12 August 2025

šŒšžš¦š©šžš«š¢š§š ššš­š¢ 733 š“ššš”š®š§ š’š€šš† š’š€šŠš€ šŒš„š‘š€š‡ šš”š“šˆš‡ šŸ‡²šŸ‡Ø šƒš¢š«š ššš”ššš²š® š‘šˆ š¤šž-80 (17 š€š š®š¬š­š®š¬ 1945-2025) šš«ššš¬ššš¬š­š¢ šŠš®ššššš® (š†š®š§š®š§š  šš®š­ššš¤) 11 š’šžš©š­šžš¦š›šžš« šŸšŸšŸ—šŸ’ šŒ. š‡š¢š¬š­šØš«š¢šØš š«šššŸš¢ šŒšžš«ššš”-šš®š­š¢š”. šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡© šˆš„š®š¬š­š«ššš¬š¢. Memperingati 733 tahun awal berkibarnya SANG SAKA MERAH-PUTIH šŸ‡²šŸ‡Ø terhitung sejak peristiwa kudeta JAYAKATWANG, bersamaan dengan gugurnya SRI MAHARAJADHIRAJA KERTANAGARA pada tahun 1292 M hingga saat memperingati Hari Kermerdekaan RI ke 80 di tahun 2025 ini, sebagai upaya menggali dan mengingatkan kembali peristiwa awal berkibarnya lambang bendera kita Sang Saka " Merah-Putih. šŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡Ø PRASASTI KUDADU 1294 M ( 1216 Ƈaka ) diperkirakan sebagai prasasti pertama dan tertua dari Kerajaan Majapahit ( Wilwatiktanagari ) di terbitkan oleh Raja KERTARAJASA JAYA WARDHANA ( Nagarakertagama = Dyah Wijaya, Pararaton = Raden Wijaya ). Prasasti Kudadu 1294 M dikeluarkan dengan perincian tarikh sbb :šŸ‘‡ MĀSA. = BhadrapĆ¢da. TITHI. = Pancami (hari ke-5). PAKSA = Krsnapaksa (paruh gelap). SADWƂRA. = Hariyang (ha). PAƑCAWARA = Umanis (u). SAPTAWƂRA = Ƈanaiscara (Ƨa). WUKU. = Madangkungan. KONVERSI MASEHI = Sabtu, 11 September 1294 Masehi. (Anjrah Widayaka, J.L.A. Brandes, Pararaton, h. 97, 131). Beberapa ilmuwan sejarah menyebutkan dengan nama lain terhadap Prasasti Kudadu 1294 M, yaitu PRASASTI GUNUNG BUTAK sesuai dengan nama tempat penemuannya di tahun 1780 di Lereng Gunung Butak termasuk di dalam barisan Pegunungan Putri Tidur, tepat nya di daerah perbatasan antra Wilayah Kabupaten Mojoker to bagian selatan dengan Kabupaten Malang bagian barat, Propinsi Jawa Timur. (J.L.A.Brandes. "Pararaton, h. 94-100). Menurut hasil penelitian J.L. A. Brandes, Prasasti Kudadu 1294 M diduga awalnya berjumlah 13 lempeng/keping tembaga (tambra prasasti). (T. S. Raffles. " History of Java II". h. 59, 63, App.I). Pembahasan utk keping I, II, III, IV, V, VI telah dilakukan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom (Lihat : OJO, 1913: h. 195-198). Sedangkan utk pembahasan keping VIII, X, XI, XII telah dilaku kan oleh J.L.A. Brandes. (Lihat: J.L.A. Brandes. " Parara ton, h. 94-96). Sedangkan untuk keping VII, IX, XII, XIII dinyatakan telah hilang keberadaannya (❓)šŸ¤” Maksud dan tujuan Sri Maha raja KERTARAJASA JAYAWAR DHANA ( Dyah Wijaya /Raden Wijaya) menerbitkan sebuah penetapan berupa Prasasti Kudadu 1294 M adalah untuk membalas budi baik warga (samasanak) dan kepala desa/lurah (rāme) Kudadu yang pernah berjasa menolong dan melindungi Sang Raja pada saat sebelum menjadi Raja Majapahit dengan nama kecil NARĀR YA SANGGRAMAWIJAYA. ( Keping III Lembar b = "...Ƨri māharāja nguning tirung prabhu makasungjnā narāryya sanggramawijaya..." = "...ƇRI MĀHARĀJA , ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA..." ) dari perburuan dan pengejaran tentara SRI JAYAKATYĔNG ( JAYAKATWANG / JAYAKATONG ) dari GELANG-GELANG ( Keping III Lembar b = "...ƧrÄ« jayakatyĕng sakeng glang- glang..." = ƇRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG ) yang terjadi pada sekitar tahun 1292 M, yaitu 2 tahun sebelum Prasasti Kudadu 1294 M diterbitkan. ☝😭 Balas budi yang dilakukan oleh Sang Raja dalam bentuk pembebasan DESA KUDADU menjadi SIMA SWATANTRA lepas atau keluar dari ikatan terhadap Sang Hyang Darmma KLÊME untuk selamanya dengan tanda arca di atas nya. Lempeng VI b = "...kyata karanan tumurun warānugraha Ƨri mahārāja irikang rame kudadu an susukēn sÄ«ma swatantrā dĕg ringgit lmah sthānanya i kudadu de ƧrÄ« mahārāja, tkeng gagarěněknya salba kwukirnya kabeh kabhuktya de nikang rāme kudadu, kutmwa kalilirana deni santānapratisantānan ikang rāme kudadu, mne hlěm tka rin dlāhaning dlāha, sang siptanya, mari tekang wanwe kudadu pinakangƧa de sang hyang dharmma i klěme, mari kaparabyapara apan sampun dadi sÄ«ma swatan trāděg ringgit de Ƨri māharā ja kuneng nimitta ƧrÄ« mahā rāja wani malapangƧa sang hyang dharmma i klěme (ika)ang wanwe kudadu, mapaknerikang rāme kudadu ..." { "... itulah sebabnya Sri Maharaja memberi anugerah kepada lurah/kepala desa KUDADU menjadikan desanya sebagai Sima Swantra dengan Wilayah yang luas dan lengkap, dengan ladang di mudik dan di baruh, deng an tanda sebuah arca yang diperuntukkan bagi Kepala Desa KUDADU yang dimiliki secara turun-temurun sam pai ke anak cucunya sejak kini, sampai nanti, terus-me nerus tak putus-putusnya. Hendaklah diketahui pula bahwa Wanua KUDADU ber hentilah menjadi bagian dari daerah Sang Hiyang Darma KLĚME, yang hingga sekarang tidak boleh lagi secara serta-merta mencampurinya, oleh sebab itu Sri Maharaja telah menjadikannya seba gai daerah bebas mandiri ( Sima Swatantra) dengan tanda sebuah arca di atasnya. Adapun yang menjadi penyebab bahwa Sri Maharaja berani melepaskan Desa KUDADU dari ikatan Sang Hyang Darma di KLÊME, yaitu untuk kebahagiaan Lurah KUDADU..." }. š‡š¢š¬š­šØš«š¢šØš š«šššŸš¢ šŒšžš«ššš”-šš®š­š¢š” šŸ‡®šŸ‡© " ...hana ta tunggulning Ƨatru layÅ«layÅ« katon wetani haniru, bāng lawan putih warnnanya, sakatonikang tunggul ika..." šŸ‡²šŸ‡Ø (Lempeng IV b) { "... maka tampaklah tunggul (bendera) musuh melambai lambai di sebelah Timur HANIRU, merah dan putih warnanya, dan serentak melihat tunggul itu maka..." }. šŸ‡²šŸ‡Ø Demikianlah secuil kutipan dari sebagian fragmen isi Prasasti Kudadu 1294 M di bagian kalimat tertulis pada Lempeng IV b, tentang awal berkibarmya " Sang Saka Merah-Putih" šŸ‡²šŸ‡Ø yg dikibarkan melambai-lambai pada sebuah tiang (tunggul) yang dibawa oleh pasukan musuh (Ƨatru) prajurit SRI JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG / JAYAKA TONG) di tengah-tengah kancah pertempuran melawan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA (DYAH WIJAYA / RADEN WIJAYA ) dari KERAJAAN TUMAPEL. Lempeng III - VI Prasasti Kudadu 1294 mengisahkan tentang perburuan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA oleh pasukan SRI JAYAKATYĚNG yang terjadi pada 2 tahun yang silam (1292 M). Dengan demikian kisah ini ditulis setelah Sang Raja menja di Raja Majapahit bergelar SRI KERTARAJASA JAYAWARDHANA (nāmarājabhiseka).šŸ‘‡šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø LEMPENG III Baris b = ALIH AKSARA : "...gatinikang rāme kudadu prayatna marmmānghětakěn i Ƨri māharāja ngunin turung prabhu, makasungjnā narāryya sanggramawijaya, sděngiran kawalasak kawaweri (kang) wanwe kudadu tinÅ«t penetapan dening Ƨatru, karana Ƨri māharāja mangkana, Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring Ƨiwabuddhālaya ngÅ«ni tinekān de Ƨri jayakat yěng sakeng glangglang, sāk sāt prangmukkan lumampah akěn krtālpāswakāra, mitradro haka, samayalangghyana mah yun humaristākna ƧrÄ« krtanaga ran hanerikang nāgare tumapel sděng i sanjata ƧrÄ« jayakatyĕng těke jasun wungkal irikā ta Ƨri mahārāja mwang sang arddha rajā inutus de Ƨri krttanagara mapagakna sanjata Ƨri jayakat yĕng, mantu parnah sang ard dha rāja mwang Ƨri mahārāja de ƧrÄ« krtanāgara kuněng sang arddharāja sak- (IV a)sat putra de Ƨri jayakatyěng..." ALIH BAHASA: šŸ‘‡ Adapun yang menjadi penyebab tingkah laku kepala desa KUDADU yang memberi tempat bersembunyi dengan hati-hati kepada Sri Maharaja ,ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA sewaktu beliau dalam kesusahan menuju ke desa KUDADU, diburu oleh musuh dan dikejar-kejar dalam keadaan sebagai berikut; SRI KERTANAGARA yang dahulu menjadi Raja dan meninggalkan dunia yang fana dan memasuki dunia yang baka di SIWABUDALAYA (almarhum/mendiang) ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG dengan berlaku sebagai musuh mengerjakan suatu yang memalukan, serta berhianat kepada teman dan melanggar kesepakatan, karena berkeinginan meruntuhkan SRI KERTANAGARA yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL. Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĚNG telah tiba di JASUN WUNGKAL , kemudian SRI KERTANAGARA mengutus SRI MAHARAJA (sekarang) beserta SANG ARDHARĀJA untuk melawan tentara SRI JAYAKATYĚNG. Adapun SANG ARDHARĀJA dan SRI MAHĀRĀJA, kedua-duanya adalah menantu SRI KERTANAGARA. Konon pula SANG ARDHARĀJA adalah putera SRI JAYAKAT YĔNG. LEMPENG IV, Baris a = ALIH AKSARA : "...ryyangkat ćrÄ«mahārāja mwang sang arddharājā sangkē nagare tumapel, datěng irikang wanwe kdung plut, irika tamba ƧrÄ« mahārāja manggih Ƨatru, aprang bala Ƨri mahārāja ring samangkana, ala tekang lawan ƧrÄ« mahārāja alaralajÅ« tan kinawruhan kwehing lwang nya lumaku sanjata ƧrÄ« mahā rāja dateng i lěmbah, tan hana Ƨatru kapanggih dening sanjata pāmbarěp ƧrÄ« mahārāja, mun dur ta ya tapanglawan, haliwat ƧrÄ« mahārāja sangka batang, datěng i kapulungan kapanggih tekang Ƨatru muwah, Ä«rika ta ya naprang wadwā Ƨri mahārāja kalwaning kapulungan alah te kang Ƨatru ƧrÄ« mahārāja, alarāla ya kweh lwangnya an mangka na, lumaku ta muwah sanjata ƧrÄ« mahārāja date(IV b)ng i rabut carat..." ALIH BAHASA : šŸ‘‡ Setelah itu berangkatlah SRI MAHARAJA beserta SANG ARDHARĀJA meninggalkan KERAJAAN TUMAPEL hingga tiba di Padukuhan KEDUNG PELUK, maka SRI MAHĀRĀJA lah yang pertama kali bertemu dengan musuh. Tentara SRI MAHARAJA berperang dan musuhpun dapat dikalahkan serta melarikan diri dengan menderita kekalahan besar. Setelah itu tentara SRI MAHARAJA bergerak ke LEMBAH, namun di sana tidak didapati musuh. Selanjutnya terus bergerak ke arah Barat dari LEMBAH menuju BATANG, namun SRI MAHARAJA hanya bertemu dengan beberapa musuh, yang kemudian menarik diri mundur dengan tidak melakukan perlawanan. Setelah SRI MAHARAJA melewati BATANG, lalu sampai lah di KAPULUNGAN, dan berte mu dengan musuh, maka seketika itu tentara SRI MAHARAJA bertempur lagi di sebelah Barat KAPULUNGAN, dan musuhpun dapat dikalahkan,tercerai-berai menderita kerugian besar. Demikianlah keadaan tentara SRI MAHARAJA hingga maju terus sampai tiba di RABUT CARAT. LEMPENG IV Baris b = ALIH AKSARA : "...tan asowe ikang kala masƶ tekang Ƨatru sakakulwan, irika ta ćrÄ« mahārāja prang sahawa dānira kabeh, alarālayu muwah Ƨatru ƧrÄ« mahārāja,akweh lwang nya těhěr atinggal, yayenpang dawuta kabeh smuni lāwan ƧrÄ« mahārāja,ringsamang kana, " hana ta tunggulning Ƨatru layÅ« layÅ« katon wetan i haniru, bang lawan putih warnnanya, " šŸ‡²šŸ‡Ø sakatonikang tunggul ika irika ta yan pangdawut sanjata sang arddharāja, lumakwakenan sayaprawrti, alayÅ« niskaranā nujuwi kapulungan purwakani sanjata ƧrÄ« mahārāja rusak, ƧrÄ« mahārāja pwātyantadrda bakti i ćrÄ« krtanagara, ya ta matang- nyan kari ta ƧrÄ« mahārāja i rabut carat, makawasanang gumintir anggalor datěng i pamwatan apajěg loring lwah, ātara něm atus kweh (V a)nirowang ƧrÄ« mahārāja..." ALIH BAHASA : šŸ‘‡ Tak seberapa lama, datanglah kembali musuh dari pihak Barat, maka SRI MAHARAJA berperang lagi dengan segala tenaga dan tentaranya dan musuhpun dapat dihalau dg kerugian besar yang tampak nya lari untuk selamanya. Dalam keadaan yang demikian maka tampaklah di sebelah Timur HANJIRU tunggul bendera musuh melambai-lambai, merah dan putih warnanyašŸ‡²šŸ‡Ø. dan ketika melihat tunggul itu ma kaserentak SANG ARDARAJA menyarungkan senjatanya, berlaku sangat memalukan dan lari bersama pengikutnya ke arah KAPULUNGAN dengan maksud jahat. Oleh sebab itu berkuranglah kekuatan tentara SRI MAHARAJA, namun SRI MAHARAJA tetap setia kepada SRI KERTANAGARA. Itulah sebabnya SRI MAHARAJA tetap tinggal di RABUT CARAT, dan setelah itu melanjutkan perjalanan ke arah Utara menuju ke PAMWATAN di seberang Sungai. Dipihak SRI MAHARAJA pada waktu itu masih tertinggal kira-kira 600 orang. LEMPENG V Baris a = ALIH AKSARA : "...ring sakatěmbenjing, tka tekang Ƨatru, anut i Ƨri mahārāja pinapag deni bala ƧrÄ« mahārāja kondur ta yādě ulih nyanalayu, tathāpinyan mangkana, yayan sang Ƨayākdik wadwā ƧrÄ« mahā rāja, lunghānolong awaknya tu minggalakěn i Ƨri mahārāja, wdi ƧrÄ« mahārāja pwa kesisana,irika ta ƧrÄ« mahārājan parasarasan lāwan rowang, hana tāngěn angěn ƧrÄ« mahārāja datěnge trung, angucapucapa lāwan ikang akuwwi trung makang aran rakryan wurwagraja, sāk sāt kawu de ƧrÄ« krtanagara, rowanga ƧrÄ« mahārāja ngayat akěn ikang wwang wetan i trung, mwang salor-wetan i trung, an mangkanāngěn angěn ƧrÄ« mahārāja, pada suka ta wad wā ƧrÄ« mahā- rāja, tkanikang wngi pwaya ta, mangkatta ƧrÄ« mahārāja mahawani kulawan, wdidiran kekuta(V b)na dening Ƨatru..." ALIH BAHASA : šŸ‘‡ Pada keesokan harinya setelah matahari terbit datanglah musuh menyerang SRI MAHARAJA. Tentara SRI MAHARAJA me nyongsong dan menghadang mereka, sementara beliau memilih mundur memisahkan diri. Namun demikian bala tentara SRI MAHARAJA sudah sangat berkurang jumlahnya; ada yang lari menyembunyikan diri dan meninggalkan beliau, sehingga menimbulkan kecemasan tanpa persenjataan. Setelah itu SRI MAHARAJA berunding dengan para pengikutnya, sehingga beliau harus pergi ke TERUNG, supaya ber runding dengan Akuwu di sana, yaitu RAKRIYAN WURU AGRAJA namanya yang diangkat menjadi Akuwu oleh SRI KERTA NAGARA, agar bersedia membantu SRI MAHARAJA mengumpulkan segala orang yang ada di sebelah Timur dan Timur-Laut TERUNG. Semuanya menyetujui pendapat tersebut. Setibanya malam hari berangkatlah SRI MAHARAJA melalui KULAWAN, dengan perasaan cemas dan takut diikuti musuh. LEMPENG V Baris b = ALIH AKSARA : "... makanimittātyānta kwehnikang Ƨatru, ri tka ƧrÄ« mahārāja i kulawan, amanggih ta sira Ƨatru, irika ƧrÄ« mahārājan binuru dening Ƨatru lumingsir ta ƧrÄ« mahārāja mangalor, mung sire kembang ƧrÄ« prayanira, ri tka ƧrÄ« mahārāja pwe kembang ƧrÄ«, amanggih ta sira Ƨatru muwah, binuru ta sira muwah, irika ta ƧrÄ« mahārājanalayu mangalor amgat bangawan sahabalanira kabeh, alanghwi ya garawalan, akweh lwang wadwā ƧrÄ« mahārāja mātyangla (ng) hwi waneh katututan gina lah dening Ƨatru, ikang ahurip kasamburat adudwan paran, kari ta rwawlas siki wadwā ƧrÄ« mahārāja rumakso sira, rahina sakamantyan ri prabhātatkāla, irika ta ƧrÄ« mahārāja kawaweri kang wadwe kudadu luhyanglih Ƨokasanta (VIa) ntapa..." ALIH BAHASA : šŸ‘‡ Setibanya SRI MAHARAJA di KULAWAN bertemu lagi dengan musuh. Beliau dikejar oleh mereka, namun dapat meloloskan diri dengan pergi ke arah Utara, agar apabila memungkan lari ke KEMBANG SRI. Setibanya SRI MAHARAJA di KAMBANG SRI berjumpa lagi dengan musuh yang mengejarnya. Bersama para pengikutnya lari menuju ke arah Utara menyeberangi sungai besar. Banyak yang tenggelam, sebagian diburu musuh dan dibunuh dengan tombak. Sebagian yang masih hidup tercerai-berai ke segala tempat. Yang masih tersisa melindungi SRI MAHARAJA hanya tinggal 12 orang saja. Selepas siang hari tibalah SRI MAHARAJA di WANUA KUDADU dengan menderita kelaparan, letih-lelah, berduka, dan beriba-hati. LEMPENG VI Baris a = ALIH AKSARA : "...tanpangharěpakn angsanga, atyanta gƶngnikang duhka tumame sira, ri tka ƧrÄ« mahārāja irikang rame kudadu, atyanta marmma sambramawilasan ikang, rame kudadu, maka wyak ti manghaturakěn ya bhaktpāna mwang bras, atěhěr anghěta ken i ƧrÄ« mahārāja, wicaksanā met sanimitta ƧrÄ« mahārāja tan katmwa pinetpi (kang) Ƨatru, makawkasan tumuduh- akěn humāteraken ring hnu maka hinganing sÄ«ma rěmbang, mung sire madura ista Ƨri mahārāja..." ALIH BAHASA : šŸ‘‡ Musibah yang menimpa SRI MAHARAJA sangatlah besar, ketika beliau tiba di Lurah KUDADU, maka beliau diterima dengan sungguh-sungguh, penuh belas kasian, dengan menyediakan makanan dan minuman, serta nasi kepada SRI MAHARAJA. SRI MAHARAJA diberi tempat bersembunyi agar tidak dijumpai musuh yang mencari- nya. Selanjutnya ditunjukkanlah arah jalan dan diiringkannya sampai ke SIMA RÊMBANG, agar supaya dapat menyingkir ke MADURA menurut keinginan SRI MAHARAJA. šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø š”š„ššš¬ššš§ š‘š®š­šž ššžš§š šžš¦š›ššš«ššššš§ šššš«ššš«š²šš š’ššš§š š ššš¦šš š–š¢š£ššš²šš šŸšŸšŸ—šŸ šŒ ☝: Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAWIJAYA dari pusat pemerintahan Kerajaan SRI Kertanegara di TUMAPEL (nagare tumapel) yang semula bertujuan untuk menghalau kedatangan musuh (Ƨatru), yaitu tentara JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG di wilayah Barat Tumapel ☝, ternyata musuh-musuh yang selalu dikalahkan hanya sebagian kecil saja kekuatan pasukan JAYAKATYĔNG yang dike rahkan untuk memancing ke luar kekuatan pasukan yang ada di Pusat Kerajaan TUMAPEL. Dari perintah yang dikeluarkan oleh SRI KERTANAGARA kepada NARARYA SANGGRA MAWIJAYA beserta SANG ARDHARĀJA di dalam menghadapi musuh, yaitu tentara JAYAKATYĔNG yg terpusat di JASUN WUNGKAL, yang ternyata telah dihadang terlebih dahulu dengan sepasukan kecil JAYAKATYĔNG di daerah KEDUNG PELUK. Berawal dari pertempuran di daerah KEDUNG PELUK; musuh dikalahkan, melarikan diri dan dikejar hingga ke LEMBAH dan ke BATANG di arah Barat. Di BATANG dijumpai musuh namun lari tanpa perlawanan, hingga pelacakan ke arah KAPULUNGAN 《 nama Desa Kapulungan masih ada hingga sekarang terletak di Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuru an 》 Di KAPULUNGAN pasukan NARARYA SANGGRAWIJAYA kembali bertempur dan mem- peroleh kemenangan besar, hingga pengejaran berlanjut ke RABUT CARAT 《 tempat ini diperkirakan terletak di sebelah Barat Bangil, sebelah Selatan Kali Porong bernama Desa Carat 》. Di RABUT CARAT pasukan SANGGRAMAWIJAYA kembali bertempur dan memperoleh kemenangan. Namun sangat disayangkan setelah melihat Tunggul Merah-Putih; SANG ARDARAJA menyarungkan senjatanya dan lari membelot meninggalkan pasukan TUMAPEL, ke arah balik bergabung dengan pasu kan ayahnya SRIJAYAKATYĔNG menuju KAPULUNGAN. Peristiwa tersebut sangat sesuai dengan analisa logika sejarah, yang mana tidaklah mungkin antara anak dan ayah harus terlibat dalam sebuah resiko bertaruh nyawa dalam peperangan demi kepentingan pihak lain yang jelas-jelas sebagai satu seteru, yaitu Dendam Genealogis. Yang jelas langkah pembelotan SANG ARDHARĀJA adalah sebuah taktik dan strategi yg sudah direncanakan jauh sebelumnya untuk mempermudah cara menyingkirkan SRI KERTANAGARA. šŸ‘šŸ‡²šŸ‡Ø Hal ini sangat mengurangi kekuatan pasukan SANGGRAMAWIJAYA hingga tersisa 600 orang saja. Kemungkinan hal tersebut sudah menjadi bagian dari strategi perang pasukan SRI JAYAKATYĚNG dari GELANG-GELANG. Dari RABUT CARAT, SRI MAHARAJA saat itu dengan sisa pasukannya yang tinggal 600 orang menuju ke arah utara ke PAMWATAN 《 hingga sekarang bernama Desa Pamotan , di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo yang lokasinya berada di Utara Desa Carat, Kecamatan Gempol , Kabupaten Pasuruan 》 yang terletak di seberang sungai dan beristira hat semalam disana. Keesokan harinya, pagi-pagi setelah matahari terbit, datanglah musuh menyusul SRI MAHARAJA, namun disongsong dan ditahan oleh sisa-sisa pasukan beliau. Sementara beliau dg sebagian pengiringnya mundur memisahkan diri untuk menghindari kejaran musuh. Di tengah-tengah perjalanan beliau berunding bersama pengikutnya guna minta bantuan kepada seorang Akuwu di TERUNG 《 nama Terung masih dijumpai menjadi dua tempat yaitu Terung Wetan dan Terung Kulon, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo , yang lokasinya berada di arah Barat-Laut Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo 》bernama RAKRYAN WURWĀGRAJA . Untuk mencapai TERUNG dengan aman dan selamat tanpa dikenali musuh, maka perjalanan dilakukan pada malam hari menuju KULAWAN terlebih dahulu. Namun rencana beliau sudah diketahui musuh, sehingga musuhpun menghadang di KULAWAN. Akan tetapi SRI MAHARAJA saat itu berhasil meloloskan diri dan lari ke arah Utara menuju ke KEMBANG SRI. Rencana meminta bantuan ke Akuwu di TERUNG pun akhir nya gagal . Setibanya di KEMBANG SRI 《 sekarang tempat ini menjadi Desa Bangsri di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo》ternyata sudah diketahui musuh, larilah beliau be serta sisa-sisa pengikutnya mencebur, berenang menyeberangi sungai besar (amgat bangawan, yang dimaksudkan adalah sebuah sungai, yaitu Sungai Berantas). Banyak diantaranya yang tenggelam (alanghwi ya garawalan), sebagian berhasil diburu dan dibunuh dg tombak, yang ber hasil selamat lari tercerai-berai ke segala arah.😭 Kisah perburuan berakhir setelah NARĀRYA SANGGRA MAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya yang tersisa berada di seberang Sungai-Bengawan yang menderita kelaparan, kelelahan, mencari perlindungan hingga tibalah di LURAH KUDADU 《 Nama toponim Kudadu sangat sulit dicari saat ini, satu-satunya indikasi yang ada adalah nama-nama desa yang ada diantara Bangsri dan Rembang, yaitu Desa Bringinbendo atau Desa Sambibulu, ataupun Desa Gilang 》 Setelah pulih dalam perlindungan dan perawatan oleh warga dan Lurah KUDADU, selanjutnya NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya diantar lah menuju ke REMBANG 《 tempat ini diperkirakan berada di dekat Pasarturi-Surabaya yang mengacu kepada Kali Krembangan, atau ada yang mengidentifikasikan lebih tepat dengan nama Desa Krembangan yang terletak wilayah Kecatam Taman, Kabupaten Sidoarjo, di Utara Bangsri, yaitu dua desa satu wilayah yang berdekatan. Desa Krembangan terletak di tepi Kali Mas merupakan anak sungai pacahan dari Kali Berantas yang menuju Kota Surabaya dan bermuara di Selat Madura 》 hingga menyeberang menyingkir ke MADURA.☝šŸ‡²šŸ‡Ø Kisah perburuan musuh oleh pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA ternyata masuk dalam skenario siasat jebakan strategi perang pasukan JAYAKATYĔNG. Dengan siasat perang gerilya "serang lari menghilang, datang serang lagi dan menghilang" demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari, sehingga kekuatan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA lambat laun akan melemah, kelelahan dan kehilangan konsentrasi beserta kekuatannya. 😩😩 Terutama dengan membelotnya pasukan SANG ARDARAJA kepihak lawan, semakin memperbesar kekuatan lawan, disamping segala rencana siasat NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA mudah bocor, akibat informasi SANG ARDHARĀJA . Pada akhirnya berawal dari "berburu lawan", menjadi "diburu lawan" šŸ˜­šŸ‡²šŸ‡Ø Strategi utama yang menjadi tujuan utama SRI JAYAKAT YĔNG adalah mengurangi keku atan militer di pusatKERAJAAN TUMAPEL dengan memancing keluar pasukan NARĀRYASANG GRAMAWIJAYA menuju ke arah Utara menjauh dari ibukota Kerajaan TUMAPEL. Rencana itu pula yang akan lebih mempermudah dalam upaya mengeksekusi SRI KERTANAGARA beserta pengikutnya tanpa terhalang oleh kekuatan apa pun, mengingat pula bahwa pembesar-pembesar KERAJAAN TUMAPEL pada waktu itu belum kembali ditugaskan dari Ekspedisi PA-MALAYU 1275 M (NKG 41: 6) dan 1286 M (Prasasti Padang Roco 1286 M). Pada waktu itu kekuatan pasukan utama SRI JAYAKATYĔNG telah berada di JASUN WUNGKAL 《 JASUN = Bawang, WUNGKAL = Batu Pengasah, sehingga ada yg mengidentifikasikannya dengan nama Desa Watukosek yang berada di wilayah Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Sebagian ada yang menghubungkannya dengan nama Desa Bangkal = Pangkal di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto 》yang diperkirakan terkonsentrasi di bagian Barat-Selatan (Barat Laut) ibukota KERAJAAN TUMAPEL. Dari uraian Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA yang secara jelas dan terperinci di dalam isi Prasasti Kudadu 11 September 1294 M, dimana peristiwa tersebut berlangsung antara tanggal 18 Mei - 17 Juni 1292 M (Prasasti Gajah Mada /Singasari, 27 April 1351 M), sangat sesuai dengan pemberitaan isi naskah Karya Sastra PARARATON dan KIDUNG HARSAWIJAYA . šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø š‹ššš­ššš« ššžš„ššš¤ššš§š  ššžš§š²šžš›ššš› ššžš«š¬šžš„š¢š¬š¢š”ššš§ ššš§š­ššš«šš š’š‘šˆ šŠš„š‘š“š€šš€š†š€š‘š€ ššžš§š ššš§ š’š‘šˆ š‰š€š˜š€šŠš€š“š˜š„šš† šŸ‡®šŸ‡© Adanya motivasi perselisihan antara SRI KERTANEGARA dari KERAJAAN TUMEPAL dengan SRI JAYAKATYĔNG dari Kerajaan Wilayah Bawahan GELANG-GELANG menurut beberapa sumber primer sejarah terkesan hanya se buah peristiwa perebutan keku asaan semata. Namun di dalam Penulisan ini akan diungkapkan adanya satu faktor penyebab utama yang menjadi latar belakang nya, yang tidak pernah diungkap secara gamblang (terperinci secara jelas) di dalam beberapa sumber primer sejarah; baik Prasasti, Naskah Karya Sastra, maupun berita Asing Cina. Perseteruan antara SRI KERTANAGARA dengan JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG/ JAYAKATONG/AJI KATONG/HA-JI-KA-TANG/DLL) yang terjadi pada sekitar antara tanggal 18 Mei - 17 Juni tahun 1292 Masehi (JyestamĆ¢sa, 1214 Ƈaka) juga sesuai dengan pemberitaan isi PRASASTI SINGASARI (PRASASTI GAJAH MADA, 27 April 1351 M) berakhir dengan tewasnya SRI KERTANAGARA ditangan prajurit SRI JAYAKATYĔNG, yang tertera pada: Baris ke 1-2 = " / o / "...i Ƨaka 1214 jyesta māsa irika diwaśani kamoktan pāduka bhatara sang lumah ring Ƨiwabuddha..." / { "...di antara 18 Mei-17 Juni 1292 M, itulah saat wafatnya Pāduka Bhatāra yang bersemayam di alam Siwa-Budha..." }.😭 šŸ‡²šŸ‡Ø Yang dimaksud dg " Paduka Bhatāra Sang Lumah ring Ƈiwa-Buddha " di atas adalah penyebutan untuk mendiang Sri Maharaja Kertanagara yang gugur bersama para Brahmana dan Pejabat Kerajaan yang terjadi pada 59 tahun yang silam ( 1292 M ) setelah dikeluarkannya Prasasti Singasari oleh Rakryan Mapatih Pu Mada tahun 1351 M tanpa menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa pemberontakan tersebut dan siapa pelakunya . šŸ¤”šŸ‡²šŸ‡Ø Prasasti Singasari (Gajah Mada) 1351 M tidak menguraikan secara rinci tentang peristiwa 59 tahun berlalu tentang gugurnya mendiang Pāduka Śri Kertanāgara yang memiliki nama ābhiseka JƱaneśwara Bajra bersama para pengikutnya yang setia, termasuk para Brahmana Siwa-Sogata (Buda), para Maha Werda Mantri tanpa menyebutkan penyebabnya, yang kemudian untuk memperingati peristiwa kelam tersebut didirikanlah sebuah caitya pemujaan oleh Sang Rakryan Mapatih Jirnnordhara (Gajah Mada) atas perintah Ratu Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnu wardani (Lihat ! baris 8-17). PRASASTI KUDADU (GUNUNG BUTAK) 11 September 1294 M, Lempeng III, Baris b menguraikan secara jelas hal yang sama dari cuplikan fragmen di bawah ini : "...Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring Ƨiwabuddhālaya ngÅ«ni tinekān de Ƨri jayakatyěng sakeng glangglang..." { SRI KERTANAGARA yang telah memasuki bersemayam/mangkat di alam Siwa-Buda, ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG }. "...Ƨri krtanagara hanerikang nÅ«gare tumapel..." { SRI KERTANAGARA yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL }. "...sděng i sanjata Ƨri jayakatyĕng karengyan tĕke jasun wungkal, irikā ta ƧrÄ« mahārāja mwang sang arddharāja inutus De ƧrÄ« krtanāgara mapagna sanjata ƧrÄ« jayakatyĕng, mantu parnah sang arddharāja mwang ƧrÄ« mahārāja de ƧrÄ« krtanāgara kunĕng sang arddharāja saksāt putra de ƧrÄ« jayakatyĕng..." { Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĔNG telah tiba di JASUN WUNGKAL, kemudian SRI KERTANAGARA memerintahkan SRI MAHA RAJA (NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA) beserta SANG ARDHARĀJA melawan tentara SRI JAYAKATYĔNG. Adapun SANG ARDHARĀJA dan SRI MAHĀRĀJA , kedua duanya adalah menantu SRI KERTANAGARA. Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah putera SRI JAYAKATYĔNG }. Lempeng VI, Baris b : "...ƧrÄ« jayakatyĕng ngÅ«ni ri huwusnira n huminlangakĕn ƧrÄ« krtanagara guměgwanÄ«rikang nagara daha, hana tojar ćrÄ« jaya katyĕng sinrawanakĕn irikang sayawadwipa..." { SRI JAYAKATYĔNG setelah menewaskan SRI KERTANAGARA, memegang (menjadi raja) di NEGARA DAHA,.disaksikan oleh kalayak seluruh PULAU JAWA }. Dari penjelasan isi Prasasti Kudadu 1294 M, Lempeng III, Baris b, dikatakan bahwa NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA dan SANG ARDHARĀJA, keduanya adalah MENANTU SRI KERTANAGARA. Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah ANAK SRI JAYAKATYĔNG. Dengan demikian hubungan dekat antara SRI KERTANEGARA dengan SRI JAYAKATYĔNG adalah BESANAN. Lalu siapakah anak-anak wanita SRI KERTANAGARA yang dikawinkan dengan SANG ARDHARĀJA dan NARARYA SANGGRAWIJAYA pada waktu itu❓šŸ¤” NEGARAKARTAGAMA (DEƇA WARNANNA) 1365 M , Pupuh 38, Baris 3-6; 41: 3; 43:2, 5. dijelaskan oleh seorang Pendeta Buddha di Singasari bernama DANG HYANG RATNANGSAH yang banyak tahu tentang sejarah leluhur dan para raja yang dicandikan ("...ddon rakawin parahyun ataƱa krama ni tuhatuha, Ƨri naranatha sang pada dinarmma satata pinark...") yang pernah dikunju ngi oleh RAKAWI PRAPANCA pada tahun 1359 M (setelah 183 tahun berlalu dari peristiwa) menceriterakan bahwa BHATARA WISNUWARDHANA pada tahun 1254 M menobatkan puteranya bernama NARENDRA KERTANAGARA ("...narendra krtanagarekan abhisekanama...") dengan gelar Buddha nya ƇRI JƑANABAJREƇWARA ("...nama jinabhisekanira sang Ƨri jƱana bajreƧwara..."). Pada tahun 1292 M, NARENDRA KERTANAGARA wafat dan berpulang ke JINAINDRALAYA ("...nrpati mantuk ring jinaindralaya...") dengan gelaran Yang Bersemayam di alam Siwa Buddha ("...sang mokteng Ƨiwa buddaloka..."). Selanjutnya diceritakan oleh Dang Hyang Ratnangsah kepada Mpu PrapaƱca pada Pupuh 44: Baris 1-4; 45: 1, tentang sepak terjang HAJI JAYAKATWANG hingga akhir hayatnya. "...tatkala Ƨri narendra krtanagara mulih ring budda bhawana, trasan rat duhkha horahara khadi maluya rehnyan kaliyuga, wwanten samantaraja prakaƧita jayakatwan nama ku haka , nkaneng bhumi khadiryyapti sumiliha wiƧesamrih khi rakhira..." ( tatkala ƇRI NARENDRA KERTANAGARA pulang ke Buddabhuwana ; mereka takut, duka, huru-hara, laksana jaman Kali kembali. Raja bawahan bernama JAYAKATWANG; berwatak terlalu jahat, berkhianat, karena ingin berkuasa di Wilayah KEDIRI.). "...nuni lunhanira Ƨri krtajaya rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri parwwatanÄ«ndrasuta jayasabhan angantyan siwin, ring Ƨakastekana Ƨastrajaya muwah umungwing bhumi ka- diri, ring Ƨaka trinisan Ƨankara haji jayakatwang natha wksan. .." ( Tahun Ƈaka Laut Manusia = 1144 Ƈ = 1222 M, mangkatnya SRI KERTAJAYA. Atas perintah Putera SRI PARWATA INDRA, JAYASABA berganti menjadi raja. Tahun Ƈaka Delapan Satu Satu = 1180 Ƈ = 1258 M, SASTRAJAYA menjadi Raja BHUMI KADIRI Tahun Ƈaka Tiga Sembilan Ƈankara = 1193 Ƈ = 1271 M, HAJI JAYAKATWANG Raja ter- akhir.). "...sakweh ning natha bhakti wanita wka bhataradrÄ«ndratana ya, astam ri Ƨri narendra krtana ya, tkeng nusantara manut, manke pwe line sang bhupati haji jayakatwan murkka wipatha, keweh ninrat rinaksen kali niyata hayunya tan dadi lana..." { Semua Raja berbakti kepada CUCU ( SRI KERTANAGARA) PUTERA GIRINATA (SRI RANGGAH RAJASA/BHATARA KAGENENGAN). Seluruh NUSANTARA tunduk kepada SRI NARENDRA KERTANAGARA. Akan tetapi SANG BHUPATI HAJI JAYAKATWANG murka, membagi buta, dan mendurhaka. Ternyata damai tak kekal, akibat bahaya anak piara KALI.} DAFTAR RAJA-RAJA KEDIRI: 1. KERTAJAYA (... - 1222 M). 2. JAYASABA (1222 - 1258 M). 3. SASTRAJAYA (1258 - 1271 M). 4. JAYAKATWANG ( 1271 - 1293 M). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua cabang GENEALOGIS antara SRI KERTANAGARA dengan SRIJAYAKATYĔNG. SRI JAYAKATYĚNG mengikuti alur silsilah dari trah Keluarga Raja-Raja KEDIRI (PANJALU), sedangkan SRI KERTANEGARA mengikuti alur SILSILAH dari trah keluarga raja Raja TUMAPEL (SINGASARI) yang di didirikan oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK). Silsilah SRI KERTANAGARA dimulai dari pendiri Kerajaan Tumapel oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK) yang dijuluki sebagai PUTERA GIRINATA ( GIRÄŖNDRAPRAKAƇA = ƇRI GIRÄŖNDRĀTMAJA = ƇRI GIRÄŖN DRĀTMASUNU) yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182 M. "...deƧagƶn wetaning parbwata khawi pnuh ing sarwwabhogati -ramya, kuww angehnyan kamantyran manaran i kutha rajenadeh wwang nika bap, yekingwan Ƨri girindratmajan umulahaken darmma..." NKG 40: 2). ( Daerah luas di sebelah Timur Gunung Kawi terkenal subur makmur. Ibu kota pemerintahan bernama KUTARAJA. Di situlah tempat Putera SRI GIRINATA menunaikan darmma ). Pada tahun 1222 M, setelah menjadi raja dg ibukota Kerajaan di KUTARAJA melakukan perlawanan terhadap Raja KEDIRI bernama SRI KERTAJAYA. "...ri Ƨakabdi krta Ƨankara, sira tumben Ƨri narendran kadinten, sang wiranindita Ƨri krtajaya nipuneng Ƨastra tatwopadeƧa, Ƨighralah gƶng bhayamrih mala jen anusup ajaran parƧwaƧunya sakwehning bhrtya mukyan para pajurit asing kari ring rajya Ƨirnna..." (NKG 40: 3). { Tahun Saka Lautan Dadu Siwa ( 1144 Ƈaka = 1222 M ) SRI NARENDRA (SRI RANGGAH RAJASA) melawan Sang Perwira SRI KERTAJAYA . Putus sastra serta tatwopa- desa. Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil. Semua pengawal, perwira, dan tentara yang tertinggal mati terbunuh }. "... ryyalah sang Ƨri narendra kadiri girigirin tang sabhumi jawars, praptanembah pada wwatsahanahana wijil ning swadeƧan pasewa, tunggal tang Jangala mwang khadiri sama samanekana thatiƧanta, nkan tembenin dapur mwang kuwu Juru tumameng samya mande sukhen rat..." (NKG 40: 4) { Setelah kalah SANG SRI NARENDRA KADIRI, seluruh tanah JAWA dalam ketakutan. Semua Raja datang menyembah membawa tanda bhakti hasil bumi. Bersatu JANGGALA (Kahuripan/Jiwana) dan KADIRI (PANJALU/DAHA) dibawah kuasa satu raja sakti. Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah kemudian☝šŸ‡²šŸ‡Ø "...ri Ƨakasyabdi rudra krama kalahaniran mantuk ing swarggaloka, kyanin rat sang dinarmma dwaya ri kagnanan Ƨewa bodden usana.." (NKG 40: 5). { Tahun Saka Muka Lautan Rudra (1149 Ƈ = 1227 M) beliau kembali ke alam surga. Di dharmakan/ dicandikan di KAGENENGAN bagai SIWA, di USANA bagai BUDA.}. "...bhatara san anusanatha wka dw bhatara sumilih wiƧesa siniwi ..." "... Ƨakabdi tilakadri Ƨambhu kalahan bhatara mulih ing girindrabhawana, sireki winanun pradipa Ƨimbha rikang sudarmma ri kidal..." (NKG 41: 1). { Batara ANUSAPATI ; putera Bhatara ( SRI RANGGAH RAJASA ) berganti dalam kekuasaan. Tahun Saka Perhiasan Gunung Sambu (1170 Ƈ = 1248 M) Bhatara ANUSAPATI berpulang ke SIWALOKA (GIRINDRA BHAWANA). Diwujudkan bagai SIWA di CANDI KIDAL.}. "...bhatara wisnuwardana ktekaputranira sang gumanti siniwi, bhatara narasinha rowanira tulya madawasahagrajamageh i rat..." (NKG 41: 2). { BATARA WISNUWARDANA, putera Baginda (ANUSAPATI), berganti dalam kekuasaan, beserta BATARA NARASINGA bagai MADAWA dengan INDRA }. "...i Ƨaka rasa parwwatenduma bhatara wisnwanabhiseka sang suta siwin, samasta para samya ring kadiri jangalomarkh amuspa ring urasabha, narendra krtanagarekan abhisekana ma ri siran huwus rakaƧita, pradeƧa kutaraja mankin atiƧobhi tanaran i sinhasari nagara..." NKG 41: 2 }. { Tahun Saka Rasa Gunung Bulan ( 1176 Ƈ = 1254 M ), BATARA WISNUWARDANA menobatkan puteranya . Segenap rakyat KADIRI (PANJALU)-JANGGALA berduyun-duyun bersembah bakti ke istana. NARENDRA KERTANAGARA nama gelar penobatannya (Nama Abhiseka) tetap demikian seterusnya. Daerah KUTARAJA bertambah makmur, berganti nama NEGARA/KERAJAAN SINGASARI. DAFTAR RAJA-RAJA SINGASARI: 1. SRI RANGGAH RAJASA (KEN AROK). 2. BATARA ANUSAPATI. 3. BATARA WISNUWARDANA. 4. NARENDRA KERTANAGARA. Dari uraian dua alur keturunan (genealogi) yang berbeda antara Keluarga Raja-Raja KEDIRI denga TUMAPEL (SINGASARI) upa-rupanya pernah terjadi sebuah perselisihan genealogis di masa lalu antara RAJA KEDIRI; SRI KERTAJAYA dengan SRI RANGGAH RAJASA (KEN AROK) dengan kesalahan di pihak SRI KERTAJAYA dari KEDIRI. Dengan kekalahan tersebut maka berakhirlah masa kejayaan KEDIRI yang kemudian digantikan oleh TUMAPEL (SINGASARI) yang berkuasa atas Tanah JAWA (bhumi Jawa). Kudeta yang dilancarkan oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG di wilayah KEDIRI terhadap SRI KERTANAGARA dari TUMAPEL (SINGASARI) merupakan bentuk pembalasan atas perseteruan di antara para buyutnya sebagai pemersatu terhadap ingatan sejarah bersatunya hegemoni JANGGALA(KAHURIPAN / JIWANA) dengan PANJALU (KADIRI- DAHA) sebagai simbol kekuasaan pemersatu TANAH JAWA (BHUMI JAWA). šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø šŸ‡²šŸ‡Ø š’š‘šˆ š‰š€š˜š€šŠš€š“š–š€šš† šŸ‡®šŸ‡© (š†šžš§šžššš„šØš š¢ šššš§ šŒššš¬šš š€š¤š”š¢š«) Nama SRI JAYAKATYĔNG pertama kali dapat dijumpai pada isi PRASASTI MƛLA- MALURUNG (15 Desember 1255 M) yang dikeluarkan oleh NARĀRYYA SMINING RĀT (SRI WISNUWARDANA). Prasasti MĆ»la-Malurung merupakan sebuah penetapan hadiah anugerah sang raja kepada pengikutnya yang setia bernama PRĀNARĀJA atas tanah di Desa MĆ»la dan Malurung. Penganugerahan tersebut telah direstui oleh semua raja bawahan yang sebelumnya pernah diangkat oleh NARĀRYA SEMININGRAT yang diketuai oleh NARĀRYA MƛRDDHAYA (SRI KERTANAGARA) yang diangkat sebagai raja muda di DAHA. Menurut penjelasan isi Prasasti Mula-Malurung (15 Desember 1255 M) Lempeng VII, Sisi a, Baris 4-6 : "...sira turuk bali, putrÄ« nira narārya smining rāt, pinaka parameƧwarÄ« nira Ƨri jayakat yĕng , saksat kapwanakanira narāryya smining rāt, sira pinra tista ngkāneng manikanaka singhāsana, maka nagare glangglang , sinewita dainikang sakala bhÅ«mi wurawan..." (Beliau TURUK BALI, putrinya NARĀRYA SMINING RĀT, sebagai permaisuri SRI JAYAKATYĔNG, nyata-nyata keponakan NARĀRYA SMININGRĀT, beliau dilantik di atas takhta emas permata di NEGERI GELANG-GELANG di- pertuan oleh segenap BHÅŖMI WURAWAN). Nama GELANG-GELANG dan WURAWAN diperkirakan terletak di bagian Barat pusat Kerajaan DAHA-KEDIRI (PANJALU), tepatnya di sekitar wilayah Kabupaten Madiun dengan Ponorogo. Di masa MAJAPAHIT mewakili daerah WENGKER. (Hadi Sidomulyo, 1970: 155). Beberapa sumber lain mengatakan bahwa BHÅŖMI WURAWAN dapat dijumpai sebagai nama Dusun NGRAWAN, Desa DOLOPO, Kecamatan DOLOPO, Kabupaten MADIUN, JAWA TIMUR. Posisi DAHA yang berada di BHÅŖMI KADIRI (Kota Kediri sekarang) yang terletak di sebelah Timur Gunung Wilis, sedangkan GELANG-GELANG di BHÅŖMI WURAWAN terletak disebelah Barat Gunung Wilis. Di dalam isi prasasti MĆ»la-Malurung SRI JAYAKATYĔNG selain dikatakan sebagai suami dari anak; putri NARĀRYA SEMININGRAT (SRI WISNUWARDANA) bernama TURUK BALI, juga masih dianggap sebagai keponakan (kapwanakan) sang raja. Oleh P.J. Zoetmulder istilah keponakan (kapwanakan) ditafsirkan sebagai "seorang anak dari saudara perempuan" sang raja. Namun sayang nama saudara perempuan SRI WISNUWARDANA selaku ibu dari SRI JAYAKATYĔNG tidak diketahui dan menjadi sebuah misteri (❓šŸ¤”). Sedangkan nama ayahnya diperkirakan sebagai Raja KEDIRI, yaitu SASTRAJAYA yang naik tahta pada tahun 1258 M (NKG 44: 2). Hal ini didukung kuat oleh pencantuman kedua nama tokoh di atas, yaitu SRI JAYAKATYĔNG dan SASTRAJAYA di dalam Prasasti MĆ»la-Malurung (15 Desember 1255 M) pada Lempeng IV (Hadi Sidomulyo, 1970: 155). Dengan demikian keluarga RAJA WISNUWARDANA (TUMAPEL-SINGASARI) telah berupaya merangkul keluarga SRI KERTAJAYA (re-konsiliasi) dari KEDIRI (PANJALU) dengan cara perkawinan antara saudara perempuannya dengan Å RI ŠĀSTRAJAYA . Dengan demikian pula bahwa SRI JAYAKATYĔNG secara tidak langsung masih ada hubungan darah sebagi bagian dari WANGSA RAJASA melalui garis keturunan ibunya (? šŸ¤”). Sedangkan SRI JAYAKAT YĔNG dengan istrinya TURUK BALI masih saudara sepupu. Dari hasil perkawinan keduanya diperoleh seorang putera bernama SANG ARDHARĀJA yang dijadikan menantu oleh SRI KERTANAGARA (salah satu diantara keempat putrinya ❓šŸ¤”) sesuai dengan pemberitaan Prasasti Kudadu (11 September 1294 M). Hubungan kekeluargaan antara SRI KERTANEGA dengan SRI JAYAKATYĔNG terdapat beberapa tali kekerabatan yang sangat dekat, yaitu sebagai ; BESAN, SEPUPU, sekaligus sebagai KEPONAKAN. Semenjak SRI JAYAKAT YĔNG sukses melakukan kudeta terhadap SRI KERTANAGARA sekaligus mengakhiri hegemoni berdirinya NEGARA TUMAPEL di tahun 1292 M. Selanjutnya SRI JAYAKATYĔNG mengangkat dirinya sebagai penerus KERAJAAN KEDIRI (PANJALU) yang beribukota di DAHA. Namun SRI JAYAKATYĔNG lupa bahwa ada sosok seorang yang dikecewakan, yaitu SRI NARĀRYA SANGGRAMAWIJA yang sedang mengungsi ke Pulau Madura bersama ARYA WIRARAJA diam-diam mengatur strategi dqn menggalang kekuatan untuk balas dendam menggulingkan kekuasaan SRI JAYAKATYĔNG di DAHA-KEDIRI. NEGARAKARTAGAMA Pupuh 44: 1 dan 45:1,menerang kan bahwa : "...pandani wruhniren Ƨastra panawaƧani kotsahan haji danu, mogha wwanten wka Ƨri nrpati malahaken Ƨatrwamaha yurat, ndan mantwangehnira dyah wijaya panlahin rat masta wa sira, ardda mwang twang tataran mmampri haji jayakatwang bhrasta sarana..." "...ri pjah nrpa jayakatwan awa tikang jagat alilan, masa rupa rawi Ƨakabda rika sira nararyya sira ratu, siniwing pura majha pahit tanuraga jayaripu, tinlah nrpa krtarajasa jayawarddana nrpati..." { berkat keulungan sastra dan keuletannya jadi raja sebentar (JAYAKATWANG) ,lalu ditunduk kan putera ƇRI NERPATI (ƇRI NARENDRA KERTANAGARA). Ketrentaman kembali, sang me nantu DYAH WIJAYA gelarnya yang terkenal itu. Bersekutu dengan TUAN TATAR; menyerang, Menghancurkan HAJI JAYAKAT WANG }. { Setelah mangkat JAYAKAT WANG, jagat gilang-gemilang kembali. Tahun Ƈaka Masa-Rupa-Surya (1216 Ƈ = 1294 M) beliau (DYAH WIJAYA) menjadi raja, disembah di MAJAPAHIT. Kesayangan rakyat, pelebur musuh, bergelar SRI NARAPATI KERTARAJASA JAYAWARDA- NA }. Dari uraian di atas diceriterakan bahwa HAJI JAYAKATWANG dari DAHA KEDIRI ditaklukan oleh DYAH WIJAYA dengan bantuan pasukan TATAR (CINA- MONGOLIA) sebelum tahun 1294 M. Kedatangan pasukan TATAR (CINA-MONGOLIA) awalnya bertujuan untuk menghukum SRI KERTANAGARA yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan KUBILAI-KHAN dari Dinasti YUAN-MONGOL di CINA (1271 - 1368 M). Kedatangan pasukan YUAN MONGOL tersebut kemudian di manfaatkan untuk menggempur JAYAKATWANG di DAHA-KEDIRI. Dari catatan Berita Cina (Yuan Shi) DINASTI YUAN-MONGOL (1271 -1368 M) diberitakan tentang kronologis perjalanan pasukan dari Cina hingga tiba di Pulau Jawa. Ekspedisi pelayaran ke Tanah JAWA tersebut direncanakan selama 7 bulan perjalanan laut, sejak berangkat di bulan Desember 1292 M hingga bulan Juni 1293 M. Jumlah armada pasukan YUAN-MONGOL yang dikirim oleh KUBILAI-KHAN sebanyak 20.000 - 30.000 prajurit yang dimuat oleh 1000 buah kapal dengan pembekalan logistik selama satu tahun. Armada tersebut dipimpin oleh Jendral SHI-BI (orang Mongolia) dengan kedua panglima perangnya; IKE MESE ( orang Uyghur) dan GAOXING (Orang Cina dari Suku Han). Pasukan Yuan Mongol tersebut sebagian besar di rekrut dari wilayah Cina bagian Selatan; Fujian, Jiang Xi dan Huguang. Pasukan tersebut diberangkatkan dari QUANGZHOU di bagian Selatan Cina, dengan menelusuri pesisir Dai -Vet dan Champa. Pada bulan Januari 1293 M, Pasukan Yuan tiba di KO-LAN (BILITON / Pulau Belitung) untuk beristirahat sambil mengatur strategi penyerangan mereka. Pada tanggal 1 Maret 1293 M, seluruh pasukan telah ber kumpul di Muara Kali Mas (percabangan Sungai Berantas) Kedatangan pasukan Yuan-Mongol di Jawa disambut dan diajak bersekutu oleh Dyah Wijaya (Raden Wijaya) untuk melawan pasukan JAYAKATYĔNG dari KEDIRI- DAHA. Mata-mata Dyah Wijaya melaporkan bahwa pasukan KEDIRI telah tiba mendekati markas nya di Desa Terik. Pada tanggal 7 Maret 1293 M, pasukan KEDIRI tiba dari tiga jurusan untuk menyerang markas Dyah Wijaya. Pada pagi hari keesokan harinya, tanggal 8 Maret 1293 M, IKE MESE mengirim pasukannya untuk menyerang musuh yang datang dari arah Barat Daya, namun menghilang GAO XING bertempur melawan musuh yang datang dari arah Tenggara, hingga me maka mereka melarikan diri kepegunungan. Menjelang tengah hari, pasukan musuh datang lagi dari arah Tenggara, namun GAO XING berhasil mengalahkan nya di sore hari. Pada tanggal 15 Maret 1293 M, Pasukan Yuan-Mongol direncanakan dibagi tiga jalur perjalanan yang berbeda menuju satu arah ke KEDIRI- DAHA. Disepakati bahwa pada tanggal 19 Maret 1293 M mereka bertemu di KEDIRI untuk memulai penyerangan setelah mendengar aba-aba adanya suara meriam (pao). Pasukan pertama berlayar menyusuri sungai (Sungai Berantas). Pasukan ke dua di pimpin oleh IKE MESE berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Timur. Pasukan ke tiga di pimpin oleh GAO XING berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Barat. Sedangkan Dyah Wijaya beserta pasukannya berada dibarisan bagian belakang. Sesuai dengan yang telah direncanakan bahwa seluruh pasukan bertemu di DAHA-KEDIRI pada tanggal 19 Maret 1293 M. Setelah mendengar aba-aba bunyi sentuman suara meriam (Pao), maka pertempuranpun berkecamuk, dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 14.00 . Setelah dilakukan penyerangan selama tiga kali, pasukan KEDIRI dapat dikalahkan dan melarikan diri. Sementara itu pasukan DYAH WIJAYA menyerang ibukota DAHA dari arah lain. Istana SRIJAYAKATYĔNG berhasil dijarah dan dibakar habis. Beberapa ribu pasukan KEDIRI yang mencoba menyeberangi Sungai banyak yang tenggelam, sementara yang tewas dalam pertempuran sebanyak 5000 orang.😩😭 Raja JAYAKATYĔNG (HA-JI KA-TONG) mundur ke bentengnya, namun didapatinya istananya telah habis terbakar.♨️ Kemudian pasukan. YUAN-MONGOL mengepung ibukota DAHA, dan meminta JAYAKATWANG untuk menyerah. Pada sore harinya ,tanggal 19 Maret 1293 M, JAYAKATWANG menyatakan diri menyerah . Kemudian tentara Yuan-Mongol menangkap JAYAKATWANG, Istrinya, puteranya, dan semua perwiranya, beserta harta bendanya senilai 50 juta Yuan sebagai pampasan perang. Pada tanggal 19 April 1293 M, tepat sebulan tentara Yuan-Mongol merayakan pesta kemenangan, Dyah Wijaya memobilisasi pasukannya. Dengan taktik yang jitu pasukannya menyerang balik rombongan pasukan Yuan-Mongol yang kebetulan terpisah-pisah dari induknya, dibuat tercerai-berai banyak yang terbunuh diperkirakan antara 12.000 hingga 18.000 orang. Dengan sisa pasukan yang ada mereka meninggalkan Pulau Jawa menuju Cina, dan tiba di sana pada sekitar bulan Juni 1293 (W.P. Groeneveldt, " 1880). Demikianlah uraian tentang biografi singkat tentang petualangan SRIJAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG/JAYAKATONG/HAJI KA-TONG) yang menjadi Raja Bawahan TUMAPEL (SINGASARI) di GELANG-GELANG di BHÅŖMI WURAWAN dengan lambang Bendera Merah-Putih šŸ‡²šŸ‡Ø nya. Diperkirakan menjadi Raja Bawahan Tumapel di Gelang- Gelang di BhÅ«mi Wurawan atas nama istrinya (Turuk Bali), antara 15 Desember 1255 M hingga 18 Mei-16 Juni 1292 M. Setelah itu mengangkat dirinya sebagai Raja KEDIRI dengan ibukotanya di DAHA pada 18 Mei-16 Juni 1292 M hingga 19 Maret 1293 M sesuai dengan pemberitaan Naskah Negarakartagama Pupuh 44, Bait ke 4 bahwa menjadi raja hanya sebentar ("...kotsahan haji danu..."). Kediri-Tabanan BALI, 16 Agustus 2024 šŸ‡²šŸ‡Ø šš®š¬š­ššš¤šš š€šœš®ššš§: Aris Munandar, A. " Beberapa Data Historis dari Prasasti MĆ»la-Malurung." (Skripsi), Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1984. Berg, C.C. " Kidung Harsa Wija ya." BKI (88) 1931. Boechari. " The Inscription of MĆ»la-Malurung : A new evidence on the history city of Ken Angrok." Majalah Arkeologi, Thn. III, No.1-2, Sept-Nop, 1980. Chandra, L. " The Jaka Dolog Inscription of King Krtanaga- ra." dalam: Cultural Horizons of India (4), New Delhi, 1995. Goenawan A. Sambodo. " Dari Prasasti ke Prasasti." Pener bit : Komunitas Taksaka, 2020. Groeneveldt, W.P. " Notes on The Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources." Batavia, 1880. Hadi Sidomulyo. " Napak Tilas Perjalanan Mpu PrapaƱca." Wedatama Widya Sastra & Yayasan Nandiswara, Jurus- an Pendidikan Sejarah FIS UNESSA, 2007. Slametmulyana. " Nagarakreta- gama dan Tafsir Sejarahnya. Bhratara Karya Aksara, Jakar ta, 1979. (1292 - 2024)

 šŒšžš¦š©šžš«š¢š§š ššš­š¢

733 š“ššš”š®š§ 

š’š€šš† š’š€šŠš€ šŒš„š‘š€š‡ šš”š“šˆš‡ šŸ‡²šŸ‡Ø


šƒš¢š«š ššš”ššš²š® š‘šˆ š¤šž-80 (17 š€š š®š¬š­š®š¬ 1945-2025)


šš«ššš¬ššš¬š­š¢ šŠ


š®ššššš®                                            (š†š®š§š®š§š  šš®š­ššš¤) 

11 š’šžš©š­šžš¦š›šžš« šŸšŸšŸ—šŸ’ šŒ.


š‡š¢š¬š­šØš«š¢šØš š«šššŸš¢ šŒšžš«ššš”-šš®š­š¢š”.


šŸ‡®šŸ‡©  šŸ‡®šŸ‡©  šŸ‡®šŸ‡©  šŸ‡®šŸ‡©  šŸ‡®šŸ‡©  šŸ‡®šŸ‡© šŸ‡®šŸ‡©


šˆš„š®š¬š­š«ššš¬š¢.


     Memperingati 733 tahun awal berkibarnya SANG SAKA MERAH-PUTIH šŸ‡²šŸ‡Ø terhitung sejak peristiwa kudeta JAYAKATWANG, bersamaan dengan gugurnya SRI MAHARAJADHIRAJA KERTANAGARA pada tahun 1292 M hingga saat memperingati Hari Kermerdekaan RI ke 80 di tahun 2025 ini, sebagai upaya menggali dan mengingatkan kembali peristiwa  awal berkibarnya lambang bendera kita Sang Saka  " Merah-Putih. 


šŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡Ø


     

     

     PRASASTI KUDADU  1294 M

( 1216 Ƈaka ) diperkirakan sebagai prasasti pertama dan tertua dari Kerajaan Majapahit ( Wilwatiktanagari ) di terbitkan oleh Raja KERTARAJASA JAYA WARDHANA  ( Nagarakertagama = Dyah Wijaya, Pararaton = Raden Wijaya ).

     

     Prasasti Kudadu 1294 M dikeluarkan dengan perincian tarikh sbb :šŸ‘‡


MĀSA. = BhadrapĆ¢da.

TITHI.  = Pancami (hari ke-5).

PAKSA = Krsnapaksa (paruh

                 gelap).

SADWƂRA.     = Hariyang

                            (ha).

PAƑCAWARA = Umanis (u).

SAPTAWƂRA  = Ƈanaiscara 

                             (Ƨa).

WUKU.  = Madangkungan.


KONVERSI  

MASEHI = Sabtu, 11 September 

                   1294 Masehi.


(Anjrah Widayaka, J.L.A. Brandes, Pararaton,  h. 97, 131).


     Beberapa ilmuwan sejarah menyebutkan dengan nama lain terhadap Prasasti Kudadu 1294 M, yaitu PRASASTI GUNUNG BUTAK  sesuai dengan nama tempat penemuannya di tahun 1780 di Lereng Gunung Butak termasuk  di dalam barisan Pegunungan Putri Tidur, tepat nya di daerah perbatasan antra

Wilayah Kabupaten Mojoker to bagian selatan dengan Kabupaten Malang bagian barat, Propinsi Jawa Timur. (J.L.A.Brandes. "Pararaton,  h. 94-100).


      Menurut hasil penelitian J.L. A. Brandes, Prasasti Kudadu 1294 M diduga awalnya berjumlah 13 lempeng/keping tembaga (tambra prasasti). 

(T. S. Raffles. " History of Java II". h. 59, 63, App.I).


     Pembahasan utk keping I, II, III, IV, V, VI telah dilakukan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom (Lihat : OJO, 1913: h. 195-198).


     Sedangkan utk pembahasan  keping VIII, X, XI, XII telah dilaku kan oleh J.L.A. Brandes. 

(Lihat: J.L.A. Brandes. " Parara ton, h. 94-96).


     Sedangkan untuk keping VII, IX, XII, XIII dinyatakan telah hilang keberadaannya (❓)šŸ¤” 


     Maksud dan tujuan Sri Maha raja KERTARAJASA JAYAWAR DHANA  ( Dyah Wijaya /Raden Wijaya) menerbitkan sebuah penetapan berupa Prasasti Kudadu 1294 M adalah untuk membalas budi baik warga (samasanak) dan kepala desa/lurah (rāme) Kudadu yang pernah berjasa menolong dan melindungi Sang Raja pada saat sebelum menjadi Raja Majapahit dengan nama kecil NARĀR YA  SANGGRAMAWIJAYA.  


( Keping III Lembar b = "...Ƨri māharāja nguning tirung prabhu makasungjnā narāryya sanggramawijaya..." = "...ƇRI MĀHARĀJA , ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA..." )


dari perburuan dan pengejaran tentara SRI JAYAKATYĔNG ( JAYAKATWANG / JAYAKATONG )  dari GELANG-GELANG

 

 ( Keping III Lembar b = "...ƧrÄ« jayakatyĕng sakeng glang- glang..." = ƇRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG )


 yang terjadi pada sekitar tahun 1292 M, yaitu 2 tahun sebelum Prasasti Kudadu 1294 M diterbitkan. ☝😭


     Balas budi yang dilakukan oleh Sang Raja dalam bentuk

pembebasan DESA KUDADU menjadi SIMA SWATANTRA lepas atau keluar dari ikatan terhadap   Sang Hyang Darmma KLÊME untuk selamanya dengan tanda arca di atas nya.


Lempeng VI b =


     "...kyata karanan tumurun warānugraha Ƨri mahārāja irikang rame kudadu an susukēn sÄ«ma swatantrā dĕg ringgit lmah sthānanya i kudadu de ƧrÄ« mahārāja, tkeng gagarěněknya salba

kwukirnya kabeh kabhuktya

de nikang rāme kudadu,

kutmwa kalilirana deni santānapratisantānan ikang rāme kudadu, mne hlěm tka rin dlāhaning dlāha, sang siptanya, mari tekang wanwe kudadu pinakangƧa de sang hyang dharmma i klěme,

mari kaparabyapara apan

sampun dadi sīma swatan

trāděg ringgit de Ƨri māharā

ja kuneng nimitta Ƨrī mahā

rāja wani malapangƧa sang

hyang dharmma i klěme 

(ika)ang wanwe kudadu, 

mapaknerikang rāme kudadu ..." 


{ "... itulah sebabnya Sri Maharaja memberi anugerah kepada lurah/kepala desa KUDADU menjadikan desanya sebagai Sima Swantra

dengan Wilayah yang luas 

dan lengkap, dengan ladang

di mudik dan di baruh, deng

an tanda sebuah arca yang

diperuntukkan bagi Kepala 

Desa KUDADU yang dimiliki 

secara turun-temurun sam

pai ke anak cucunya sejak

kini, sampai nanti, terus-me

nerus tak putus-putusnya. 

Hendaklah diketahui pula

bahwa Wanua KUDADU ber

hentilah menjadi bagian dari daerah Sang Hiyang Darma KLĚME, yang hingga sekarang tidak boleh lagi secara serta-merta mencampurinya,

oleh sebab itu Sri Maharaja 

telah menjadikannya seba

gai daerah bebas mandiri 

( Sima Swatantra) dengan 

tanda sebuah arca di atasnya.

Adapun yang menjadi penyebab bahwa Sri Maharaja berani melepaskan Desa KUDADU dari ikatan Sang Hyang Darma di KLÊME,  yaitu untuk kebahagiaan 

Lurah KUDADU..." }.


š‡š¢š¬š­šØš«š¢šØš š«šššŸš¢ šŒšžš«ššš”-šš®š­š¢š”  šŸ‡®šŸ‡©


     " ...hana ta tunggulning Ƨatru

layūlayū katon wetani haniru,

bāng lawan putih warnnanya,

sakatonikang tunggul ika..." šŸ‡²šŸ‡Ø


(Lempeng  IV b)


{ "... maka tampaklah tunggul

(bendera) musuh melambai lambai di sebelah Timur HANIRU, merah dan putih warnanya, dan serentak melihat tunggul itu maka..." }.  šŸ‡²šŸ‡Ø


     Demikianlah secuil kutipan dari sebagian fragmen isi Prasasti Kudadu 1294 M di bagian kalimat tertulis pada Lempeng  IV b, tentang awal berkibarmya " Sang Saka Merah-Putih" šŸ‡²šŸ‡Ø  yg dikibarkan melambai-lambai pada sebuah tiang (tunggul) yang dibawa oleh pasukan musuh (Ƨatru) prajurit SRI JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG / JAYAKA TONG) di tengah-tengah kancah pertempuran melawan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA (DYAH WIJAYA / RADEN WIJAYA ) dari KERAJAAN TUMAPEL.


     Lempeng III - VI  Prasasti  Kudadu 1294 mengisahkan tentang perburuan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA oleh pasukan SRI JAYAKATYĚNG yang terjadi pada 2 tahun yang silam (1292 M).


     Dengan demikian kisah ini ditulis setelah Sang Raja menja di Raja Majapahit bergelar SRI KERTARAJASA JAYAWARDHANA (nāmarājabhiseka).šŸ‘‡šŸ‡²šŸ‡Ø


šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø


LEMPENG III Baris b =


ALIH AKSARA :


     "...gatinikang rāme kudadu prayatna marmmānghětakěn i Ƨri māharāja ngunin turung  prabhu, makasungjnā narāryya sanggramawijaya, sděngiran kawalasak kawaweri (kang) wanwe kudadu tinÅ«t penetapan dening Ƨatru, karana Ƨri māharāja mangkana, Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring Ƨiwabuddhālaya

ngūni tinekān de çri jayakat

yěng sakeng glangglang, sāk sāt prangmukkan lumampah akěn krtālpāswakāra, mitradro haka, samayalangghyana mah yun humaristākna ƧrÄ« krtanaga ran hanerikang nāgare tumapel sděng i sanjata ƧrÄ« jayakatyĕng těke jasun wungkal irikā ta Ƨri mahārāja  mwang sang arddha rajā inutus de Ƨri krttanagara mapagakna sanjata Ƨri jayakat yĕng,  mantu parnah sang ard dha rāja mwang Ƨri mahārāja de ƧrÄ« krtanāgara kuněng sang arddharāja  sak- (IV a)sat putra de Ƨri jayakatyěng..."


ALIH BAHASA: šŸ‘‡


     Adapun yang menjadi penyebab tingkah laku kepala desa KUDADU yang memberi tempat bersembunyi dengan 

hati-hati kepada Sri Maharaja ,ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA

sewaktu beliau dalam kesusahan menuju ke desa KUDADU, diburu oleh musuh dan dikejar-kejar dalam keadaan sebagai

berikut;

     SRI KERTANAGARA  yang dahulu menjadi Raja dan meninggalkan dunia yang fana dan memasuki dunia yang baka

di SIWABUDALAYA (almarhum/mendiang) ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG  dari GELANG-GELANG dengan berlaku sebagai musuh mengerjakan suatu yang memalukan, serta berhianat kepada teman dan melanggar kesepakatan, karena berkeinginan meruntuhkan  SRI KERTANAGARA 

yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL.

     Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĚNG telah tiba di JASUN WUNGKAL , kemudian SRI KERTANAGARA mengutus SRI MAHARAJA (sekarang) beserta SANG ARDHARĀJA untuk melawan tentara SRI JAYAKATYĚNG.

     Adapun SANG ARDHARĀJA

dan SRI MAHĀRĀJA, kedua-duanya adalah menantu SRI KERTANAGARA. 

Konon pula SANG ARDHARĀJA

adalah putera SRI JAYAKAT YĔNG.


LEMPENG IV, Baris a =


ALIH AKSARA :


"...ryyangkat ćrÄ«mahārāja  mwang sang arddharājā sangkē nagare tumapel, datěng

irikang wanwe kdung plut, irika

tamba Ƨrī mahārāja manggih Ƨatru, aprang bala Ƨri mahārāja

ring samangkana, ala tekang lawan çrī mahārāja alaralajū tan kinawruhan kwehing lwang

nya lumaku sanjata ƧrÄ« mahā rāja dateng i lěmbah, tan hana

Ƨatru kapanggih dening sanjata

pāmbarěp ƧrÄ« mahārāja,  mun

dur ta ya tapanglawan, haliwat 

ƧrÄ« mahārāja sangka batang, 

datěng i kapulungan kapanggih

tekang Ƨatru muwah, īrika ta ya

naprang wadwā Ƨri mahārāja kalwaning kapulungan alah te

kang Ƨatru Ƨrī mahārāja, alarāla

ya kweh lwangnya an mangka

na, lumaku ta muwah sanjata

ƧrÄ« mahārāja  date(IV b)ng i rabut carat..."


ALIH BAHASA : šŸ‘‡


     Setelah itu berangkatlah SRI MAHARAJA beserta SANG ARDHARĀJA meninggalkan KERAJAAN TUMAPEL hingga tiba di Padukuhan KEDUNG PELUK, maka SRI MAHĀRĀJA lah yang pertama kali bertemu dengan musuh.

Tentara SRI MAHARAJA berperang dan musuhpun dapat dikalahkan serta melarikan diri dengan menderita kekalahan besar.

     Setelah itu tentara SRI MAHARAJA bergerak ke LEMBAH, namun di sana tidak didapati musuh.

Selanjutnya terus bergerak ke arah Barat dari LEMBAH menuju BATANG, namun SRI MAHARAJA hanya bertemu dengan beberapa musuh, yang kemudian menarik diri mundur dengan tidak melakukan perlawanan.

     Setelah SRI MAHARAJA melewati BATANG, lalu sampai lah di KAPULUNGAN, dan berte mu dengan musuh, maka seketika itu tentara SRI MAHARAJA bertempur lagi di sebelah Barat KAPULUNGAN, dan musuhpun dapat  dikalahkan,tercerai-berai menderita kerugian besar.

     Demikianlah keadaan tentara SRI MAHARAJA hingga maju terus sampai tiba di RABUT CARAT.


LEMPENG IV Baris b =


ALIH AKSARA :


"...tan asowe ikang kala masƶ 

tekang Ƨatru sakakulwan, irika

ta ćrÄ« mahārāja prang sahawa dānira kabeh, alarālayu muwah Ƨatru ƧrÄ« mahārāja,akweh lwang nya těhěr atinggal, yayenpang dawuta kabeh smuni lāwan ƧrÄ« mahārāja,ringsamang kana, " hana ta tunggulning Ƨatru layÅ« layÅ« katon wetan i haniru, bang lawan putih warnnanya, " šŸ‡²šŸ‡Ø sakatonikang tunggul ika irika ta yan pangdawut sanjata sang arddharāja, lumakwakenan sayaprawrti, alayÅ« niskaranā nujuwi kapulungan purwakani sanjata ƧrÄ« mahārāja  rusak, ƧrÄ« mahārāja pwātyantadrda bakti i ćrÄ« krtanagara, ya ta matang- nyan kari ta ƧrÄ« mahārāja i rabut carat, makawasanang gumintir anggalor datěng i pamwatan apajěg loring lwah, ātara něm atus kweh (V a)nirowang ƧrÄ« mahārāja..."


ALIH BAHASA : šŸ‘‡


     Tak seberapa lama, datanglah kembali musuh dari pihak Barat, maka SRI MAHARAJA berperang lagi dengan segala tenaga dan tentaranya dan musuhpun dapat dihalau dg kerugian besar yang tampak nya lari untuk selamanya.

     Dalam keadaan yang demikian maka tampaklah di sebelah Timur HANJIRU tunggul bendera musuh melambai-lambai, merah dan putih warnanyašŸ‡²šŸ‡Ø. dan ketika  melihat tunggul itu ma kaserentak SANG ARDARAJA menyarungkan senjatanya, berlaku sangat memalukan dan lari bersama pengikutnya ke arah KAPULUNGAN dengan maksud jahat.

     Oleh sebab itu berkuranglah kekuatan tentara SRI MAHARAJA,  namun SRI MAHARAJA  tetap setia kepada SRI KERTANAGARA.

      Itulah sebabnya SRI MAHARAJA tetap tinggal di RABUT CARAT, dan setelah itu melanjutkan perjalanan ke arah Utara menuju ke PAMWATAN di seberang Sungai.

     Dipihak SRI MAHARAJA pada waktu itu masih tertinggal kira-kira 600 orang.


LEMPENG V Baris a =


ALIH AKSARA :


"...ring sakatěmbenjing, tka tekang Ƨatru, anut i Ƨri mahārāja pinapag deni bala ƧrÄ« mahārāja kondur ta yādě ulih nyanalayu, tathāpinyan mangkana, yayan sang Ƨayākdik wadwā ƧrÄ« mahā rāja, lunghānolong awaknya tu minggalakěn i Ƨri mahārāja, wdi ƧrÄ« mahārāja pwa kesisana,irika  ta ƧrÄ« mahārājan parasarasan lāwan rowang, hana tāngěn angěn ƧrÄ« mahārāja datěnge trung, angucapucapa lāwan ikang akuwwi trung makang aran rakryan wurwagraja, sāk sāt kawu de ƧrÄ« krtanagara, rowanga ƧrÄ« mahārāja ngayat akěn ikang wwang wetan i trung,  mwang salor-wetan i trung, an mangkanāngěn angěn ƧrÄ« mahārāja, pada suka ta wad wā ƧrÄ« mahā- rāja, tkanikang wngi pwaya ta, mangkatta ƧrÄ« mahārāja mahawani kulawan, wdidiran kekuta(V b)na dening Ƨatru..."


ALIH BAHASA : šŸ‘‡


     Pada keesokan harinya setelah matahari terbit datanglah musuh menyerang SRI MAHARAJA. 

Tentara SRI MAHARAJA me nyongsong dan menghadang mereka, sementara beliau memilih mundur memisahkan diri.

Namun demikian bala tentara SRI MAHARAJA sudah sangat berkurang jumlahnya; ada yang lari menyembunyikan diri dan meninggalkan beliau, sehingga menimbulkan kecemasan tanpa persenjataan.

     Setelah itu SRI MAHARAJA berunding dengan para pengikutnya, sehingga beliau harus pergi ke TERUNG, supaya ber runding dengan Akuwu di sana, yaitu RAKRIYAN WURU AGRAJA namanya yang diangkat menjadi Akuwu oleh SRI KERTA NAGARA, agar bersedia membantu SRI MAHARAJA mengumpulkan segala orang yang ada di sebelah Timur dan

Timur-Laut TERUNG. Semuanya menyetujui pendapat tersebut.

     Setibanya malam hari berangkatlah SRI MAHARAJA melalui KULAWAN, dengan perasaan cemas dan takut diikuti musuh.


LEMPENG V Baris b =


ALIH AKSARA : 


"... makanimittātyānta kwehnikang Ƨatru, ri tka ƧrÄ« mahārāja i kulawan, amanggih 

ta sira Ƨatru, irika Ƨrī mahārājan

binuru dening Ƨatru lumingsir ta Ƨrī mahārāja mangalor, mung

sire kembang Ƨrī prayanira, ri tka Ƨrī mahārāja pwe kembang

Ƨrī, amanggih ta sira Ƨatru muwah, binuru ta sira muwah,

irika ta ƧrÄ« mahārājanalayu mangalor amgat bangawan sahabalanira kabeh, alanghwi 

ya garawalan, akweh lwang 

wadwā Ƨrī mahārāja mātyangla

(ng) hwi waneh katututan gina lah dening Ƨatru, ikang ahurip kasamburat adudwan paran, 

kari ta rwawlas siki wadwā Ƨrī

mahārāja rumakso sira, rahina 

sakamantyan ri prabhātatkāla,

irika ta Ƨrī mahārāja kawaweri

kang wadwe kudadu luhyanglih 

Ƨokasanta (VIa) ntapa..."


ALIH BAHASA : šŸ‘‡


     Setibanya SRI MAHARAJA di KULAWAN bertemu lagi dengan

musuh. Beliau dikejar oleh mereka, namun dapat meloloskan diri dengan pergi ke arah Utara, agar apabila memungkan lari ke KEMBANG SRI.

     Setibanya SRI MAHARAJA  di KAMBANG SRI berjumpa lagi dengan musuh yang mengejarnya.

Bersama para pengikutnya lari menuju ke arah Utara menyeberangi sungai besar. 

Banyak yang tenggelam, sebagian diburu musuh dan dibunuh dengan tombak. Sebagian yang masih hidup tercerai-berai ke segala tempat. 

Yang masih tersisa melindungi SRI MAHARAJA hanya tinggal 12 orang saja.

     Selepas siang hari tibalah SRI MAHARAJA di WANUA KUDADU dengan menderita kelaparan, letih-lelah, berduka,

dan beriba-hati.


LEMPENG VI Baris a =


ALIH AKSARA :


"...tanpangharěpakn angsanga, atyanta gƶngnikang duhka tumame sira, ri tka ƧrÄ« mahārāja  irikang rame kudadu, atyanta marmma sambramawilasan ikang, rame kudadu, maka wyak ti manghaturakěn ya bhaktpāna mwang bras, atěhěr anghěta ken i ƧrÄ« mahārāja, wicaksanā met sanimitta ƧrÄ« mahārāja tan katmwa pinetpi (kang) Ƨatru, makawkasan tumuduh- akěn humāteraken ring hnu maka hinganing sÄ«ma rěmbang, mung sire madura ista Ƨri mahārāja..."


ALIH BAHASA : šŸ‘‡


     Musibah yang menimpa SRI MAHARAJA  sangatlah besar, ketika beliau tiba di Lurah KUDADU, maka beliau diterima dengan sungguh-sungguh, penuh belas kasian, dengan menyediakan makanan dan minuman, serta nasi kepada SRI MAHARAJA.

SRI MAHARAJA  diberi tempat bersembunyi agar tidak dijumpai musuh yang mencari- nya.

Selanjutnya ditunjukkanlah arah jalan dan diiringkannya sampai ke SIMA RÊMBANG, 

agar supaya dapat menyingkir ke MADURA menurut keinginan SRI MAHARAJA.


šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø


š”š„ššš¬ššš§ š‘š®š­šž ššžš§š šžš¦š›ššš«ššššš§ šššš«ššš«š²šš š’ššš§š š ššš¦šš š–š¢š£ššš²šš šŸšŸšŸ—šŸ šŒ ☝:


     Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAWIJAYA dari pusat pemerintahan Kerajaan SRI Kertanegara di TUMAPEL  (nagare tumapel) yang semula bertujuan untuk menghalau kedatangan musuh (Ƨatru), yaitu tentara JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG di wilayah Barat Tumapel ☝, ternyata musuh-musuh yang selalu dikalahkan hanya sebagian kecil saja kekuatan pasukan JAYAKATYĔNG yang dike rahkan untuk memancing ke luar kekuatan pasukan yang ada di Pusat Kerajaan TUMAPEL.

 

     Dari perintah yang dikeluarkan oleh SRI KERTANAGARA  kepada NARARYA SANGGRA MAWIJAYA  beserta SANG ARDHARĀJA di dalam menghadapi musuh, yaitu tentara JAYAKATYĔNG  yg terpusat di JASUN WUNGKAL,  yang 

ternyata telah dihadang terlebih dahulu dengan sepasukan kecil JAYAKATYĔNG  di daerah 

KEDUNG PELUK.

  

     Berawal dari pertempuran di daerah KEDUNG PELUK; musuh dikalahkan, melarikan diri dan dikejar hingga ke LEMBAH dan ke BATANG di arah Barat.

      Di BATANG dijumpai musuh namun lari tanpa perlawanan, hingga pelacakan ke arah KAPULUNGAN 《 nama Desa Kapulungan masih ada hingga sekarang terletak di Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuru an 》


     Di KAPULUNGAN pasukan NARARYA SANGGRAWIJAYA kembali bertempur dan mem- peroleh kemenangan besar, hingga pengejaran berlanjut ke RABUT CARAT 《 tempat ini diperkirakan terletak di sebelah Barat Bangil, sebelah Selatan Kali Porong bernama Desa Carat 》.


     Di RABUT CARAT pasukan SANGGRAMAWIJAYA  kembali bertempur dan memperoleh kemenangan. 

Namun sangat disayangkan setelah melihat Tunggul Merah-Putih; SANG ARDARAJA 

menyarungkan senjatanya dan lari membelot  meninggalkan pasukan TUMAPEL, ke arah balik bergabung dengan pasu kan ayahnya SRIJAYAKATYĔNG  menuju KAPULUNGAN. 


     Peristiwa tersebut sangat sesuai dengan analisa logika sejarah,  yang mana tidaklah mungkin antara anak dan ayah harus terlibat dalam sebuah resiko bertaruh nyawa dalam peperangan demi kepentingan pihak lain yang jelas-jelas sebagai satu seteru, yaitu Dendam Genealogis.

    Yang jelas langkah pembelotan SANG ARDHARĀJA adalah sebuah taktik dan strategi yg sudah direncanakan jauh sebelumnya untuk mempermudah cara menyingkirkan SRI KERTANAGARA. šŸ‘šŸ‡²šŸ‡Ø


     Hal ini sangat mengurangi kekuatan pasukan SANGGRAMAWIJAYA hingga tersisa 600 orang saja.

     Kemungkinan hal tersebut sudah menjadi bagian dari strategi perang pasukan SRI JAYAKATYĚNG dari GELANG-GELANG. 


     Dari RABUT CARAT, SRI MAHARAJA saat itu dengan sisa pasukannya yang tinggal 600 orang menuju ke arah utara ke PAMWATAN 《 hingga sekarang bernama Desa Pamotan , di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo yang lokasinya berada di Utara Desa Carat, Kecamatan Gempol , Kabupaten Pasuruan 》 yang terletak di

seberang sungai  dan beristira hat semalam disana. 


     Keesokan harinya, pagi-pagi

setelah matahari terbit, datanglah musuh menyusul SRI MAHARAJA, namun disongsong dan ditahan oleh sisa-sisa pasukan beliau.

Sementara beliau dg sebagian pengiringnya mundur memisahkan diri untuk menghindari kejaran musuh.

     Di tengah-tengah perjalanan beliau berunding bersama pengikutnya guna minta bantuan kepada seorang Akuwu di TERUNG 《 nama Terung masih dijumpai  menjadi dua tempat yaitu Terung Wetan  dan Terung Kulon, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo , yang lokasinya berada di arah Barat-Laut Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo 》bernama RAKRYAN WURWĀGRAJA .


     Untuk mencapai TERUNG dengan aman dan selamat tanpa dikenali musuh, maka perjalanan dilakukan pada malam hari menuju KULAWAN 

terlebih dahulu.

     Namun rencana beliau sudah diketahui musuh, sehingga musuhpun menghadang di KULAWAN. 

Akan tetapi SRI MAHARAJA saat itu berhasil meloloskan diri dan lari ke arah Utara menuju ke KEMBANG SRI.

     Rencana meminta bantuan ke Akuwu di TERUNG pun akhir nya gagal .


     Setibanya di KEMBANG SRI

《 sekarang tempat ini menjadi Desa Bangsri di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo》ternyata sudah diketahui musuh, larilah beliau be serta sisa-sisa pengikutnya mencebur, berenang menyeberangi sungai besar (amgat bangawan, yang dimaksudkan adalah sebuah sungai, yaitu Sungai Berantas). Banyak diantaranya yang tenggelam (alanghwi ya garawalan), sebagian berhasil diburu dan dibunuh dg tombak, yang ber hasil selamat lari tercerai-berai ke segala arah.😭

     

     Kisah perburuan berakhir setelah NARĀRYA SANGGRA MAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya yang tersisa berada di seberang Sungai-Bengawan yang  menderita kelaparan, kelelahan, mencari perlindungan hingga tibalah di LURAH KUDADU 《 Nama toponim Kudadu sangat sulit dicari saat ini, satu-satunya indikasi yang ada adalah nama-nama desa yang  

ada diantara Bangsri dan Rembang, yaitu  Desa Bringinbendo atau Desa Sambibulu, ataupun Desa Gilang 》


     Setelah pulih dalam perlindungan dan perawatan oleh warga dan Lurah KUDADU, selanjutnya  NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya diantar

lah  menuju ke REMBANG 《 tempat ini diperkirakan berada di dekat Pasarturi-Surabaya yang mengacu kepada Kali Krembangan, atau ada yang mengidentifikasikan lebih tepat dengan nama Desa Krembangan yang terletak wilayah Kecatam Taman, Kabupaten Sidoarjo, di Utara Bangsri, yaitu dua desa satu wilayah yang berdekatan. Desa Krembangan terletak di tepi Kali Mas merupakan anak sungai pacahan dari Kali Berantas yang menuju Kota Surabaya dan bermuara di Selat Madura 》 hingga menyeberang menyingkir ke MADURA.☝šŸ‡²šŸ‡Ø


     Kisah perburuan musuh oleh pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA  ternyata masuk dalam skenario siasat jebakan strategi perang pasukan JAYAKATYĔNG. 

     Dengan siasat perang gerilya "serang lari menghilang,

datang serang lagi dan menghilang" demikian seterusnya  dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari, sehingga kekuatan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA lambat laun akan melemah,  kelelahan dan kehilangan konsentrasi beserta kekuatannya. 😩😩 

     Terutama dengan membelotnya pasukan SANG ARDARAJA  kepihak lawan, semakin memperbesar kekuatan lawan, disamping segala rencana siasat NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA mudah bocor, akibat informasi SANG

ARDHARĀJA .


     Pada akhirnya berawal dari "berburu lawan", menjadi "diburu lawan" šŸ˜­šŸ‡²šŸ‡Ø


     Strategi utama yang menjadi

tujuan utama SRI JAYAKAT YĔNG adalah mengurangi keku atan militer di pusatKERAJAAN TUMAPEL dengan memancing keluar pasukan NARĀRYASANG GRAMAWIJAYA menuju ke arah Utara menjauh dari ibukota Kerajaan TUMAPEL.

    Rencana itu pula yang akan lebih mempermudah dalam upaya mengeksekusi SRI KERTANAGARA beserta pengikutnya tanpa terhalang oleh kekuatan apa pun, mengingat pula bahwa pembesar-pembesar  KERAJAAN TUMAPEL pada waktu itu belum kembali ditugaskan  dari Ekspedisi PA-MALAYU 1275 M (NKG 41: 6) dan 1286 M (Prasasti Padang Roco 1286 M).


     Pada waktu itu kekuatan pasukan utama SRI JAYAKATYĔNG telah berada di JASUN WUNGKAL 《 JASUN = Bawang, WUNGKAL = Batu Pengasah, sehingga ada yg mengidentifikasikannya dengan nama Desa Watukosek yang berada di wilayah Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Sebagian ada yang menghubungkannya dengan nama Desa Bangkal = Pangkal di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto 》yang diperkirakan terkonsentrasi di bagian Barat-Selatan (Barat Laut) ibukota KERAJAAN TUMAPEL. 

     

     Dari uraian Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA yang  secara jelas dan terperinci di dalam isi Prasasti Kudadu 11 September 1294 M, dimana peristiwa tersebut berlangsung antara tanggal 18 Mei - 17 Juni 1292 M (Prasasti Gajah Mada /Singasari,  27 April 1351 M), sangat sesuai dengan pemberitaan isi naskah Karya Sastra PARARATON  dan KIDUNG HARSAWIJAYA .


šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø


š‹ššš­ššš« ššžš„ššš¤ššš§š  ššžš§š²šžš›ššš› ššžš«š¬šžš„š¢š¬š¢š”ššš§ ššš§š­ššš«šš š’š‘šˆ šŠš„š‘š“š€šš€š†š€š‘š€ ššžš§š ššš§ š’š‘šˆ š‰š€š˜š€šŠš€š“š˜š„šš†  šŸ‡®šŸ‡©


     Adanya motivasi perselisihan antara  SRI KERTANEGARA dari KERAJAAN 

TUMEPAL dengan SRI JAYAKATYĔNG dari Kerajaan Wilayah  Bawahan GELANG-GELANG menurut beberapa sumber primer sejarah terkesan  hanya se buah peristiwa perebutan keku asaan semata.

     Namun di dalam Penulisan ini akan diungkapkan adanya satu faktor penyebab utama yang menjadi latar belakang nya, yang tidak pernah diungkap secara gamblang (terperinci secara jelas) di dalam beberapa sumber primer sejarah; baik Prasasti, Naskah Karya Sastra, maupun berita Asing Cina. 


     Perseteruan antara SRI KERTANAGARA dengan JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG/ JAYAKATONG/AJI KATONG/HA-JI-KA-TANG/DLL) yang terjadi pada sekitar antara tanggal 18 Mei - 17 Juni tahun 1292 Masehi (JyestamĆ¢sa, 1214 Ƈaka) juga sesuai  dengan pemberitaan isi PRASASTI SINGASARI (PRASASTI GAJAH MADA, 27 April 1351 M) berakhir dengan tewasnya SRI KERTANAGARA ditangan prajurit SRI JAYAKATYĔNG,  yang tertera pada:


Baris ke 1-2 =


     " / o / "...i Ƨaka 1214 jyesta māsa irika diwaśani kamoktan pāduka bhatara sang lumah ring Ƨiwabuddha..." /


{ "...di antara 18 Mei-17 Juni

1292 M, itulah saat wafatnya Pāduka Bhatāra yang bersemayam di alam Siwa-Budha..." }.😭 šŸ‡²šŸ‡Ø


     Yang dimaksud dg "  Paduka Bhatāra  Sang Lumah ring Ƈiwa-Buddha " di atas adalah penyebutan untuk mendiang Sri Maharaja Kertanagara  yang gugur bersama para Brahmana dan Pejabat Kerajaan yang terjadi pada 59 tahun yang silam ( 1292 M ) setelah dikeluarkannya Prasasti Singasari  oleh Rakryan Mapatih Pu Mada tahun 1351 M tanpa menentukan tanggal

yang pasti  tentang peristiwa pemberontakan tersebut dan siapa pelakunya . šŸ¤”šŸ‡²šŸ‡Ø


     Prasasti Singasari (Gajah 

Mada) 1351 M tidak menguraikan secara rinci tentang peristiwa 59 tahun berlalu tentang gugurnya mendiang Pāduka Śri Kertanāgara yang memiliki nama ābhiseka JƱaneśwara Bajra bersama para

pengikutnya yang setia, termasuk para Brahmana

Siwa-Sogata (Buda), para Maha Werda Mantri tanpa menyebutkan penyebabnya, yang kemudian untuk memperingati peristiwa kelam tersebut didirikanlah sebuah caitya pemujaan oleh Sang Rakryan Mapatih Jirnnordhara (Gajah Mada) atas perintah Ratu Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnu

wardani (Lihat ! baris 8-17).


     PRASASTI KUDADU (GUNUNG BUTAK) 11 September 1294 M, Lempeng III, Baris b menguraikan secara jelas hal yang sama dari cuplikan fragmen di bawah ini :


"...Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring Ƨiwabuddhālaya ngÅ«ni tinekān de Ƨri jayakatyěng sakeng glangglang..."


{ SRI KERTANAGARA  yang telah memasuki

bersemayam/mangkat di alam Siwa-Buda, ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG  dari GELANG-GELANG }.


"...Ƨri krtanagara hanerikang 

nūgare tumapel..."

 

{ SRI KERTANAGARA yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL }.


"...sděng i sanjata Ƨri jayakatyĕng karengyan tĕke jasun wungkal, irikā ta ƧrÄ« mahārāja mwang sang arddharāja inutus De ƧrÄ« krtanāgara mapagna sanjata ƧrÄ« jayakatyĕng, mantu parnah sang arddharāja mwang ƧrÄ« mahārāja de ƧrÄ« krtanāgara   kunĕng sang arddharāja saksāt putra de ƧrÄ« jayakatyĕng..."


{ Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĔNG telah tiba di JASUN WUNGKAL, kemudian SRI KERTANAGARA memerintahkan SRI MAHA RAJA (NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA) beserta SANG ARDHARĀJA melawan tentara SRI JAYAKATYĔNG. 

     Adapun SANG ARDHARĀJA dan SRI MAHĀRĀJA , kedua

duanya adalah menantu SRI 

KERTANAGARA.

     Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah putera SRI

JAYAKATYĔNG }.


Lempeng VI, Baris b :


"...ƧrÄ« jayakatyĕng ngÅ«ni ri huwusnira n huminlangakĕn ƧrÄ«

krtanagara guměgwanīrikang

nagara daha, hana tojar ćrī jaya

katyĕng sinrawanakĕn irikang

sayawadwipa..."


{  SRI JAYAKATYĔNG setelah menewaskan SRI KERTANAGARA, memegang (menjadi raja) di NEGARA DAHA,.disaksikan oleh kalayak seluruh PULAU JAWA }.


     Dari penjelasan isi Prasasti Kudadu  1294 M, Lempeng III, Baris b, dikatakan bahwa NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA dan SANG ARDHARĀJA, keduanya adalah MENANTU SRI KERTANAGARA. 

Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah ANAK  SRI JAYAKATYĔNG. 

     Dengan demikian hubungan dekat antara SRI KERTANEGARA dengan SRI JAYAKATYĔNG  adalah BESANAN.

     Lalu siapakah anak-anak wanita SRI KERTANAGARA  yang dikawinkan dengan SANG ARDHARĀJA  dan NARARYA SANGGRAWIJAYA pada waktu itu❓šŸ¤”


     NEGARAKARTAGAMA (DEƇA WARNANNA) 1365 M , Pupuh 38, Baris 3-6; 41: 3; 43:2, 5. dijelaskan oleh

seorang Pendeta Buddha  di Singasari bernama DANG HYANG RATNANGSAH yang banyak tahu tentang sejarah leluhur dan para raja yang dicandikan ("...ddon rakawin parahyun ataƱa krama ni tuhatuha, Ƨri naranatha sang pada dinarmma satata pinark...") yang pernah dikunju

ngi oleh RAKAWI PRAPANCA pada tahun 1359 M (setelah 183 tahun berlalu dari peristiwa) menceriterakan bahwa BHATARA WISNUWARDHANA pada tahun 1254 M menobatkan puteranya bernama NARENDRA KERTANAGARA ("...narendra krtanagarekan abhisekanama...") dengan gelar Buddha nya ƇRI JƑANABAJREƇWARA ("...nama jinabhisekanira sang Ƨri jƱana bajreƧwara...").

Pada tahun 1292 M, 

NARENDRA KERTANAGARA wafat dan berpulang ke JINAINDRALAYA ("...nrpati mantuk ring jinaindralaya...") dengan gelaran Yang Bersemayam di alam Siwa Buddha ("...sang mokteng Ƨiwa buddaloka...").


     Selanjutnya diceritakan oleh Dang Hyang Ratnangsah kepada Mpu PrapaƱca pada Pupuh 44: Baris 1-4; 45: 1, tentang sepak terjang HAJI JAYAKATWANG hingga akhir hayatnya.


"...tatkala Ƨri narendra krtanagara  mulih ring budda bhawana, trasan rat duhkha

horahara khadi maluya rehnyan

kaliyuga, wwanten samantaraja

prakaƧita jayakatwan nama ku

haka , nkaneng bhumi khadiryyapti sumiliha wiƧesamrih khi

rakhira..."


( tatkala ƇRI NARENDRA KERTANAGARA pulang ke Buddabhuwana ; mereka takut, duka, huru-hara, laksana jaman Kali kembali. 

Raja bawahan bernama JAYAKATWANG; berwatak terlalu jahat, berkhianat, karena ingin berkuasa di Wilayah KEDIRI.).


"...nuni lunhanira Ƨri krtajaya

rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri parwwatanīndrasuta

jayasabhan angantyan siwin, ring Ƨakastekana Ƨastrajaya muwah umungwing bhumi ka-

diri, ring Ƨaka trinisan Ƨankara haji jayakatwang natha wksan. .."


( Tahun Ƈaka Laut Manusia =

1144 Ƈ = 1222 M, mangkatnya

SRI KERTAJAYA. 

Atas perintah Putera  SRI PARWATA INDRA, JAYASABA

berganti menjadi raja. 

Tahun Ƈaka Delapan Satu Satu

= 1180 Ƈ = 1258 M, SASTRAJAYA menjadi Raja BHUMI KADIRI

Tahun Ƈaka Tiga Sembilan Ƈankara = 1193 Ƈ = 1271 M, HAJI JAYAKATWANG  Raja ter-

akhir.).


"...sakweh ning natha bhakti 

wanita wka bhataradrīndratana ya, astam ri Ƨri narendra krtana

ya, tkeng nusantara manut, manke pwe line sang bhupati haji jayakatwan murkka wipatha,  keweh ninrat rinaksen kali niyata hayunya tan dadi lana..."


{ Semua Raja berbakti kepada CUCU ( SRI KERTANAGARA) PUTERA GIRINATA (SRI RANGGAH RAJASA/BHATARA KAGENENGAN).

Seluruh NUSANTARA tunduk kepada SRI NARENDRA KERTANAGARA.

Akan tetapi SANG BHUPATI 

HAJI JAYAKATWANG murka, membagi buta, dan mendurhaka. 

Ternyata damai tak kekal, akibat bahaya anak piara KALI.}


DAFTAR RAJA-RAJA KEDIRI:


1. KERTAJAYA (... - 1222 M).

2. JAYASABA (1222 - 1258 M).

3. SASTRAJAYA (1258 - 1271 

     M).

4. JAYAKATWANG ( 1271 -

     1293 M).


    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua cabang GENEALOGIS antara SRI KERTANAGARA  dengan SRIJAYAKATYĔNG. 

     

     SRI JAYAKATYĚNG  mengikuti alur silsilah dari trah Keluarga Raja-Raja KEDIRI (PANJALU), sedangkan SRI KERTANEGARA mengikuti alur SILSILAH dari trah keluarga raja 

Raja TUMAPEL (SINGASARI) yang di didirikan oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton  = KEN AROK).


     Silsilah SRI KERTANAGARA dimulai dari pendiri Kerajaan Tumapel oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK) yang dijuluki sebagai PUTERA GIRINATA ( GIRÄŖNDRAPRAKAƇA = ƇRI GIRÄŖNDRĀTMAJA = ƇRI GIRÄŖN

DRĀTMASUNU) yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182 M.


"...deƧagƶn wetaning parbwata khawi pnuh ing sarwwabhogati

-ramya, kuww angehnyan kamantyran manaran i kutha rajenadeh wwang nika bap, yekingwan Ƨri girindratmajan umulahaken darmma..." NKG 40: 2).


( Daerah luas di sebelah Timur Gunung Kawi terkenal subur makmur. 

Ibu kota pemerintahan bernama KUTARAJA. 

Di situlah tempat Putera SRI

GIRINATA menunaikan darmma ).


     Pada tahun 1222 M, setelah menjadi raja dg ibukota Kerajaan di KUTARAJA  melakukan perlawanan terhadap Raja KEDIRI  bernama 

SRI KERTAJAYA. 


"...ri Ƨakabdi krta Ƨankara, sira tumben Ƨri narendran kadinten,

sang wiranindita Ƨri krtajaya

nipuneng Ƨastra tatwopadeƧa,

Ƨighralah gƶng bhayamrih mala

jen anusup ajaran parƧwaƧunya

sakwehning bhrtya mukyan para pajurit asing kari ring rajya

Ƨirnna..." (NKG 40: 3).


{ Tahun Saka Lautan Dadu Siwa ( 1144 Ƈaka = 1222 M ) SRI NARENDRA (SRI RANGGAH RAJASA) melawan Sang Perwira  SRI KERTAJAYA .

Putus sastra serta tatwopa-

desa. Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil. Semua pengawal, perwira, 

dan tentara yang tertinggal 

mati terbunuh }.


"... ryyalah sang Ƨri narendra kadiri girigirin tang sabhumi

jawars, praptanembah pada 

wwatsahanahana wijil ning swadeƧan pasewa, tunggal tang  Jangala mwang khadiri sama samanekana thatiƧanta, nkan tembenin dapur mwang kuwu Juru tumameng samya mande 

sukhen rat..." (NKG 40: 4)


{ Setelah kalah SANG SRI NARENDRA KADIRI,  seluruh 

tanah JAWA dalam ketakutan.

Semua Raja datang menyembah membawa tanda bhakti hasil bumi.

Bersatu JANGGALA (Kahuripan/Jiwana) dan KADIRI (PANJALU/DAHA) dibawah kuasa satu raja sakti. 

Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah kemudian☝šŸ‡²šŸ‡Ø


"...ri Ƨakasyabdi rudra krama 

kalahaniran mantuk ing swarggaloka, kyanin rat sang dinarmma dwaya ri kagnanan Ƨewa bodden usana.." (NKG 40: 5).


{ Tahun Saka Muka Lautan 

Rudra (1149 Ƈ = 1227 M) beliau kembali ke alam surga. 

Di dharmakan/ dicandikan di KAGENENGAN bagai SIWA, di USANA bagai BUDA.}.


"...bhatara san  anusanatha wka dw bhatara sumilih wiƧesa siniwi ..." 

"... Ƨakabdi tilakadri Ƨambhu 

kalahan bhatara mulih ing girindrabhawana, sireki winanun pradipa Ƨimbha rikang sudarmma ri kidal..." (NKG 41: 1).


{ Batara ANUSAPATI ; putera Bhatara ( SRI RANGGAH RAJASA ) berganti dalam kekuasaan.

Tahun Saka Perhiasan Gunung Sambu (1170 Ƈ = 1248 M) Bhatara ANUSAPATI  berpulang ke SIWALOKA (GIRINDRA BHAWANA). Diwujudkan bagai 

SIWA di CANDI KIDAL.}.


"...bhatara wisnuwardana ktekaputranira sang gumanti siniwi, bhatara narasinha rowanira tulya madawasahagrajamageh

i rat..." (NKG 41: 2).


{ BATARA WISNUWARDANA, putera Baginda (ANUSAPATI), 

berganti dalam kekuasaan,

 beserta BATARA NARASINGA bagai MADAWA dengan INDRA }.


"...i Ƨaka rasa parwwatenduma

bhatara wisnwanabhiseka sang suta siwin, samasta para samya ring kadiri jangalomarkh amuspa ring urasabha, narendra krtanagarekan abhisekana

ma ri siran huwus rakaƧita, pradeƧa kutaraja mankin atiƧobhi tanaran i sinhasari nagara..."

NKG 41: 2 }.


{ Tahun Saka Rasa Gunung Bulan ( 1176 Ƈ = 1254 M ), BATARA WISNUWARDANA menobatkan puteranya .

Segenap rakyat KADIRI (PANJALU)-JANGGALA berduyun-duyun bersembah bakti ke istana.

NARENDRA KERTANAGARA nama gelar penobatannya (Nama Abhiseka) tetap demikian seterusnya.

Daerah KUTARAJA bertambah makmur, berganti nama NEGARA/KERAJAAN SINGASARI.


DAFTAR RAJA-RAJA SINGASARI:


1. SRI RANGGAH RAJASA 

    (KEN AROK).

2. BATARA ANUSAPATI. 

3. BATARA WISNUWARDANA. 

4. NARENDRA KERTANAGARA.


     Dari uraian dua alur keturunan (genealogi)  yang berbeda antara Keluarga Raja-Raja KEDIRI denga TUMAPEL (SINGASARI) upa-rupanya  pernah terjadi sebuah perselisihan genealogis di masa lalu antara RAJA KEDIRI; SRI KERTAJAYA dengan SRI RANGGAH RAJASA (KEN AROK) dengan kesalahan di pihak SRI KERTAJAYA dari KEDIRI. 

Dengan kekalahan  tersebut maka berakhirlah masa kejayaan KEDIRI yang kemudian digantikan oleh TUMAPEL (SINGASARI) yang berkuasa atas Tanah JAWA (bhumi  Jawa).

     Kudeta yang dilancarkan oleh SRI JAYAKATYĔNG  dari GELANG-GELANG di wilayah KEDIRI  terhadap SRI KERTANAGARA dari TUMAPEL  (SINGASARI) merupakan bentuk pembalasan atas perseteruan di antara para buyutnya sebagai pemersatu terhadap ingatan sejarah bersatunya hegemoni JANGGALA(KAHURIPAN / JIWANA) dengan 

PANJALU    (KADIRI- DAHA)

sebagai simbol kekuasaan pemersatu TANAH JAWA (BHUMI JAWA).


šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø  šŸ‡²šŸ‡Ø


š’š‘šˆ š‰š€š˜š€šŠš€š“š–š€šš† šŸ‡®šŸ‡©

(š†šžš§šžššš„šØš š¢ šššš§ šŒššš¬šš š€š¤š”š¢š«)


     Nama SRI JAYAKATYĔNG pertama kali dapat dijumpai pada isi PRASASTI MƛLA-

MALURUNG (15 Desember 1255 M) yang dikeluarkan oleh

NARĀRYYA SMINING RĀT (SRI WISNUWARDANA).

