Dyah Pitaloka: Gadis Sunda yang Mati Demi Kehormatan
Bayangkan seorang gadis muda, anggun, putri raja dari kerajaan Sunda Galuh. Namanya Dyah Pitaloka Citraresmi. Wajahnya cantik, perilakunya lembut, dan hatinya penuh harapan. Ia adalah putri kesayangan Prabu Maharaja Linggabuana.
Saat itu, kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ingin memperkuat hubungan dengan Sunda. Maka datanglah sebuah lamaran Hayam Wuruk ingin menikahi Dyah Pitaloka. Sebuah kehormatan, pikir sang Raja Sunda. Maka ia berangkat ke Majapahit, bersama putri tercinta dan para bangsawan kerajaan, menuju Trowulan, pusat kejayaan Nusantara.
Namun, inilah awal tragedi itu.
Pengkhianatan di Balik Lamaran
Saat rombongan kerajaan Sunda tiba di Majapahit, mereka tak disambut layaknya tamu agung. Mereka dibiarkan menunggu di lapangan Bubat.
Gajah Mada, mahapatih Majapahit, punya niat lain. Ia tidak ingin pernikahan ini jadi aliansi damai, tapi ingin menunjukkan kekuasaan Majapahit atas Sunda.
Menurut Gajah Mada, Dyah Pitaloka harus datang sebagai "upeti” tanda tunduk, bukan sebagai calon permaisuri yang setara.
Prabu Linggabuana murka. Ia menolak harga diri kerajaannya diinjak-injak.
Pertempuran di Lapangan Bubat
Tanpa senjata lengkap, tanpa pasukan besar, Raja Sunda memilih berperang. Lebih baik mati daripada tunduk tanpa kehormatan.
Terjadilah tragedi berdarah. Raja Linggabuana gugur. Para bangsawan Sunda habis dibantai.
Di tengah lapangan yang kini sunyi dan berlumuran darah, Dyah Pitaloka berdiri sendiri.
Akhir Tragis Dyah Pitaloka
Melihat ayahnya gugur, bangsawannya tewas, dan kehormatannya diinjak oleh politik kekuasaan Dyah Pitaloka memilih mati. Ia melakukan "bela pati", bunuh diri demi mempertahankan harga diri kerajaannya.
Warisan yang Abadi
Tragedi ini dikenal sebagai Perang Bubat luka sejarah yang membuat hubungan Sunda dan Majapahit membeku selama bertahun-tahun.
Dyah Pitaloka dikenang bukan hanya sebagai putri raja, tapi simbol kehormatan, kesetiaan, dan keberanian seorang wanita yang lebih memilih mati daripada menjadi alat politik.
“Bukan karena lemah ia gugur, tapi karena terlalu kuat menjaga harga diri.”
#perangbubat #jawa #sunda #majapahit #gajamada #kerajaan #sejarah
No comments:
Post a Comment