Bedhah Madiun: Trah Pangeran Timur yang Menurunkan Sunan Jawi Leluhur Raja-raja Jawa
Terlahir dengan nama Pangeran Maskumambang, Pangeran Timur adalah putra bungsu dari Sultan Trenggono, Raja Kasultanan Demak.
Pangeran Maskumambang, yang kemudian bergelar Panembahan Ronggo Djoemeno lahir dari ibu bernama Kanjeng Ratu Pembayun, putri Sunan Kalijaga. Nama Pangeran Timoer didapat setelah Pangeran Maskumambang menikah dengan putri Pangeran Sekar Sedo Lepen yang bergelar Ratu Timur.
Pangeran Timoer diangkat sebagai Bupati Purabaya, nama Madiun jaman dulu, oleh Sultan Hadiwijaya, raja Pajang atau Jaka Tingkir (Mas Karebet) dengan gelar Panembahan Mas. Disematkan gelar Mas, karena sang kakak Kanjeng Ratu Mas Cempaka menjadi garwa permaisuri Sultan Pajang tersebut.
Pangeran Timur memerintah wilayah Purabaya (Kabupaten Madiun) selama 18 tahun, sejak 1568 hingga 1586.
Dari pernikahannya dengan Ratu Timur, Pangeran Timur dikaruniai anak bernama Raden Ayu Retno Dumilah, yang kelak mengantikan sebagai bupati perempuan di Purabaya. Retno Dumilah kemudian menikah dengan Panembahan Senopati atau pendiri sekaligus Raja Mataram Islam setelah keduanya terlibat perang terlebih dahulu.
Selain Retno Dumilah, pernikahan Ratu Timur dan Pangeran Timur juga menurunkan anak masing-masing bernama Raden Mas Lontang Hirawan, Raden Balap, Panembahan Hawuryan, Raden Ajeng Sulah, Raden Haryo Sumantri, dan Raden Haryo Kanoman.
Sedangkan dari garwa Pangrembe menurunkan di antaranya Raden Ayu Semi ing Kalinyamat, Raden Ayu Pengulu, Pangeran Adipati Atmowijaya, Raden Ayu Winongan, dan Raden Mas Kaputran. Lalu, Raden Ayu Pandam, Panembahan Hawuryan, Raden Ayu Pasangi, Raden Mas Tangsang Hurawan, Raden Mangkurat Wiryawan ing Madiun, Raden Ayu Pamegatan, Raden Kakap, dan Raden Haryo Paningron.
Dalam sejarahnya, awalnya Madiun merupakan daerah bawahan Kerajaan Pajang. Namun, setelah Pajang runtuh Madiun mulai memikirkan nasibnya sendiri. Secara bersamaan, Mataram di bawah Panembahan Senopati mulai berusaha memperluas daerah kekuasaannya dengan mempersatukan kembali daerah kekuasaan Pajang.
Hingga akhirnya Madiun berhasil menjadi bagian wilayah di bawah Mataram setelah Panembahan Senopati menikahi putri sulung Panembahan Timur, Raden Ayu Retno Dumilah. Namun, sebelum pernikahan keduanya terjadi, Retno Dumilah sempat memimipin pasukan melakukan perlawanan terhadap prajurit Mataram yang menyerbu Purabaya.
Pertempuran berlangsung sangat sengit. Perlawanan rakyat Madiun terhadap Mataram juga dituangkan dalam tarian yang berjudul "Bedhah Madiun".
* Panembahan Senopati dan Retno Dumilah
Dari pernikahan Panembahan Senopati dan Retno Dumilah dikaruniai anak bernama Panembahan Juminah.
Panembahan Juminah mempunyai saudara, Panembahan Hadi Hanyokrowati yang menjadi Sultan Mataram menggantikan Panembahan Senopati. Panembahan Hanyokrowati adalah ayah Sultan Agung. setelah Panembahan Hanyokrowati wafat, Panembahan Juminah menikah dengan Ratu Mas Adi (istri Panembahan Hanyokrowati), jadi Panembahan Juminah adalah paman sekaligus ayah tiri Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Pernikahan Panembahan Juminah dan Ratu Mas Adi kemudian menurunkan Pangeran Balitar. Kelak cucu Pangeran Balitar menjadi Bupati Madiun dan menikah dengan Pangeran Puger. Setelah Pangeran Puger menjadi Raja Mataram Kartasura bergelar Sunan Pakubuwana I, istrinya bergelar Kanjeng Ratu Mas Balitar.
Dari pernikahan tersebut menurunkan Sunan Amangkurat IV atau dikenal sebagai Sunan Jawi yang memerintah pada tahun 1719-1726.
Amangkurat IV adalah susuhunan Mataram ke 8 yang kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja Jawa atau bapak wangsa Mataram. Hal itu karena Amangkurat IV telah menurunkan trah yang kemudian berkuasa di Kasultanan Surakarta dan Yogyakarta sampai sekarang.
* Abror Subhi
Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment