Ketika KSAD Kolonel A.H. Nasution Menuntut DPR Dibubarkan
Pimpinan TNI berniat mereorganisasi dan rasionalisasi militer menjadi tentara profesional. Prosesnya akan mengakibatkan pemberhentian hampir 40 persen personel TNI sebagai dampak pemangkasan anggaran.
Untuk membantu prosesnya, KSAD Kolonel A.H. Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang mengusulkan untuk mendatangkan Misi Militer Belanda (MMB). Namun, gagasan ini ditentang golongan lain di dalam TNI AD. Kolonel Bambang Supeno, melaporkan rencana itu kepada Sukarno.
Sukarno mencoba menengahi, bahkan cenderung tak setuju dengan usulan Nasution-Simatupang. Musyawarah ketiganya, yang dihadiri Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, tak berjalan mulus.
Nasution memecat Bambang Supeno. Anggota DPR mengecam tindakan itu dan mengeluarkan mosi untuk menghentikan MMB karena dianggap pro-Barat dan menyudutkan golongan personel eks PETA (Pembela Tanah Air) seperti Bambang Supeno. Mosi disetujui sehingga DPR memaksa militer untuk menurut. TNI AD menganggapnya sebagai usaha ikut campur kalangan sipil dalam urusan militer.
Dini hari, 17 Oktober 1952, para panglima berkumpul di Staf Umum Angkatan Darat. Mereka saling melempar ide gerakan dengan kepala panas, sampai disela oleh Simatupang. “Stop. Ini sudah berbau kup (kudeta). Kritik, ok, tetapi jangan kup,”
Namun, tentara tetap bergerak. Tentara mengorganisir demonstrasi, dengan dukungan tank dan artileri, bergerak ke istana presiden, menuntut pembubaran DPR.
Di dalam istana, Sukarno dan para panglima yang dipimpin Nasution berunding. Nasution menuntut DPR dibubarkan. Sukarno menolak dengan marah karena dia tidak ingin menjadi diktator dan masih percaya dengan demokrasi.
Sukarno lalu keluar dan menenangkan massa. Setelah menasihati mereka akan pentingnya DPR sebagai sarana demokrasi, tensi massa menurun. Massa baik sipil maupun militer bubar.
Peristiwa 17 Oktober 1952 itu, yang disebut Nasution sebagai separuh kudeta, gagal total. Nasution dicopot sebagai KSAD, digantikan Bambang Sugeng, kawan dekat Bambang Supeno. Namun, Sukarno kemudian mengangkat kembali Nasution.*
Baca artikel selengkapnya https://www.historia.id/article/moncong-meriam-menodong-istana-vxy4p
No comments:
Post a Comment