12 March 2019

Tentang Sejarah Magelang - KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU

MAGELANG TEMPO DOELOE:
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU 


Oleh : Bagus Priyana

Pada 21 Desember 1948 pukul 21.00 wib, tentara Belanda memasuki dan menduduki Kota Magelang. Para pelukis yang mengungsi di wilayah Bandongan, tetap melanjutkan aktivitasnya yakni membuat poster-poster perjuangan. Setiap seminggu sekali, poster-poster itu diambil oleh pasukan republik dari Komando distrik di bawah komando Kapten Abdulhadi.
Meski cuma membuat poster-poster perjuangan, tetapi para pelukis membuatnya dengan sangat hati-hati jangan sampai ketahuan oleh patroli Belanda. Pernah patroli Belanda ini masuk ke tempat kerja pelukis Soewito, tetapi Alhamdulillah masih diberi keselamatan oleh Tuhan YME.
Dengan segala keuletan dan semangat seluruh anak bangsa, baik melalui perjuangan fisik maupun diplomasi, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia.
Pada 17 Desember 1949, Belanda menyerahkan kekuasaan Magelang kepada Republik Indonesia dengan meninggalkan Magelang. Dengan demikian, tentara Indonesia dan segenap pejuang serta rakyatnya meninggalkan daerah pengungsian dari pedesaan di luar kota, dan kembali ke rumahnya masing-masing di wilayah kota Magelang.
Masuk dan kembalinya para tentara, pejuang dan masyarakat ke kota Magelang, dikenal dengan sebutan "Victorie Terugtocht" dan oleh pelukis Soewito peristiwa ini diabadikan dalam goresan cat di atas kanvas dan diberi judul "MAGELANG KEMBALI".
Dalam lukisan "MAGELANG KEMBALI" ini terlihat rombongan para pejuang dengan membawa senjata memasuki kota dari arah selatan menuju ke utara. Terlihat di latar belakang adalah reruntuhan sekolah Zuster Franciscannes atau Zusteran yang kini menjadi SMP Tarakanita di Jl. Akhmad Yani utara Aloon-aloon. Terlihat banyak masyarakat menyambut para pejuang, berdiri di pinggir jalan berdekatan dengan rel kereta api.
Kini, lukisan "MAGELANG KEMBALI" ini terpasang di ruangan di Museum Jenderal Sudirman di Badaan. Sayangnya, kondisi lukisan sangat memprihatinkan. Terjadi kerusakan pada bagian bawah kanvas.
Pada HUT ke 5 RI 17 Agustus 1950, diadakanlah gelaran pasar malam di Aloon-aloon Kota Magelang. Hal ini mendorong para pelukis dan pematung untuk mengadakan pameran di pasar malam tersebut. Para seniman yang ikut serta adalah pelukis S. Prapto, Sayogo, K. Soengkono, Soenaryo, Djoedi Hartono, Tan Bok Tjwan dan Soewito.
Sedangkan dari pematung adalah Kusnadi, Saptoto (Jogja) dan K. Soengkono (Magelang).
Ketika Presiden Mesir berkunjung ke Magelang, sebuah lukisan berjudul "Merapi Meletus" karya Soewito, dihadiahkan oleh Residen Kedu saat itu, Muchammad Saleh.
Pada 7 Mei 1963, atas permintaan Residen Kedu, Mochammad Saleh, diselenggarakan pameran lukisan di kediaman residen Kedu. Pameran ini untuk menyambut peserta Conferensi Asian African Journalist yang berkunjung di Magelang. Karya yang dipamerkan merupakan karya dari Oesman S., S. Prapto, K. Soengkono, Soenaryo, Tan Bok Tjwan, Sayogo dan Soewito.
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment