15 August 2025

AWAL HUBUNGAN KESULTANAN ACEH & KESULTANAN UTSMANIYAH Hubungan antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Utsmaniyah bermula pada abad ke-16 sebagai respons terhadap ancaman Portugis di Selat Malaka . (LATAR BELAKANG) Kesultanan Aceh, yang didirikan pada tahun 1496, terletak di utara Pulau Sumatra dan memiliki peran penting dalam perdagangan dan penyebaran Islam. Pada saat yang sama, Portugis berusaha menguasai aktivitas perdagangan di Selat Malaka, yang mengancam kedaulatan dan kepentingan ekonomi Kesultanan Aceh. (PERMINTAAN & RESPON DARI UTSMANIYAH) Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar dari Aceh mengirim utusan ke Suleiman Al-Qanuni dari Utsmaniyah pada tahun 1564 untuk meminta dukungan melawan Portugis. Dalam suratnya, Sultan Aceh mengakui penguasa Utsmaniyah sebagai khalifah Islam. Dan Utsmaniyah merespons dengan mengirimkan bantuan militer, termasuk tentara, ahli senjata, dan insinyur, serta pasokan senjata dan amunisi. (PENGIRIMAN ARMADA) Armada Utsmaniyah pertama yang terdiri dari 15 kapal galai dialihkan untuk mengatasi pemberontakan di Yaman, tetapi dua kapal berhasil mencapai Aceh pada 1566-1567. Bantuan ini memungkinkan Aceh untuk memperkuat posisinya dan menaklukkan Kesultanan Aru dan Johor pada tahun 1564. Serta orang-orang Aceh juga diajari cara membuat meriam sendiri, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah maritim Asia Tenggara. (KONSEKUENSI) Hubungan ini meningkatkan pertukaran antara Aceh dan Utsmaniyah di bidang militer, komersial, budaya, dan agama. Aceh menjadi lebih kuat dan mampu mengendalikan lebih banyak perdagangan rempah-rempah daripada Portugis. Portugis pun berupaya menghancurkan hubungan dagang Aceh-Utsmaniyah akan tetapi gagal karena kurangnya sumber daya.

 AWAL HUBUNGAN KESULTANAN ACEH & KESULTANAN UTSMANIYAH


Hubungan antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Utsmaniyah bermula pada abad ke-16 sebagai respons terhadap ancaman Portugis di Selat Malaka .

 


(LATAR BELAKANG)

 

Kesultanan Aceh, yang didirikan pada tahun 1496, terletak di utara Pulau Sumatra dan memiliki peran penting dalam perdagangan dan penyebaran Islam. Pada saat yang sama, Portugis berusaha menguasai aktivitas perdagangan di Selat Malaka, yang mengancam kedaulatan dan kepentingan ekonomi Kesultanan Aceh.

 

(PERMINTAAN & RESPON DARI UTSMANIYAH)

 

Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar dari Aceh mengirim utusan ke Suleiman Al-Qanuni dari Utsmaniyah pada tahun 1564 untuk meminta dukungan melawan Portugis. Dalam suratnya, Sultan Aceh mengakui penguasa Utsmaniyah sebagai khalifah Islam. Dan Utsmaniyah merespons dengan mengirimkan bantuan militer, termasuk tentara, ahli senjata, dan insinyur, serta pasokan senjata dan amunisi.

 

(PENGIRIMAN ARMADA)

 

Armada Utsmaniyah pertama yang terdiri dari 15 kapal galai dialihkan untuk mengatasi pemberontakan di Yaman, tetapi dua kapal berhasil mencapai Aceh pada 1566-1567. Bantuan ini memungkinkan Aceh untuk memperkuat posisinya dan menaklukkan Kesultanan Aru dan Johor pada tahun 1564. Serta orang-orang Aceh juga diajari cara membuat meriam sendiri, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah maritim Asia Tenggara.

 

(KONSEKUENSI)

 

Hubungan ini meningkatkan pertukaran antara Aceh dan Utsmaniyah di bidang militer, komersial, budaya, dan agama. Aceh menjadi lebih kuat dan mampu mengendalikan lebih banyak perdagangan rempah-rempah daripada Portugis. Portugis pun berupaya menghancurkan hubungan dagang Aceh-Utsmaniyah akan tetapi gagal karena kurangnya sumber daya.

No comments:

Post a Comment