Ketika Bung Karno menangis saat tandatangani SK hukuman mati Kartosuwiryo, teman sekosannya dulu
Kartosoewirjo (Kartosuwiryo), seorang pemimpin gerakan DI/TII, dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper) pada 16 Agustus 1962 silam. Keputusan itu diiringi tangisan Bung Karno.
Hal itu dikarenakan Bung Karno harus menandatangani surat hukuman mati pria bernama lengkap Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo tersebut. Seperti dikisahkan, Kartosoewirjo adalah teman sekosan dan seperjuangan Bung Karno, bahkan ada yang menyebut mereka merupakan sahabat dekat.
Operasi terhadap gerakan yag menamakan diri Darrul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di wilayah Jawa Barat menjadi operasi militer yang istimewa bagi Yonif Linud 328 karena berlangsung di wilayah sendiri. Operasi militer yang dilancarkan mulai 1948 hingga 1962 itu termasuk operasi yang panjang karena begitu banyaknya daerah yang telah dikuasai oleh DI/TII.
Upaya Yonif Lanud 328 dan satuan Divisi Silliwangi untuk meredam DI/TII pun dilakukan secara bertahap. Penyergapan terhadap pimpinan DI/TII SM Kartosoewirjo bahkan merupakan operasi paling terakhir dan dikenal dengan nama Operasi Barata Yudha dengan target menumpas DI/TII hingga ke akar-akarnya.
Upaya untuk menangkap Kartosoewirjo terjadi pada 2 Juni 1962 di sebuah kawasan kaki di Jawa Barat. Saat itu, Kartosoewirjo dan sejumlah kecil pengikutnya sudah makin terdesak akibat taktik Operasi Pagar Betis Linud 328.
Setelah merampok untuk kebutuhan logistik, kelompok Kartosoewirjo segera masuk ke kawasan gunung untuk bersembunyi. Satu kompi pasukan Linud 328 yang dipimpin Letda Suhanda, setelah mempelajari jejak yang ditinggalkan di lokasi perampokan, melakukan pegejaran.
Dengan bekal jejak-jejak yang ditinggalkan gerombolan Kartosoewirjo, secara perlahan tapi pasti, pasukan pengejar itu berhasil mendeteksi persembunyian Kartosoewirjo. Untuk melakukan penangkapan terhadap gerombolan perampok Kartosoewirjo dan anak buahnya, pasukan Suhanda melakukan penelusuran dengan sangat hati-hati.
Maklum, gerombolan Kartosoewirjo memiliki senjata yang cukup lengkap dan tak segan-segan menembak orang tanpa pandang bulu. Karena itulah untuk melaksanakan penyergapan yang aman, Letda Suhanda memerintahkan dua personelnya untuk bergerak diam-diam sambil melakukan pengintaian.
Pada lokasi yang paling dicurigai dua anak buah Letda Suhanda berhasil memergoki salah satu personel Kartosoewirjo yang sedang berjaga. Pasukan Yonif Linud 328 pun segera melancarkan serangan dengan taktik penyergapan.
Kehadiran pasukan Linud 328 ternyata diketahui sehingga para pengawal Kartosoewirjo melepaskan tembakan terlebih dahulu. Baku tembak sengit pun pecah dan gerombolan Kartosoewirjo akhirnya terdesak.
Tiba-tiba dari arah persembunyian gerombolan Kartosoewirjo muncul seseorang yang berteriak sambil mengangkat tangan dan minta tembak-menembak dihentikan. Melihat para pengawal Kartosoewirjo menyerah, tanpa menghilangkan kewaspadaan, personel Linud 328 maju untuk melucuti senjata mereka dan sekaligus menangkap Kartosuwiryo yang sedang terbaring dalam tenda daruratnya.
Tertangkapnya Kartosoewirjo merupakan puncak prestasi bagi Yonif Linud 328 dalam rangka menumpas DI/TII sekaligus mengakhiri aksi pemberontakan yang berlangsung cukup lama itu. Menyerahnya Kartosoewirjo diikuti oleh sisa-sisa pengikutnya yang kadang masih membuat onar.
Kartosoewirjo, yang sebenarnya dikenal baik oleh Presiden Soekarno karena sama-sama pejuang kemerdekaan itu, akhirnya dijatuhi pidana mati pada 16 Agustus 1962 oleh Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper).
Lalu pada 4 September 1962, sekitar pukul 05:50 WIB, hukuman mati terhadap Kartosoewirjo dilaksanakan oleh sebuah regu tembak di sebuah pulau di sekitar Teluk Jakarta.
Ketika menandatangani surat keputusan untuk menghukum mati Kartosuwiryo, Bung Karno sempat menangis mengingat Kartosoewirjo pernah menjadi sahabat dekatnya.
Kartosoewirjo dieksekusi dengan cara ditembak oleh regu tembak yang terdiri 12 orang.
#kartosuwiryo #bungkarno #kartosoewirjo #ditii
No comments:
Post a Comment