12 March 2019

Tentang Sejarah Magelang - KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU


MAGELANG TEMPO DOELOE:
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU 

Oleh _ Bagus Priyana

MASA REVOLUSI FISIK (1945-1949)
Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno Hatta, pergolakan merembet ke daerah-daerah hingga ke Magelang.
Perlawanan terhadap Jepang terjadi di penjuru kota. Insiden yang terkenal adalah perobekan pamflet merah putih di Hotel Nitaka, pengibaran bendera merah putih di Tidar, peristiwa dapur umum di Tulung, dll.
Mulai 1 Januari 1946, ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Jogja. Kantor Gubernur Jawa Tengah berpindah dari Semarang ke Magelang pada 24 Januari 1946 yaitu di gedung Residen Kedu. Gubernur Jawa Tengah saat itu ialah Mr. Wongsonegoro.
Perjuangan dilakukan oleh semua pihak, baik oleh tentara republik, rakyat yang bergabung dengan kelaskaran, para pelajar dan para seniman. Jika para tentara berjuang dengan senjata, maka para seniman melakukan perjuangan melalui karya-karya coret-coret dan poster yang membangkitkan nasionalisme.
Para pelukis-pelukis saat itu seperti Soekotjo, Djoedi Hartono, Ribut dan dibantu oleh Soewito serta para pelajar, membuat coret-coret di berbagai tembok-tembok strategis kota untuk membangkitkan semangat juang melawan penjajah Jepang dan Inggris.
Pada 17 Agustus 1946, para pelukis Magelang menyelenggarakan pameran bersama untuk menyambut HUT ke 2 RI yang bertempat di Gedung GAPENI Magelang.
Pada Maret 1947, para pelukis seperti Soekardjono, S. Prapto dan Soewito diminta oleh Kepala Djawatan Penerangan (Djapen) Karesidenan Kedu saat itu, Tartip, untuk mendirikan studio poster penerangan. Studio itu didirikan di sebuah rumah di Jl. Pungkuran (sudah dibongkar, kini menjadi SMA Kristen 1 Jl. Veteran).
Saat itu, banyak pelajar SMA yang berbakat membantu melukis poster perjuangan dan penerangan dengan sistem teknik sablon. Poster-poster ini dikirim ke front depan dan ke wilayah Kedu.
Untuk menyambut HUT ke 3 RI, pada 17 Agustus 1948 diadakanlah pameran para pelukis seperti kota Magelang di gedung Pancawarsa.
Pada 21 Juni 1947, Belanda melakukan agresi militer I dan bumi hangus di Magelang dipersiapkan. Pada 17 Oktober 1947, Departemen Penerangan RI mengadakan konferensi Penerangan di Magelang. Saat itu para pelukis mengadakan pameran di Studio Poster, di mana Presiden Soekarno dan Menteri Penerangan Dr. Ruslan Abdulgani berkesempatan berkunjung di pameran itu.
Pada Februari 1948, para pelukis diminta oleh Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro untuk menyelenggarakan pameran lukisan guna menyambut kedatangan missie Komisi Tiga Negara (KTN) di Magelang. Pameran tersebut diadakan di gedung rumah dinas Gubernur Jawa Tengah (gedung Residen Kedu). Ada sekitar 60 lukisan yang ditampilkan, seperti karya Kinsen Mori, Tan Bok Tjan, S. Prapto, Djoedi Hartono dan Soewito.
Pada 20 Agustus 1948, Kongres Kebudayaan Indonesia yang pertama dilakukan di Kota Magelang dengan ketua penyelenggara yaitu Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah). Lokasi kongres di 3 tempat, yakni pembukaan oleh Presiden Soekarno di pendopo Kabupaten Magelang (kini Pendopo BPLK Jl. Aloon-aloon Utara), Panti Perri (eks Bioskop Alhambra, utara Bank BNI Jl. Pahlawan) dan di Pendopo gubernuran (pendopo Residenan Kedu).
Selain kongres, diadakan juga pameran seni rupa di gedung Sekolah Guru Negeri (SGN) di Aloon-aloon Selatan (kini menjadi Polres Magelang Kota). Karya seni rupa yang dipamerkan berupa lukisan dan patung karya dari seniman Magelang dan Jogjakarta.
(Bersambung)

Sumber :
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf

No comments:

Post a Comment