13 August 2025

Mantan wartawan Antara ini sebut tokoh PKI Muso lebih cocok jadi tukang kepruk daripada pemimpin Bagaimana bayanganmu tentang sosok tokoh PKI Muso? Jika kamu kesulitan menggambarkannya, coba simak cerita yang ditulis oleh mantan wartawan Antara yang dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1970 ini. Begini ceritanya: "Di tengah-tengah bergejolaknya revolusi fisik dan menghebatnya rongrongan kaum komunis yang tergabung dalam apa yang dinamakan dirinya Sayap Kiri, serta tekanan pihak Belanda yang bertambah lama bertambah memuncak, tersiar kabar telah tiba di dutabesar Indonesia untuk Polandia. Sosok itu adalah Soeripno. Soeripno merupakan seorang mahasiswa yang sedang menuntut pelajaran di negara sosialis tersebut. ... Yang membikin kaget orang bukan Soeripno-nya, tapi justru sekretaris pribadinya yang bernama Soeparto. Belakangan diketahui, Soeparto adalah Muso, jago kamunis kawakan yang sudah meninggalkan tanah air bertahun-tahun lamanya. Soeripno dan Muso berhasil menerobos blokkade Belanda, dan mendarat dengan pesawat Catalina di rawa Campurdarat, Tulung Agung (yang terkenal dengan banjirnya). Dalam waktu yang relatif singkat Muso sudah menjadi bahan pembicaraan orang, karena namanya sering disebut dalam koran. .... Di konferensi itulah saya untuk kali pertama melihat dan berhadapan dengan Muso, gembong komunis Indonesia yang sekaligus juga merupakan tokoh komunis internasional. Kesan saya: serba kampungan. Inteligensinya kurang. Isi kepalanya tidak banyak. Patutnya memang tukang gontok; atau tukang gelut. Atau tukang pukul. Kalimat-kalimat yang diucapkannya tidak diplomatis, dan ya, seperti yang sudah saya katakan di atas: kampungan. Tidak menimbulkan rasa simpati; Iebih-lebih setelah dia mengutarakan dengan sinisme tentang keuangan RI kita; tentang niatnya hendak menggantikan Kepala Negara (pada waktu revolusi sedang berkecamuknya itu). Ada yang juga harus saya catat di sini. Pada waktu itu di antara para pengawalnya ada seorang anak muda. Sikapnya masih agak kaku dan malu-malu. Dalam konferensi pers itu dia mencari tempat pinggir. Rambutnya berombak, kulitnya kuning, tampannya memang ngganteng. Saya ingat-ingat kemudian. Saya ingat-ingat…. Namanya: Aidit. Dipa Nusantara Aidit, yang kemudian dalam perkembangan sejarah Indonesia juga mengalami nasib seperti Muso sendiri, mati sia-sia karena (dianggap) berkhianat kepada negara dan bangsa. Itulah "perkenalan" saya untuk kali pertama dengan Muso. Perkenalan kedua kalinya terjadi sewaktu para mahasiswa Gadjah Mada mengadakan malam ceramah; sedangkan yang memberikan ceramah adalah para tokoh-tokoh politik pada waktu itu. ... Dua kali itu saja saya melihat dan berkenalan dari dekat (dalam arti fisik) dengan Muso. Orangnya gede, dempal. Suaranya bantas, braok. Pipinya gendut, item dito perawakannya. Lagi sekali, dia memang lebih pantas menjadi jagoan tukang kepruk daripada menjadi pemimpin. Akhirnya, dalam petualangannya memberontak terhadap pemerintahan RI yang sah yang notabene sedang menghadapi kepungan pasukan Belanda itu, Muso akhirnya tertembak mati oleh seorang anggota Hizbullah; setelah terlebih dahulu berkejar-kejaran naik dokar (delman) dan sembunyi di balik pohon asam segala, persis seperti yang pernah kita lihat dalam film koboi itu." Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/033804311/menurut-sosok-ini-tokoh-pki-muso-lebih-cocok-jadi-tukang-kepruk #muso #pki #peristiwamadiun

 Mantan wartawan Antara ini sebut tokoh PKI Muso lebih cocok jadi tukang kepruk daripada pemimpin



Bagaimana bayanganmu tentang sosok tokoh PKI Muso? Jika kamu kesulitan menggambarkannya, coba simak cerita yang ditulis oleh mantan wartawan Antara yang dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1970 ini.


Begini ceritanya:


"Di tengah-tengah bergejolaknya revolusi fisik dan menghebatnya rongrongan kaum komunis yang tergabung dalam apa yang dinamakan dirinya Sayap Kiri, serta tekanan pihak Belanda yang bertambah lama bertambah memuncak, tersiar kabar telah tiba di dutabesar Indonesia untuk Polandia.


Sosok itu adalah Soeripno. Soeripno merupakan seorang mahasiswa yang sedang menuntut pelajaran di negara sosialis tersebut.


...


Yang membikin kaget orang bukan Soeripno-nya, tapi justru sekretaris pribadinya yang bernama Soeparto. Belakangan diketahui, Soeparto adalah Muso, jago kamunis kawakan yang sudah meninggalkan tanah air bertahun-tahun lamanya.


Soeripno dan Muso berhasil menerobos blokkade Belanda, dan mendarat dengan pesawat Catalina di rawa Campurdarat, Tulung Agung (yang terkenal dengan banjirnya). Dalam waktu yang relatif singkat Muso sudah menjadi bahan pembicaraan orang, karena namanya sering disebut dalam koran.


....


Di konferensi itulah saya untuk kali pertama melihat dan berhadapan dengan Muso, gembong komunis Indonesia yang sekaligus juga merupakan tokoh komunis internasional. Kesan saya: serba kampungan. Inteligensinya kurang. Isi kepalanya tidak banyak. Patutnya memang tukang gontok; atau tukang gelut. Atau tukang pukul.


Kalimat-kalimat yang diucapkannya tidak diplomatis, dan ya, seperti yang sudah saya katakan di atas: kampungan. Tidak menimbulkan rasa simpati; Iebih-lebih setelah dia mengutarakan dengan sinisme tentang keuangan RI kita; tentang niatnya hendak menggantikan Kepala Negara (pada waktu revolusi sedang berkecamuknya itu).


Ada yang juga harus saya catat di sini. Pada waktu itu di antara para pengawalnya ada seorang anak muda. Sikapnya masih agak kaku dan malu-malu. Dalam konferensi pers itu dia mencari tempat pinggir.


Rambutnya berombak, kulitnya kuning, tampannya memang ngganteng. Saya ingat-ingat kemudian. Saya ingat-ingat…. Namanya: Aidit. Dipa Nusantara Aidit, yang kemudian dalam perkembangan sejarah Indonesia juga mengalami nasib seperti Muso sendiri, mati sia-sia karena (dianggap) berkhianat kepada negara dan bangsa.


Itulah "perkenalan" saya untuk kali pertama dengan Muso. Perkenalan kedua kalinya terjadi sewaktu para mahasiswa Gadjah Mada mengadakan malam ceramah; sedangkan yang memberikan ceramah adalah para tokoh-tokoh politik pada waktu itu.


...


Dua kali itu saja saya melihat dan berkenalan dari dekat (dalam arti fisik) dengan Muso. Orangnya gede, dempal. Suaranya bantas, braok. Pipinya gendut, item dito perawakannya. Lagi sekali, dia memang lebih pantas menjadi jagoan tukang kepruk daripada menjadi pemimpin.


Akhirnya, dalam petualangannya memberontak terhadap pemerintahan RI yang sah yang notabene sedang menghadapi kepungan pasukan Belanda itu, Muso akhirnya tertembak mati oleh seorang anggota Hizbullah; setelah terlebih dahulu berkejar-kejaran naik dokar (delman) dan sembunyi di balik pohon asam segala, persis seperti yang pernah kita lihat dalam film koboi itu."


Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/033804311/menurut-sosok-ini-tokoh-pki-muso-lebih-cocok-jadi-tukang-kepruk


#muso #pki #peristiwamadiun

No comments:

Post a Comment