ššš¦š©šš«š¢š§š ššš¢
733 ššš”š®š§
šššš šššš ššššš ššššš š²šØ
šš¢š«š šš”šš²š® šš š¤š-80 (17 šš š®š¬šš®š¬ 1945-2025)
šš«šš¬šš¬šš¢ š
š®šššš® (šš®š§š®š§š šš®ššš¤)
11 ššš©ššš¦ššš« šššš š.
šš¢š¬ššØš«š¢šØš š«ššš¢ ššš«šš”-šš®šš¢š”.
š®š© š®š© š®š© š®š© š®š© š®š© š®š©
šš„š®š¬šš«šš¬š¢.
Memperingati 733 tahun awal berkibarnya SANG SAKA MERAH-PUTIH š²šØ terhitung sejak peristiwa kudeta JAYAKATWANG, bersamaan dengan gugurnya SRI MAHARAJADHIRAJA KERTANAGARA pada tahun 1292 M hingga saat memperingati Hari Kermerdekaan RI ke 80 di tahun 2025 ini, sebagai upaya menggali dan mengingatkan kembali peristiwa awal berkibarnya lambang bendera kita Sang Saka " Merah-Putih.
š²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØš²šØ
PRASASTI KUDADU 1294 M
( 1216 Ćaka ) diperkirakan sebagai prasasti pertama dan tertua dari Kerajaan Majapahit ( Wilwatiktanagari ) di terbitkan oleh Raja KERTARAJASA JAYA WARDHANA ( Nagarakertagama = Dyah Wijaya, Pararaton = Raden Wijaya ).
Prasasti Kudadu 1294 M dikeluarkan dengan perincian tarikh sbb :š
MÄSA. = BhadrapĆ¢da.
TITHI. = Pancami (hari ke-5).
PAKSA = Krsnapaksa (paruh
gelap).
SADWĆRA. = Hariyang
(ha).
PAĆCAWARA = Umanis (u).
SAPTAWĆRA = Ćanaiscara
(Ƨa).
WUKU. = Madangkungan.
KONVERSI
MASEHI = Sabtu, 11 September
1294 Masehi.
(Anjrah Widayaka, J.L.A. Brandes, Pararaton, h. 97, 131).
Beberapa ilmuwan sejarah menyebutkan dengan nama lain terhadap Prasasti Kudadu 1294 M, yaitu PRASASTI GUNUNG BUTAK sesuai dengan nama tempat penemuannya di tahun 1780 di Lereng Gunung Butak termasuk di dalam barisan Pegunungan Putri Tidur, tepat nya di daerah perbatasan antra
Wilayah Kabupaten Mojoker to bagian selatan dengan Kabupaten Malang bagian barat, Propinsi Jawa Timur. (J.L.A.Brandes. "Pararaton, h. 94-100).
Menurut hasil penelitian J.L. A. Brandes, Prasasti Kudadu 1294 M diduga awalnya berjumlah 13 lempeng/keping tembaga (tambra prasasti).
(T. S. Raffles. " History of Java II". h. 59, 63, App.I).
Pembahasan utk keping I, II, III, IV, V, VI telah dilakukan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom (Lihat : OJO, 1913: h. 195-198).
Sedangkan utk pembahasan keping VIII, X, XI, XII telah dilaku kan oleh J.L.A. Brandes.
(Lihat: J.L.A. Brandes. " Parara ton, h. 94-96).
Sedangkan untuk keping VII, IX, XII, XIII dinyatakan telah hilang keberadaannya (❓)š¤
Maksud dan tujuan Sri Maha raja KERTARAJASA JAYAWAR DHANA ( Dyah Wijaya /Raden Wijaya) menerbitkan sebuah penetapan berupa Prasasti Kudadu 1294 M adalah untuk membalas budi baik warga (samasanak) dan kepala desa/lurah (rÄme) Kudadu yang pernah berjasa menolong dan melindungi Sang Raja pada saat sebelum menjadi Raja Majapahit dengan nama kecil NARÄR YA SANGGRAMAWIJAYA.
( Keping III Lembar b = "...Ƨri mÄharÄja nguning tirung prabhu makasungjnÄ narÄryya sanggramawijaya..." = "...ĆRI MÄHARÄJA , ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA..." )
dari perburuan dan pengejaran tentara SRI JAYAKATYÄNG ( JAYAKATWANG / JAYAKATONG ) dari GELANG-GELANG
( Keping III Lembar b = "...ƧrÄ« jayakatyÄng sakeng glang- glang..." = ĆRI JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG )
yang terjadi pada sekitar tahun 1292 M, yaitu 2 tahun sebelum Prasasti Kudadu 1294 M diterbitkan. ☝š
Balas budi yang dilakukan oleh Sang Raja dalam bentuk
pembebasan DESA KUDADU menjadi SIMA SWATANTRA lepas atau keluar dari ikatan terhadap Sang Hyang Darmma KLĆME untuk selamanya dengan tanda arca di atas nya.
Lempeng VI b =
"...kyata karanan tumurun warÄnugraha Ƨri mahÄrÄja irikang rame kudadu an susukÄn sÄ«ma swatantrÄ dÄg ringgit lmah sthÄnanya i kudadu de ƧrÄ« mahÄrÄja, tkeng gagarÄnÄknya salba
kwukirnya kabeh kabhuktya
de nikang rÄme kudadu,
kutmwa kalilirana deni santÄnapratisantÄnan ikang rÄme kudadu, mne hlÄm tka rin dlÄhaning dlÄha, sang siptanya, mari tekang wanwe kudadu pinakangƧa de sang hyang dharmma i klÄme,
mari kaparabyapara apan
sampun dadi sīma swatan
trÄdÄg ringgit de Ƨri mÄharÄ
ja kuneng nimitta ƧrÄ« mahÄ
rÄja wani malapangƧa sang
hyang dharmma i klÄme
(ika)ang wanwe kudadu,
mapaknerikang rÄme kudadu ..."
{ "... itulah sebabnya Sri Maharaja memberi anugerah kepada lurah/kepala desa KUDADU menjadikan desanya sebagai Sima Swantra
dengan Wilayah yang luas
dan lengkap, dengan ladang
di mudik dan di baruh, deng
an tanda sebuah arca yang
diperuntukkan bagi Kepala
Desa KUDADU yang dimiliki
secara turun-temurun sam
pai ke anak cucunya sejak
kini, sampai nanti, terus-me
nerus tak putus-putusnya.
Hendaklah diketahui pula
bahwa Wanua KUDADU ber
hentilah menjadi bagian dari daerah Sang Hiyang Darma KLÄME, yang hingga sekarang tidak boleh lagi secara serta-merta mencampurinya,
oleh sebab itu Sri Maharaja
telah menjadikannya seba
gai daerah bebas mandiri
( Sima Swatantra) dengan
tanda sebuah arca di atasnya.
Adapun yang menjadi penyebab bahwa Sri Maharaja berani melepaskan Desa KUDADU dari ikatan Sang Hyang Darma di KLĆME, yaitu untuk kebahagiaan
Lurah KUDADU..." }.
šš¢š¬ššØš«š¢šØš š«ššš¢ ššš«šš”-šš®šš¢š” š®š©
" ...hana ta tunggulning Ƨatru
layūlayū katon wetani haniru,
bÄng lawan putih warnnanya,
sakatonikang tunggul ika..." š²šØ
(Lempeng IV b)
{ "... maka tampaklah tunggul
(bendera) musuh melambai lambai di sebelah Timur HANIRU, merah dan putih warnanya, dan serentak melihat tunggul itu maka..." }. š²šØ
Demikianlah secuil kutipan dari sebagian fragmen isi Prasasti Kudadu 1294 M di bagian kalimat tertulis pada Lempeng IV b, tentang awal berkibarmya " Sang Saka Merah-Putih" š²šØ yg dikibarkan melambai-lambai pada sebuah tiang (tunggul) yang dibawa oleh pasukan musuh (Ƨatru) prajurit SRI JAYAKATYÄNG (JAYAKATWANG / JAYAKA TONG) di tengah-tengah kancah pertempuran melawan NARÄRYA SANGGRAMA WIJAYA (DYAH WIJAYA / RADEN WIJAYA ) dari KERAJAAN TUMAPEL.
Lempeng III - VI Prasasti Kudadu 1294 mengisahkan tentang perburuan pasukan NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA oleh pasukan SRI JAYAKATYÄNG yang terjadi pada 2 tahun yang silam (1292 M).
Dengan demikian kisah ini ditulis setelah Sang Raja menja di Raja Majapahit bergelar SRI KERTARAJASA JAYAWARDHANA (nÄmarÄjabhiseka).šš²šØ
š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ
LEMPENG III Baris b =
ALIH AKSARA :
"...gatinikang rÄme kudadu prayatna marmmÄnghÄtakÄn i Ƨri mÄharÄja ngunin turung prabhu, makasungjnÄ narÄryya sanggramawijaya, sdÄngiran kawalasak kawaweri (kang) wanwe kudadu tinÅ«t penetapan dening Ƨatru, karana Ƨri mÄharÄja mangkana, Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring ƧiwabuddhÄlaya
ngÅ«ni tinekÄn de Ƨri jayakat
yÄng sakeng glangglang, sÄk sÄt prangmukkan lumampah akÄn krtÄlpÄswakÄra, mitradro haka, samayalangghyana mah yun humaristÄkna ƧrÄ« krtanaga ran hanerikang nÄgare tumapel sdÄng i sanjata ƧrÄ« jayakatyÄng tÄke jasun wungkal irikÄ ta Ƨri mahÄrÄja mwang sang arddha rajÄ inutus de Ƨri krttanagara mapagakna sanjata Ƨri jayakat yÄng, mantu parnah sang ard dha rÄja mwang Ƨri mahÄrÄja de ƧrÄ« krtanÄgara kunÄng sang arddharÄja sak- (IV a)sat putra de Ƨri jayakatyÄng..."
ALIH BAHASA: š
Adapun yang menjadi penyebab tingkah laku kepala desa KUDADU yang memberi tempat bersembunyi dengan
hati-hati kepada Sri Maharaja ,ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA
sewaktu beliau dalam kesusahan menuju ke desa KUDADU, diburu oleh musuh dan dikejar-kejar dalam keadaan sebagai
berikut;
SRI KERTANAGARA yang dahulu menjadi Raja dan meninggalkan dunia yang fana dan memasuki dunia yang baka
di SIWABUDALAYA (almarhum/mendiang) ketika diserang oleh SRI JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG dengan berlaku sebagai musuh mengerjakan suatu yang memalukan, serta berhianat kepada teman dan melanggar kesepakatan, karena berkeinginan meruntuhkan SRI KERTANAGARA
yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL.
Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYÄNG telah tiba di JASUN WUNGKAL , kemudian SRI KERTANAGARA mengutus SRI MAHARAJA (sekarang) beserta SANG ARDHARÄJA untuk melawan tentara SRI JAYAKATYÄNG.
Adapun SANG ARDHARÄJA
dan SRI MAHÄRÄJA, kedua-duanya adalah menantu SRI KERTANAGARA.
Konon pula SANG ARDHARÄJA
adalah putera SRI JAYAKAT YÄNG.
LEMPENG IV, Baris a =
ALIH AKSARA :
"...ryyangkat ÄrÄ«mahÄrÄja mwang sang arddharÄjÄ sangkÄ nagare tumapel, datÄng
irikang wanwe kdung plut, irika
tamba ƧrÄ« mahÄrÄja manggih Ƨatru, aprang bala Ƨri mahÄrÄja
ring samangkana, ala tekang lawan ƧrÄ« mahÄrÄja alaralajÅ« tan kinawruhan kwehing lwang
nya lumaku sanjata ƧrÄ« mahÄ rÄja dateng i lÄmbah, tan hana
Ƨatru kapanggih dening sanjata
pÄmbarÄp ƧrÄ« mahÄrÄja, mun
dur ta ya tapanglawan, haliwat
ƧrÄ« mahÄrÄja sangka batang,
datÄng i kapulungan kapanggih
tekang Ƨatru muwah, īrika ta ya
naprang wadwÄ Ć§ri mahÄrÄja kalwaning kapulungan alah te
kang Ƨatru ƧrÄ« mahÄrÄja, alarÄla
ya kweh lwangnya an mangka
na, lumaku ta muwah sanjata
ƧrÄ« mahÄrÄja date(IV b)ng i rabut carat..."
ALIH BAHASA : š
Setelah itu berangkatlah SRI MAHARAJA beserta SANG ARDHARÄJA meninggalkan KERAJAAN TUMAPEL hingga tiba di Padukuhan KEDUNG PELUK, maka SRI MAHÄRÄJA lah yang pertama kali bertemu dengan musuh.
Tentara SRI MAHARAJA berperang dan musuhpun dapat dikalahkan serta melarikan diri dengan menderita kekalahan besar.
Setelah itu tentara SRI MAHARAJA bergerak ke LEMBAH, namun di sana tidak didapati musuh.
Selanjutnya terus bergerak ke arah Barat dari LEMBAH menuju BATANG, namun SRI MAHARAJA hanya bertemu dengan beberapa musuh, yang kemudian menarik diri mundur dengan tidak melakukan perlawanan.
Setelah SRI MAHARAJA melewati BATANG, lalu sampai lah di KAPULUNGAN, dan berte mu dengan musuh, maka seketika itu tentara SRI MAHARAJA bertempur lagi di sebelah Barat KAPULUNGAN, dan musuhpun dapat dikalahkan,tercerai-berai menderita kerugian besar.
Demikianlah keadaan tentara SRI MAHARAJA hingga maju terus sampai tiba di RABUT CARAT.
LEMPENG IV Baris b =
ALIH AKSARA :
"...tan asowe ikang kala masƶ
tekang Ƨatru sakakulwan, irika
ta ÄrÄ« mahÄrÄja prang sahawa dÄnira kabeh, alarÄlayu muwah Ƨatru ƧrÄ« mahÄrÄja,akweh lwang nya tÄhÄr atinggal, yayenpang dawuta kabeh smuni lÄwan ƧrÄ« mahÄrÄja,ringsamang kana, " hana ta tunggulning Ƨatru layÅ« layÅ« katon wetan i haniru, bang lawan putih warnnanya, " š²šØ sakatonikang tunggul ika irika ta yan pangdawut sanjata sang arddharÄja, lumakwakenan sayaprawrti, alayÅ« niskaranÄ nujuwi kapulungan purwakani sanjata ƧrÄ« mahÄrÄja rusak, ƧrÄ« mahÄrÄja pwÄtyantadrda bakti i ÄrÄ« krtanagara, ya ta matang- nyan kari ta ƧrÄ« mahÄrÄja i rabut carat, makawasanang gumintir anggalor datÄng i pamwatan apajÄg loring lwah, Ätara nÄm atus kweh (V a)nirowang ƧrÄ« mahÄrÄja..."
ALIH BAHASA : š
Tak seberapa lama, datanglah kembali musuh dari pihak Barat, maka SRI MAHARAJA berperang lagi dengan segala tenaga dan tentaranya dan musuhpun dapat dihalau dg kerugian besar yang tampak nya lari untuk selamanya.
Dalam keadaan yang demikian maka tampaklah di sebelah Timur HANJIRU tunggul bendera musuh melambai-lambai, merah dan putih warnanyaš²šØ. dan ketika melihat tunggul itu ma kaserentak SANG ARDARAJA menyarungkan senjatanya, berlaku sangat memalukan dan lari bersama pengikutnya ke arah KAPULUNGAN dengan maksud jahat.
Oleh sebab itu berkuranglah kekuatan tentara SRI MAHARAJA, namun SRI MAHARAJA tetap setia kepada SRI KERTANAGARA.
Itulah sebabnya SRI MAHARAJA tetap tinggal di RABUT CARAT, dan setelah itu melanjutkan perjalanan ke arah Utara menuju ke PAMWATAN di seberang Sungai.
Dipihak SRI MAHARAJA pada waktu itu masih tertinggal kira-kira 600 orang.
LEMPENG V Baris a =
ALIH AKSARA :
"...ring sakatÄmbenjing, tka tekang Ƨatru, anut i Ƨri mahÄrÄja pinapag deni bala ƧrÄ« mahÄrÄja kondur ta yÄdÄ ulih nyanalayu, tathÄpinyan mangkana, yayan sang ƧayÄkdik wadwÄ Ć§rÄ« mahÄ rÄja, lunghÄnolong awaknya tu minggalakÄn i Ƨri mahÄrÄja, wdi ƧrÄ« mahÄrÄja pwa kesisana,irika ta ƧrÄ« mahÄrÄjan parasarasan lÄwan rowang, hana tÄngÄn angÄn ƧrÄ« mahÄrÄja datÄnge trung, angucapucapa lÄwan ikang akuwwi trung makang aran rakryan wurwagraja, sÄk sÄt kawu de ƧrÄ« krtanagara, rowanga ƧrÄ« mahÄrÄja ngayat akÄn ikang wwang wetan i trung, mwang salor-wetan i trung, an mangkanÄngÄn angÄn ƧrÄ« mahÄrÄja, pada suka ta wad wÄ Ć§rÄ« mahÄ- rÄja, tkanikang wngi pwaya ta, mangkatta ƧrÄ« mahÄrÄja mahawani kulawan, wdidiran kekuta(V b)na dening Ƨatru..."
ALIH BAHASA : š
Pada keesokan harinya setelah matahari terbit datanglah musuh menyerang SRI MAHARAJA.
Tentara SRI MAHARAJA me nyongsong dan menghadang mereka, sementara beliau memilih mundur memisahkan diri.
Namun demikian bala tentara SRI MAHARAJA sudah sangat berkurang jumlahnya; ada yang lari menyembunyikan diri dan meninggalkan beliau, sehingga menimbulkan kecemasan tanpa persenjataan.
Setelah itu SRI MAHARAJA berunding dengan para pengikutnya, sehingga beliau harus pergi ke TERUNG, supaya ber runding dengan Akuwu di sana, yaitu RAKRIYAN WURU AGRAJA namanya yang diangkat menjadi Akuwu oleh SRI KERTA NAGARA, agar bersedia membantu SRI MAHARAJA mengumpulkan segala orang yang ada di sebelah Timur dan
Timur-Laut TERUNG. Semuanya menyetujui pendapat tersebut.
Setibanya malam hari berangkatlah SRI MAHARAJA melalui KULAWAN, dengan perasaan cemas dan takut diikuti musuh.
LEMPENG V Baris b =
ALIH AKSARA :
"... makanimittÄtyÄnta kwehnikang Ƨatru, ri tka ƧrÄ« mahÄrÄja i kulawan, amanggih
ta sira Ƨatru, irika ƧrÄ« mahÄrÄjan
binuru dening Ƨatru lumingsir ta ƧrÄ« mahÄrÄja mangalor, mung
sire kembang ƧrÄ« prayanira, ri tka ƧrÄ« mahÄrÄja pwe kembang
Ƨrī, amanggih ta sira Ƨatru muwah, binuru ta sira muwah,
irika ta ƧrÄ« mahÄrÄjanalayu mangalor amgat bangawan sahabalanira kabeh, alanghwi
ya garawalan, akweh lwang
wadwÄ Ć§rÄ« mahÄrÄja mÄtyangla
(ng) hwi waneh katututan gina lah dening Ƨatru, ikang ahurip kasamburat adudwan paran,
kari ta rwawlas siki wadwÄ Ć§rÄ«
mahÄrÄja rumakso sira, rahina
sakamantyan ri prabhÄtatkÄla,
irika ta ƧrÄ« mahÄrÄja kawaweri
kang wadwe kudadu luhyanglih
Ƨokasanta (VIa) ntapa..."
ALIH BAHASA : š
Setibanya SRI MAHARAJA di KULAWAN bertemu lagi dengan
musuh. Beliau dikejar oleh mereka, namun dapat meloloskan diri dengan pergi ke arah Utara, agar apabila memungkan lari ke KEMBANG SRI.
Setibanya SRI MAHARAJA di KAMBANG SRI berjumpa lagi dengan musuh yang mengejarnya.
Bersama para pengikutnya lari menuju ke arah Utara menyeberangi sungai besar.
Banyak yang tenggelam, sebagian diburu musuh dan dibunuh dengan tombak. Sebagian yang masih hidup tercerai-berai ke segala tempat.
Yang masih tersisa melindungi SRI MAHARAJA hanya tinggal 12 orang saja.
Selepas siang hari tibalah SRI MAHARAJA di WANUA KUDADU dengan menderita kelaparan, letih-lelah, berduka,
dan beriba-hati.
LEMPENG VI Baris a =
ALIH AKSARA :
"...tanpangharÄpakn angsanga, atyanta gƶngnikang duhka tumame sira, ri tka ƧrÄ« mahÄrÄja irikang rame kudadu, atyanta marmma sambramawilasan ikang, rame kudadu, maka wyak ti manghaturakÄn ya bhaktpÄna mwang bras, atÄhÄr anghÄta ken i ƧrÄ« mahÄrÄja, wicaksanÄ met sanimitta ƧrÄ« mahÄrÄja tan katmwa pinetpi (kang) Ƨatru, makawkasan tumuduh- akÄn humÄteraken ring hnu maka hinganing sÄ«ma rÄmbang, mung sire madura ista Ƨri mahÄrÄja..."
ALIH BAHASA : š
Musibah yang menimpa SRI MAHARAJA sangatlah besar, ketika beliau tiba di Lurah KUDADU, maka beliau diterima dengan sungguh-sungguh, penuh belas kasian, dengan menyediakan makanan dan minuman, serta nasi kepada SRI MAHARAJA.
SRI MAHARAJA diberi tempat bersembunyi agar tidak dijumpai musuh yang mencari- nya.
Selanjutnya ditunjukkanlah arah jalan dan diiringkannya sampai ke SIMA RĆMBANG,
agar supaya dapat menyingkir ke MADURA menurut keinginan SRI MAHARAJA.
š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ
šš„šš¬šš§ šš®šš ššš§š šš¦ššš«ššš§ ššš«šš«š²š ššš§š š šš¦š šš¢š£šš²š šššš š ☝:
Rute Pengembaraan NARÄRYA SANGGRAWIJAYA dari pusat pemerintahan Kerajaan SRI Kertanegara di TUMAPEL (nagare tumapel) yang semula bertujuan untuk menghalau kedatangan musuh (Ƨatru), yaitu tentara JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG di wilayah Barat Tumapel ☝, ternyata musuh-musuh yang selalu dikalahkan hanya sebagian kecil saja kekuatan pasukan JAYAKATYÄNG yang dike rahkan untuk memancing ke luar kekuatan pasukan yang ada di Pusat Kerajaan TUMAPEL.
Dari perintah yang dikeluarkan oleh SRI KERTANAGARA kepada NARARYA SANGGRA MAWIJAYA beserta SANG ARDHARÄJA di dalam menghadapi musuh, yaitu tentara JAYAKATYÄNG yg terpusat di JASUN WUNGKAL, yang
ternyata telah dihadang terlebih dahulu dengan sepasukan kecil JAYAKATYÄNG di daerah
KEDUNG PELUK.
Berawal dari pertempuran di daerah KEDUNG PELUK; musuh dikalahkan, melarikan diri dan dikejar hingga ke LEMBAH dan ke BATANG di arah Barat.
Di BATANG dijumpai musuh namun lari tanpa perlawanan, hingga pelacakan ke arah KAPULUNGAN 《 nama Desa Kapulungan masih ada hingga sekarang terletak di Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuru an 》
Di KAPULUNGAN pasukan NARARYA SANGGRAWIJAYA kembali bertempur dan mem- peroleh kemenangan besar, hingga pengejaran berlanjut ke RABUT CARAT 《 tempat ini diperkirakan terletak di sebelah Barat Bangil, sebelah Selatan Kali Porong bernama Desa Carat 》.
Di RABUT CARAT pasukan SANGGRAMAWIJAYA kembali bertempur dan memperoleh kemenangan.
Namun sangat disayangkan setelah melihat Tunggul Merah-Putih; SANG ARDARAJA
menyarungkan senjatanya dan lari membelot meninggalkan pasukan TUMAPEL, ke arah balik bergabung dengan pasu kan ayahnya SRIJAYAKATYÄNG menuju KAPULUNGAN.
Peristiwa tersebut sangat sesuai dengan analisa logika sejarah, yang mana tidaklah mungkin antara anak dan ayah harus terlibat dalam sebuah resiko bertaruh nyawa dalam peperangan demi kepentingan pihak lain yang jelas-jelas sebagai satu seteru, yaitu Dendam Genealogis.
Yang jelas langkah pembelotan SANG ARDHARÄJA adalah sebuah taktik dan strategi yg sudah direncanakan jauh sebelumnya untuk mempermudah cara menyingkirkan SRI KERTANAGARA. šš²šØ
Hal ini sangat mengurangi kekuatan pasukan SANGGRAMAWIJAYA hingga tersisa 600 orang saja.
Kemungkinan hal tersebut sudah menjadi bagian dari strategi perang pasukan SRI JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG.
Dari RABUT CARAT, SRI MAHARAJA saat itu dengan sisa pasukannya yang tinggal 600 orang menuju ke arah utara ke PAMWATAN 《 hingga sekarang bernama Desa Pamotan , di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo yang lokasinya berada di Utara Desa Carat, Kecamatan Gempol , Kabupaten Pasuruan 》 yang terletak di
seberang sungai dan beristira hat semalam disana.
Keesokan harinya, pagi-pagi
setelah matahari terbit, datanglah musuh menyusul SRI MAHARAJA, namun disongsong dan ditahan oleh sisa-sisa pasukan beliau.
Sementara beliau dg sebagian pengiringnya mundur memisahkan diri untuk menghindari kejaran musuh.
Di tengah-tengah perjalanan beliau berunding bersama pengikutnya guna minta bantuan kepada seorang Akuwu di TERUNG 《 nama Terung masih dijumpai menjadi dua tempat yaitu Terung Wetan dan Terung Kulon, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo , yang lokasinya berada di arah Barat-Laut Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo 》bernama RAKRYAN WURWÄGRAJA .
Untuk mencapai TERUNG dengan aman dan selamat tanpa dikenali musuh, maka perjalanan dilakukan pada malam hari menuju KULAWAN
terlebih dahulu.
Namun rencana beliau sudah diketahui musuh, sehingga musuhpun menghadang di KULAWAN.
Akan tetapi SRI MAHARAJA saat itu berhasil meloloskan diri dan lari ke arah Utara menuju ke KEMBANG SRI.
Rencana meminta bantuan ke Akuwu di TERUNG pun akhir nya gagal .
Setibanya di KEMBANG SRI
《 sekarang tempat ini menjadi Desa Bangsri di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo》ternyata sudah diketahui musuh, larilah beliau be serta sisa-sisa pengikutnya mencebur, berenang menyeberangi sungai besar (amgat bangawan, yang dimaksudkan adalah sebuah sungai, yaitu Sungai Berantas). Banyak diantaranya yang tenggelam (alanghwi ya garawalan), sebagian berhasil diburu dan dibunuh dg tombak, yang ber hasil selamat lari tercerai-berai ke segala arah.š
Kisah perburuan berakhir setelah NARÄRYA SANGGRA MAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya yang tersisa berada di seberang Sungai-Bengawan yang menderita kelaparan, kelelahan, mencari perlindungan hingga tibalah di LURAH KUDADU 《 Nama toponim Kudadu sangat sulit dicari saat ini, satu-satunya indikasi yang ada adalah nama-nama desa yang
ada diantara Bangsri dan Rembang, yaitu Desa Bringinbendo atau Desa Sambibulu, ataupun Desa Gilang 》
Setelah pulih dalam perlindungan dan perawatan oleh warga dan Lurah KUDADU, selanjutnya NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya diantar
lah menuju ke REMBANG 《 tempat ini diperkirakan berada di dekat Pasarturi-Surabaya yang mengacu kepada Kali Krembangan, atau ada yang mengidentifikasikan lebih tepat dengan nama Desa Krembangan yang terletak wilayah Kecatam Taman, Kabupaten Sidoarjo, di Utara Bangsri, yaitu dua desa satu wilayah yang berdekatan. Desa Krembangan terletak di tepi Kali Mas merupakan anak sungai pacahan dari Kali Berantas yang menuju Kota Surabaya dan bermuara di Selat Madura 》 hingga menyeberang menyingkir ke MADURA.☝š²šØ
Kisah perburuan musuh oleh pasukan NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA ternyata masuk dalam skenario siasat jebakan strategi perang pasukan JAYAKATYÄNG.
Dengan siasat perang gerilya "serang lari menghilang,
datang serang lagi dan menghilang" demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari, sehingga kekuatan pasukan NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA lambat laun akan melemah, kelelahan dan kehilangan konsentrasi beserta kekuatannya. š©š©
Terutama dengan membelotnya pasukan SANG ARDARAJA kepihak lawan, semakin memperbesar kekuatan lawan, disamping segala rencana siasat NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA mudah bocor, akibat informasi SANG
ARDHARÄJA .
Pada akhirnya berawal dari "berburu lawan", menjadi "diburu lawan" šš²šØ
Strategi utama yang menjadi
tujuan utama SRI JAYAKAT YÄNG adalah mengurangi keku atan militer di pusatKERAJAAN TUMAPEL dengan memancing keluar pasukan NARÄRYASANG GRAMAWIJAYA menuju ke arah Utara menjauh dari ibukota Kerajaan TUMAPEL.
Rencana itu pula yang akan lebih mempermudah dalam upaya mengeksekusi SRI KERTANAGARA beserta pengikutnya tanpa terhalang oleh kekuatan apa pun, mengingat pula bahwa pembesar-pembesar KERAJAAN TUMAPEL pada waktu itu belum kembali ditugaskan dari Ekspedisi PA-MALAYU 1275 M (NKG 41: 6) dan 1286 M (Prasasti Padang Roco 1286 M).
Pada waktu itu kekuatan pasukan utama SRI JAYAKATYÄNG telah berada di JASUN WUNGKAL 《 JASUN = Bawang, WUNGKAL = Batu Pengasah, sehingga ada yg mengidentifikasikannya dengan nama Desa Watukosek yang berada di wilayah Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Sebagian ada yang menghubungkannya dengan nama Desa Bangkal = Pangkal di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto 》yang diperkirakan terkonsentrasi di bagian Barat-Selatan (Barat Laut) ibukota KERAJAAN TUMAPEL.
Dari uraian Rute Pengembaraan NARÄRYA SANGGRAMA WIJAYA yang secara jelas dan terperinci di dalam isi Prasasti Kudadu 11 September 1294 M, dimana peristiwa tersebut berlangsung antara tanggal 18 Mei - 17 Juni 1292 M (Prasasti Gajah Mada /Singasari, 27 April 1351 M), sangat sesuai dengan pemberitaan isi naskah Karya Sastra PARARATON dan KIDUNG HARSAWIJAYA .
š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ
ššššš« ššš„šš¤šš§š ššš§š²šššš ššš«š¬šš„š¢š¬š¢š”šš§ šš§ššš«š ššš ššššššššššš ššš§š šš§ ššš ššššššššššš š®š©
Adanya motivasi perselisihan antara SRI KERTANEGARA dari KERAJAAN
TUMEPAL dengan SRI JAYAKATYÄNG dari Kerajaan Wilayah Bawahan GELANG-GELANG menurut beberapa sumber primer sejarah terkesan hanya se buah peristiwa perebutan keku asaan semata.
Namun di dalam Penulisan ini akan diungkapkan adanya satu faktor penyebab utama yang menjadi latar belakang nya, yang tidak pernah diungkap secara gamblang (terperinci secara jelas) di dalam beberapa sumber primer sejarah; baik Prasasti, Naskah Karya Sastra, maupun berita Asing Cina.
