pemuda-selama-46-tahun-siapa-sangka-lagu-asli-indonesia-karya-wr-supratman-yang-diterbitkan-1928-ini-ditemukan-di-magelang.html?fbclid=IwAR38-3Jn4SaXHdM8DxBT_wNLGDFbPqAUzJ_5i9_O8B7TAJw5kL2sVa5thAQ

06 July 2020

Tentang Sejarah Magelang - Johannes van der Steur ke 155

Sekadar Info (bukan acara resmi)
Jumat 10 Juli 2020 mendatang merupakan hari ulang tahun tokoh kemanusiaan Johannes van der Steur ke 155. Beliau lahir pada 1865 di Harleem Belanda. Kiprahnya tak usah diragukan lagi dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah kemanusiaan. Berkat tangan dinginnya, 7000 anak terlantar di asuhnya di sebuah panti asuhan di Meteseh Magelang.
( https://kotatoeamagelang.wordpress.com/…/papa-johan-van-de…/ ).
... Lihat Selengkapnya

01 July 2020

BAPPEDA KOTA MAGELANG - PERUBAHAN RENSTRA BAPPEDA KOTA MAGELANG TAHUN 2016-2021 BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, KEBIJAKAN

PERUBAHAN RENSTRA BAPPEDA KOTA MAGELANG TAHUN 2016-2021
BAB IV
TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, KEBIJAKAN
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 1
BAB III TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan hasil telaahan materi pada Bab terdahulu, dan dilandasi komitmen Bappeda Kota Magelang untuk mendukung pelaksanaan visi dan misi Walikota Magelang, maka dalam rumusan tujuan dan sasaran akan menjadi landasan penyusunan arsitektur kinerja Bappeda dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Sedangkan terkait bagaimana pencapaian tujuan dan sasaran dapat dilihat dari rumusan strategi dan kebijakan.
4.1 Tujuan Jangka Menengah Bappeda Kota Magelang Tahun 2016-2021
Tujuan yang ingin dicapai dalam Renstra BAPPEDA Kota Magelang tahun 2016-2021 antara lain:
a. Meningkatkan kapasitas dan pemerataan kualitas aparatur perencanaan.
b. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dalam mendukung core business perencanaan
c. Meningkatkan koordinasi internal, tata kelola, administrasi dan pelaporan yang tertib dan sesuai dengan aturan yang berlaku
d. Mengoptimalkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif, inovatif dan berbasis pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
e. Mewujudkan konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan
f. Mewujudkan dokumen perencanaan dan implementasi perencanaan pembangunan bidang perencanaan, bidang ekonomi dan prasarana wilayah, dan bidang pemerintahan dan sosial budaya yang berkualitas
g. Mewujudkan pengendalian kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas
h. Meningkatkan kinerja monitoring evaluasi kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah
4.2 Sasaran Jangka Menengah Bappeda Kota Magelang Tahun 2016-2021
Guna mewujudkan tujuan jangka menengah di atas, maka sasaran-sasaran yang hendak dituju BAPPEDA Kota Magelang Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:
a. Sasaran untuk mewujudkan tujuan pertama, Meningkatkan kapasitas dan pemerataan
4.1 Tujuan Jangka Mene-ngah Bappeda Kota Magelang 2016-2021
4.2 Sasaran Jangka Mene-ngah Bappeda Kota Magelang 2016-2021
4.3 Strategi
4.4 Kebijakan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 2
kualitas aparatur perencanaan adalah Meningkatnya kapasitas dan makin meratanya aparatur perencanaan
b. Sasaran untuk mewujudkan tujuan kedua Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dalam mendukung core business perencanaan adalah Tersedianya sarpras yang berkualitas
c. Sasaran untuk mewujudkan tujuan ketiga, Meningkatkan koordinasi internal, tata kelola, administrasi dan pelaporan yang tertib dan sesuai dengan aturan yang berlaku adalah Terwujudnya administrasi dan pelaporan yang tertib sesuai peraturan yang berlaku .
d. Untuk mewujudkan tujuan keempat, Mengoptimalkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif, inovatif dan berbasis pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan sasaran :
1) Meningkatnya kualitas perencanaan dan mekanisme perencanaan pembangunan partisipatif dan inovatif
2) Terwujudnya dukungan data dan informasi terupdate
3) Terintegrasinya sistem informasi perencanaan, penganggaran dan evaluasi pembangunan
e. Untuk mewujudkan tujuan ke lima, Mewujudkan konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan dengan sasaran Terwujudnya konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan
f. Untuk mewujudkan tujuan ke enam, Mewujudkan dokumen perencanaan dan implementasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi, bidang fisik prasana dan bidang sosial budaya yang berkualitas dengan sasaran :
1) Terwujudnya ketersediaan dokumen perencanaan dan implementasi dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang ekonomi yang berkualitas.
2) Terwujudnya ketersediaan dokumen perencanaan dan terimplementasinya dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang Fisik Prasarana yang berkualitas
3) Terwujudnya ketersediaan dokumen perencanaan dan terimplementasinya dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang Sosial Budaya yang berkualitas
g. Untuk mewujudkan tujuan ke tujuh, Mewujudkan pengendalian kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas dengan sasaran :
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 3
1) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Perencanaan
2) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Ekonomi dan Prasarana Wilayah;
3) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya
h. Untuk mewujudkan tujuan ke delapan, Mewujudkan pengendalian kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas dengan sasaran :
1) Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi pelaksanaan RKPD dan RPJM
2) Meningkatnya kualitas kegiatan koordinasi,monitoring dan evaluasi perencanaan bidang Ekonomi dan Prasarana Wilayah;
3) Meningkatnya kualitas kegiatan koordinasi,monitoring dan evaluasi perencanaan bidang Pemerintahan, Sosial Budaya
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 4
Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1.
Meningkatkan kapasitas dan pemerataan kualitas aparatur perencanaan
1. Meningkatnya kapasitas dan makin meratanya aparatur perencanaan
1. Rasio aparatur pe-rencanaan dengan latar belakang pendidikan :
a. S1
b. S2
c. S3
Perbandingan personil Bappeda dengan latar belakang masing masing jenjang dibagi total personil Bappeda
%
a. 53% b. 32% c. 0%
a. 47% b. 34% c. 0%
a. 39% b. 45% c. 0%
a. 37% b. 50% c. 0%
a. 34% b. 53% c. 0%
a. 31% b. 55% c. 0%
2. Rasio aparatur perencanaan yang mengikuti pelatihan perencanaan dan penganggaran
Jumlah aparatur perencana Bappeda yang mengikuti diklat perencanaan dan penganggaran di bagi total personil Bappeda
%
85%
87%
90%
90%
92%
95%
3. Cakupan seminar/
Workshop / pelatihan yang diselenggarakan Bappeda
Jumlah personil yang seharusnya mengikuti worksop/ pelatihan yang diselenggarakan Bappeda dibagi total personil Bappeda yg harus mengikuti
%
95%
95%
98%
98%
98%
100%
2
Meningkatkan kua-litas sarana dan pra-sarana dalam mendukung core business perencanaan
1. Tersedianya sarpras yang berkualitas
1. Persentase sarana dan prasarana yang berkualitas
Sarana prasarana yang ada dibagi sarana prasarana yang seharusnya
%
91%
92%
93%
94%
95%
96%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 5
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
3
Meningkatkan koor-dinasi internal, tata kelola, administrasi dan pelaporan yang tertib dan sesuai dengan aturan yang berlaku
2. Terwujudnya administrasi dan pelaporan yang tertib sesuai peraturan yang berlaku
2. Prosentase Admi-nistrasi pelaporan yang tepat waktu dan sesuai aturan yang berlaku.
Jumlah pelaporan dan pe-nyelesaian pekerjaan tepat waktu / Total jumlah program kegiatan tahun berjalan
%
95%
95%
96%
96%
97%
97%
3. Capaian akuntabili-tas kinerja instansi pemerintah
Nilai LKjIP Bappeda
Nilai
cc
cc
b
bb
bb
bb
4. Capaian kinerja pengelolaan keuangan
Persentase serapan keuangan dibagi total anggaran tahun berjalan
%
84%
86%
88%
90%
90%
90%
5. % ketersediaan Standar Operasional Prosedur
Jumlah SOP dibagi jumlah SOP seharusnya
%
50%
60%
70%
80%
90%
90%
4.
Mengoptimalkan mekanisme peren-canaan pembangu-nan daerah yang partisipatif, inovatif dan berbasis peman-faatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
1. Meningkatnya kualitas perencanaan dan mekanisme perencanaan pembangunan partisipatif dan inovatif
Musrenbang
a. Persentase PD yang melaksanakan Musrenbang
Jumlah kelurahan dan kecamatan yang melaksa-naan Musrenbang/ Jumlah Kecamatan dan klurahan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
b. Tingkat kehadiran Peserta Musrenbang
Jumlah orang hadir dibagi jumlah undangan
%
90%
90%
94%
94%
96%
96%
c. Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Musrenbang
Jumlah peserta Musrenbang yang aktif/ dibagi jumlah peserta
%
10%
10%
15%
15%
20%
20%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 6
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
d. Tingkat penyeleng-garaan Musrenbang tepat waktu
Jumlah penyelenggaraan Musrenbang tepat waktu dibagi Jumlah penyeleng-garaan Musrenbang
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
e. Prosentase usulan program kegiatan hasil Musrenbang yang diakomodir dalam Renja OPD.
Jumlah usulan Musrenbang yang disepakati dibagi Jumlah Usulan Musren-bang yang diakomodir dalam Renja
%
60%
60%
70%
70%
80%
80%
f. Tingkat Implemen-tasi E- Musrenbang Kelurahan;
Jumlah Kelurahan yang input usulan melalui E -Musrenbang dibagi jumlah kelurahan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
g. Persentase usulan masyarakat di E- Aspirasi yang terakomodir dalam Renja PD
Jumlah usulan masyarakat dalam E- Aspirasi yang diakomodir dibagi total usulan E aspirasi tahun berjalan
%
10%
15%
20%
30%
40%
50%
h. Persentase Usulan konsultasi publik yang diakomodir dalam renja OPD
Jumlah usulan konsultasi public yang diakomodir dibagi Jumlah usulan saat konsultasi publik
%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
i. Persentase pokok pokok pikiran DPRD yang yang diakomodir dalam RKPD
Jumlah usulan dalam telaah pokpir Dewan yang diakomodir di bagi jumlah usulan hasil telaah Pokpir DPRD
%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 7
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
2. Terwujudnya dukungan data dan informasi terupdate
1. Tingkat keterse-diaan Profil Kota Magelang
Prosentase ketersediaan Profil Kota Magelang
Dokumen
100%
100%
100%
100%
100%
100%
2. Tingkat aktualitas data dan informa-si publik
Jumlah informasi data yang diupload dalam website dibagi jumlah informasi seharusnya yang diupload
%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
5
Mewujudkan konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan
1. Terwujudnya konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan
1. Tingkat keselarasan RPJMD dengan RKPD
Jumlah program yang ada di RPJMD dibagi jumlah program di RKPD
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
2. Tingkat keselarasan RPJMD dengan Renstra PD
Jumlah program yang ada di RPJMD dibagi jumlah program di Renstra PD
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
3. Tingkat keserasan Renstra PD dengan Renja PD
Jumlah program yang ada di Renstra PD dibagi jum-lah program di Renja PD
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
6.
Mewujudkan doku-men perencanaan dan implementasi perencanaan pem-bangunan bidang ekonomi, bidang fisik prasana dan bidang sosial budaya yang berkualitas
1. Terwujudnya ketersediaan dokumen peren-canaan dan imple-mentasi doku-men perencanaan pembangunan daerah bidang ekonomi yang berkualitas
Rasio ketersediaan dokumen perencanaan bidang ekonomi
Jumlah dokumen perencanaan bidang ekonomi yang tersedia di bagi jumlah dokumen perencanaan bidang ekonomi yang seharusnya
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 8
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tingkat implementasi perencanaan bidang ekonomi
Jumlah dokumen peren-canaan bidang ekonomi yang dimplementasikan dibagi Jumlah dokumen perencanaan ekonomi yang relevan
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
2. Terwujudnya ketersediaan dokumen peren-canaan dan ter-implementasinya dokumen peren-canaan pembangu-nan daerah bidang Fisik Prasarana yang berkualitas
Rasio ketersediaan perencanaan bidang Fisik prasarana
Jumlah perencanaan bidang fisik prasarana yang tersedia/ jumlah dokumen perencanaan bidang fisik prasarana yang seharusnya
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
Tingkat implementasi perencanaan bidang Fisik prasarana
Jumlah dokumen perencanaan bidang fisik prasarana yang diimplemen tasikan/Jumlah dokumen perencanaan bidang fisik prasarana yang relevan
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
3. Terwujudnya ke-tersediaan doku-men perencanaan terimplementasi-kannya dokumen perencanaan pem-bangunan daerah bidang Sos-Budaya
Rasio ketersediaan perencanaan bidang Fisik prasarana
Jumlah perencanaan bidang fisik prasarana yang tersedia/jumlah dokumen perencanaan bidang fisik prasarana yang seharusnya
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 9
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tingkat implementasi perencanaan bidang sosisal dan Budaya
Jumlah dokumen perencan-aan bidang sosial budaya yang dimplementasikan di bagi Jumlah dokumen perencanaan bidang fisik prasarana yang relevan
%
70%
70%
75%
75%
80%
80%
7.
Mewujudkan koor-dinasi, pengendali-an kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas
1. Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Ekonomi
Cakupan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi
Jumlah koordinasi yang dilakukan dibagi jumlah dan sinkronisasi perencanaan bidang ekonomi yang seharusnya
%
80%
80%
90%
90%
100%
100%
2. Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Fisik Prasarana
Cakupan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan bidang Fispra
Jumlah koordinasi yang dilakukan dibagi jumlah dan sinkronisasi perencanaan bidang fisik prasarana yang seharusnya
%
80%
80%
90%
90%
100%
100%
3. Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Sosial Budaya
Cakupan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan bidang Sosial Budaya
Jumlah koordinasi yang dilakukan dibagi jumlah dan sinkronisasi perencanaan bidang sosial budaya yang seharusnya
%
80%
80%
90%
90%
100%
100%
8.
Meningkatkan kinerja monitoring evaluasi kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah
1. Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi RKPD dan RPJM
Persentase rekomendasi yang ditindaklanjuti
Jumlah rekomendasi monev RKPD dan RPJM yang ditindaklanjuti dibagi jumlah rekomendasi yang diberikan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
2. Meningkatnya kualitas
Persentase rekomendasi yang
Jumlah rekomendasi perencanaan bidang
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 10
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN Definisi Operasional SAT TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2016 2017 2018 2019 2020 2021
monitoring dan evaluasi peren-canaan bidang Ekonomi
ditindaklanjuti
ekonomi yang ditindaklanjuti dibagi jumlah rekomendasi yang diberikan
3. Meningkatnya monitoring dan evaluasi peren-canaan bidang Fisik Prasarana
Persentase rekomendasi yang ditindaklanjuti
Jumlah rekomendasi perencanaan bidang fisik prasarana yang ditindaklanjuti dibagi jumlah rekomendasi yang diberikan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
4. Meningkatnya monitoring dan evaluasi perencanaan bidang Sosial Budaya
Persentase rekomendasi yang ditindaklanjuti
Jumlah rekomendasi perencanaan bidang sosial budaya yang ditindaklanjuti dibagi jumlah rekomendasi yang diberikan
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 11
4.3 STRATEGI
Strategi merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan pelayanan OPD, sedang Kebijakan merupakan arah tindakan yang diambil OPD untuk menentukan program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran Perangkat Daerah. Perangkat Daerah selain bertanggung jawab dalam mewujudkan tujuan dan sasaran Renstranya, PD bertanggung jawab dalam mencapai sasaran- sasaran daerah sesuai dengan kewenangannya dalam rangka pencapaian program prioritas Kepala daerah (sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD). Perumusan Strategi didasarkan pada tujuan dan sasaran Bappeda Kota Magelang sebelumnya, sedang alat yang dipergunakan untuk menyusun faktor–faktor strategis dari organisasi adalah melalui analisis SWOT. Teknik yang dipergunakan dalam matrik SWOT ini adalah dengan tehnik menginteraksikan faktor–faktor strategis agar terjadi suatu sinergi untuk mencapai tujuan. Untuk sampai dengan munculnya strategi, maka perlu ditelaah 11actor eksternal dan internal yang mempengaruhinya.
 FAKTOR INTERNAL
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan faktor internal adalah aspek kelembagaan yang terkait dengan kewenangan, fungsi dan peran, sumberdaya aparatur, sarana dan prasarana. 1. Aspek Kekuatan Aspek kekuatan adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam kewenangan dan berada dibawah langsung kendali tugas dan fungsi Bappeda yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kinerja Bappeda Kota Magelang No Poin Kekuatan (Strength/W)
1
Fungsi strategis Bappeda sebagai koordinator, administrator dan think tank perencanaan pembangunan daerah
2
Kelembagaan organisasi yang solid serta di dukung sumber daya yang handal
3
Ketersedian SDM aparatur yang capabel
4
Kelengkapan sarana prasarana yang memadai
5
Koneksi internet yang cukup mendukung pelaksanaan tugas
6
Tersedianya website sebagai sebagai ruang informasi dan komunikasi dengan masyarakat
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 12
No Poin Kekuatan (Strength/W)
7
Tersedianya sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
8
Lokasi gedung kantor yang berada di lingkungan Sekretariat Pemda Kota Magelang sehingga memudahkan untuk melakukan koordinasi dengan OPD-OPD terkait
9
Penyusunan dokumen perencanaan strategis dengan swakelola
10
Komitmen organisasi sebagai improvement driven organisation
2. Aspek Kelemahan
Aspek kelemahan adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam dan terkait langsung dengan fungsi dan peranan Bappeda yang dapat menjadi kendala dalam peningkatan kinerja Bappeda. No Poin Kelemahan (Weakness/W)
1
Kapasitas sumber daya manusia, khususnya dibidang perencanaan, masih perlu ada upaya peningkatan secara terus menerus
2
Belum optimalnya implementasi hasil dokumen hasil perencanaan bidang
3
Masih lemahnya manajemen pengaturan pekerjaan
4
Masih kurangnya koordinasi antar bidang dengan PD
5
Belum optimal dan meratanya kapasitas SDM dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
6
Belum optimalnya koordinasi internal dan antar bidang
7
Masih adanya pelaksanaan beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bidang/sub bidang
8
Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mendukung tercapainya reformasi birokrasi;
9
Belum optimalnya ketersediaan, validitas, pemanfaatan, pengelolaan dan pengintegrasian data (spasial, sektoral dan statistik) berbasis Teknologi Informasi (TI) yang tersusun secara sistematis dan akurat;
10
Sistem aplikasi perencanaan yang belum terintegrasi dengan sistem penganggaran dan sistem pengendalian, monitoring dan evaluasi;
11
Belum optimalnya pengelolaan sistem database dan belum akuratnya hasil monitoring dan evaluasi program/kegiatan pembangunan sebagai dasar penyusunan perencanaan yang akan datang
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 13
No Poin Kelemahan (Weakness/W)
12
Tidak seimbangnya beban kerja dengan kapasitas SDM
13
Belum optimalnya sinkronisasi proses perencanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan
 FAKTOR EKSTERNAL
Faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh langsung terhadap kinerja yaitu : 1. Aspek Peluang Pengertian peluang adalah kondisi eksternal yang mendukung dan dapat dimanfaatkan dalam peningkatan kinerja Bappeda. No Poin Peluang (Opportunity/O)
1
