29 November 2023

Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo V ( Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo/ Ali Basah 'Abdulmahmud Gondokusumo/ Hadiwaryo ) Lahir : ? Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta ke - 5 : 1879 - 1899 M Istri : ♀️GKR Pembayun. Anak : ♀ Raden Ayu Mertonegoro, ♀ Raden Ajeng Parkis, ♀ Raden Ayu Dipokusumo, ♀ Raden Ayu Suryoprawiro, ♂ Raden Mas Karmeni, ♂ Raden Mas Suleman, ♂ Raden Mas Karmeni. Wafat : tanggal 21 Juli 1899 M Makam : Astana Pajimatan Himagiri, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keterangan : Hadiwaryo diangkat oleh Sultan Hamengkubuwono V sebagai Patih danuredjo ke V. Hadiwaryo adalah cucu dari Danuredjo III dan merupakan keponakan dari Danuredjo IV. Tidak seperti pendahulunya pada masa kepemimpinan Hamengkubuwono V dan Danuredjo V adalah masa kesejahteraan rakyat. Kedekatan Hamengkubuwono V dengan Belanda membuat keadaan Kerajaan yang semula penuh konflik menjadi kondusif dan stabil. Hamengkubuwono V menjalin kerjasama yang menguntungkan dengan Belanda dengan harapan mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Hal ini pun didukung oleh patih Danuredjo V. namun tidak bagi abdi dalem dan pangeran dilingkungan keraton yang menjunjung tinggi nilai perjuangan leluhur terdahulu Sehingga menimbulkan banyak pertentangan. Kepemimpinan Hamengkubuwono V dan patih Danuredjo V sekitar tahun 1850 banyak melahirkan kebijakan-kebijakan yang tidak merugikan rakyat. Pemberontakan Mataram dan daerah kadipaten yang hendak memisahkan diri berhasil diredam. Walaupun kerajaan Banjar akhirnya bisa melepaskan diri. Namun kebijakan yang lain seperti pengurangan pajak tanah dan pembangunan sarana dan prasarana untuk digunakan secara bersama mampu membuat kesejahteraan rakyat meningkat. Di bidang keamanan Danuredjo V bertindak sangat keras dan disiplin. Abdi dalem yang jelas-jelas kedapatan mengkorupsi uang kerajaan atau melakukan perbuatan kurang terpuji terhadap rakyat langsung mendapatkan hukuman berat. Danuredjo V berhasil melakukan pembersihan dilingkungan Keraton dan juga keamanan masyarakat. Berbagai perkumpulan dan kriminalitas yang meresahkan masyarakat beliau babat habis. Hanya saja beliau tidak bisa melakukan apa-apa ketika kerabat keraton sendiri yang melakukan "Kudeta" Terhadap Hamengkubuwono V. Pada tahun 1854 Sri Sultan Hamengkubuwono V meninggal dunia dan digantikan oleh adiknya RM Ariojoyo (sebagai Hamengkubuwono VI). Danuredjo V sempat hendak mengundurkan diri namun atas permintaan Hamengkubuwono VI ia masih memangku jabatan sampai tahun 1875. Beliau pensiun dan banyak mendalami ilmu agama. Catatan : Menurut legenda Danuredjo V dikenal sebagai patih yang mempunyai kesaktian mumpuni. Banyak cerita mengenai kesaktian beliau. Seperti beliau bisa berada di beberapa tempat pada waktu yang sama namun pada lokasi yang berbeda, Mengetahui pelaku pembunuhan dengan hanya menyentuh barang yang digunakan sang pembunuh atau memindahkan bangunan pendopo keraton kelokasi yang berbeda dalam semalam tanpa diketahui siapapun. Pada tahun 1889, dilakukan pembangunan ulang Tugu Golong Gilig yang rusak akibat gempa bumi tahun 1867. Pekerjaan ini dipimpin oleh patih saat itu, Danurejo V. Ketika tugu dalam bentuk baru yang diberi nama de Wite Pal diresmikan, nama beliau tertulis pada prasasti di tugu tersebut. Prasasti itu masih bisa dibaca hingga kini. Di bawah pengawasan beliau pula, terbit beberapa karya sastra yang memuat sejarah Kasultanan Yogyakarta, di antaranya Serat Pustaka Jatya dan Serat Babad Mataram. Beliau menikah dengan putri Sri Sultan Hamengku Buwono VI, GKR Pembayun. Pada 21 Juli 1899, beliau wafat setelah 20 tahun mengabdi.

 Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo V

( Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo/ Ali Basah 'Abdulmahmud Gondokusumo/ Hadiwaryo )


Lahir : ?

Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta ke - 5 : 1879 - 1899 M

Istri : ♀️GKR Pembayun.

Anak : ♀ Raden Ayu Mertonegoro, ♀ Raden Ajeng Parkis, ♀ Raden Ayu Dipokusumo, ♀ Raden Ayu Suryoprawiro,  ♂ Raden Mas Karmeni, ♂ Raden Mas Suleman, ♂ Raden Mas Karmeni.

Wafat : tanggal 21 Juli 1899 M

Makam : Astana Pajimatan Himagiri, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Keterangan : 


Hadiwaryo diangkat oleh Sultan Hamengkubuwono V sebagai Patih danuredjo ke V. Hadiwaryo adalah cucu dari Danuredjo III dan merupakan keponakan dari Danuredjo IV. Tidak seperti pendahulunya pada masa kepemimpinan Hamengkubuwono V dan Danuredjo V adalah masa kesejahteraan rakyat. Kedekatan Hamengkubuwono V dengan Belanda membuat keadaan Kerajaan yang semula penuh konflik menjadi kondusif dan stabil. Hamengkubuwono V menjalin kerjasama yang menguntungkan dengan Belanda dengan harapan mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Hal ini pun didukung oleh patih Danuredjo V. namun tidak bagi abdi dalem dan pangeran dilingkungan keraton yang menjunjung tinggi nilai perjuangan leluhur terdahulu Sehingga menimbulkan banyak pertentangan.

Kepemimpinan Hamengkubuwono V dan patih Danuredjo V sekitar tahun 1850 banyak melahirkan kebijakan-kebijakan yang tidak merugikan rakyat. Pemberontakan Mataram dan daerah kadipaten yang hendak memisahkan diri berhasil diredam. Walaupun kerajaan Banjar akhirnya bisa melepaskan diri. Namun kebijakan yang lain seperti pengurangan pajak tanah dan pembangunan sarana dan prasarana untuk digunakan secara bersama mampu membuat kesejahteraan rakyat meningkat. Di bidang keamanan Danuredjo V bertindak sangat keras dan disiplin. Abdi dalem yang jelas-jelas kedapatan mengkorupsi uang kerajaan atau melakukan perbuatan kurang terpuji terhadap rakyat langsung mendapatkan hukuman berat. Danuredjo V berhasil melakukan pembersihan dilingkungan Keraton dan juga keamanan masyarakat. Berbagai perkumpulan dan kriminalitas yang meresahkan masyarakat beliau babat habis. Hanya saja beliau tidak bisa melakukan apa-apa ketika kerabat keraton sendiri yang melakukan "Kudeta" Terhadap Hamengkubuwono V. Pada tahun 1854 Sri Sultan Hamengkubuwono V meninggal dunia dan digantikan oleh adiknya RM Ariojoyo (sebagai Hamengkubuwono VI). Danuredjo V sempat hendak mengundurkan diri namun atas permintaan Hamengkubuwono VI ia masih memangku jabatan sampai tahun 1875. Beliau pensiun dan banyak mendalami ilmu agama.

Catatan : Menurut legenda Danuredjo V dikenal sebagai patih yang mempunyai kesaktian mumpuni. Banyak cerita mengenai kesaktian beliau. Seperti beliau bisa berada di beberapa tempat pada waktu yang sama namun pada lokasi yang berbeda, Mengetahui pelaku pembunuhan dengan hanya menyentuh barang yang digunakan sang pembunuh atau memindahkan bangunan pendopo keraton kelokasi yang berbeda dalam semalam tanpa diketahui siapapun.


Pada tahun 1889, dilakukan pembangunan ulang Tugu Golong Gilig yang rusak akibat gempa bumi tahun 1867. Pekerjaan ini dipimpin oleh patih saat itu, Danurejo V. Ketika tugu dalam bentuk baru yang diberi nama de Wite Pal diresmikan, nama beliau tertulis pada prasasti di tugu tersebut. Prasasti itu masih bisa dibaca hingga kini.

 

 

Di bawah pengawasan beliau pula, terbit beberapa karya sastra yang memuat sejarah Kasultanan Yogyakarta, di antaranya Serat Pustaka Jatya dan Serat Babad Mataram.

 

 

Beliau menikah dengan putri Sri Sultan Hamengku Buwono VI, GKR Pembayun. Pada 21 Juli 1899, beliau wafat setelah 20 tahun mengabdi.



No comments:

Post a Comment