11 August 2025

KEMERDEKAAN SEJATI SANG PENDEKAR Morihei Ueshiba tumbuh di tanah Jepang yang sedang bergolak. Ayahnya, Yoroku Ueshiba, seorang petani terpandang sekaligus politisi lokal di Tanabe, dikenal berani menyuarakan pendapatnya. Sikap itu membuatnya kerap menjadi sasaran intimidasi dan kekerasan dari pihak yang tidak sepaham secara politik. Sejak kecil, Morihei sakit-sakitan. Namun menyaksikan ayahnya berkali-kali diperlakukan kasar membuat tekadnya tumbuh: "Aku harus menjadi kuat! Agar tak ada lagi orang lemah yang ditindas." Ia pun mulai memperkuat tubuh lewat sumo, berenang, dan berbagai seni bela diri, hingga akhirnya berguru pada aliran yang sangat tangguh: DAITŌ-RYŪ AIKI-JUJUTSU di bawah SOKAKU TAKEDA. Kemampuannya berkembang pesat, dan namanya mulai dikenal di dunia bela diri Jepang. Namun, di puncak kejayaannya, ayahnya jatuh sakit. Morihei bergegas pulang dari Hokkaido, tapi setibanya di rumah, ayahnya sudah meninggal. Di depan makam sang ayah, ia terdiam: "Aku bisa mengalahkan siapa pun… tapi aku tak bisa mengalahkan maut." Dari situlah ia menyadari: KEKUATAN FISIK ADALAH FANA. Hari ini kita kuat, besok kita bisa menua dan melemah. MUSUH TERBESAR BUKANLAH LAWAN DI LUAR, melainkan ego, keserakahan, dan ketakutan di dalam diri. Kesadaran ini membebaskannya dari “penjajahan” konsep lama tentang bela diri. Ia tak lagi mengejar kemenangan atas orang lain, melainkan kemenangan atas dirinya sendiri— MASAKATSU AGATSU. Itulah kemerdekaan sejati sang pendekar. *soganruangga

 KEMERDEKAAN SEJATI SANG PENDEKAR


Morihei Ueshiba tumbuh di tanah Jepang yang sedang bergolak. Ayahnya, Yoroku Ueshiba, seorang petani terpandang sekaligus politisi lokal di Tanabe, dikenal berani menyuarakan pendapatnya. Sikap itu membuatnya kerap menjadi sasaran intimidasi dan kekerasan dari pihak yang tidak sepaham secara politik.



Sejak kecil, Morihei sakit-sakitan. Namun menyaksikan ayahnya berkali-kali diperlakukan kasar membuat tekadnya tumbuh:


"Aku harus menjadi kuat! Agar tak ada lagi orang lemah yang ditindas."


Ia pun mulai memperkuat tubuh lewat sumo, berenang, dan berbagai seni bela diri, hingga akhirnya berguru pada aliran yang sangat tangguh: DAITŌ-RYŪ AIKI-JUJUTSU di bawah SOKAKU TAKEDA. Kemampuannya berkembang pesat, dan namanya mulai dikenal di dunia bela diri Jepang.


Namun, di puncak kejayaannya, ayahnya jatuh sakit. Morihei bergegas pulang dari Hokkaido, tapi setibanya di rumah, ayahnya sudah meninggal.


Di depan makam sang ayah, ia terdiam:


"Aku bisa mengalahkan siapa pun… tapi aku tak bisa mengalahkan maut."


Dari situlah ia menyadari:


KEKUATAN FISIK ADALAH FANA. Hari ini kita kuat, besok kita bisa menua dan melemah.


MUSUH TERBESAR BUKANLAH LAWAN DI LUAR, melainkan ego, keserakahan, dan ketakutan di dalam diri.


Kesadaran ini membebaskannya dari “penjajahan” konsep lama tentang bela diri. Ia tak lagi mengejar kemenangan atas orang lain, melainkan kemenangan atas dirinya sendiri— MASAKATSU AGATSU.


Itulah kemerdekaan sejati sang pendekar.


*soganruangga

No comments:

Post a Comment