     Prasasti MĆ»la-Malurung  merupakan sebuah penetapan hadiah anugerah sang raja kepada pengikutnya yang setia bernama PRĀNARĀJA atas tanah di Desa MĆ»la dan Malurung.

     Penganugerahan tersebut telah direstui oleh semua raja bawahan yang sebelumnya pernah diangkat oleh NARĀRYA SEMININGRAT yang diketuai oleh NARĀRYA MƛRDDHAYA 

(SRI KERTANAGARA) yang diangkat sebagai raja muda di DAHA.

     Menurut penjelasan isi Prasasti Mula-Malurung (15 Desember 1255 M) Lempeng VII, Sisi a, Baris 4-6 :


"...sira turuk bali, putrī nira

narārya smining rāt, pinaka 

parameƧwarī nira Ƨri jayakat

yĕng , saksat kapwanakanira

narāryya smining rāt, sira pinra

tista ngkāneng manikanaka

singhāsana, maka nagare glangglang , sinewita dainikang

sakala bhūmi wurawan..."


(Beliau TURUK BALI, putrinya

NARĀRYA SMINING RĀT, sebagai permaisuri SRI JAYAKATYĔNG, nyata-nyata 

keponakan NARĀRYA SMININGRĀT, beliau dilantik di atas takhta emas permata di NEGERI GELANG-GELANG di-

pertuan oleh segenap BHÅŖMI WURAWAN). 


     Nama GELANG-GELANG  

dan WURAWAN diperkirakan terletak di bagian Barat pusat Kerajaan DAHA-KEDIRI (PANJALU), tepatnya di sekitar wilayah Kabupaten Madiun dengan Ponorogo.

Di masa MAJAPAHIT mewakili daerah WENGKER. (Hadi Sidomulyo, 1970: 155).

     Beberapa sumber lain mengatakan bahwa BHÅŖMI WURAWAN dapat dijumpai sebagai nama Dusun NGRAWAN, Desa DOLOPO, Kecamatan DOLOPO, Kabupaten MADIUN, JAWA TIMUR.

     Posisi DAHA yang berada di BHÅŖMI KADIRI (Kota Kediri sekarang) yang terletak di sebelah Timur Gunung Wilis,

sedangkan GELANG-GELANG  di BHÅŖMI WURAWAN terletak 

disebelah Barat Gunung Wilis.


     Di dalam isi prasasti MĆ»la-Malurung SRI JAYAKATYĔNG selain dikatakan sebagai suami  dari anak; putri NARĀRYA SEMININGRAT  (SRI WISNUWARDANA) bernama TURUK BALI, juga masih dianggap sebagai keponakan (kapwanakan) sang raja.

     

     Oleh P.J. Zoetmulder istilah keponakan (kapwanakan) ditafsirkan sebagai "seorang anak dari saudara perempuan" sang raja.

Namun sayang nama saudara perempuan SRI WISNUWARDANA selaku ibu dari SRI JAYAKATYĔNG  tidak diketahui dan menjadi sebuah misteri (❓šŸ¤”).

     Sedangkan nama ayahnya diperkirakan sebagai Raja KEDIRI, yaitu SASTRAJAYA yang naik tahta pada tahun 1258 M (NKG 44: 2).

     Hal ini didukung kuat oleh

pencantuman kedua nama tokoh di atas, yaitu SRI JAYAKATYĔNG  dan SASTRAJAYA  di dalam Prasasti MĆ»la-Malurung  (15 Desember 1255 M) pada Lempeng IV (Hadi Sidomulyo,

1970: 155).

     Dengan demikian keluarga RAJA WISNUWARDANA (TUMAPEL-SINGASARI) telah berupaya merangkul keluarga SRI KERTAJAYA (re-konsiliasi) dari KEDIRI (PANJALU)

dengan cara perkawinan antara

saudara perempuannya dengan

ŠRI ŠĀSTRAJAYA .

      Dengan demikian pula bahwa SRI JAYAKATYĔNG  secara tidak langsung masih ada hubungan darah sebagi bagian dari WANGSA RAJASA melalui garis keturunan ibunya (? šŸ¤”).

     Sedangkan SRI JAYAKAT YĔNG dengan istrinya TURUK

BALI masih saudara sepupu. 

     Dari hasil perkawinan keduanya diperoleh seorang putera bernama SANG ARDHARĀJA yang dijadikan menantu oleh SRI KERTANAGARA (salah satu diantara keempat putrinya ❓šŸ¤”) sesuai dengan pemberitaan Prasasti Kudadu

(11 September 1294 M).

     

     Hubungan kekeluargaan antara SRI KERTANEGA  dengan SRI JAYAKATYĔNG terdapat beberapa tali kekerabatan yang sangat dekat, yaitu sebagai ; BESAN, SEPUPU, sekaligus sebagai KEPONAKAN.


     Semenjak SRI JAYAKAT YĔNG sukses melakukan kudeta terhadap SRI KERTANAGARA  sekaligus mengakhiri hegemoni berdirinya NEGARA TUMAPEL di tahun 1292 M.

     Selanjutnya SRI JAYAKATYĔNG mengangkat dirinya sebagai penerus KERAJAAN KEDIRI (PANJALU) yang beribukota di DAHA.

     Namun SRI JAYAKATYĔNG 

lupa bahwa ada sosok seorang yang dikecewakan, yaitu SRI NARĀRYA SANGGRAMAWIJA yang sedang mengungsi ke Pulau Madura bersama ARYA WIRARAJA diam-diam mengatur strategi dqn menggalang kekuatan untuk balas dendam menggulingkan

kekuasaan SRI JAYAKATYĔNG

di DAHA-KEDIRI. 


     NEGARAKARTAGAMA Pupuh 44: 1 dan 45:1,menerang kan bahwa :


"...pandani wruhniren Ƨastra

panawaƧani kotsahan  haji danu, mogha wwanten wka Ƨri

nrpati malahaken Ƨatrwamaha

yurat, ndan mantwangehnira

dyah wijaya panlahin rat masta

wa sira, ardda mwang twang 

tataran mmampri  haji jayakatwang bhrasta sarana..."


"...ri pjah nrpa jayakatwan awa

tikang jagat alilan, masa rupa

rawi Ƨakabda rika sira nararyya

sira ratu, siniwing pura majha

pahit tanuraga jayaripu, tinlah 

nrpa krtarajasa jayawarddana

nrpati..."


{ berkat keulungan sastra dan

keuletannya jadi raja sebentar (JAYAKATWANG) ,lalu ditunduk

kan putera ƇRI NERPATI (ƇRI NARENDRA KERTANAGARA).

Ketrentaman kembali, sang me

nantu DYAH WIJAYA gelarnya yang terkenal itu.

Bersekutu dengan TUAN TATAR;  menyerang, Menghancurkan HAJI JAYAKAT WANG }.


{ Setelah mangkat JAYAKAT WANG, jagat gilang-gemilang 

kembali.

Tahun Ƈaka Masa-Rupa-Surya (1216 Ƈ = 1294 M) beliau (DYAH WIJAYA) menjadi raja,

disembah di MAJAPAHIT.

Kesayangan rakyat, pelebur

musuh, bergelar SRI NARAPATI

KERTARAJASA JAYAWARDA-

NA }.


     Dari uraian di atas diceriterakan bahwa HAJI JAYAKATWANG dari DAHA

KEDIRI ditaklukan oleh DYAH

WIJAYA dengan bantuan pasukan TATAR (CINA- MONGOLIA) sebelum tahun 1294 M.

     

     Kedatangan pasukan TATAR (CINA-MONGOLIA) awalnya bertujuan untuk menghukum SRI KERTANAGARA yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan KUBILAI-KHAN dari Dinasti YUAN-MONGOL di CINA (1271 - 1368 M).

     Kedatangan pasukan YUAN

MONGOL tersebut kemudian di

manfaatkan untuk menggempur JAYAKATWANG

di DAHA-KEDIRI. 


     Dari catatan Berita Cina (Yuan Shi) DINASTI YUAN-MONGOL (1271

-1368 M) diberitakan tentang kronologis perjalanan pasukan dari Cina hingga tiba di Pulau Jawa.

     Ekspedisi pelayaran ke Tanah JAWA tersebut direncanakan selama 7 bulan perjalanan laut, sejak berangkat 

di bulan Desember 1292 M hingga bulan Juni 1293 M.

     Jumlah armada pasukan YUAN-MONGOL yang dikirim oleh KUBILAI-KHAN  sebanyak 20.000 - 30.000 prajurit yang dimuat oleh 1000 buah kapal

dengan pembekalan logistik selama satu tahun.

    Armada tersebut dipimpin oleh Jendral SHI-BI (orang Mongolia) dengan kedua panglima perangnya; IKE MESE

( orang Uyghur) dan GAOXING

(Orang Cina dari Suku Han).

     Pasukan Yuan Mongol tersebut sebagian besar di rekrut dari wilayah Cina bagian Selatan; Fujian, Jiang Xi dan Huguang.

     Pasukan tersebut  diberangkatkan dari QUANGZHOU di bagian Selatan

Cina, dengan menelusuri pesisir Dai -Vet dan Champa.

     Pada bulan Januari 1293 M,

Pasukan  Yuan tiba di KO-LAN

(BILITON / Pulau Belitung) untuk beristirahat sambil mengatur strategi penyerangan

mereka.

     Pada tanggal 1 Maret 1293 M, seluruh pasukan telah ber

kumpul di Muara Kali Mas (percabangan Sungai Berantas)

     Kedatangan pasukan Yuan-Mongol di Jawa disambut

dan diajak bersekutu oleh Dyah 

Wijaya (Raden Wijaya) untuk melawan pasukan JAYAKATYĔNG dari KEDIRI- DAHA.

     Mata-mata Dyah Wijaya melaporkan bahwa pasukan KEDIRI telah tiba mendekati markas nya di Desa Terik.

    Pada tanggal 7 Maret 1293 M, pasukan KEDIRI  tiba dari

tiga jurusan untuk menyerang markas Dyah Wijaya.

     Pada pagi hari keesokan harinya, tanggal 8 Maret 1293 M, IKE MESE  mengirim pasukannya untuk menyerang 

musuh yang datang dari arah

Barat Daya, namun menghilang

     GAO XING bertempur  melawan musuh yang datang dari arah Tenggara, hingga me

maka mereka melarikan diri kepegunungan.

     Menjelang tengah hari, pasukan musuh datang lagi dari arah Tenggara, namun GAO XING berhasil mengalahkan nya di sore hari.

     Pada tanggal 15 Maret 1293 M, Pasukan Yuan-Mongol direncanakan dibagi tiga jalur perjalanan yang berbeda menuju satu arah ke KEDIRI- DAHA.

     Disepakati  bahwa pada tanggal 19 Maret 1293 M mereka bertemu di KEDIRI untuk memulai penyerangan setelah mendengar aba-aba adanya suara meriam (pao).

     Pasukan  pertama berlayar menyusuri sungai (Sungai Berantas). 

     Pasukan ke dua di

pimpin oleh IKE MESE berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Timur.

     Pasukan ke tiga di pimpin oleh GAO XING berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Barat. 

     Sedangkan Dyah Wijaya beserta pasukannya berada dibarisan bagian belakang.     

     Sesuai dengan yang telah direncanakan bahwa  seluruh pasukan bertemu di DAHA-KEDIRI  pada tanggal 19 Maret 1293 M.

     Setelah mendengar aba-aba bunyi sentuman suara meriam (Pao), maka pertempuranpun berkecamuk, dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 14.00 .

     Setelah dilakukan penyerangan selama tiga kali, pasukan KEDIRI dapat dikalahkan dan melarikan diri.

     Sementara itu pasukan DYAH WIJAYA menyerang ibukota DAHA dari arah lain.

Istana SRIJAYAKATYĔNG berhasil dijarah dan dibakar habis.

     Beberapa ribu pasukan KEDIRI yang mencoba menyeberangi Sungai banyak yang tenggelam, sementara yang tewas dalam pertempuran 

sebanyak 5000 orang.😩😭

     Raja JAYAKATYĔNG  (HA-JI KA-TONG) mundur ke bentengnya, namun didapatinya istananya telah habis terbakar.♨️

     Kemudian pasukan. YUAN-MONGOL mengepung ibukota DAHA, dan meminta JAYAKATWANG untuk menyerah. 

     Pada sore harinya ,tanggal 19 Maret 1293 M, JAYAKATWANG menyatakan diri menyerah .

Kemudian tentara Yuan-Mongol menangkap JAYAKATWANG, Istrinya, puteranya, dan semua perwiranya, beserta harta bendanya senilai  50 juta Yuan

sebagai pampasan perang.

     Pada tanggal 19 April 1293 M, tepat sebulan tentara Yuan-Mongol merayakan pesta kemenangan, Dyah Wijaya memobilisasi pasukannya.

Dengan taktik yang jitu pasukannya menyerang balik rombongan pasukan Yuan-Mongol yang kebetulan terpisah-pisah dari induknya, dibuat tercerai-berai banyak yang terbunuh diperkirakan antara 12.000 hingga 18.000

orang.

     Dengan sisa pasukan yang ada mereka meninggalkan Pulau Jawa menuju Cina, dan tiba di sana pada sekitar bulan 

Juni 1293 (W.P. Groeneveldt, "  1880).


     Demikianlah uraian tentang biografi singkat tentang petualangan SRIJAYAKATYĔNG  (JAYAKATWANG/JAYAKATONG/HAJI KA-TONG) yang menjadi Raja Bawahan TUMAPEL (SINGASARI) di GELANG-GELANG  di BHÅŖMI WURAWAN dengan lambang 

Bendera Merah-Putih šŸ‡²šŸ‡Ø nya.

Diperkirakan menjadi Raja Bawahan Tumapel di Gelang- Gelang di Bhūmi Wurawan atas

nama istrinya (Turuk Bali), antara 15 Desember 1255 M hingga 18 Mei-16 Juni 1292 M.

     Setelah itu mengangkat dirinya sebagai Raja KEDIRI dengan ibukotanya di DAHA pada 18 Mei-16 Juni 1292 M 

hingga 19 Maret 1293 M sesuai 

dengan pemberitaan Naskah Negarakartagama   Pupuh 44, Bait ke 4 bahwa menjadi raja hanya sebentar ("...kotsahan haji danu...").


Kediri-Tabanan

BALI, 16 Agustus 2024  šŸ‡²šŸ‡Ø


šš®š¬š­ššš¤šš š€šœš®ššš§:


Aris Munandar, A. " Beberapa

     Data Historis dari Prasasti

     MĆ»la-Malurung." (Skripsi),

     Fakultas Sastra Universitas

     Indonesia, 1984.


Berg, C.C. " Kidung Harsa Wija

     ya." BKI (88) 1931.


Boechari. " The Inscription of

     MĆ»la-Malurung : A new 

     evidence on the history city 

     of Ken Angrok." Majalah

     Arkeologi, Thn. III, No.1-2,

     Sept-Nop, 1980.


Chandra, L. " The Jaka Dolog

     Inscription of King Krtanaga-

     ra." dalam: Cultural Horizons

     of India (4), New Delhi, 1995.


Goenawan A. Sambodo. " Dari

     Prasasti ke Prasasti." Pener

     bit : Komunitas Taksaka, 

     2020.


Groeneveldt, W.P. " Notes on 

     The Malay Archipelago

     and Malacca Compiled from

     Chinese Sources." Batavia,

     1880.


Hadi Sidomulyo. " Napak Tilas 

     Perjalanan Mpu PrapaƱca."

     Wedatama Widya Sastra &

     Yayasan Nandiswara, Jurus-

     an Pendidikan Sejarah FIS

     UNESSA, 2007.


Slametmulyana. " Nagarakreta-

     gama dan Tafsir Sejarahnya. 

     Bhratara Karya Aksara, Jakar

     ta, 1979.

(1292 - 2024)

No comments:

Post a Comment