29 July 2025

Potret Edi Pencetus Sound Horeg, Rela Tidak Tidur 1 Minggu Demi Ciptakan Suara Horeg , Biang Kerok Rusak Gendang Telinga Viralnya fenomena sound horeg di Indonesia, khususnya di Jawa Timur turut melambungkan nama seseorang yang dianggap punya andil dalam penemuan sound horeg. Dia adalah Edi Sound. Beberapa netizen mengunggah foto Edi Sound di media sosial baik X, Facebook, Instagram, maupun TikTok dengan caption sebagai penemu sound horeg. Nama Thomas Alva Edisound Horeg ini bisa dipastikan adalah julukan karena publik menilai jika Edi Sound adalah orang pertama yang menemukan sound horeg. Dari gang sempit hingga ke TikTok, Indonesia akhirnya punya penemu baru yang namanya layak disandingkan dengan tokoh-tokoh dunia. Sambutlah: Edi Sound, si jenius kampung yang sukses menciptakan teknologi suara legendaris bernama sound horeg—alat pemusnah ketenangan dan pelopor insomnia massal! Ya, betul. Kalau Thomas Alva Edison menemukan lampu dan menerangi dunia, maka Thomas Alva Edisound membuat dunia... bergetar, bukan karena cinta, tapi karena dentuman bas 130 dB yang bisa menggetarkan dada dan tembok rumah sebelah. Viral di Medsos: Dari Kabel Kusut Menuju Mahkota Digital Tak perlu gelar insinyur, cukup kabel berseliweran dan mixer seharga satu motor bebek. Itulah Edi Sound, pria bersahaja dengan wajah penuh kelelahan dan rambut yang lebih megar dari woofer. Netizen, dengan segala kreativitasnya, langsung memberi gelar penuh cinta: Thomas Alva Edisound. Sebuah bentuk penghormatan yang hanya bisa muncul di negeri +62, di mana absurditas dan kehormatan berjalan berdampingan. Postingan tentang Edi berseliweran di X, Facebook, Instagram, hingga TikTok. Warga maya seakan sepakat: ini bukan sekadar tukang sound, ini Bapak Sound Horeg Nasional. Kalau ada Museum Nasional Versi Meme, wajahnya pasti dipajang di pintu masuk. SAMmemed: Nama Suci Sang Peneror Pendengaran Di TikTok, Edi dikenal dengan nama SAMmemed. Bukan nama samaran mafia, tapi singkatan dari “Mas Memed”—simpel, nyeleneh, dan sangat ndeso. Namun jangan salah, dari balik akun ini lahir konten yang mengguncang dunia audio lokal, dari warung kopi sampai acara sunatan. Suaranya? Jangan tanya. Kalau kamu mendengar jantungmu berdetak dua kali lipat dan burung di pohon terbang kalang kabut, itu tandanya Edi Sound sedang beraksi di radius 1 kilometer dari posisimu. Dengan kekuatan mencapai 130 desibel, sound horeg resmi masuk kategori “alat berat bersuara”. Untuk kamu yang belum paham: 130 dB itu sudah level suara mesin jet atau petasan yang dibakar dalam ruang tamu. Ini bukan hiburan, ini pernyataan perang terhadap ketenangan lingkungan! Dampaknya? Telinga bisa rusak permanen—karena ternyata gendang telinga bukan dibuat untuk joget bersama tweeter. Tinnitus pun hadir, membawa soundtrack berdenging yang tak kunjung usai, seperti mantan yang belum move on. Dada bergetar bukan karena rindu, tapi karena tekanan gelombang suara. Bonus: rumah sebelah ikut retak-retak karena getaran bass 18 inch. Suara Horeg, Ekosistem Terguncang Edi Sound atau Thomas Alva Edisound disebut sebagai penemu Sound Horeg. [X] Dan jangan lupakan para korban tak bersuara: hewan peliharaan dan satwa liar. Burung migrasi salah arah, kucing trauma, anjing menggonggong tanpa sebab. Bahkan tikus pun tak betah dan pindah kontrakan. Sementara itu, para orang tua, bayi, dan pekerja malam yang ingin tidur harus pasrah. Hajatan dengan sound horeg adalah pengingat bahwa di negeri ini, hak tidur adalah kemewahan, bukan kebutuhan. Ritual Agung Sang Maestro Dalam setiap video, Edi Sound tampak seperti sedang mengadakan ritual sakral. Tangan menari di atas mixer, mata penuh fokus, dan ekspresi khusyuk seolah sedang merakit roket ke Mars. Tapi jangan salah sangka, yang dia rakit bukan roket—tapi bom suara skala RT-RW. Gengsi: Bahan Bakar dari Segala Kekacauan Akustik Mengapa masih banyak yang pakai sound horeg meski telinga nyaris copot? Jawabannya: gengsi. Karena di banyak tempat, pesta tanpa suara menggelegar dianggap tak sah. Tak peduli tamu tak bisa ngobrol, yang penting gorden rumah tetangga bisa ikut joget. Regulasi? Mohon Maaf, Sedang Tidak Bersuara Meski sudah ada aturan kebisingan, sayangnya regulasi ini sering kalah dengan “kencangnya” budaya sound horeg. Laporan warga biasanya hanya berakhir di chat grup RT, atau dilempar ke group WA keluarga dan dianggap curhat biasa. Tak ada sanksi, tak ada pengawasan. Yang ada hanya harapan: semoga Edi Sound tidak punya jadwal tampil dekat rumah minggu ini. Sumber dari Indopop.id: https://indopop.id/biodata-edi-sound-pencetus-sound-horeg-biang-kerok-rusak-gendang-telinga

 Potret Edi Pencetus Sound Horeg, Rela Tidak Tidur 1 Minggu Demi Ciptakan Suara Horeg , Biang Kerok Rusak Gendang Telinga



Viralnya fenomena sound horeg di Indonesia, khususnya di Jawa Timur turut melambungkan nama seseorang yang dianggap punya andil dalam penemuan sound horeg. Dia adalah Edi Sound.


