26 November 2023

Sejarah Mataram - Ki Ageng Selo

 KI AGENG SELO

LELUHUR TRAH MATARAM 


Bagus Sogum atau Kyai Abdurahman II yg lebih di kenal dengan nama Ki Ageng Sesela atau Ki Ageng Sela adalah Putra dari Ki Ageng Getas Pandawa. Jadi Beliau adalah cucu buyut Raja Brawijaya V dari Ki Ageng Getas Pandawa putra R. Bondhan Kajawan.

Ki Ageng Sela tersohor sebagai seorang yang mumpuni dari berbagai hal dan bidang. Beliau adalah seorang Ulama,  guru,  dalang,  seniman. Juga seorang yang kaya dari pengolahan tanah pertaniannya. Dan hasil pertaniannya sebagian dibagikan secara gratis untuk penduduk sekitarnya.

Beliau adalah sosok yang sholeh yang kesehariaannya mengajarkan pandangan hidup yang dituangkan dalam Sastra Serat Pepali Ki Ageng Sela


Ki Ageng Sela konon dapat menangkap petir . Saat disambar petir Beliau tidak cedera tapi petir dapat ditangkap dan diserahkan kepada para wali. 


Ki Ageng Selo juga memiliki sebuah pusaka istimewa yang dinamakan Kyai Bicak. Karena pusaka tersebut dahulu adalah milik Ki Bicak seorang dalang. Pusaka Kyai Bicak berbentuk sebuah bende atau gong kecil. 

Pusaka Bende Kiai Bicak konon dikenal keramat dan memiliki daya magis. Apabila ditabuh tidak  berbunyi berarti ada firasat buruk . Bila ditabuh / dipukul  berbunyi nyaring pertanda firasat baik / akan memperoleh kemenangan. Kelak Bende Kyai Bicak menjadi pusaka Kerajaan Mataram.


Ki Ageng Sela alias Bagus Sogum dulu pernah melamar sebagai prajurit tamtama di Demak tetapi ditolak. Hati Ki Ageng Sela bercampur aduk antara marah dan kecewa apalagi Beliau merasa masih ada darah keturunan Raja Brawijaya V sama dengan bangsawan Demak yang juga masih keturunan Raja Majapahit tsb. 

Dalam hati Beliau ingin menjadi Raja, akhirnya kemudian bertapa dengan tekun dn khusuk.

Dalam semedinya Beliau mendapat bisikan bahwa Beliau tidak pernah bisa menjadi Raja karena " Wahyu Kraton " akan berpindah dari Demak ke Pajang.


( Kala semanten Ki Ageng sampun pitung dinten pitung dalu wonten gubug pagagan saler wetaning Tarub, ing wana Renceh. Ing wanci dalu Ki Ageng sare wonten ing ngriku, Ki Jaka Tingkir (Mas Karebet) tilem wonten ing dagan. Ki Ageng Sela dhateng wana nyangking kudhi, badhe babad. Kathinggal salebeting supeno Ki Jaka Tingkir sampun wonten ing Wana, Sastra sakhatahing kekajengan sampun sami rebah, kaseredan dhateng Ki Jaka Tingkir.


Impian tersebut mengandung makna bahwa usaha Ki Ageng Sela untuk dapat menurunkan raja-raja besar sudah di dahului oleh Jaka Tingkir atau Mas Karebet, Sultan Pajang pertama. Ki Ageng kecewa, namun akhirnya hatinya berserah kepada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya kemudian kepada Jaka tingkir, Ki Ageng sela berkata : Nanging thole, ing buri turunku kena nyambungi ing wahyumu )


Meski tidak mungkin jadi raja, tetapi Ki Ageng Sela tetap berdoa supaya kelak keturunannya dapat mewujudkan cita citanya sebagai raja.

Harapan itu mulai terang ketika Mas Karebet dari Tingkir datang berguru ke Padepokan Sela. Hingga suatu malam Beliau melihat  tanda bahwa Mas Karebet akan mendapatkan Wahyu Kraton, maka kemudian Ki Ageng Sela berinisiatif menitipkan turunannya kepada Mas Karebet. Harapan Ki Ageng Sela semakin cerah ketika Mas Karebet diangkat sebagai Lurah Tamtama Kraton Demak dan diambil menantu oleh Sultan Trenggono.

Secara kebetulan tiga serangkai tokoh Sela ( Pemanahan,  Juru Martani dan Penjawi ) berguru kepada Sunan Kalijaga yang juga guru Mas Karebet. Selang beberapa tahun ketika telah menjadi Bupati, tokoh Sela dianggap sebagai adik kemudian Pemanahan dan Panjawi diangkat sebagai Lurah Prajurit, Juru Martani diangkat sebagai Penasehat pribadi. .Ki Ageng  Henis ayahanda Ki Ageng Pemanahan diangkat sebagai Adipati di Pajang bertugas mengajarkan agama Islam di lingkungan Kraton Pajang, sekaligus sebagai Penasehat Spiritual Islam Sultan Hadiwijaya,  dan Sultan berkenan memberi tanah perdikan di Laweyan Surakarta. Bahkan Danang Sutawijaya Putra Ki Ageng Pemanahan diangkat sebagai putra oleh Sultan Hadiwijaya. Hingga beberapa waktu kemudian karena jasanya kepada kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah untuk Ki Ageng Pemanahan yaitu tanah luas yg masih berujud Hutan nama hutan tersebut adalah Hutan Mentaok. Kelak hutan Mentaok berubah menjadi sebuah daerah yang rejo yang dinamakan Kotagede. Dan Ki Ageng Pemanahan dikenal dengan Sebutan Ki Ageng Mataram.Dan kelak takdir mengantar Danang Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan bergelar Panembahan Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama Tanah Jawa.


TRAH KI AGENG SELO

Bagus Sogom atau Kyai Ageng Ngabdurahman atau Ki Ageng Selo adalah Putra Ki Ageng Getas Pandawa dengan putri Sunan  Mojogung  Gunungjati.  Beliau mempunyai tiga  istri. Garwa sepuh beliau adalah Putri Ki Ageng Sobo, Garwa Tengah adalah Putri Ki Ageng Ngerang, Garwa Enem adalah dari Warung Tengah. Menurunkan :


Dari Garwa Putri Ki Ageng Sobo menurunkan:

1. Nyai Ageng Sihap

2. Nyai Ageng Songep menikah dgn P.Songep menurunkan Nyai Ageng Pemanahan

3. Nyai Ageng Bangsri

4. Nyai Ageng Jati

5. Nyai  Ageng Patanen


Dari Garwa Putri Ki  Ageng Ngerang menurunkan :

6. Nyai Ageng Jokoriyo

7. Nyai Ageng Pakis Kidul

8. Nyai Ageng Getas  Aji

9. Bagus Henis / Ki Ageng Henis  menikah dgn putri P.Made Pandan I menurunkan Ki  Ageng  Pemanahan .


Dari Garwa asal Warung Tengah :

10. Bagus Bayi / Kyai Rogodalem ing Pajang





Makam Ki Ageng Selo terletak Selo, Tawanghardjo Grobogan Purwodadi.

Bangunan Cungkup Makam Ki Ageng Selo dibangun, diperindah oleh Sunan Pakubuwana X selesai pada hari Sabtu 16 Siyam Tahun Dal 1839 dan dinamakan " Pasarean Selo "


Al Fatihah kagem Alusipun Para leluhur Trah Mataram : Ki Ageng Sela, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Henis, Panembahan Senopati.


Sumber : dipetik dari "Serat Soejarah Mataram "

No comments:

Post a Comment