11 August 2025

HEROIKNYA PEJUANG AMBARAWA MENGHADANG TENTARA SEKUTU Beberapa saat sebelum pertempuran dahsyat Ambarawa yang kelak dikenal sebagai Hari Juang Kartika, sudah terjadi pertempuran di Magelang yang berlangsung dengan sengit, yang dimulai awal November 1945. Sengitnya pertempuran walau sporadis membuat pihak Sekutu mudur pada tanggal 21 Nopember 1945 ke Ambarawa. Ternyata pengunduran mereka tidaklah semudah yang diduga. Sepanjang jalan mereka harus setiap kali berhenti untuk menyingkirkan barikade ataupun menghadapi serangan hambatan dan pencegatan dari TKR dan pemuda. Di Ngipik iring-iringan musuh menjumpai pencegatan oleh pasukan Batalyon 1/Resimen Magelang pimpinan Mayor Suryosumpeno. Begitu juga di Jambu, musuh juga menga-lami pencegatan dari pihak AMRI pimpinan Sastrodiharjo yang diperkuat oleh laskar gabungan dari Suruh, Surakarta dan Ambarawa. Dari sekian banyak kisah penghadangan dan pencegatan oleh pejuang Indonesia pada tentara Sekutu ada satu kisah heroik yang dilakukan oleh para pemuda-pemuda AMRI Bedono dibantu Laskar Hisbullah dari Suruh dan beberapa anggota TKR Ambarawa di gumuk Gambir. Pada pagi hari tanggal 21 November 1945 sekitar jam 08.30 petugas piket kantor Kecamatan Jambu menerima berita telpon dari Secang, yang memberitahukan tentang pengunduran Sekutu dari Magelang. Petugas tadi kemudian menghubungi markas AMRI setempat yang kemudian menghubungi Ambarawa minta bantuan. Dari Ambarawa berangkatlah 8 orang pemuda dengan kekuatan senjata 4 pucuk dan beberapa buah granat tangan, dengan mengendarai truk yang dikemudikan oleh Sastromarno. Di depan kantor Kecamatan Jambu waktu itu sudah berkumpul pemuda-pemuda dari AMRI, Hisbullah Suruh dan TKR Ambarawa sehingga rombongan berjumlah sekitar 23 orang. Mereka bersenjatakan 6 pucuk senapan, 1 bren dan sejumlah granat, sedang pemuda yang lain hanya bersenjata tajam, bambu runcing dan suatu per. kelengkapan yang unik lainnya ialah beberapa buah blek berisi air lombok dengan semprotan bambu. Mereka kemudian menuju Gumuk Gambir yang dianggap paling strategis untuk melakukan pencegatan. Setelah memasang barikade dengan menebang pepohonan di pinggir dan memasang bantalan rel KA, di atas bukit sekelompok pemuda AMRI Bedono pimpinan Darmosarono dan Sastrosadiyan sedang menyusun batu-batu besar yang akan digulingkan ke bawah. Menjelang sore mulai terdengar suara iringan panser dan truk Sekutu yang didahului oleh 2 buah tank yang berjalan paling depan. Makin tegang para pejuang Indonesia walau tetap sabar menunggu aba-aba menyerang. Saat konvoi Sekutu melambat karena terhalang barikade, tiba-tiba diselingi suara takbir dan letusan pistol keluar lah dari atas sisi bukit sembari melempar batu, granat bahkan suara senapan mesin bren. Tidak kurang dari 70 orang menyerbu dengan tiba-tiba dan yang menjadi korban pertama adalah 2 buah kendaraan lapis baja yang langsung meledak kena granat lalu beberapa tentara Sekutu terjungkal terkena peluru bahkan terkena batu besar. Mendapat serangan yang mengejutkan musuh ini, dan bergerak menyebar mencari perlindungan sambil memberi kan perlawanan. Pertempuran sengit. Tembakan senapan otomatis musuh dibalas dengan melempar batu, semprotan udara lombok dan kadang-kadang diseling bunyi senapan dan ledakan granat. Musuh benar-benar menghadapi kesulitan karena situasi medan menyebabkan tank dan meriam tidak lagi dapat digunakan. Di satu pihak pemuda-pemuda yang berada di atas bukit dengan mudah mengarahkan sasaran tembakan, lemparan batu maupun senjata tajam ke arah musuh, sedang musuh mengalami kesukaran untuk mencari target di atas bukit. Pertempuran terus berlangsung berjam-jam lamanya hingga kegelapan malam mulai menyelimuti daerah itu. Korban di pihak musuh terus berjatuhan dan kendaraan mereka pun banyak yang rusak karena tertimpa batu-batuan maupun terkena ledakan granat. Setelah sekian lama mereka menjadi bulan-bulanan serangan pemuda, agaknya musuh mendapat akal untuk mematahkan perlawanan pemuda. Sementara sebagian serdadunya meneruskan perlawanan, maka ada beberapa kelompok serdadu yang menyusup ke arah belakang pertahanan pemuda. Mereka berusaha menduduki rel KA yang tempatnya lebih tinggi dari pertahanan pemuda di Gumuk Gambir. Ketika pemuda sadar, kedudukan mereka sudah terkepung dari berbagai penjuru dan musuh mulai menghujani tembakan. Sekalipun sudah terjepit namun pemuda-pemuda terus me-lawan dengan gigih. Baru setelah kehabisan peluru mereka kemu-dian berusaha meloloskan diri. Satu-satunya jalan bagi mereka untuk lolos hanyalah terjun ke jurang yang begitu dalam. Sementara sebagian besar pemuda berhasil lolos, namun ada pula sejumlah pemuda yang salah jalan sehingga terjebak di dasar jurang yang tidak ada jalan untuk keluar. Musuh yang mengetahuinya kemudian menjadikan mereka bulan-bulanan tembakan. Karena tidak ada jalan lain, maka satu-satunya jalan bagi mereka hanyalah ber-lindung di balik batu-batuan atau akar pepohonan yang ada di dasar jurang. Ketika pertempuran berakhir, dari 19 orang pemuda yang terjebak di sana hanya 6 orang yang selamat, sedang 13 orang lainnya gugur dalam keadaan menyedihkan. Di antara mereka ada yang gugur sambil berpelukan dengan tubuh hancur dimakan peluru. Mereka-mereka yang gugur dalam pencegatan di sini ialah Suharsono, Slamet (dari Jambu), Sutoyo, Sarwan alias Cawang, Marsidi, Amat Sawean, Suwiji, Suluri, Suyadi, Kayatun, Slamet (dari Suruh), Edris dan Sapuwan. Dipihak Inggris belakangan diketahui korban tewas 16 orang dan belasan luka-luka walau Inggris tak mengakui secara resmi akibat dari sergapan pejuang Indonesia. Dengan dipatahkannya pencegatan pemuda di Gumuk Gambir maka musuh dengan leluasa dapat bergerak masuk kota Ambarawa. Untuk membuka jalan mereka menyerbu pertahanan TKR Ambarawa yang ada di sekitar pekuburan Belanda. Namun dengan pengorbanan para pejuang di Gumuk Gambir ini pasukan TKR yang bertahan di Ambarawa dapat menambah waktu konsolidasi untuk melakukan pengunduran untuk menghindari guntingan pihak musuh untuk selanjutnya mereka ikut pertempuran Ambarawa yang terkenal tersebut. Sumber buku Palagan Ambarawa terbitan tahun 1979 Beny Rusmawan