Beberapa netizen mengunggah foto Edi Sound di media sosial baik X, Facebook, Instagram, maupun TikTok dengan caption sebagai penemu sound horeg.


Nama Thomas Alva Edisound Horeg ini bisa dipastikan adalah julukan karena publik menilai jika Edi Sound adalah orang pertama yang menemukan sound horeg.


Dari gang sempit hingga ke TikTok, Indonesia akhirnya punya penemu baru yang namanya layak disandingkan dengan tokoh-tokoh dunia. Sambutlah: Edi Sound, si jenius kampung yang sukses menciptakan teknologi suara legendaris bernama sound horeg—alat pemusnah ketenangan dan pelopor insomnia massal!


Ya, betul. Kalau Thomas Alva Edison menemukan lampu dan menerangi dunia, maka Thomas Alva Edisound membuat dunia... bergetar, bukan karena cinta, tapi karena dentuman bas 130 dB yang bisa menggetarkan dada dan tembok rumah sebelah.


Viral di Medsos: Dari Kabel Kusut Menuju Mahkota Digital

Tak perlu gelar insinyur, cukup kabel berseliweran dan mixer seharga satu motor bebek. Itulah Edi Sound, pria bersahaja dengan wajah penuh kelelahan dan rambut yang lebih megar dari woofer. Netizen, dengan segala kreativitasnya, langsung memberi gelar penuh cinta: Thomas Alva Edisound. Sebuah bentuk penghormatan yang hanya bisa muncul di negeri +62, di mana absurditas dan kehormatan berjalan berdampingan.


Postingan tentang Edi berseliweran di X, Facebook, Instagram, hingga TikTok. Warga maya seakan sepakat: ini bukan sekadar tukang sound, ini Bapak Sound Horeg Nasional. Kalau ada Museum Nasional Versi Meme, wajahnya pasti dipajang di pintu masuk.


SAMmemed: Nama Suci Sang Peneror Pendengaran

Di TikTok, Edi dikenal dengan nama SAMmemed. Bukan nama samaran mafia, tapi singkatan dari “Mas Memed”—simpel, nyeleneh, dan sangat ndeso. Namun jangan salah, dari balik akun ini lahir konten yang mengguncang dunia audio lokal, dari warung kopi sampai acara sunatan.


Suaranya? Jangan tanya. Kalau kamu mendengar jantungmu berdetak dua kali lipat dan burung di pohon terbang kalang kabut, itu tandanya Edi Sound sedang beraksi di radius 1 kilometer dari posisimu.


Dengan kekuatan mencapai 130 desibel, sound horeg resmi masuk kategori “alat berat bersuara”. Untuk kamu yang belum paham: 130 dB itu sudah level suara mesin jet atau petasan yang dibakar dalam ruang tamu. Ini bukan hiburan, ini pernyataan perang terhadap ketenangan lingkungan!


Dampaknya?

Telinga bisa rusak permanen—karena ternyata gendang telinga bukan dibuat untuk joget bersama tweeter.


Tinnitus pun hadir, membawa soundtrack berdenging yang tak kunjung usai, seperti mantan yang belum move on.


Dada bergetar bukan karena rindu, tapi karena tekanan gelombang suara. Bonus: rumah sebelah ikut retak-retak karena getaran bass 18 inch.


Suara Horeg, Ekosistem Terguncang


Edi Sound atau Thomas Alva Edisound disebut sebagai penemu Sound Horeg. [X]


Dan jangan lupakan para korban tak bersuara: hewan peliharaan dan satwa liar. Burung migrasi salah arah, kucing trauma, anjing menggonggong tanpa sebab. Bahkan tikus pun tak betah dan pindah kontrakan.


Sementara itu, para orang tua, bayi, dan pekerja malam yang ingin tidur harus pasrah. Hajatan dengan sound horeg adalah pengingat bahwa di negeri ini, hak tidur adalah kemewahan, bukan kebutuhan.


Ritual Agung Sang Maestro

Dalam setiap video, Edi Sound tampak seperti sedang mengadakan ritual sakral. Tangan menari di atas mixer, mata penuh fokus, dan ekspresi khusyuk seolah sedang merakit roket ke Mars. Tapi jangan salah sangka, yang dia rakit bukan roket—tapi bom suara skala RT-RW.


Gengsi: Bahan Bakar dari Segala Kekacauan Akustik


Mengapa masih banyak yang pakai sound horeg meski telinga nyaris copot?


Jawabannya: gengsi. Karena di banyak tempat, pesta tanpa suara menggelegar dianggap tak sah. Tak peduli tamu tak bisa ngobrol, yang penting gorden rumah tetangga bisa ikut joget.


Regulasi? Mohon Maaf, Sedang Tidak Bersuara


Meski sudah ada aturan kebisingan, sayangnya regulasi ini sering kalah dengan “kencangnya” budaya sound horeg. Laporan warga biasanya hanya berakhir di chat grup RT, atau dilempar ke group WA keluarga dan dianggap curhat biasa.


Tak ada sanksi, tak ada pengawasan. Yang ada hanya harapan: semoga Edi Sound tidak punya jadwal tampil dekat rumah minggu ini.


Sumber dari Indopop.id: https://indopop.id/biodata-edi-sound-pencetus-sound-horeg-biang-kerok-rusak-gendang-telinga

No comments:

Post a Comment