Perseteruan antara SRI KERTANAGARA dengan JAYAKATYÄNG (JAYAKATWANG/ JAYAKATONG/AJI KATONG/HA-JI-KA-TANG/DLL) yang terjadi pada sekitar antara tanggal 18 Mei - 17 Juni tahun 1292 Masehi (JyestamĆ¢sa, 1214 Ćaka) juga sesuai dengan pemberitaan isi PRASASTI SINGASARI (PRASASTI GAJAH MADA, 27 April 1351 M) berakhir dengan tewasnya SRI KERTANAGARA ditangan prajurit SRI JAYAKATYÄNG, yang tertera pada:
Baris ke 1-2 =
" / o / "...i Ƨaka 1214 jyesta mÄsa irika diwaÅani kamoktan pÄduka bhatara sang lumah ring Ƨiwabuddha..." /
{ "...di antara 18 Mei-17 Juni
1292 M, itulah saat wafatnya PÄduka BhatÄra yang bersemayam di alam Siwa-Budha..." }.š š²šØ
Yang dimaksud dg " Paduka BhatÄra Sang Lumah ring Ćiwa-Buddha " di atas adalah penyebutan untuk mendiang Sri Maharaja Kertanagara yang gugur bersama para Brahmana dan Pejabat Kerajaan yang terjadi pada 59 tahun yang silam ( 1292 M ) setelah dikeluarkannya Prasasti Singasari oleh Rakryan Mapatih Pu Mada tahun 1351 M tanpa menentukan tanggal
yang pasti tentang peristiwa pemberontakan tersebut dan siapa pelakunya . š¤š²šØ
Prasasti Singasari (Gajah
Mada) 1351 M tidak menguraikan secara rinci tentang peristiwa 59 tahun berlalu tentang gugurnya mendiang PÄduka Åri KertanÄgara yang memiliki nama Äbhiseka JƱaneÅwara Bajra bersama para
pengikutnya yang setia, termasuk para Brahmana
Siwa-Sogata (Buda), para Maha Werda Mantri tanpa menyebutkan penyebabnya, yang kemudian untuk memperingati peristiwa kelam tersebut didirikanlah sebuah caitya pemujaan oleh Sang Rakryan Mapatih Jirnnordhara (Gajah Mada) atas perintah Ratu Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnu
wardani (Lihat ! baris 8-17).
PRASASTI KUDADU (GUNUNG BUTAK) 11 September 1294 M, Lempeng III, Baris b menguraikan secara jelas hal yang sama dari cuplikan fragmen di bawah ini :
"...Ƨri krtanagara sang lÄ«na ring ƧiwabuddhÄlaya ngÅ«ni tinekÄn de Ƨri jayakatyÄng sakeng glangglang..."
{ SRI KERTANAGARA yang telah memasuki
bersemayam/mangkat di alam Siwa-Buda, ketika diserang oleh SRI JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG }.
"...Ƨri krtanagara hanerikang
nūgare tumapel..."
{ SRI KERTANAGARA yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL }.
"...sdÄng i sanjata Ƨri jayakatyÄng karengyan tÄke jasun wungkal, irikÄ ta ƧrÄ« mahÄrÄja mwang sang arddharÄja inutus De ƧrÄ« krtanÄgara mapagna sanjata ƧrÄ« jayakatyÄng, mantu parnah sang arddharÄja mwang ƧrÄ« mahÄrÄja de ƧrÄ« krtanÄgara kunÄng sang arddharÄja saksÄt putra de ƧrÄ« jayakatyÄng..."
{ Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYÄNG telah tiba di JASUN WUNGKAL, kemudian SRI KERTANAGARA memerintahkan SRI MAHA RAJA (NARÄRYA SANGGRAMA WIJAYA) beserta SANG ARDHARÄJA melawan tentara SRI JAYAKATYÄNG.
Adapun SANG ARDHARÄJA dan SRI MAHÄRÄJA , kedua
duanya adalah menantu SRI
KERTANAGARA.
Sedangkan SANG ARDHARÄJA adalah putera SRI
JAYAKATYÄNG }.
Lempeng VI, Baris b :
"...ƧrÄ« jayakatyÄng ngÅ«ni ri huwusnira n huminlangakÄn ƧrÄ«
krtanagara gumÄgwanÄ«rikang
nagara daha, hana tojar ÄrÄ« jaya
katyÄng sinrawanakÄn irikang
sayawadwipa..."
{ SRI JAYAKATYÄNG setelah menewaskan SRI KERTANAGARA, memegang (menjadi raja) di NEGARA DAHA,.disaksikan oleh kalayak seluruh PULAU JAWA }.
Dari penjelasan isi Prasasti Kudadu 1294 M, Lempeng III, Baris b, dikatakan bahwa NARÄRYA SANGGRAMAWIJAYA dan SANG ARDHARÄJA, keduanya adalah MENANTU SRI KERTANAGARA.
Sedangkan SANG ARDHARÄJA adalah ANAK SRI JAYAKATYÄNG.
Dengan demikian hubungan dekat antara SRI KERTANEGARA dengan SRI JAYAKATYÄNG adalah BESANAN.
Lalu siapakah anak-anak wanita SRI KERTANAGARA yang dikawinkan dengan SANG ARDHARÄJA dan NARARYA SANGGRAWIJAYA pada waktu itu❓š¤
NEGARAKARTAGAMA (DEĆA WARNANNA) 1365 M , Pupuh 38, Baris 3-6; 41: 3; 43:2, 5. dijelaskan oleh
seorang Pendeta Buddha di Singasari bernama DANG HYANG RATNANGSAH yang banyak tahu tentang sejarah leluhur dan para raja yang dicandikan ("...ddon rakawin parahyun ataƱa krama ni tuhatuha, Ƨri naranatha sang pada dinarmma satata pinark...") yang pernah dikunju
ngi oleh RAKAWI PRAPANCA pada tahun 1359 M (setelah 183 tahun berlalu dari peristiwa) menceriterakan bahwa BHATARA WISNUWARDHANA pada tahun 1254 M menobatkan puteranya bernama NARENDRA KERTANAGARA ("...narendra krtanagarekan abhisekanama...") dengan gelar Buddha nya ĆRI JĆANABAJREĆWARA ("...nama jinabhisekanira sang Ƨri jƱana bajreƧwara...").
Pada tahun 1292 M,
NARENDRA KERTANAGARA wafat dan berpulang ke JINAINDRALAYA ("...nrpati mantuk ring jinaindralaya...") dengan gelaran Yang Bersemayam di alam Siwa Buddha ("...sang mokteng Ƨiwa buddaloka...").
Selanjutnya diceritakan oleh Dang Hyang Ratnangsah kepada Mpu PrapaƱca pada Pupuh 44: Baris 1-4; 45: 1, tentang sepak terjang HAJI JAYAKATWANG hingga akhir hayatnya.
"...tatkala Ƨri narendra krtanagara mulih ring budda bhawana, trasan rat duhkha
horahara khadi maluya rehnyan
kaliyuga, wwanten samantaraja
prakaƧita jayakatwan nama ku
haka , nkaneng bhumi khadiryyapti sumiliha wiƧesamrih khi
rakhira..."
( tatkala ĆRI NARENDRA KERTANAGARA pulang ke Buddabhuwana ; mereka takut, duka, huru-hara, laksana jaman Kali kembali.
Raja bawahan bernama JAYAKATWANG; berwatak terlalu jahat, berkhianat, karena ingin berkuasa di Wilayah KEDIRI.).
"...nuni lunhanira Ƨri krtajaya
rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri rikanang Ƨakabdi manusa, ajƱa Ƨri parwwatanīndrasuta
jayasabhan angantyan siwin, ring Ƨakastekana Ƨastrajaya muwah umungwing bhumi ka-
diri, ring Ƨaka trinisan Ƨankara haji jayakatwang natha wksan. .."
( Tahun Ćaka Laut Manusia =
1144 Ć = 1222 M, mangkatnya
SRI KERTAJAYA.
Atas perintah Putera SRI PARWATA INDRA, JAYASABA
berganti menjadi raja.
Tahun Ćaka Delapan Satu Satu
= 1180 Ć = 1258 M, SASTRAJAYA menjadi Raja BHUMI KADIRI
Tahun Ćaka Tiga Sembilan Ćankara = 1193 Ć = 1271 M, HAJI JAYAKATWANG Raja ter-
akhir.).
"...sakweh ning natha bhakti
wanita wka bhataradrīndratana ya, astam ri Ƨri narendra krtana
ya, tkeng nusantara manut, manke pwe line sang bhupati haji jayakatwan murkka wipatha, keweh ninrat rinaksen kali niyata hayunya tan dadi lana..."
{ Semua Raja berbakti kepada CUCU ( SRI KERTANAGARA) PUTERA GIRINATA (SRI RANGGAH RAJASA/BHATARA KAGENENGAN).
Seluruh NUSANTARA tunduk kepada SRI NARENDRA KERTANAGARA.
Akan tetapi SANG BHUPATI
HAJI JAYAKATWANG murka, membagi buta, dan mendurhaka.
Ternyata damai tak kekal, akibat bahaya anak piara KALI.}
DAFTAR RAJA-RAJA KEDIRI:
1. KERTAJAYA (... - 1222 M).
2. JAYASABA (1222 - 1258 M).
3. SASTRAJAYA (1258 - 1271
M).
4. JAYAKATWANG ( 1271 -
1293 M).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua cabang GENEALOGIS antara SRI KERTANAGARA dengan SRIJAYAKATYÄNG.
SRI JAYAKATYÄNG mengikuti alur silsilah dari trah Keluarga Raja-Raja KEDIRI (PANJALU), sedangkan SRI KERTANEGARA mengikuti alur SILSILAH dari trah keluarga raja
Raja TUMAPEL (SINGASARI) yang di didirikan oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK).
Silsilah SRI KERTANAGARA dimulai dari pendiri Kerajaan Tumapel oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK) yang dijuluki sebagai PUTERA GIRINATA ( GIRÄŖNDRAPRAKAĆA = ĆRI GIRÄŖNDRÄTMAJA = ĆRI GIRÄŖN
DRÄTMASUNU) yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182 M.
"...deƧagƶn wetaning parbwata khawi pnuh ing sarwwabhogati
-ramya, kuww angehnyan kamantyran manaran i kutha rajenadeh wwang nika bap, yekingwan Ƨri girindratmajan umulahaken darmma..." NKG 40: 2).
( Daerah luas di sebelah Timur Gunung Kawi terkenal subur makmur.
Ibu kota pemerintahan bernama KUTARAJA.
Di situlah tempat Putera SRI
GIRINATA menunaikan darmma ).
Pada tahun 1222 M, setelah menjadi raja dg ibukota Kerajaan di KUTARAJA melakukan perlawanan terhadap Raja KEDIRI bernama
SRI KERTAJAYA.
"...ri Ƨakabdi krta Ƨankara, sira tumben Ƨri narendran kadinten,
sang wiranindita Ƨri krtajaya
nipuneng Ƨastra tatwopadeƧa,
Ƨighralah gƶng bhayamrih mala
jen anusup ajaran parƧwaƧunya
sakwehning bhrtya mukyan para pajurit asing kari ring rajya
Ƨirnna..." (NKG 40: 3).
{ Tahun Saka Lautan Dadu Siwa ( 1144 Ćaka = 1222 M ) SRI NARENDRA (SRI RANGGAH RAJASA) melawan Sang Perwira SRI KERTAJAYA .
Putus sastra serta tatwopa-
desa. Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil. Semua pengawal, perwira,
dan tentara yang tertinggal
mati terbunuh }.
"... ryyalah sang Ƨri narendra kadiri girigirin tang sabhumi
jawars, praptanembah pada
wwatsahanahana wijil ning swadeƧan pasewa, tunggal tang Jangala mwang khadiri sama samanekana thatiƧanta, nkan tembenin dapur mwang kuwu Juru tumameng samya mande
sukhen rat..." (NKG 40: 4)
{ Setelah kalah SANG SRI NARENDRA KADIRI, seluruh
tanah JAWA dalam ketakutan.
Semua Raja datang menyembah membawa tanda bhakti hasil bumi.
Bersatu JANGGALA (Kahuripan/Jiwana) dan KADIRI (PANJALU/DAHA) dibawah kuasa satu raja sakti.
Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah kemudian☝š²šØ
"...ri Ƨakasyabdi rudra krama
kalahaniran mantuk ing swarggaloka, kyanin rat sang dinarmma dwaya ri kagnanan Ƨewa bodden usana.." (NKG 40: 5).
{ Tahun Saka Muka Lautan
Rudra (1149 Ć = 1227 M) beliau kembali ke alam surga.
Di dharmakan/ dicandikan di KAGENENGAN bagai SIWA, di USANA bagai BUDA.}.
"...bhatara san anusanatha wka dw bhatara sumilih wiƧesa siniwi ..."
"... Ƨakabdi tilakadri Ƨambhu
kalahan bhatara mulih ing girindrabhawana, sireki winanun pradipa Ƨimbha rikang sudarmma ri kidal..." (NKG 41: 1).
{ Batara ANUSAPATI ; putera Bhatara ( SRI RANGGAH RAJASA ) berganti dalam kekuasaan.
Tahun Saka Perhiasan Gunung Sambu (1170 Ć = 1248 M) Bhatara ANUSAPATI berpulang ke SIWALOKA (GIRINDRA BHAWANA). Diwujudkan bagai
SIWA di CANDI KIDAL.}.
"...bhatara wisnuwardana ktekaputranira sang gumanti siniwi, bhatara narasinha rowanira tulya madawasahagrajamageh
i rat..." (NKG 41: 2).
{ BATARA WISNUWARDANA, putera Baginda (ANUSAPATI),
berganti dalam kekuasaan,
beserta BATARA NARASINGA bagai MADAWA dengan INDRA }.
"...i Ƨaka rasa parwwatenduma
bhatara wisnwanabhiseka sang suta siwin, samasta para samya ring kadiri jangalomarkh amuspa ring urasabha, narendra krtanagarekan abhisekana
ma ri siran huwus rakaƧita, pradeƧa kutaraja mankin atiƧobhi tanaran i sinhasari nagara..."
NKG 41: 2 }.
{ Tahun Saka Rasa Gunung Bulan ( 1176 Ć = 1254 M ), BATARA WISNUWARDANA menobatkan puteranya .
Segenap rakyat KADIRI (PANJALU)-JANGGALA berduyun-duyun bersembah bakti ke istana.
NARENDRA KERTANAGARA nama gelar penobatannya (Nama Abhiseka) tetap demikian seterusnya.
Daerah KUTARAJA bertambah makmur, berganti nama NEGARA/KERAJAAN SINGASARI.
DAFTAR RAJA-RAJA SINGASARI:
1. SRI RANGGAH RAJASA
(KEN AROK).
2. BATARA ANUSAPATI.
3. BATARA WISNUWARDANA.
4. NARENDRA KERTANAGARA.
Dari uraian dua alur keturunan (genealogi) yang berbeda antara Keluarga Raja-Raja KEDIRI denga TUMAPEL (SINGASARI) upa-rupanya pernah terjadi sebuah perselisihan genealogis di masa lalu antara RAJA KEDIRI; SRI KERTAJAYA dengan SRI RANGGAH RAJASA (KEN AROK) dengan kesalahan di pihak SRI KERTAJAYA dari KEDIRI.
Dengan kekalahan tersebut maka berakhirlah masa kejayaan KEDIRI yang kemudian digantikan oleh TUMAPEL (SINGASARI) yang berkuasa atas Tanah JAWA (bhumi Jawa).
Kudeta yang dilancarkan oleh SRI JAYAKATYÄNG dari GELANG-GELANG di wilayah KEDIRI terhadap SRI KERTANAGARA dari TUMAPEL (SINGASARI) merupakan bentuk pembalasan atas perseteruan di antara para buyutnya sebagai pemersatu terhadap ingatan sejarah bersatunya hegemoni JANGGALA(KAHURIPAN / JIWANA) dengan
PANJALU (KADIRI- DAHA)
sebagai simbol kekuasaan pemersatu TANAH JAWA (BHUMI JAWA).
š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ š²šØ
ššš ššššššššššš š®š©
(ššš§ššš„šØš š¢ ššš§ ššš¬š šš¤š”š¢š«)
Nama SRI JAYAKATYÄNG pertama kali dapat dijumpai pada isi PRASASTI MĆLA-
MALURUNG (15 Desember 1255 M) yang dikeluarkan oleh
NARÄRYYA SMINING RÄT (SRI WISNUWARDANA).
Prasasti MĆ»la-Malurung merupakan sebuah penetapan hadiah anugerah sang raja kepada pengikutnya yang setia bernama PRÄNARÄJA atas tanah di Desa MĆ»la dan Malurung.
Penganugerahan tersebut telah direstui oleh semua raja bawahan yang sebelumnya pernah diangkat oleh NARÄRYA SEMININGRAT yang diketuai oleh NARÄRYA MĆRDDHAYA
(SRI KERTANAGARA) yang diangkat sebagai raja muda di DAHA.
Menurut penjelasan isi Prasasti Mula-Malurung (15 Desember 1255 M) Lempeng VII, Sisi a, Baris 4-6 :
"...sira turuk bali, putrī nira
narÄrya smining rÄt, pinaka
parameƧwarī nira Ƨri jayakat
yÄng , saksat kapwanakanira
narÄryya smining rÄt, sira pinra
tista ngkÄneng manikanaka
singhÄsana, maka nagare glangglang , sinewita dainikang
sakala bhūmi wurawan..."
(Beliau TURUK BALI, putrinya
NARÄRYA SMINING RÄT, sebagai permaisuri SRI JAYAKATYÄNG, nyata-nyata
keponakan NARÄRYA SMININGRÄT, beliau dilantik di atas takhta emas permata di NEGERI GELANG-GELANG di-
pertuan oleh segenap BHÅŖMI WURAWAN).
Nama GELANG-GELANG
dan WURAWAN diperkirakan terletak di bagian Barat pusat Kerajaan DAHA-KEDIRI (PANJALU), tepatnya di sekitar wilayah Kabupaten Madiun dengan Ponorogo.
Di masa MAJAPAHIT mewakili daerah WENGKER. (Hadi Sidomulyo, 1970: 155).
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa BHÅŖMI WURAWAN dapat dijumpai sebagai nama Dusun NGRAWAN, Desa DOLOPO, Kecamatan DOLOPO, Kabupaten MADIUN, JAWA TIMUR.
Posisi DAHA yang berada di BHÅŖMI KADIRI (Kota Kediri sekarang) yang terletak di sebelah Timur Gunung Wilis,
sedangkan GELANG-GELANG di BHÅŖMI WURAWAN terletak
disebelah Barat Gunung Wilis.
Di dalam isi prasasti MĆ»la-Malurung SRI JAYAKATYÄNG selain dikatakan sebagai suami dari anak; putri NARÄRYA SEMININGRAT (SRI WISNUWARDANA) bernama TURUK BALI, juga masih dianggap sebagai keponakan (kapwanakan) sang raja.
Oleh P.J. Zoetmulder istilah keponakan (kapwanakan) ditafsirkan sebagai "seorang anak dari saudara perempuan" sang raja.
Namun sayang nama saudara perempuan SRI WISNUWARDANA selaku ibu dari SRI JAYAKATYÄNG tidak diketahui dan menjadi sebuah misteri (❓š¤).
Sedangkan nama ayahnya diperkirakan sebagai Raja KEDIRI, yaitu SASTRAJAYA yang naik tahta pada tahun 1258 M (NKG 44: 2).
Hal ini didukung kuat oleh
pencantuman kedua nama tokoh di atas, yaitu SRI JAYAKATYÄNG dan SASTRAJAYA di dalam Prasasti MĆ»la-Malurung (15 Desember 1255 M) pada Lempeng IV (Hadi Sidomulyo,
1970: 155).
Dengan demikian keluarga RAJA WISNUWARDANA (TUMAPEL-SINGASARI) telah berupaya merangkul keluarga SRI KERTAJAYA (re-konsiliasi) dari KEDIRI (PANJALU)
dengan cara perkawinan antara
saudara perempuannya dengan
Å RI Å ÄSTRAJAYA .
Dengan demikian pula bahwa SRI JAYAKATYÄNG secara tidak langsung masih ada hubungan darah sebagi bagian dari WANGSA RAJASA melalui garis keturunan ibunya (? š¤).
Sedangkan SRI JAYAKAT YÄNG dengan istrinya TURUK
BALI masih saudara sepupu.
Dari hasil perkawinan keduanya diperoleh seorang putera bernama SANG ARDHARÄJA yang dijadikan menantu oleh SRI KERTANAGARA (salah satu diantara keempat putrinya ❓š¤) sesuai dengan pemberitaan Prasasti Kudadu
(11 September 1294 M).
Hubungan kekeluargaan antara SRI KERTANEGA dengan SRI JAYAKATYÄNG terdapat beberapa tali kekerabatan yang sangat dekat, yaitu sebagai ; BESAN, SEPUPU, sekaligus sebagai KEPONAKAN.
Semenjak SRI JAYAKAT YÄNG sukses melakukan kudeta terhadap SRI KERTANAGARA sekaligus mengakhiri hegemoni berdirinya NEGARA TUMAPEL di tahun 1292 M.
Selanjutnya SRI JAYAKATYÄNG mengangkat dirinya sebagai penerus KERAJAAN KEDIRI (PANJALU) yang beribukota di DAHA.
Namun SRI JAYAKATYÄNG
lupa bahwa ada sosok seorang yang dikecewakan, yaitu SRI NARÄRYA SANGGRAMAWIJA yang sedang mengungsi ke Pulau Madura bersama ARYA WIRARAJA diam-diam mengatur strategi dqn menggalang kekuatan untuk balas dendam menggulingkan
kekuasaan SRI JAYAKATYÄNG
di DAHA-KEDIRI.
NEGARAKARTAGAMA Pupuh 44: 1 dan 45:1,menerang kan bahwa :
"...pandani wruhniren Ƨastra
panawaƧani kotsahan haji danu, mogha wwanten wka Ƨri
nrpati malahaken Ƨatrwamaha
yurat, ndan mantwangehnira
dyah wijaya panlahin rat masta
wa sira, ardda mwang twang
tataran mmampri haji jayakatwang bhrasta sarana..."
"...ri pjah nrpa jayakatwan awa
tikang jagat alilan, masa rupa
rawi Ƨakabda rika sira nararyya
sira ratu, siniwing pura majha
pahit tanuraga jayaripu, tinlah
nrpa krtarajasa jayawarddana
nrpati..."
{ berkat keulungan sastra dan
keuletannya jadi raja sebentar (JAYAKATWANG) ,lalu ditunduk
kan putera ĆRI NERPATI (ĆRI NARENDRA KERTANAGARA).
Ketrentaman kembali, sang me
nantu DYAH WIJAYA gelarnya yang terkenal itu.
Bersekutu dengan TUAN TATAR; menyerang, Menghancurkan HAJI JAYAKAT WANG }.
{ Setelah mangkat JAYAKAT WANG, jagat gilang-gemilang
kembali.
Tahun Ćaka Masa-Rupa-Surya (1216 Ć = 1294 M) beliau (DYAH WIJAYA) menjadi raja,
disembah di MAJAPAHIT.
Kesayangan rakyat, pelebur
musuh, bergelar SRI NARAPATI
KERTARAJASA JAYAWARDA-
NA }.
Dari uraian di atas diceriterakan bahwa HAJI JAYAKATWANG dari DAHA
KEDIRI ditaklukan oleh DYAH
WIJAYA dengan bantuan pasukan TATAR (CINA- MONGOLIA) sebelum tahun 1294 M.
Kedatangan pasukan TATAR (CINA-MONGOLIA) awalnya bertujuan untuk menghukum SRI KERTANAGARA yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan KUBILAI-KHAN dari Dinasti YUAN-MONGOL di CINA (1271 - 1368 M).
