26 May 2012

Gagap

Saya yakin seratus persen, pada suatu ketika, kita pasti diberi tugas mendadak tanpa ada persetujuan dan kehendak dari kita untuk menyelesaikan tugas tersebut dikarenakan memang itu bukan pekerjaan kita. Kemampuan atau skill tertentu memang harus kita miliki dan pahami, yang tentunya kemanfaatannya tidak bisa langsung kita nikmati, namun kegunaannya sangat bermanfaat pada waktu-waktu yang mendadak dan tidak bisa kita tolak untuk tidak menerimanya. Kemampuan sederhana, seperti : mengoperasionalkan komputer, menguasai secara sederhana program-program software komputer, kebisaan mengemudikan sepeda motor atau mobil, memahami ilmu kesehatan praktis, mendalami secara praktis kelistrikan, penguasaan membuat adonan makanan praktis, dan berbagai pengetahuan praktis lainnya. Kegagapan serta ketidakmampuan mengelola kemampuan serta keahlian pengetahuan akan berdampak menjadikan seseorang akan bingung berbuat apa ketika pada suatu waktu dituntut untuk menjadi bisa. Gagap terhadap pengetahuan bisa diatasi dengan berbagai solusi alternatif, misalnya : membaca berbagai literatur, mengadopsi pengetahuan praktis, bertukar informasi, menghadiri berbagai acara yang memungkinkan terjadinya barter data dan pengetahuan. Jangan malu untuk selalu menggali berbagai pengetahuan yang akan memperkaya khasanah pemikiran otak kita.

15 May 2012

Pilih Dia

Dalam siklus kehidupan manusia, manusia dihadapkan pada tahapan tahapan yang harus dilalui, dan setiap orang akan melalui jalannya sendiri-sendiri yang tidak mungkin sama antara yang satu dengan yang lain. Berbagai problem yang dihadapi, membutuhkan penyelesaian yang tidak sama dan harus berbeda solusi penyelesaiannya. Berbagai kecenderungan akan muncul pada setiap fase kehidupan, dan ini akan memperkaya akal pada diri manusia sebagai bentuk struggle of life. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia diwajibkan memiliki pilihan (choice). Pilihan ini merupakan suatu hal yang menjadi keharusan melekat pada diri manusia. Mau tidak mau, suka tidak suka, manusia harus menentukan pilihan kemana dia harus melangkah, jalan apa yang harus ditempuh, alat apa yang harus dibawa dalam mengaruhi bahtera kehidupan, orang macam apa yang harus dipercaya dalam menemani dalam keadaan susah maupun senang. Kadang pilihan yang sudah dijatuhkan tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang pilihan yang sudah ditetapkan bersebarangan dengan angan dan cita yang sudah diimpikan. Namun ada juga pilihan yang tidak sesuai harapan, justru dirasakan sebagai berkah dalam kehidupan karena begitu menyenangkan, bengitu memudahkan perjalanan dalam hidupnya. Hidup memenag misteri, demikian juga pilihan untuk bertahan hidup menjadi suatu yang lebih misterius untuk dianalisa dengan akal manusia.

11 May 2012

Manusia Pinggiran

Awal Oktober 2009, tangisan bersaut-sautan di tanah Minang. Rumah-rumah kokoh yang dibangun dengan dana jutaan, luluh lantak rata dengan tanah. Bukit-bukit yang perkasa, lumer menerjang apa saja yang bisa diterjang. Jiwa-jiwa tercerabut dari raga menuju keharibaan Sang Pencipta. Tua-muda, laki-perempuan, menceracau tak karuan ketika gedebum langit-langit rumah pada runtuh menubruk bumi. Harta benda yang dipendam bertahun-tahun, hilang musnah dalam sekejab. Penguasapun tak dapat berbuat apa-apa menghadapi kemurkaan alam. Pemuda gagahpun seketika menjadi banci yang meraung-raung menangis, entah menangisi apa. Wanita cantikpun seketika menjadi nenek jompo yang tidak tahu mau lari kemana menghadapi keganasan alam. Anak-anak masih asyik bermain ketika bencana alam itu memenggal keceriaan mereka. Benar, alam murka tanpa pernah memandang kepada siapa ia mengharu biru kehidupan.

Para penguasa dengan lagak wibawa dan mulut berbusa-busa menerangkan berbagai metode menghadapi murka alam, padahal mereka sendiri takut setengah mati apabila mereka sendiri yang tertimpa musibah karena apa yang mereka sampaikan pada khalayak tidak lebih dari “bualan sampah”. Mereka sendiri sebenarnya “loyo”, tak tahu mau berbuat apa dan bingung mau berbuat apa. Dasar pengecut, sontoloyo, maunya ingin didengar omongannya dan dituruti semua keinginannya ………………….. Bertobatlah Para Penguasa, mumpung murka alam belum menjemputmu !!!!.

Para pengusaha berlagak alim dengan mendermakan hartanya, padahal hatinya gelisah dan takut hartanya berkurang, dasar munafik….. Maunya namanya berkibar-kibar diatas tumpukan jasad dalam reruntuhan bangunan, moga-moga mendapat keuntungan dalam suasana duka……….. Sudah tahu Saudaranya tertimpa musibah, malah tega menari-nari dan berfoya-foya di hotel berbintang untuk mendapatkan kenikmatan hidup yang hanya sekejap.

Pegawai Berseragam, Aktifis, Tukang Becak, Kuli Bangunan, Kernet, Sopir, Pelacur, Pendeta, Pak Kyai, Romo, Para Bhiksu, Politisi, Pejabat, Pedande, Germo, Dosen, Guru, Lurah, Preman, Copet, Garong, Peragawan-Peragawati, Siswa-Mahasiswa, Petani, Nelayan, ……. sambil makan makanan lezat dan minum minuman menyegarkan, matanya menatap tajam tayangan mengharukan dilayar gelas dan telinganya mendengarkan ceracau penyiar yang memberitakan penderitaan korban bencana. Bahan diskusi menjadi bertambah, rentang waktu diskusi juga bertambah lama, ………………… dan mereka asyik bercengkerama dengan keluarga sambil melihat jalan terbelah, gedung-gedung miring menunggu ambruk, para korban yang lemah lunglai di tenda-tenda pengungsian.

Alam murka karena ulah manusia. Harmonisasi kehidupan yang indah dirusak oleh tabiat manusia. Polah manusia sudah berakulturasi dengan tingkah binatang. Bapak menghamili anak. Ibu berzina dengan anaknya. Tua-muda pake ganja, sabu-sabu, narkotika, dan zat adiktif lainnya. Korupsi yang udah menjadi budaya. Prostitusi menjadi gaya hidup. Budaya buka baju menjadi mode. Kebohongan menjadi landasan hidup. Tipu-menipu adalah kewajiban. Hukum tidak menjadi panglima, Kasih Uang Habis Perkara (KUHP). Penegak hukum menjadi perusak hukum. Kriminalisasi merambah setiap lini kehidupan. Beranak-pinaknya pembalak liar, perusak lingkungan dan cukong-cukong perusak alam. Kolusi berkembang biak. Nepotisme dimana-mana. Pengangguran dan kejahatan bergandengan tangan. Kemiskinan dan kesenjangan menjadi proyek. Gosip menjadi tuntunan. Isu-isu miring menjadi komoditi.

Akibatnya bencana alam bertubi-tubi melanda negeri kita. Kita tidak pernah belajar dari pengalaman dan menjadi pelupa bahwa bencana alam tidak pernah mengenal dimensi (alam dan manusia merupakan satu dimensi). Ketika Gunung Agung di Bali, Gunung Krakatau di Selat Sunda, Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Merapi di Perbatasan Jogja-Magelang, Gunung Galunggung di Jawa Barat meletus dan menelan banyak korban, kita tersentak dan baru mengingat Allah. Namun bulan-bulan selanjutnya kita melupakan Allah dan kita melakukan lagi hal-hal yang dimurkai Allah tanpa pernah merasa bersalah dan melupakan tragedi yang pernah terjadi.
Ketika kita asyik memanjakan kenikmatan dunia, kita disentakkan oleh tsunami di Aceh. Barulah Allah disebut-sebut nama-Nya untuk dimintai pertolongan. Namun, apa yang terjadi kemudian, Allah ditinggalkan lagi dan manusia lebih senang bergaul dengan kehidupan duniawi yang melenakan.
Peristiwa itu berulang lagi, dengan terjadinya bencana banjir di Situ Gintung, semburan lumpur Lapindo, gempa bumi di Jawa Barat, Bencana Gempa Bumi 7,6 SR di Sumatra Barat.
Masihkah kita akan meninggalkan Allah..................................
Tidak takutkah kita akan murka alam.......................................
Pilihan dipundak anda sekalian.................................................
Allah Tidak Pernah Tidur

Kejedhot Lagi

Bila dipikir-pikir, apa sich enaknya dikejar dead line pekerjaan yang harus dirampungkan. Kebiasaan belajar begadang, wayangan, mungkin salah satu sebab mengapa ketika sudah memasuki dunia kerja, attitude yang jelek itu masih kebawa-bawa. Ketika melaksanakan meeting, sepertinya dengan mudah menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan dan semudah itu menetapkan tanggal serta waktu pelaksanaan. Dalam angan dan pikiran, ah waktunya masih lama dan mudah untuk dikerjakan. Sampai rumahpun dengan pikiran enteng, ah pasti bisa dan mudah untuk dikerjakan dengan sambil lalu. Jam berjalan, haripun berlalu, deadline pekerjaan itupun semakin mendekat. Bukan dikerjakan, malah asyik dengan berbagai lamunan dan berselancardi dunia maya menghabiskan waktu, tanpa sempat memikirkan tugas utama yang harus diselesaikan di depan mata. Nah loe, giliran udah batas limit 12 jam dikejar pekerjaan untuk kejar tayang, baru tahu sudah terlena dengan berbagai aktifitas yang sebetulnya kalau dibagi sesuai perencanaan, pastinya pekerjaan itu sudah selesai 5 hari yang lalu. dan giliran waktu mendekati Hari-H, baru terasa megap-megap menyelesaikan pekerjaan remeh temeh yang mudah dikerjaan, namun begitu berat dikerjaan karena menganggap remeh pekerjaan. Baru tahu ya, itulah “kejedhot” namanya. Aku yang sering “kejedhot” itu broer. Hehe….

Manusia Mampu

“emangnya kamu bisa ya !”. Ungkapan yang merendahkan sekaligus menyangsikan kemampuan seseorang, selalu hadir ketika seseorang dalam kaca mata awam tidak meyakinkan untuk bisa melakukan suatu pekerjaan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari performance orang tersebut dalam keseharian. Orang yang pendiam, kalem, lemah lembut, cenderung diremehkan memiliki kemampuan dalam hal pekerjaan memberikan suatu araha
n di hadapan audience. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang penampilannya cenderung gaul abis, yang suka cas cis cus, banyak omong, suka bercerita, cenderung mendapat apresiasi bahwa orang ini pasti memiliki kemampuan menaklukkan audience dimanapun dan kapanpun. Pandangan yang didasarkan “mata wadag” sah-sah saja, itu menjadi hak setiap orang untuk melakukan penilaian tersendiri. Setiap orang pasti dibekali kemampuan yang tak terlihat (inner), dalam pribadi mereka, dan yang setiap orang pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dimana kemampuan (skill) ini sangat bermanfaat dalam menaklukkan kehidupan. Kemampuan ini bisa diperdalam dengan melakukan latihan yang kontinue, dimatangkan dengan pengalaman dan bekerja keras dilaksanakan di alam kasunyatan. Memiliki kemampuan yang ngedap edapi, tidak ada artinya apabila itu untuk kepentingan diri pribadi. Lebih elegan dan memiliki daya manfaat, apabila skill yang dimiliki ditularkan dan bermanfaat untuk kehidupan. Tinggal bagaimana kita mengasah kemampuan yang ada pada diri kita agar memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan

Keinginan

Keinginan merupakan hasrat yang melekat dalam diri manusia. Manusia yang masih hidup, pasti dalam dirinya memiliki suatu naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Setiap diri manusia memiliki perbedaan dalam menerjemahkan hasrat yang dimiliki antara yang satu dan dengan yang lainnya pasti memiliki perbedaan, hal ini sudah menjadi kodrat dan fitrah manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap manusia memiliki hasrat untuk maju dan berkembang. Alam merupakan tantangan bagi manusia untuk ditaklukkan dan dijadikan media mengekspresikan diri manusia dan mengakyualisasi berbagai hasrat yang dimiliki manusia. Berbagai produk yang dihasilkan manusia merupakan bukti bahwa dalam diri manusia tereksplor berbagai keinginan untuk menciptakan dan merekayasa berbagai macam alat dan macam teknologi yang memanjakan kebutuhan manusia. Tanpa adanya hasrat, maka kehidupan menjadi stagnan dan dengan adanya keinginan maka kehidupan manusia akan dipermudah. Coba bayangkan apabila dalam diri manusia tidak adanya keinginan untuk maju dan berkembang, maka yang terjadi adalah alam akan menguasai manusia, manusia akan diperbudak oleh alam, manusia tinggal mengharap pada alam dan kehidupan akan monoton tanpa warna.

Makan Minum

Mengapa sih kita perlu makan dan minum ? Padahal kita tahu sendiri, habis makan nantinya juga lapar lagi. Setelah puas minum, toh nantinya juga akan haus lagi. Mendingan tidak usah makan dan minum sekalian, pastinya nanti juga lapardan haus lagi. Kalau tidak makan dan minum, hidup jadi lebih ngirit, tidak usah membeli berbagai kebutuhan makanan dan minuman. Pikiran dan pertanyaan konyol tersebut, hampir selalu ada dan menjadi pertanyaan ketika kita mengalami suatu fase dalam kehidupan, terutama ketika fase masa kanak-kanak. Namun bagi saya, pertanyaan itu adalah penanda bahwa manusia itu cerdas dan mengapa diberi akal untuk berpikir. Dengan pertanyaan itu dibangun suatu kesadaran bahwa fase kehidupan itu sudah sunatulloh. Hidup itu akan selalu berputar menurut aturan main dari sang Pencipta, tinggal bagaimana kita memberi warna terhadap kehidupan itu sendiri akan tidak terjadi stagnasi kehidupan. Pagi, Siang, Sore, malam, Pagi lagi, dan seterusnya, itulah roda kehidupan yang harus kita jalani, kita tidak bisa berpikir bahwa kehidupan itu cukup siang saja, cukup malam saja. Tidak, kita harus berpikir bahwa hidup itu bergerak, dan semua harus dilalui untuk kepentingan hidup itu sendiri. Filosofi bahwa kita harus makan meskipun nanti lapar, dikandung maksud bahwa untuk hidup manusia harus bekerja, untuk hidup manusia harus berpikir, untuk hidup manusia harus bersosialisasi dengan manusia lain. Manusia harus menggunakan otaknya untuk berpikir, menggunakan kekuatannya untuk bekerja, menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk menaklukkan alam dan kehidupan itu sendiri. Hehe, yuk makan yuk ! yuk minum yuk !

Sebentar Saja

Pernahkah ketika sedang sibuk dan sedang asyik mengerjakan suatu pekerjaan, terlintas dalam alam pikiran bahwa anda adalah seorang yang superior, seorang yang hebat, seorang ” superman “, seorang yang paling bisa. Ketika anda memiliki pikiran tersebut, berarti anda manusia yang wajar, manusia yang dihinggapi penyakit individualistik, sama dengan manusia lain di muka bumi ini. Ketika anda bisa dengan mudah mengerjakan suatu pekerjaan, maka anda akan berpikir bahwa andalah seorang pemenang, manusia yang paling bisa dan tidak memerlukan orang lain dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Begitulah manusia, manusia super ego. Sedikit bisa, merasa paling bisa. Sedikit bekerja, merasa yang paling berjasa. Sedikit usaha, merasa paling kerja keras dalam bekerja. Seorang manusia yang dari segi anatomi memiliki keterbatasan, namun merasa paling digdaya. Seorang manusia yang dari segi pemikiran memiliki keterbatasan, namun merasa bahwa dirinya seorang pemikir ulung. Itulah manusia, mbok yao sebentar saja berpikir, manusia itu makluk yang lemah, makluk yang membutuhkan makluk lain untuk bersinergi dalam membangun peradaban. Berpikir sebentar bahwa dalam tubuhnya terdiri dari seonggok daging, yang perlu dirawat dan diopeni agar nantinya bisa menundukkan kehidupan untuk membangun kesejahteraan bersama. Mbok yao, sebentar saja beristirahat untuk berpikir bahwa dunia itu begitu indah apabila dihuni bersama-sama, dirawat bersama-sama, saling tulung tinulung membangun kebudayaan yang adi luhung. Sebentar saja yuk melakukan instropeksi bahwa manusia itu makluk paling lemah sekaligus makluk paling kuat.

24 March 2010

Sejarh Kota Magelang

Hari Jadi Kota Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta. Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah prasasti Poh, prasasti Gilikan dan prasasti Mantyasih. Ketiganya merupakan prasasti yang ditulis di atas lempengan tembaga.
Parsasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung Susundara dan Wukir Sumbing yang kini dikenal dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era Reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah, sebutan kotamadyaditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan-jalan arteri diperkeras dan diaspal.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Magelang#Sejarah

23 March 2010

Tentang Sejarah Magelang - ANTARA LISTRIK, POLISI DAN AIR

Oleh : Bagus Priyana
MAGELANG TEMPO DOELOE:
ANTARA LISTRIK, POLISI DAN AIR
Apakah hubungan antara listrik, polisi dan air?
Tentu saja polisi tidak mengurusi listrik dan air. Listrik dan air menjadi urusan perusahaan air minum dan perusahaan listrik.
Tapi hubungan ketiganya sebenarnya ada di selembar foto langka ini. Foto tahun 1935 ini menceritakan ketiganya dalam 1 bingkai foto. Foto ini berlokasi di Aloon-aloon Kota Magelang dilihat dari sisi tenggara (depan Klenteng Liong Hok Bio). Terlihat deretan pohon beringin menaungi di pinggir lapangan. Tampak di kejauhan sebelah kiri merupakan Masjid Agung Kauman.
Pada foto terlihat sebuah tugu menjulang setinggi 7-8 meter di latar depan, tugu ini dibangun pada Maret 1924 sesuai dengan prasasti yang terpasang di dinding timur tugu ini yang tertulis "MAART 1924 ELECTRIFICATIE MAGELANG". Tugu yang berdiri tegak ini diberi nama Tugu Listrik ANIEM. Kenapa disebut dengan demikian?
Sebagaimana diketahui bahwa perlistrikan di Magelang di masa itu dikelola oleh ANIEM (Algemeene Nederlands Indiesche Electrociteit Maatschappij). Sumber listrik diambil dari PLTA Jelok di Tuntang, timur Ambarawa.
Bentuk tugu sangat unik, mirip dengan 'teplok' atau alat penerangan tradisional berbahan bakar minyak yang dulu banyak digunakan masyarakat sebelum listrik dipakai. Pada puncaknya terdapat 4 lampu penerangan dan di tengah dinding sisi timur terpasang jam bulat dengan 2 muka sebagai petunjuk waktu. Awalnya tugu ini tidak ada jamnya, tapi kemudian dipasang jam mengingat saat itu banyak masyarakat yang membutuhkan informasi waktu. Terlihat, 2 anak kecil duduk-duduk di bawah bagian tugu ini.
Persis dibelakangnya terdapat "politie posthuis" atau pos polisi. Pos polisi ini merupakan satu dari 3 pos polisi lainnya. Dua lainnya ada di perempatan jalan antara Pasar Rejowinangun, Stasiun Magelang Pasar dan Stanplaats dan yang ketiga di Menowo.
Pos polisi ini berfungsi untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat. Tampak di belakang kanan pos polisi berjajar dengan rapi deretan beberapa sepeda onthel.
Tapi sayangnya, pos polisi di Aloon-aloon ini sudah dibongkar pada tahun 1990-an karena terkena pelebaran jalan dan pembuatan pagar keliling Aloon-aloon.
Jauh di belakang, terdapat Menara Air Minum atau Watertoren. Bangunan ikon kota Magelang ini beroperasi pada 2 Mei 1920. Tinggi bangunan sekitar 23 meter dengan bagian penampung air di bagian atas dengan kapasitas daya tampung 1,75 juta liter air.
Bagian tengah merupakan 32 pilar penyangga menara dengan bagian tengah sebagai tangga menuju ke atas dan terdapat konstruksi pipa-pipa penyalur air bersih.
Bagian bawah berupa ruangan sebanyak 16 ruang. Ruangan itu dibagi menjadi pintu masuk, ruang pelayanan pelanggan, administrasi, gudang dan lainnya.
Sumber air berasal dari mata air Kalegen dan Wulung di Bandongan sejauh hampir 9 km. Dengan sistem gravitasi, air dinaikkan ke penampungan air di bagian atas menara ini.
Setelah itu dialirkan ke pelanggan air minum melalui pipa primer dan sekunder, khususnya untuk pelanggan di sepanjang ruas jalan utama seperti sekitar Aloon-aloon, Bayeman, Pecinan, Botton, Poncol dan tangsi militer.
Untuk mengontrol air yang didistribusikan ke pelanggan, dipergunakan 3 mesin pemompa buatan dari 'Schafter', 'Budenberg' dan 'Ruhaak & Co'.
Komentar
  • Herning Palmono dulu alun alun sejajar jalan ya
  • Dwie Arso Di dpn pos polisi ada tiang bendera jika bedera kotak2hitam putih satu tiang penuh erarti ada kecelakaan tanpa koban jiwa..tetapi kl bendera setengahtiang adakecelakaan dgn korban jiwa...dulu pintu pos polisinya model pintu cowboy
    1
  • Tommy Aditya Sayang, politie posthuis ini hilang di awal 90an
  • Sayfudin Endo Masih ada ta pak?
  • Eddy Sutrisno Aku pernah masuk pos polisi..itu..di tilang pak {alm} pak Jalal Poltas...
  • Freddy Sudiono Uwek omah kethek 🤣😂🤣😂🤣😂🤣😃
  • Pakdhe Wotok Alhamdulillah aku wes nate ngrasake asline bangunan
  • Edot Vanlotus Tetep iseh ngalami ..nek ono pos polisi kui...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻 mantap
  • Edi Dayun Purnomo Kok tanahnya alun2 jadi lebih tinggi yg sekarang?
  • Srikandi Aku menangi pos polisi ne
  • Samsul Ma'arif Almarhum bapak saya pernah bertugas disitu,...
    Tulis balasan...

  • Danang Priyatno PLTA Jelok di bawah sana 😁
    Gambar mungkin berisi: rumput dan luar ruangan
  • Dedy Soeprijadi Kalau melihat sumber air, watertoren dan segala sesuatunya maka terlihat Belanda cukup serius melengkapi kebutuhan rakyat Magelang.
    Mungkin mereka nggak menyangka akan terlempar keluar pada tahun 40-an.
    • Phil Santosa Belanda memang hebat dalam merencanakan pembangunan kota. New York City, pada mulanya dibangun oleh VOC, mulai pada tahun 1626. Tapi kemudian dirampas oleh pihak kerajaan Inggris.
    Tulis balasan...

  • Denmaz Didotte Pertanyaan menarik.. Jadi saat itu, kantor polisi yang besar di Magelang adanya dimana ya...
    • Paulus Santosa Denmaz Didotte kantor polisi besar diseberang jalan Alon alon Selatan dan dibelakang nya ada tangsi atau perumahan polisi. Perumahan polisi yg lainnya disalah satu gedung bekas hotel Lodge. Gedung nya bertingkat tidak ikut kena bumi hangus disamping utara Kantor Pos.
    • Denmaz Didotte Paulus Santosa itu setelah penyerahan kedaulatan tahun 50 mas. Maksud saya sebelum kemerdekaan
    • Bagus Priyana Denmaz Didotte kalo dari peta tahun 1946 di Kedjuron (asrama polisi skrg ini) tertulis "Landgerecht EN Algemeen Politie"
    • Tommy Aditya Denmaz Didotte kalo gak salah, veldpolitie di polres jagoan mas
    • Denmaz Didotte Tommy Aditya Veldpolitie itu polisi Brimob, lebih sebagai pengendili kerusuhan atau kejahatan dng intensitas tinggi