10 August 2025

Monumen ini hampir berusia 43 tahun. Tapi barangkali tdk semua masyarakat Magelang tahu ini monumen apa. Diresmikan 10 November 1982 oleh Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin, lalu direnovasi 20 tahun kemudian oleh Walikota Magelang, H. Fahriyanto. Pagi tadi, meski tamannya dirawat indah oleh pemkot, saya menemukan prasasti aslinya yg terbuat dari marmer sdh rusak parah sehingga tdk terbaca isinya. Ya, ini adalah monumen Tentara Pelajar. Dibangun untuk mengenang perjuangan pelajar2 Indonesia yg menggabungkan diri dalam laskar milisi pada masa perjuangan. Anak2 seusia SMP dan SMA kala itu sungguh berani berjibaku di medan perang, bahu membahu dengan tentara Indonesia. Nama2 mereka yg gugur di seputar Magelang, dicatat di sini sebagai penghormatan terbaik. Kenapa Menteri Perhubungan yg meresmikan? Sebab Rusmin Nuryadin adalah salah satu Tentara Pelajar itu. Di samping ada juga menteri lain yg dulunya seorang Tentara Pelajar pula, yaitu Martono. Tokoh lokal yg cukup populer bisa disebut contohnya, Soekimin Adiwiratmoko. Ia pejuang, tokoh pendidikan, dan tokoh kebudayaan di kota Magelang. Itulah mengapa, nama Soekimin ini kami ajukan pula sebagai nama Gedung Kesenian Lokabudaya di Alun2 Selatan. Bahkan bangunan yg dipakai untuk Lokabudaya itu pun dulunya adalah sekretariat ex Tentara Pelajar Detasemen III brigade 17. Sayang, sampai saat ini, secara resmi pemkot blm menyanggupi atas usulan nama itu. Entah apa alasannya. Masa kecil saya sangat kaya cerita2 seputar perjuangan Tentara Pelajar ini. Saya seringkali dikenalkan pula oleh bapak dengan teman2 sesama veteran tersebut, sehingga hampir semua nama dan rumahnya saya hafal. Sebagai veteran Tentara Pelajar, bapak cukup aktif dalam setiap pertemuan. Biasanya saya klayu ikut bersama bapak dan ibu menghadiri pertemuan2 itu sebulan sekali berpindah2 tempat. Pertemuan yg hangat, yg membangkitkan patriotisme, dan saling mengingatkan masa2 revolusi. Meski sejauh ingatan saya, pertemuan itu semakin ke sini semakin berkurang anggotanya. Sebab satu per satu dipanggil Illahi. Pagi tadi semua kenangan itu seperti berputar kembali. Berjumpa dengan generasi kedua Tentara Pelajar yg menyebut dirinya Tunas Patria, saya jadi jatuh rindu serindu2nya dengan Bapak.

 Monumen ini hampir berusia 43 tahun. Tapi barangkali tdk semua masyarakat Magelang tahu ini monumen apa. 

Diresmikan 10 November 1982 oleh Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin, lalu direnovasi 20 tahun kemudian oleh Walikota Magelang, H. Fahriyanto. 

Pagi tadi, meski tamannya dirawat indah oleh pemkot, saya menemukan prasasti aslinya yg terbuat dari marmer sdh rusak  parah sehingga tdk terbaca isinya. 



Ya, ini adalah monumen Tentara Pelajar. Dibangun untuk mengenang perjuangan pelajar2 Indonesia yg menggabungkan diri dalam laskar milisi pada masa perjuangan. Anak2 seusia SMP dan SMA kala itu sungguh berani berjibaku di medan perang, bahu membahu dengan tentara Indonesia. Nama2 mereka yg gugur di seputar Magelang, dicatat di sini sebagai penghormatan terbaik. 


Kenapa Menteri Perhubungan yg meresmikan? Sebab Rusmin Nuryadin adalah salah satu Tentara Pelajar itu. Di samping ada juga menteri lain yg dulunya seorang Tentara Pelajar pula, yaitu Martono. Tokoh lokal yg cukup populer bisa disebut contohnya, Soekimin Adiwiratmoko. Ia pejuang, tokoh pendidikan, dan tokoh kebudayaan di kota Magelang. Itulah mengapa, nama Soekimin ini kami ajukan pula sebagai nama Gedung Kesenian Lokabudaya di Alun2 Selatan. Bahkan bangunan yg dipakai untuk Lokabudaya itu pun dulunya adalah sekretariat ex Tentara Pelajar Detasemen III brigade 17. Sayang, sampai saat ini, secara resmi pemkot blm menyanggupi atas usulan nama itu. Entah apa alasannya. 


Masa kecil saya sangat kaya cerita2 seputar perjuangan Tentara Pelajar ini. Saya seringkali dikenalkan pula oleh bapak dengan teman2 sesama veteran tersebut, sehingga hampir semua nama dan rumahnya saya hafal. Sebagai veteran Tentara Pelajar, bapak cukup aktif dalam setiap pertemuan. Biasanya saya klayu ikut bersama bapak dan ibu menghadiri pertemuan2 itu sebulan sekali berpindah2 tempat. Pertemuan yg hangat, yg membangkitkan patriotisme, dan saling mengingatkan masa2 revolusi. Meski sejauh ingatan saya, pertemuan itu semakin ke sini semakin berkurang anggotanya. Sebab satu per satu dipanggil Illahi. 


Pagi tadi semua kenangan itu seperti berputar kembali. Berjumpa dengan generasi kedua Tentara Pelajar yg menyebut dirinya Tunas Patria, saya jadi jatuh rindu serindu2nya dengan Bapak.

No comments:

Post a Comment