Kedatangan pasukan YUAN
MONGOL tersebut kemudian di
manfaatkan untuk menggempur JAYAKATWANG
di DAHA-KEDIRI.
Dari catatan Berita Cina (Yuan Shi) DINASTI YUAN-MONGOL (1271
-1368 M) diberitakan tentang kronologis perjalanan pasukan dari Cina hingga tiba di Pulau Jawa.
Ekspedisi pelayaran ke Tanah JAWA tersebut direncanakan selama 7 bulan perjalanan laut, sejak berangkat
di bulan Desember 1292 M hingga bulan Juni 1293 M.
Jumlah armada pasukan YUAN-MONGOL yang dikirim oleh KUBILAI-KHAN sebanyak 20.000 - 30.000 prajurit yang dimuat oleh 1000 buah kapal
dengan pembekalan logistik selama satu tahun.
Armada tersebut dipimpin oleh Jendral SHI-BI (orang Mongolia) dengan kedua panglima perangnya; IKE MESE
( orang Uyghur) dan GAOXING
(Orang Cina dari Suku Han).
Pasukan Yuan Mongol tersebut sebagian besar di rekrut dari wilayah Cina bagian Selatan; Fujian, Jiang Xi dan Huguang.
Pasukan tersebut diberangkatkan dari QUANGZHOU di bagian Selatan
Cina, dengan menelusuri pesisir Dai -Vet dan Champa.
Pada bulan Januari 1293 M,
Pasukan Yuan tiba di KO-LAN
(BILITON / Pulau Belitung) untuk beristirahat sambil mengatur strategi penyerangan
mereka.
Pada tanggal 1 Maret 1293 M, seluruh pasukan telah ber
kumpul di Muara Kali Mas (percabangan Sungai Berantas)
Kedatangan pasukan Yuan-Mongol di Jawa disambut
dan diajak bersekutu oleh Dyah
Wijaya (Raden Wijaya) untuk melawan pasukan JAYAKATYÄNG dari KEDIRI- DAHA.
Mata-mata Dyah Wijaya melaporkan bahwa pasukan KEDIRI telah tiba mendekati markas nya di Desa Terik.
Pada tanggal 7 Maret 1293 M, pasukan KEDIRI tiba dari
tiga jurusan untuk menyerang markas Dyah Wijaya.
Pada pagi hari keesokan harinya, tanggal 8 Maret 1293 M, IKE MESE mengirim pasukannya untuk menyerang
musuh yang datang dari arah
Barat Daya, namun menghilang
GAO XING bertempur melawan musuh yang datang dari arah Tenggara, hingga me
maka mereka melarikan diri kepegunungan.
Menjelang tengah hari, pasukan musuh datang lagi dari arah Tenggara, namun GAO XING berhasil mengalahkan nya di sore hari.
Pada tanggal 15 Maret 1293 M, Pasukan Yuan-Mongol direncanakan dibagi tiga jalur perjalanan yang berbeda menuju satu arah ke KEDIRI- DAHA.
Disepakati bahwa pada tanggal 19 Maret 1293 M mereka bertemu di KEDIRI untuk memulai penyerangan setelah mendengar aba-aba adanya suara meriam (pao).
Pasukan pertama berlayar menyusuri sungai (Sungai Berantas).
Pasukan ke dua di
pimpin oleh IKE MESE berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Timur.
Pasukan ke tiga di pimpin oleh GAO XING berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Barat.
Sedangkan Dyah Wijaya beserta pasukannya berada dibarisan bagian belakang.
Sesuai dengan yang telah direncanakan bahwa seluruh pasukan bertemu di DAHA-KEDIRI pada tanggal 19 Maret 1293 M.
Setelah mendengar aba-aba bunyi sentuman suara meriam (Pao), maka pertempuranpun berkecamuk, dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 14.00 .
Setelah dilakukan penyerangan selama tiga kali, pasukan KEDIRI dapat dikalahkan dan melarikan diri.
Sementara itu pasukan DYAH WIJAYA menyerang ibukota DAHA dari arah lain.
Istana SRIJAYAKATYÄNG berhasil dijarah dan dibakar habis.
Beberapa ribu pasukan KEDIRI yang mencoba menyeberangi Sungai banyak yang tenggelam, sementara yang tewas dalam pertempuran
sebanyak 5000 orang.š©š
Raja JAYAKATYÄNG (HA-JI KA-TONG) mundur ke bentengnya, namun didapatinya istananya telah habis terbakar.♨️
Kemudian pasukan. YUAN-MONGOL mengepung ibukota DAHA, dan meminta JAYAKATWANG untuk menyerah.
Pada sore harinya ,tanggal 19 Maret 1293 M, JAYAKATWANG menyatakan diri menyerah .
Kemudian tentara Yuan-Mongol menangkap JAYAKATWANG, Istrinya, puteranya, dan semua perwiranya, beserta harta bendanya senilai 50 juta Yuan
sebagai pampasan perang.
Pada tanggal 19 April 1293 M, tepat sebulan tentara Yuan-Mongol merayakan pesta kemenangan, Dyah Wijaya memobilisasi pasukannya.
Dengan taktik yang jitu pasukannya menyerang balik rombongan pasukan Yuan-Mongol yang kebetulan terpisah-pisah dari induknya, dibuat tercerai-berai banyak yang terbunuh diperkirakan antara 12.000 hingga 18.000
orang.
Dengan sisa pasukan yang ada mereka meninggalkan Pulau Jawa menuju Cina, dan tiba di sana pada sekitar bulan
Juni 1293 (W.P. Groeneveldt, " 1880).
Demikianlah uraian tentang biografi singkat tentang petualangan SRIJAYAKATYÄNG (JAYAKATWANG/JAYAKATONG/HAJI KA-TONG) yang menjadi Raja Bawahan TUMAPEL (SINGASARI) di GELANG-GELANG di BHÅŖMI WURAWAN dengan lambang
Bendera Merah-Putih š²šØ nya.
Diperkirakan menjadi Raja Bawahan Tumapel di Gelang- Gelang di Bhūmi Wurawan atas
nama istrinya (Turuk Bali), antara 15 Desember 1255 M hingga 18 Mei-16 Juni 1292 M.
Setelah itu mengangkat dirinya sebagai Raja KEDIRI dengan ibukotanya di DAHA pada 18 Mei-16 Juni 1292 M
hingga 19 Maret 1293 M sesuai
dengan pemberitaan Naskah Negarakartagama Pupuh 44, Bait ke 4 bahwa menjadi raja hanya sebentar ("...kotsahan haji danu...").
Kediri-Tabanan
BALI, 16 Agustus 2024 š²šØ
šš®š¬ššš¤š ššš®šš§:
Aris Munandar, A. " Beberapa
Data Historis dari Prasasti
Mƻla-Malurung." (Skripsi),
Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, 1984.
Berg, C.C. " Kidung Harsa Wija
ya." BKI (88) 1931.
Boechari. " The Inscription of
Mƻla-Malurung : A new
evidence on the history city
of Ken Angrok." Majalah
Arkeologi, Thn. III, No.1-2,
Sept-Nop, 1980.
Chandra, L. " The Jaka Dolog
Inscription of King Krtanaga-
ra." dalam: Cultural Horizons
of India (4), New Delhi, 1995.
Goenawan A. Sambodo. " Dari
Prasasti ke Prasasti." Pener
bit : Komunitas Taksaka,
2020.
Groeneveldt, W.P. " Notes on
The Malay Archipelago
and Malacca Compiled from
Chinese Sources." Batavia,
1880.
Hadi Sidomulyo. " Napak Tilas
Perjalanan Mpu PrapaƱca."
Wedatama Widya Sastra &
Yayasan Nandiswara, Jurus-
an Pendidikan Sejarah FIS
UNESSA, 2007.
Slametmulyana. " Nagarakreta-
gama dan Tafsir Sejarahnya.
Bhratara Karya Aksara, Jakar
ta, 1979.
(1292 - 2024)
No comments:
Post a Comment