23 March 2010

Tentang Sejarah Magelang - KISAH STUDIO FOTO & TUKANG POTRET

Oleh : Bagus Priyana
MAGELANG TEMPO DOELOE:
KISAH STUDIO FOTO & TUKANG POTRET (5 - HABIS)
SENJA KALA STUDIO FOTO
Di sekitar tahun 1970 hingga awal 1990-an, dunia studio foto di kota Tidar ini sedemikian maraknya. Tercatat di sepanjang ruas Jl. Pemuda Pecinan ada beberapa studio foto, misalnya Artha Foto Jl. Pemuda, Yuki Foto di Jl. Sriwijaya, Studio Tepat, Bagus, Kawan, dll. Agak sedikit ke utara ada Abadi, Studio Poncol dan Konica di depan Bioskop Magelang Theater. Agak ke barat di depan Gereja Ignatius ada Whana Foto, di Bayeman ada Prima Foto. Selain sebagai tempat pemotretan, di studio foto juga menjual kelengkapan foto seperti film, album foto, pigura, kamera, dll. Ukuran roll filmpun bermacam-macam, misalnya isi 24 ataupun isi 36 film, tergantung kebutuhan si pemakai. Kadang jika pemotret tidak cermat dan berhati-hati, ada film yang 'kobong'. Tentu teramat sayang jika ada yang seperti itu.
Belum termasuk tukang potret keliling dan tukang jasa cetak foto dengan klise (negatif film) di kampung-kampung dan gerobak kaki lima. Biasanya, 2 jenis tukang jasa ini biasa bekerja sama atau merangkap antara memfoto dan mencetak foto. Jika penjual jasa cetak foto memakai gerobak, maka di dalam gerobaknya terdapat 'kamar gelap' untuk mencetak foto dan lampu petromax untuk pengering hasil cetakan fotonya. Dulu di depan Bioskop Kresna masih kita temui penjual jasa cetak foto dengan gerobak.
Untuk yang menerima jasa cetak foto, pada depan rumah atau warungnya tertulis "Terima jasa cetak foto hitam putih/berwarna". Yang paling banyak adalah cetak pas foto alias ukuran dada ke atas untuk kelengkapan pembuatan KTP. Misalnya ada yang ukuran 2x3, 3x4, 4x6 dan seterusnya.
Jika ingin dicetak kilat maka harganya 2 kali lipat dari harga biasa. Yang kilat bisa sehari jadi, yang biasa bisa 1 minggu lamanya. Ini berlaku juga di studio foto, makin cepat makin mahal. Keunikan pada pas foto adalah pada tepi foto bentuknya bergerigi, benar-benar khas.
Seiring perkembangan jaman, di tahun 1990-an dikenal dengan foto polaroid atau foto kilat berisi 4 foto. Jadi jika ingin foto pas foto, dengan polaroid ini bisa lebih cepat dan hasilnya memuaskan. Bukan hanya foto hitam putih saja, berwarna pun juga bisa. Masyarakat benar-benar dimanjakan dengan jenis layanan ini. Studio fotopun berusaha menawarkan dan meningkatkan layanannya, salah satunya adalah ukuran foto. Selain menerima cetak foto dalam ukuran kecil seperti pas foto, juga ada ukuran 3R, 4R, 6R hingga 30R atau lebih. Ukuran seperti ini yang tidak ada di tukang jasa cetak foto kelas kampung.
Yuki Foto, Artha Foto, Tepat, Prima Foto, Kawan, Studio Poncol dan Abadi adalah salah satu contoh studio foto yang hingga kini tetap eksis melayani masyarakat. Gempuran jaman dengan kemajuan teknologi rupanya benar-benar bagai tsunami bagi studio foto. Kemudahan memfoto melalui smartphone telah meluluhlantakkan dunia studio foto. Tak sedikit yang gulung tikar, tak sedikit pula yang mampu bertahan meski harus gelap terang bagai lampu penerang studio foto.
Di sisi lain, kesuraman dunia studio foto memancing kreativitas untuk melayani masyarakat melalui diversifikasi produk & layanan. Studio foto tidak lagi hanya menunggu order tetapi juga harus pintar-pintar mencari konsumen. Misalnya saja pemotretan untuk acara pernikahan/wedding, reuni, dll.
Studio foto bagai menghadapi senja kala di dunia fotografi, meski dunia fotografi semakin maju dengan kecanggihan teknologi dan 'meleknya' masyarakat terhadap fotografi.
Jaman menuntut perubahan, dan studio foto pun harus pandai menyesuaikan diri jika tidak ingin digulung oleh kemajuan jaman itu sendiri.
(Habis)
Komentar

No comments:

Post a Comment