Ketersediaan regulasi yang mengatur sistem perencanaan pembangunan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN beserta dengan peraturan-peraturan pendukungnya
2
Terbukanya pendekatan pembangunan topdown, bottom up, partisipatif, politis dan teknokratis
3
Terbukanya peluang dan kesempatan dari instansi Pemerintah Pusat maupun Propinsi untuk meningkat kan kemampuan, ketrampilan dan keahlian aparatur dengan mengikuti jenjang pendidikan formal, bintek, workshop, maupun seminar
4
Peluang pengembangan inovasi perencanaan pembangunan daerah
5
Adanya forum Bappeda se-Jawa Tengah untuk koordinasi program dan kegiatan
6
Kondusivitas dan Daya saing kota Magelang
7
Terbukanya peluang kerjasama dengan Perguruan tinggi dan organisasi profesi terkait dengan penyusunan dokumen – dokumen perencanaan
8
Peluang pemanfaatan Corporate Social Responsibility
9
Pemanfaatan perencanaan dan penganggaran melalui skema Bantuan Provinsi dan DAK
10
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
11
Keberadaan forum forum warga
12
Daya kritis masyarakat dalam mengawal proses pembangunan
2. Aspek Ancaman
Ancaman adalah kondisi eksternal yang dapat mengganggu dan menghambat pengembangan dan peningkatan kinerja Bappeda di Kota Magelang
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 14
No Poin Ancaman (Threat/T)
1
Kapasitas SDM perencana pada OPD di bawah lingkup koordinasi Bappeda masih belum optimal dalam mendukung pencapaian tujuan perencanaan pembangunan yang telah disusun oleh Bappeda
2
Belum optimalnya aspirasi masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang disalurkan melalui media yang disediakan pada website Bappeda
3
Perubahan regulasi yang hadir pada waktu yang tidak tepat sebagai dasar/acuan perencanaan menjadi kendala dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
4
Banyaknya permasalahan dan isu strategis kota yang harus segera disolusikan
5
Belum optimalnya koordinasi eksternal dan masih adanya ego sektoral antar OPD
MATRIKS SWOT Matrik SWOT dapat dipergunakan sebagai sarana dalam menyusun strategi utama pada empat kuadran yang saling terkait dan fokus ke arah tujuan yang telah dirumuskan sesuai dengan lingkungan stategis dari organisasi karena matrik SWOT ini menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahanyang dimiliki oleh organisasi serta menggambarkan peluang dan ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi. Matrik SWOT ini mempunyai empat strategi utama yang dapat dirumuskan ke dalam empat kuadran SWOT yaitu :
a. Strategi SO ( Strengths vs Opportunities)
Strategi ini dalam matrik SWOT berada di dalam kuadran I, yang biasa disebut dengan strategi ekspansi. Strategi ini dibuat berdasarkan pemikiran organisasi untuk menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Dengan mempergunakan strategi tersebut maka diharapkan akan terjadi pengembangan/ ekspansi, pertumbuhan atau perluasan dalam bidang tertentu dalam mencapai tujuan.
b. Strategi ST ( Strengths vs Threats)
Strategi ini dalam matrik SWOT berada di dalam kuadran II, yang biasa disebut dengan strategi diversifikasi. Strategi ini dibuat berdasarkan pemikiran organisasi untuk menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan atau ancaman. Strategi ini dipergunakan untuk menciptakan diversifikasi, inovasi dan modifikasi di bidang tertentu dalam upaya untuk mengatasi ancaman dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi.
c. Strategi WO ( Weakness vs Opportunities)
Strategi ini dalam matrik SWOT berada di dalam kuadran III, yang biasa disebut dengan strategi rasionalisasi/stabilitas. Strategi ini dibuat berdasarkan pemikiran
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 15
organisasi untuk menggunakan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan organisasi. Strategi ini dipergunakan untuk menciptakan stabilitas atau rasionalisasi dalam bidang tertentu dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d. Strategi WT ( Weakness vs Threats)
Strategi ini dalam matrik SWOT berada di dalam kuadran IV, yang biasa disebut dengan strategi defensif/survival. Strategi ini bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi ini dipergunakan untuk menciptakan suatu kegiatan yang defensif, efisiensi yang menyeluruh untuk dapat bertahan serta menghindari ancaman/tantangan yang juga harus dihadapi oleh organisasi. Perumusan strategi yang diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pelayanan Badan perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang, sebagaimana matrik SWOT yang ditampilkan pada tabel di bawah ini:
TABEL 4.2 ANALISA LINGKUNGAN STRATEGIS (SWOT)
1. Strategi S-O Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities)
1
Fungsi strategis Bappeda sebagai koordinator, administrator dan think tank perencanaan pembangunan daerah
1
Ketersediaan regulasi yang mengatur sistem perencanaan pembangunan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN beserta dengan peraturan-peraturan pendukungnya
2
Kelembagaan organisasi yang solid serta di dukung sumber daya yang handal
2
Terbukanya pendekatan pembangunan topdown, bottom up, partisipatif, politis dan teknokratis
3
Ketersedian SDM aparatur yang kapabel
3
Terbukanya peluang dan kesempatan dari instansi Pemerintah Pusat maupun Propinsi untuk meningkat kan kemampuan, ketrampilan dan keahlian aparatur dengan mengikuti jenjang pendidikan formal, bintek, workshop, maupun seminar
4
Kelengkapan sarana prasarana yang memadai
4
Peluang pengembangan inovasi perencanaan pembangunan daerah
5
Koneksi internet yang cukup mendukung pelaksanaan tugas
5
Adanya forum Bappeda se-Jawa Tengah untuk koordinasi program dan kegiatan
6
Tersedianya website sebagai sebagai ruang informasi dan komunikasi dengan masyarakat
6
Kondusivitas dan Daya saing kota Magelang
7
Tersedianya sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
7
Terbukanya peluang kerjasama dengan Perguruan tinggi dan organisasi profesi terkait dengan penyusunan dokumen – dokumen perencanaan
8
Lokasi gedung kantor yang berada di lingkungan Sekretariat Pemda Kota Magelang sehingga memudahkan untuk melakukan koordinasi dengan OPD – OPD terkait
8
Peluang pemanfaatan Corporate Social Responsibility
9
Penyusunan dokumen perencanaan strategis dengan swakelola
9
Pemanfaatan perencanaan dan penganggaran melalui skema Bantuan Provinsi dan DAK
10
Komitmen organisasi sebagai improvement driven organisation
10
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
11
Keberadaan forum forum warga
12
Daya kritis masyarakat dalam mengawal proses pembangunan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 17
Kekuatan (Strengths) Peluang (Opportunities)
Asumsi Strategi SO ( kekuatan vs Peluang ) Menggunakan Kekuatan untuk memanfaatkan peluang
1
Meningkatkan inovasi perencanaan dengan optimalisasi peran teknologi informasi dan daya kritis warga
2
Meningkatkan kerjasama, koordinasi antara Bappeda dengan OPD terkait, baik dalam skala kota, propinsi maupun tingkat pusat dalam mendukung core business Bappeda
3
Meningkatkan kerjasama government to business untuk mendukung kinerja pembangunan daerah
4
Pengembangan sisten informasi perencanaan dan data base perencanaa berbasis tehnologi informatika
5
Meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada, struktur organisasi dengan jumlah staf yang cukup dengan kompetensi pendidikan yang memadai dalam rangka mendukung peningkatan kinerja lembaga perencanaan
2. STRATEGI WO Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunities)
1
Kapasitas sumber daya manusia, khususnya dibidang perencanaan, masih perlu ada upaya peningkatan secara terus menerus
1
Ketersediaan regulasi yang mengatur sistem perencanaan pembangunan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN beserta dengan peraturan-peraturan pendukungnya
2
Belum optimalnya implementasi hasil dokumen hasil perencanaan bidang
2
Terbukanya pendekatan pembangunan topdown, bottom up, partisipatif, politis dan teknokratis
3
Masih lemahnya manajemen pengaturan pekerjaan
3
Terbukanya peluang dan kesempatan dari instansi Pemerintah Pusat maupun Propinsi untuk meningkat kan kemampuan, ketrampilan dan keahlian aparatur dengan mengikuti jenjang pendidikan formal, bintek, workshop, maupun seminar
4
Masih kurangnya koordinasi antar bidang dengan PD
4
Peluang pengembangan inovasi perencanaan pembangunan daerah
5
Belum optimal dan meratanya kapasitas SDM dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
5
Adanya forum Bappeda se-Jawa Tengah untuk koordinasi program dan kegiatan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 18
Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunities)
6
Belum optimalnya koordinasi internal dan antar bidang
6
Kondusivitas dan Daya saing kota Magelang
7
Masih adanya pelaksanaan beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bidang/sub bidang
7
Terbukanya peluang kerjasama dengan Perguruan tinggi dan organisasi profesi terkait dengan penyusunan dokumen – dokumen perencanaan
8
Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mendukung tercapainya reformasi birokrasi;
8
Peluang pemanfaatan Corporate Social Responsibility
9
Belum optimalnya ketersediaan, validitas, pemanfaatan, pengelolaan dan pengintegrasian data (spasial, sektoral dan statistik) berbasis Teknologi Informasi (TI) yang tersusun secara sistematis dan akurat;
9
Pemanfaatan perencanaan dan penganggaran melalui skema Bantuan Provinsi dan DAK
10
Sistem aplikasi perencanaan yang belum terintegrasi dengan 18ating penganggaran dan sistem pengenda-lian, monitoring dan evaluasi;
10
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
11
Belum optimalnya pengelolaan 18ating database dan belum akuratnya hasil monitoring dan evaluasi program/ kegiatan pembangunan sebagai dasar penyusunan perencanaan yang akan datang
11
Keberadaan forum forum warga
12
Tidak seimbangnya beban kerja dengan kapasitas SDM
12
Daya kritis masyarakat dalam mengawal proses pembangunan
13
Belum optimalnya sinkronisasi proses perencanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan
Asumsi Strategi WO ( Kelemahan vs Peluang ) Menanggulangi Kelemahan dengan memanfaatkan Peluang
1
Meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya aparatur perencanaan Bappeda melalui bintek, diklat, pendidikan formal perencanaan serta kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi
2
Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan melalui perumusan strategi dan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan kegiatan yang partisipasif, lebih terarah dan terukur sesuai visi misi Kepada Daerah dengan di dukung oleh situasi dan kondisi Kota Magelang yang relatif aman dan kondusif
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 19
Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunities)
3
Meningkatkan fasilitasi dalam proses perencanaan pembangunan daerah
4
Mengelola anggaran dengan lebih efisien, efektif dan akuntabilitas dengan memperjelas arah kebijakan organisasi dalam penggunaan anggaran
5
Meningkatkan kualitas dan dukungan data informasi serta kearsipan bagi penguatan penyusunan perencanaan pembangunan
6
Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif dan berkeadilan
7
Meningkatkan kualitas produk dan dokumen – dokumen perencanaan yang di dukung dengan kerjasama antar lembaga perencanaan baik propinsi maupun pusat dan kerjasama dengan perguruan tinggi dan organiasi profesi
STRATEGI S-T Kekuatan (Strengths) Ancaman (Threats)
1
Fungsi strategis Bappeda sebagai koordinator, administrator dan think tank perencanaan pembangunan daerah
1
Kapasitas SDM perencana pada OPD di bawah lingkup koordinasi Bappeda masih belum optimal dalam mendukung pencapaian tujuan perencanaan pembangunan yang telah disusun oleh Bappeda
2
Kelembagaan organisasi yang solid serta di dukung sumber daya yang handal
2
Belum optimalnya aspirasi masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang disalurkan melalui media yang disediakan pada website Bappeda
3
Ketersedian SDM aparatur yang kapabel
3
Perubahan regulasi yang hadir pada waktu yang tidak tepat sebagai dasar/acuan perencanaan menjadi kendala dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
4
Kelengkapan sarana prasarana yang memadai
4
Banyaknya permasalahan dan isu strategis kota yang harus segera disolusikan
5
Koneksi internet yang cukup mendukung pelaksanaan tugas
5
Belum optimalnya koordinasi eksternal dan masih adanya ego sektoral antar OPD
6
Tersedianya website sebagai sebagai ruang informasi dan komunikasi dengan masyarakat
7
Tersedianya sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 20
Kekuatan (Strengths) Ancaman (Threats)
8
Lokasi gedung kantor yang berada di lingkungan Sekretariat Pemda Kota Magelang sehingga memudahkan untuk melakukan koordinasi dengan OPD – OPD terkait
9
Penyusunan dokumen perencanaan strategis dengan swakelola
10
Komitmen organisasi sebagai improvement driven organisation
Asumsi Strategi ST ( kekuatan vs Ancaman ) Menggunakan Kekuatan untuk menghadap ancaman / tantangan
1
Optimalisasi aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
2
Peningkatan koordinasi dalam proses perencanaan dan evaluasi terkait dengan penanganan permasalahan – permasalahan dan isu strategis di bidang fisik prasarana, ekonomi dan sosial budaya secara komprenhensif dan integral.