 HEROIKNYA PEJUANG AMBARAWA  MENGHADANG TENTARA SEKUTU 


Beberapa saat sebelum pertempuran dahsyat Ambarawa yang kelak dikenal sebagai Hari Juang Kartika, sudah terjadi 

pertempuran di Magelang yang berlangsung dengan sengit, yang dimulai awal November 1945.



Sengitnya pertempuran walau sporadis membuat pihak Sekutu mudur pada tanggal 21 Nopember 1945 ke Ambarawa. Ternyata pengunduran mereka tidaklah semudah yang diduga. Sepanjang jalan mereka harus setiap kali berhenti untuk menyingkirkan barikade ataupun menghadapi serangan hambatan dan pencegatan dari TKR dan pemuda.


Di Ngipik iring-iringan musuh menjumpai pencegatan oleh pasukan Batalyon 1/Resimen Magelang pimpinan Mayor Suryosumpeno. Begitu juga di Jambu, musuh juga menga-lami pencegatan dari pihak AMRI pimpinan Sastrodiharjo yang diperkuat oleh laskar gabungan dari Suruh, Surakarta dan Ambarawa.


Dari sekian banyak kisah penghadangan dan pencegatan oleh pejuang Indonesia pada tentara Sekutu ada satu kisah heroik yang dilakukan oleh para pemuda-pemuda AMRI Bedono dibantu Laskar Hisbullah dari Suruh dan beberapa anggota TKR Ambarawa di gumuk Gambir.  


Pada pagi hari tanggal 21 November 1945 sekitar jam 08.30 petugas piket kantor Kecamatan Jambu menerima berita telpon dari Secang, yang memberitahukan tentang pengunduran Sekutu dari Magelang. Petugas tadi kemudian menghubungi markas AMRI setempat yang kemudian menghubungi Ambarawa minta bantuan.


Dari Ambarawa berangkatlah 8 orang pemuda dengan kekuatan senjata 4 pucuk dan beberapa buah granat tangan, dengan mengendarai truk yang dikemudikan oleh Sastromarno. Di depan kantor Kecamatan Jambu waktu itu sudah berkumpul pemuda-pemuda dari AMRI, Hisbullah Suruh dan TKR Ambarawa sehingga rombongan berjumlah sekitar 23 orang. 


Mereka bersenjatakan 6 pucuk senapan, 1 bren dan sejumlah granat, sedang pemuda yang lain hanya bersenjata tajam, bambu runcing dan suatu per. kelengkapan yang unik lainnya ialah beberapa buah blek berisi air lombok dengan semprotan bambu.


Mereka kemudian menuju Gumuk Gambir yang dianggap paling strategis untuk melakukan pencegatan. Setelah memasang barikade dengan menebang pepohonan di pinggir dan memasang bantalan rel KA, di atas bukit sekelompok pemuda AMRI Bedono pimpinan Darmosarono dan Sastrosadiyan sedang menyusun batu-batu besar yang akan digulingkan ke bawah.


Menjelang sore mulai terdengar suara iringan panser dan truk Sekutu yang didahului oleh 2 buah tank yang berjalan paling depan.


Makin tegang para pejuang Indonesia walau tetap sabar menunggu aba-aba menyerang.


Saat konvoi Sekutu melambat karena terhalang barikade, tiba-tiba diselingi suara takbir dan letusan pistol keluar lah dari atas sisi bukit sembari melempar batu, granat bahkan suara senapan mesin bren.


Tidak kurang dari 70 orang menyerbu dengan tiba-tiba dan yang menjadi korban pertama adalah 2 buah kendaraan lapis baja yang langsung meledak kena granat lalu beberapa tentara Sekutu terjungkal terkena peluru bahkan terkena batu besar.


Mendapat serangan yang mengejutkan musuh ini, dan bergerak menyebar mencari perlindungan sambil memberi kan perlawanan. Pertempuran sengit. Tembakan senapan otomatis musuh dibalas dengan melempar batu, semprotan udara lombok dan kadang-kadang diseling bunyi senapan dan ledakan granat.


Musuh benar-benar menghadapi kesulitan karena situasi medan menyebabkan tank dan meriam tidak lagi dapat digunakan. Di satu pihak pemuda-pemuda yang berada di atas bukit dengan mudah mengarahkan sasaran tembakan, lemparan batu maupun senjata tajam ke arah musuh, sedang musuh mengalami kesukaran untuk mencari target di atas bukit.


Pertempuran terus berlangsung berjam-jam lamanya hingga kegelapan malam mulai menyelimuti daerah itu. 


Korban di pihak musuh terus berjatuhan dan kendaraan mereka pun banyak yang rusak karena tertimpa batu-batuan maupun terkena ledakan granat.


Setelah sekian lama mereka menjadi bulan-bulanan serangan pemuda, agaknya musuh mendapat akal untuk mematahkan perlawanan pemuda. 


Sementara sebagian serdadunya meneruskan perlawanan, maka ada beberapa kelompok serdadu yang menyusup ke arah belakang pertahanan pemuda. Mereka berusaha menduduki rel KA yang tempatnya lebih tinggi dari pertahanan pemuda di Gumuk Gambir.


Ketika pemuda sadar, kedudukan mereka sudah terkepung dari berbagai penjuru dan musuh mulai menghujani tembakan.


Sekalipun sudah terjepit namun pemuda-pemuda terus me-lawan dengan gigih. Baru setelah kehabisan peluru mereka kemu-dian berusaha meloloskan diri. Satu-satunya jalan bagi mereka untuk lolos hanyalah terjun ke jurang yang begitu dalam. Sementara sebagian besar pemuda berhasil lolos, namun ada pula sejumlah pemuda yang salah jalan sehingga terjebak di dasar jurang yang tidak ada jalan untuk keluar.


Musuh yang mengetahuinya kemudian menjadikan mereka bulan-bulanan tembakan. Karena tidak ada jalan lain, maka satu-satunya jalan bagi mereka hanyalah ber-lindung di balik batu-batuan atau akar pepohonan yang ada di dasar jurang.


Ketika pertempuran berakhir, dari 19 orang pemuda yang terjebak di sana hanya 6 orang yang selamat, sedang 13 orang lainnya gugur dalam keadaan menyedihkan. 


Di antara mereka ada yang gugur sambil berpelukan dengan tubuh hancur dimakan peluru.


Mereka-mereka yang gugur dalam pencegatan di sini ialah Suharsono, Slamet (dari Jambu), Sutoyo, Sarwan alias Cawang, Marsidi, Amat Sawean, Suwiji, Suluri, Suyadi, Kayatun, Slamet (dari Suruh), Edris dan Sapuwan.


Dipihak Inggris belakangan diketahui korban tewas 16 orang dan belasan luka-luka walau Inggris tak mengakui secara resmi akibat dari sergapan pejuang Indonesia.


Dengan dipatahkannya pencegatan pemuda di Gumuk Gambir maka musuh dengan leluasa dapat bergerak masuk kota Ambarawa. Untuk membuka jalan mereka menyerbu pertahanan TKR Ambarawa yang ada di sekitar pekuburan Belanda. 


Namun dengan pengorbanan para pejuang di Gumuk Gambir ini pasukan TKR yang bertahan di Ambarawa dapat menambah waktu konsolidasi untuk melakukan pengunduran untuk menghindari guntingan pihak musuh untuk selanjutnya mereka ikut pertempuran Ambarawa yang terkenal tersebut.


Sumber buku Palagan Ambarawa terbitan tahun 1979


Beny Rusmawan

No comments:

Post a Comment