23 August 2025

Umar Kayam lahir pada 30 April 1932 di Ngawi, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan kemudian melanjutkan studi ke Amerika Serikat, termasuk di New York University dan Cornell University, di mana ia memperdalam ilmu sosiologi. Latar belakang akademisnya membuat Umar Kayam memiliki pandangan tajam tentang masyarakat Indonesia, terutama dalam masa transisi politik dan budaya setelah kemerdekaan. Selain sebagai akademisi, Umar Kayam dikenal sebagai seorang budayawan, penulis, dan seniman. Ia menulis cerita pendek, novel, esai budaya, hingga terlibat dalam dunia film. Karya-karyanya, seperti Para Priyayi dan Sri Sumarah, merekam perubahan sosial budaya masyarakat Jawa dengan detail yang lembut namun kritis. Gaya tulisannya kerap memadukan nostalgia, ironi, dan kedalaman reflektif, menjadikannya salah satu sastrawan penting dalam sastra Indonesia modern. Di luar dunia akademik dan sastra, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai pejabat tinggi, termasuk menjadi Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film pada era Orde Baru. Meski demikian, ia tetap dikenang sebagai sosok budayawan yang hangat, cerdas, dan mampu menjembatani dunia akademik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002, meninggalkan warisan pemikiran dan karya sastra yang hingga kini masih relevan untuk memahami wajah kebudayaan Indonesia. Sumber : Benua Sabda

 Umar Kayam lahir pada 30 April 1932 di Ngawi, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan kemudian melanjutkan studi ke Amerika Serikat, termasuk di New York University dan Cornell University, di mana ia memperdalam ilmu sosiologi. Latar belakang akademisnya membuat Umar Kayam memiliki pandangan tajam tentang masyarakat Indonesia, terutama dalam masa transisi politik dan budaya setelah kemerdekaan.



Selain sebagai akademisi, Umar Kayam dikenal sebagai seorang budayawan, penulis, dan seniman. Ia menulis cerita pendek, novel, esai budaya, hingga terlibat dalam dunia film. Karya-karyanya, seperti Para Priyayi dan Sri Sumarah, merekam perubahan sosial budaya masyarakat Jawa dengan detail yang lembut namun kritis. Gaya tulisannya kerap memadukan nostalgia, ironi, dan kedalaman reflektif, menjadikannya salah satu sastrawan penting dalam sastra Indonesia modern.


Di luar dunia akademik dan sastra, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai pejabat tinggi, termasuk menjadi Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film pada era Orde Baru. Meski demikian, ia tetap dikenang sebagai sosok budayawan yang hangat, cerdas, dan mampu menjembatani dunia akademik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002, meninggalkan warisan pemikiran dan karya sastra yang hingga kini masih relevan untuk memahami wajah kebudayaan Indonesia.

Sumber : Benua Sabda

No comments:

Post a Comment