3
Peningkatan pemanfaatan tehnologi informatika sebagai sumber data dan informasi dalam rangka mendukung penyusunan produk – produk perencanaan serta publikasi informasi dan produk perencanaan pembangunan sehingga lebih mudah di akses oleh masyarakat dan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
4
Peningkatan pengelolaan administrasi, data dan kearsipan yang di dukung dengan sarana prasarana yang cukup dan staf dengan kompetensi pendidikan yang memadai untuk mendukung kegiatan perencanaan
5
Peningkatan Komitmen dan konsistensi pemerintah untuk melaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan dokumen perencanaan
STRATEGI T-W Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threats)
1
Kapasitas sumber daya manusia, khususnya dibidang perencanaan, masih perlu ada upaya peningkatan secara terus menerus
1
Kapasitas SDM perencana pada OPD di bawah lingkup koordinasi Bappeda masih belum optimal dalam mendukung penca-paian tujuan perencanaan pembangu-nan yang telah disusun oleh Bappeda
2
Belum optimalnya implementasi hasil dokumen hasil perencanaan bidang
2
Belum optimalnya aspirasi masyarakat berbasis teknologi informasi dan komu-nikasi yang disalurkan melalui media yang disediakan pada website Bappeda
3
Masih lemahnya manajemen pengaturan pekerjaan
3
Perubahan regulasi yang hadir pada waktu yang tidak tepat sebagai dasar/acuan perencanaan menjadi
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 21
Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threats)
kendala dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
4
Masih kurangnya koordinasi antar bidang dengan PD
4
Banyaknya permasalahan dan isu strategis kota yang harus segera disolusikan
5
Belum optimal dan meratanya kapasitas SDM dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
5
Belum optimalnya koordinasi eksternal dan masih adanya ego sektoral antar OPD
6
Belum optimalnya koordinasi internal dan antar bidang
7
Masih adanya pelaksanaan beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bidang/sub bidang
8
Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mendukung tercapainya reformasi birokrasi;
9
Belum optimalnya ketersediaan, validitas, pemanfaatan, pengelolaan dan pengintegrasian data (spasial, sektoral dan statistik) berbasis Teknologi Informasi (TI) yang tersusun secara sistematis dan akurat;
10
Sistem aplikasi perencanaan yang belum terintegrasi dengan sistem penganggaran dan sistem pengendalian, monitoring dan evaluasi;
11
Belum optimalnya pengelolaan sistem database dan belum akuratnya hasil monitoring dan evaluasi program/ kegiatan pembangunan sebagai dasar penyusunan perencanaan yang akan datang
12
Tidak seimbangnya beban kerja dengan kapasitas SDM
13
Belum optimalnya sinkronisasi proses perencanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan
Asumsi Strategi WT ( Kelemahan vs Ancaman ) Memperkecil Kelemahan dan menghindari ancaman / tantangan
1
Penyediaan dan implementasi Standart Operating Procedure (SOP) dalam optimalisasi kinerja Perencanaan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 22
Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threats)
2
Peningkatan sosialiasi proses dan dokumen perencanaan dalam rangka untuk meningkat-kan kapasitas kelembagaan OPD dalam mendukung pencapaian tujuan perencanaan pembangunan yang telah disusun oleh Bappeda dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
3
Peningkatan kualitas kajian dan evaluasi kebijakan pembangunan sebagai bahan dalam proses perencanaan pembangunan, penyusunan kebijakan di berbagai bidang dan pencapaian tujuan sasaran dalam RPJMD
4
Peningkatan kualitas monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan
4.4 KEBIJAKAN
Dalam menentukan arah yang diambil Bappeda Kota Magelang dalam menentukan bentuk konfigurasi program dan kegiatan untuk mencapai tujuan perlu dirumuskan ke dalam kebijakan. Kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu. Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/ kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta visi dan misi satuan kerja perangkat daerah. Menurut targetnya, kebijakan terdiri atas: (i) Kebijakan internal, yaitu kebijakan dalam mengelola pelaksanaan program-program pembangunan, dan (ii) Kebijakan eksternal, yaitu kebijakan yang diterbitkan OPD dalam rangka mengatur dan memfasilitasi kegiatan masayarakat. Perumusan kebijakan yang menjadi jembatan penghubung antara visi-misi Bappeda Kota Magelang dengan rincian program dan kegiatan sebagaimana tabel berikut:
TABEL 4.3 KETERKAITAN ANTARA TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN dan PROGRAM/KEGIATAN Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
1. Meningkatkan kapasitas dan pemerataan kualitas aparatur perencanaan
Meningkatnya kapasitas dan makin meratanya aparatur perencanaan
1. Meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya aparatur perencanaan Bappeda melalui bintek, diklat, pendidikan formal perencanaan serta kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi
1. Memfasilitasi aparatur pe-rencanaan untuk mengikuti pendidikan formal perenca-naan, bintek, seminar, diklat workshop terkait dengan perencanaan
2. Melaksanakan fasilitasi bagi aparatur perencana dan karya-wan untuk mengikuti bintek, seminar, diklat, workshop, konsultasi dan koordinasi terkait dengan teknis pekerjaan
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
 Rapat - rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
 Workshop perencanaan pembangunan daerah
 Sosialisasi perencanaan pembangunan
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dalam mendu-kung core business peren-canaan
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
1. Meningkatkan peman-faatan sarana dan pra-sarana yang ada, struktur organisasi dengan jumlah staf yang cukup dengan kompetensi pendidikan yang memadai dalam rangka mendukung peningkatan kinerja lembaga perencanaan.
1. Meningkatkan sarana dan prasarana kantor serta kegiatan pemeliharaan aset kantor yang mendukung kelancaran pelaksanaan tugas fungsi Bappeda
Program Peningkatan sarana dan prasarana aparatur, dengan kegiatan
 Pengadaan perlengkapan gedung kantor
 Pengadaan peralatan gedung kantor
 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor
 Pemeliharaan rutin/berkala meubelair
 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 24
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
2. Pengembangan sistem informasi perencanaan dan data base perencanaa berbasis tehnologi informatika
2. Pengembangan fitur fitur SIPPD serta website Bappeda
Program Perencanaan Pembangunan
 Publikasi Perencanaan Pembangunan
3. Meningkatkan koordinasi internal, tata kelola, administrasi dan pelaporan yang tertib dan sesuai dengan aturan yang berlaku
Terwujudnya administrasi dan pelaporan yang tertib sesuai peraturan yang berlaku.
1. Penyediaan dan implementasi Standart Operating Procedure (SOP) dalam optimalisasi kinerja Perencanaan
2. Peningkatan pengelo-laan administrasi, data dan kearsipan yang di dukung dengan sarana prasarana yang cukup dan staf dengan kompetensi pendidikan yang memadai untuk mendukung kegiatan perencanaan
3. Mengelola anggaran dengan lebih efisien, efektif dan akuntabilitas dengan memperjelas arah kebijakan organisasi da-
1. Melaksanakan pengelolaan administrasi
2. Melaksanakan pengelolaan dan tertib administrasi arsip serta manajemen aset OPD
3. Melaksanakan pengembangan capaian kinerja kegiatan dan kinerja keuangan OPD secara tertib, lancar dan tepat waktu
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
 Penyediaan Jasa surat menyurat
 Penyediaan Jasa komunikasi, sumber daya dan listrik
 Penyediaan Jasa administrasi keuangan
 Penyediaan Jasa Kebersihan
 Penyediaan alat tulis kantor
 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
 Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
 Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang – undangan
 Penyediaan bahan logistic kantor
 Penyediaan makanan dan minuman
 Penyediaan jasa Tenaga kontrak/ honorer daerah/tidak tetap
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 25
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
lam penggunaan anggaran
Program Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan, dengan kegiatan
 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja OPD
 Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun
 Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
 Penyusunan Rencana Kerja OPD
 Penyusunan RKA OPD
 Penyusunan Renstra OPD
 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) OPD
Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah
 Pendataan dan penataan dokumen/ arsip daerah
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 26
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
4. Mengoptimalkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif, inovatif dan berbasis pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Meningkatnya kualitas perencanaan dan me-kanisme perencanaan pembangunan partisipatif dan inovatif
a. Optimalisasi aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
b. Meningkatkan fasilitasi dalam proses perencanaan pembangunan daerah
c. Peningkatan komitmen dan konsistensi pemerintah untuk melaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan dokumen perencanaan
Penyelenggaraan sistem Perenca-naan Pembangunan daerah yang partisipatif, akuntabel dan trans-paran, dalam mewujudkan dokumen RKPD yang berkualitas
Program perencanaan pembangunan daerah
 Penyelenggaraan musrenbang RKPD
 Forum OPD dan FGD
Terwujudnya dukungan data dan informasi ter-update
1. Meningkatkan kualitas dan dukungan data informasi serta kearsipan bagi pengua-tan penyusunan perencana-an pembangunan
2. Peningkatan pemanfaatan tehnologi informatika sebagai sumber data dan informasi dalam rangka mendukung penyusunan produk - produk perencana-an serta publikasi informasi dan produk perencanaan pembangunan sehingga lebih mudah di akses oleh
Penyusunan data daerah sebagai bahan analisa perencanaan dan pengambilan kebijakan Publikasi proses dan hasil perencanaan pembangunan melalui webiste bappeda
Program Pengembangan data/informasi
 Penyusunan Profile Daerah
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
 Publikasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 27
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
masyarakat dan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
5. Mewujudkan konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan
Terwujudnya konsistensi perencanaan jangka menengah dengan perencanaan tahunan
1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif dan berkeadilan
Penyusunan dokumen tahunan yang konsisten dengan dokumen jangka menengah
Program perencanaan pembangunan daerah
 Penyusunan rancangan RKPD
 Penetapan RKPD
 Pelaksanaan Verifikasi Renja OPD
 Penetapan RPJMD 2016 – 2021
 Penetapan Perubahan RKPD
 Penyusunan Rancangan Perubahan RKPD
 Pelaksanaan Verifikasi Perubahan Renja OPD
 Penyusunan Renstra OPD
 Penyusunan Review RPJPD
 Penyusunan Standar Satuan Harga
 Penyusunan Dokumen Pembangunan Wilayah Terpadu Jangka Menengah
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 28
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
6.Mewujudkan dokumen perencanaan dan implementasi perencana-an pembangunan bidang ekonomi, fisik prasana & sosial budaya yang berkualitas
Terwujudnya ketersediaan dokumen perencanaan dan implementasi dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang ekonomi yang berkualitas
Meningkatkan kualitas produk dan dokumen - dokumen perencanaan yang di dukung dengan kerjasama antar lembaga perencanaan baik propinsi maupun pusat dan kerjasama dengan perguruan tinggi dan swasta
Penyusunan Dokumen perencanaan bidang ekonomi yang relevan untuk menjawab berbagai permasalahan dan isu bidang ekonomi pada skala kota
Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
 Identifikasi Produk Unggulan Daerah
 Pemetaan Potensi Ekonomi Kota Magelang
 Perencanaan Peningkatan Jaminan Mutu Produk Pertanian
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pemasaran Produk Dan Jaringan Kemitraan
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Jangkauan Pemasaran Dalam Skema E-Commerce
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Peningkatan Daya Saing Kum Berbasis Ekonomi Lokal
 Penyusunan Dokumen Analisis Daya Saing Kota Magelang
 Pengembangan Minapolitan
 Masterplan Ketersediaan Pangan Kota Magelang
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Florikultur
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Urban Farming
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Gunung Tidar
 Pengembangan Agribisnis Hortikultura
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 29
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
 Perencanaan, Pengembangan Produk Unggulan Pertanian, Perikanan, Peternakan
 Penyusunan Dokumen Masterplan Tenaga Kerja Daerah
 Optimalisasi Budidaya Perikanan
 Rencana Induk Pengembangan Pertanian
 Studi Potensi Pengembangan Industri Kreatif
 Masterplan Pengembangan Bumd Kota Magelang
 Rencana Induk Kebun Raya Gunung Tidar
 Penyusunan Dokumen Pengembangan Pertanian Organik
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) Ber-NKV
 Penyusunan Sistem Informasi Dan Lingkungan
 Peninjauan Kembali MKSB
 Perencanaan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
 RAD Ketahanan Pangan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 30
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
Program Kerja Sama Pembangunan
 Fasilitasi Kerja Sama dengan Usaha/Lembaga
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program Sejuta Bunga
Terwujudnya ketersediaan dokumen perencanaan dan implementasi dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang fisik dan prasarana yang berkualitas
Meningkatkan kualitas produk dan dokumen-dokumen perencanaan yang di dukung dengan kerjasama antarlembaga perencanaan baik propinsi maupun pusat dan kerjasama dengan perguruan tinggi dan organiasi profesi
Penyusunan Dokumen perenca-naan bidang Fisik prasarana yang relevan untuk menjawab berbagai permasalahan dan isu bidang fisik dan prasarana pada skala kota
Program Perencanaan Fisik Prasarana
 Monev Implementasi Kawasan-Kawasan Strategis
 Penyusunan Studi Kelayakan Penataan Terminal Lama Rejomulyo
 Monev 100-0-100
 Monev Strategi Sanitasi Kota
 Penyusunan Blueprint Universal Design
 Review Strategi Sanitasi Kota
 Penyusunan Dokumen Perencana-an Manajemen Persampahan
 Penyusunan Masterplan Air Limbah
 Penyusunan Masterplan Drainase Berwawasan Lingkungan
 Up Date Data Base Jalan Dan Jembatan
 Review Masterplan Kawasan GOR Samapta
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 31
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
 Masterplan Taman
 Masterplan Integrated Transport System (ITS)
 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
 Review Masterplan Kawasan Soekarno-Hatta
 Studi Kelayakan Penataan Alun-Alun Sebagai Sentra Pertumbuhan Ekonomi Baru
 Penyusunan FS Skywalk Jalan A. Yani (Penghubung Teras Kali Kota Dan Taman Lansia)/Pecinan
 Perencanaan Penataan Alun-Alun
 Up Date Base Perumahan
 Perencanaan Penataan Terminal Lama Rejomulyo
 Penyusunan Perencanaan Kawasan Prioritas
 Penyusunan Perencanaan Kawasan Strategis
 Monev AMPL
 RISPAM
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 32
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
 Penyusunan Dokumen Masterplan Smartcity
Program Pengembangan Perumahan
 Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan
Program Lingkungan Sehat Perumahn
 Penyusunan Dokumen Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP)
Terwujudnya ketersedia-an dokumen perencana-an dan implementasi dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang sosial budaya yang berkualitas
Meningkatkan kualitas produk dan dokumen-dokumen perencanaan yang di dukung dengan kerjasama antar lembaga perencanaan baik propinsi maupun pusat dan kerjasama dengan perguruan tinggi dan organiasi profesi
Penyusunan Dokumen perencanaan bidang Sosial Budaya yang relevan untuk menjawab berbagai permasalahan dan isu bidang social buadaya pada skala kota
Program Perencanaan Sosial Budaya
 Penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
 Penyusunan Dokumen Kota Layak Anak
 Penyusunan Dokumen RAD Kota Inklusif
 Penyusunan Dokumen Perencanaan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
 Penyusunan Laporan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD)
 Penyusunan RAD Kota Magelang Sehat
 Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Pendidikan Untuk Semua (PUS)
 Perencanaan Pengembangan Kehidupan Berkelanjutan
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 33
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
 Penyusunan Masterplan Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan
 Rencana Aksi Daerah Pengarustamaan Gender
 Penyusunan Dokumen Masterplan Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana
 Penyusunan Masterplan Pemberda-yaan Masyarakat
 Masterplan Pemberdayaan Pemuda
 Perencanaan Peningkatan Daya Saing Dan Daya Jual Pariwisata
 Perencanaan Pengembangn Olah Raga
 Perencanaan Pembangunan Berbasis Kependudukan
 Rencana Pengendalian Stabilitas Daerah
 Penyusunan RAD Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi
 Penyusunan Dokumen RAD HAM
 Penyusunan Rencana Aksi Daerah SDGs
 Perencanaan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
 Perencanaan Peningkatan Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi
 Perencanaan Kerja Sama Daerah
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 34
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
 Penyusunan Dokumen RAD ASN
 Penyusunan Dokumen Perencanaan E-Goverment
 Review dan evaluasi dokumen strategis penanggulangan kemiskinan daerah
7. Mewujudkan koor-dinasi, pengenda-lian kebijakan, pelaksanaan dan hasil perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas
Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan bidang Ekonomi FispraWil
Meningkatkan koordinasi dalam menyusun dan menerapkan kebijakan dan program terkait dengan penanganan permasalahan - permasalahan di bidang ekonomi fisprawil dan bidang sosial budaya secara komprenhen sif dan integral
Melakukan koordinasi perenca-naan pembangunan bidang Ekonomi dan Fisik Prasarana Wilayah di Kota Magelang yang meliputi urusan di bawah koordinasi bidang ekonomi Prasarana Wilayah
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
 Pengendalian Dan Evaluasi RKPD
 Evaluasi RPJMD
Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
 Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi
 Koordinasi, Monitoring Dan Evaluasi
Program Perencanaan Fisik Prasarana
 Koordinasi Perencanaan Bidang Fispra
Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi perenca-naan bidang Sosial Budaya
Melakukan koordinasi perencanaan pembangunan bidang Sosial Budaya di Kota Magelang sesuai urusan di bawah kewenangan koordinasi bidang sosial budaya
Program Perencanaan Sosial Budaya
 Koordinasi Perencanaan Bidang Sosbud
 Koordinasi, Monitoring Dan Evaluasi
Perubahan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang 2016-2021 BAB – IV 35
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan
8. Meningkatkan ki-nerja monitoring evaluasi kebija-kan, pelaksanaan dan hasil peren-canaan pemba-ngunan daerah
Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi RKPD dan RPJM
Meningkatkan kualitas kajian dan evaluasi kebijakan pembangunan sebagai bahan dalam proses perencanaan pembangunan, penyusunan kebijakan di berbagai bidang dan pencapaian tujuan sasaran dalam RPJMD
Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Program perencanaan Pembangunan Daerah
 Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi perencanaan bidang Ekonomi Fisik Prasarana Wilayah
Meningkatkan kualitas monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan
Melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan bidang ekonomi Prasarana Wilayah
Program perencanaan Ekonomi
 Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program perencanaan Fisik Prasarana
 Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Meningkatnya monitoring dan evaluasi perencana-an bidang Sosial Budaya
Melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan bidang sosial budaya
Program perencanaan sosial budaya
 Monitoring, evaluasi dan pelaporan