26 August 2025

Ratu Zaleha terlahir dengan nama Gusti Zaleha. Lahir di Muara Lawung, Kesultanan Banjar tahun 1880 dan wafat di Banjarmasin pada tanggal 24 September 1953. Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari. Sebelum ayahnya meninggal, Gusti Zaleha diberi cincin kesultanan dari ayahnya. Sejak itu pula dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi, lalu diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad, Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan ayahnya. Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dia berjuang bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad atau Wulan Djihad. Ada juga nama Illen Masidah dan lain-lain. Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad juga memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar. Keduanya juga memberi penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam, dan ilmu pengetahuan. Ratu Zaleha adalah tokoh pendidikan wanita atau tokoh emansipasi wanita yang dimiliki Kesultanan Banjar. Ratu Zaleha sangat murka ketika suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap, lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada 1 Agustus 1904. Meski menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah dan terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha dilaporkan pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di tepian Sungai Barito. Belanda menjulukinya "een gevaarlijke Pagustiaan in Zuid-Borneo" atau Pagustian yang berbahaya di Selatan Borneo. Pada tahun 1906, Ratu Zaleha ditangkap Belanda di salah satu rumah penduduk di Banjarmasin. Konon, pemilik rumah telah bersekongkol dengan Belanda. Saat itu, fisiknya lemah dan salah satu lengannya terkena tembakan Belanda saat bergerilya di hutan sebelum ia bersembunyi di rumah penduduk. Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor dan bertemu suaminya. Baru setelah era kemerdekaan RI, Ratu Zaleha berhasil kembali untuk bersujud dan mencium tanah Banjar setelah terusir selama 31 tahun. Pada tanggal 24 September 1953 / 14 Muharram 1373 H.Ratu Zaleha wafat dan dikuburkan di Banjarmasin. Ratu Zaleha meninggal sebagai orang merdeka, sebagai Ratu yang perkasa memegang teguh semangat ayah dan kakeknya. Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting. #ratuzaleha #panglimabanjar #pejuangbanjar #kesulthananbanjar #jangkauanluasfbpro #viral

 Ratu Zaleha terlahir dengan nama Gusti Zaleha.  Lahir di Muara Lawung, Kesultanan Banjar tahun 1880 dan wafat di Banjarmasin pada tanggal 24 September 1953. Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari.



Sebelum ayahnya meninggal, Gusti Zaleha diberi cincin kesultanan dari ayahnya. Sejak itu pula dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi, lalu diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad, Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan ayahnya.


Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dia berjuang bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad atau Wulan Djihad. Ada juga nama Illen Masidah dan lain-lain.


Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad juga memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar. Keduanya juga memberi penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam, dan ilmu pengetahuan. Ratu Zaleha adalah tokoh pendidikan wanita atau tokoh emansipasi wanita yang dimiliki Kesultanan Banjar.


Ratu Zaleha sangat murka ketika suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap, lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada 1 Agustus 1904.  


Meski menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah dan terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha dilaporkan pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di tepian Sungai Barito. Belanda menjulukinya "een gevaarlijke Pagustiaan in Zuid-Borneo" atau Pagustian yang berbahaya di Selatan Borneo.


Pada tahun 1906, Ratu Zaleha ditangkap Belanda di salah satu rumah penduduk di Banjarmasin. Konon, pemilik rumah telah bersekongkol dengan Belanda. Saat itu, fisiknya lemah dan salah satu lengannya terkena tembakan Belanda saat bergerilya di hutan sebelum ia bersembunyi di rumah penduduk.


Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor dan bertemu suaminya. Baru setelah era kemerdekaan RI, Ratu Zaleha berhasil kembali untuk bersujud dan mencium tanah Banjar setelah terusir selama 31 tahun.


Pada tanggal 24 September 1953 / 14 Muharram 1373 H.Ratu Zaleha wafat dan dikuburkan di Banjarmasin. Ratu Zaleha meninggal sebagai orang merdeka, sebagai Ratu yang perkasa memegang teguh semangat ayah dan kakeknya. Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting.


#ratuzaleha #panglimabanjar #pejuangbanjar #kesulthananbanjar #jangkauanluasfbpro #viral

No comments:

Post a Comment