Ebiet G Ade, nama aslinya Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far 1954, lahir di Wanadadi, Banjarnegara. Semasa muda merantau ke Yogyakarta dan disana ia banyak bergumul dengan seniman seniman Yogya saat itu.
Tahun tahun pergumulannya di Malioboro adalah antara tahun 1971 sampai dengan 1979, ia amat menyukai puisi tapi ia tidak bisa seperti WS Rendra yang mampu membaca puisi dengan daya getar yang tinggi, Ebit G Ade membaca puisi dengan petikan gitar disaat itulah ia menemukan daya hidup puisi yang ia tulis...
Ebiet G Ade, bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib sejak muda, mereka berdua adalah dedengkot Malioboro dibawah kekuatan mistikal narasi Umbu Landu Paranggi, Ebiet memilih jalan hidupnya sebagai penyanyi...
Dan ia besar jadi penyanyi, awalnya ia banyak menulis lagu tentang penderitaan dan bencana, Di bulan Juni 1978, ia menulis " Berita Kepada Kawan " setelah bencana gas beracun di Dataran Tinggi Dieng. Pada tahun 1981, ia menulis " Sebuah Tragedi 1981 " mengenai tenggelamnya KMP Tampomas II di Kepulauan Masalembu. Setelah letusan Gunung Galunggung pada 1982, ia menulis " Untuk Kita Renungkan ". Lagu " Masih Ada Waktu " juga didasarkan saat kejadian kecelakaan kereta api Bintaro.
Ada juga lagu kenangan yang membuat hati selalu gemetar bila mendengar lagu Ebiet seperti lagu : "Titip Rindu Buat Ayah" lagu lagu Ebiet G Ade amat populer di tahun 80-an, bahkan sampai saat ini masih banyak orang menyanyikannya.
Nama Ebiet dari gurunya, saat itu ia kursus bahasa Inggris, kebetulan gurunya adalah native speaker dari Inggris yang memanggilnya Ebiet dari Abid, biasalah orang Inggris kan bilang A jadi E, disinilah nama Ebiet bermula, begitu juga dengan kata A ADE, singkatan dari Ghoffar dan ADE kependekan dari nama ayahnya Aboe Dja'far...
Rumah Ebiet ada di Ciganjur dan menghadap taman DKI Tabebuya yang indah, rumahnya pas turunan Herman Susilo dan di tahun 80-an, rumah ebiet kerap jadi seruan kenek Mikrolet M 20, "Ebiet...ebiet... kiri"
Lagu lagu Ebiet amat puitis, karena memang bila ia mencipta lagu, biasanya ia menulis puisi dulu lalu diramu dengan petikan gitar.
Kalimat lagu lagunya amat puitis, seperti kata ini :
Ijinkanlah ku kecup keningmu
bukan hanya ada di dalam angan
esok pagi, kau buka jendela
'kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu, aku mulai bosan
bercumbu dengan bayang-bayang
bantulah aku temukan diri,
menyambut pagi, membuang sepi...
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment