Hulptroepen, Pasukan Pribumi Yang Membantu Belanda Menumpas Pangeran Diponegoro
Hulptroepen adalah tenaga bantuan untuk memperkuat pasukan reguler Belanda dalam menghadapi pemberontakan rakyat.
Anggota Hulptroepen atau Pasukan Tulungan berasal dari kalangan pribumi, yang kerap dikerahkan Belanda untuk membantu menumpas perlawanan rakyat pribumi lainnya.
Hulptroepen pernah dikerahkan Belanda dalam sejumlah perang, salah satunya dalam Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830).
* Kiprah Hulptroepen
Hulptroepen atau hulptrupe adalah pasukan "pembantu tentara" bentukan Belanda, yang terdiri dari para pemuda lokal Indonesia. Pasukan ini membantu pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam sejumlah ekspedisi penaklukan pemberontakan rakyat.
Hulptroepen pada umumnya berasal dari wilayah Indonesia bagian timur, seperti Makassar, Minahasa, juga Bali. Ada pula Hulptroepen yang berasal dari Jawa dan Madura.
Dua perang besar yang pernah melibatkan Hulptroepen antara lain Perang Padri di Sumatera Barat (1803-1837) dan Perang Diponegoro di Jawa (1825-1830).
Kemenangan Belanda dalam Perang Jawa dan penangkapan Pangeran Diponegoro tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya Hulptroepen yang mendukung mereka. Sekitar 10 persen dari 15.000 Hulptroepen Belanda yang dikerahkan pada akhir Perang Jawa berasal dari Minahasa.
Pada 17 September 1829, Hulptroepen, sebuah pasukan yang bergerak cepat dan intelijen kolonial, bertempur dalam pertempuran penting terakhir mereka di Siluk, sebelah barat Yogyakarta. Konflik ini berakhir dengan kekalahan besar bagi Diponegoro. Mereka berlanjut di Sengir, Distrik Kokap, dan Kulon Progo.
Pada 21 September, Hulptroepen menyergap dan memenggal kepala Pangeran Ngabehi (Joyokusumo I), pemimpin senior pasukan Diponegoro, serta dua putranya, Joyokusumo II dan Raden Mas Atmokusumo.
Pada 11 November 1829, Pangeran Diponegoro disergap di dataran tinggi Gowong. Pangeran Diponegoro kemudian dikejar oleh lima unit Pasukan Gerak Cepat, yang sebagian besar berasal dari Minahasa.
Pangeran Diponegoro melakukan perjalanan dari Pegunungan Gowong ke Banyumas antara November 1829 dan Februari 1830.
Mereka akhirnya melacak Pangeran Diponegoro dan mengundangnya ke Magelang, Jawa Tengah, untuk merundingkan perdamaian dengan Jenderal de Kock.
Keberadaan Hulptroepen bahkan didokumentasikan dalam lukisan karya Raden Saleh dan Nicolaas Pieneman yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro.
Meski jarang disebut, keberadaan pemimpin Hulptroepen dari Minahasa, yakni Benjamin Thomas Sigar alias Tawjlin Sigar (1790-1879) dan Hermanus Willem
Para Hulptroepen terkenal akan kemampuannya yang luar biasa dalam situasi yang berbahaya dan menantang. Bahkan, pasukan ini dianggap memiliki keunggulan dari tentara kolonial sendiri, sebagai pasukan gerak cepat.
Keberadaan Hulptroepen masih ada selama periode kolonial berikutnya, ketika Belanda mendirikan KNIL. Dukungan penduduk lokal dalam militer Hindia Belanda berkontribusi pada sentimen kaum nasionalis terhadap anggota KNIL, yang sebagian besar berasal dari wilayah Indonesia bagian timur.
* Abror Subhi
Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment