21 December 2023

Palembang Soematra Kondisi saat ditemukan hancur Komplek Makam Mangkoeboemi/ Gede Ing Suro Palembang. Latar Belakang Sejarah Tambah data dari buku de Graaf, Kerajaan Islam Awal Situs Makam Gede Ing Suro merupakan tempat pemakaman dari keluarga Ki Gede ing Suro, bangsawan pengikut Arya Penangsang yang pergi ke Palembang pada tahun 1552. Kerajaan jipang. Ia adalah seseorang yang berasal dari kalangan rakyat biasa yang menjadi pemimpin di lingkungan masyarakatnya. Setelah 17 tahun memerintah dan tidak memiliki keturunan, ia mengangkat keponakannya sebagai putra mahkota yang memerintah Palembang dengan gelar Ki Gede ing Suro Muda. Ki Gede ing Suro Muda lebih dikenal sebagai cikal bakal penguasa Kerajaan Palembang. Pada sekitar tahun 1575 Ki Gede ing Suro Muda wafat dan dimakamkan di kompleks tersebut. Riwayat Penelitian Situs Makam Gede Ing Suro pertama kali diteliti pada tahun 1930 oleh Luning dan Westenenk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luning dan Westenenk, pada tahun 1935 F.M. Schnitger mengadakan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Menurut Schnitger, bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks tersebut telah hancur. Bagian yang masih tampak utuh adalah bagian fondasinya dan beberapa fragmen stupika, arca, tablet, keramik, dan manik kaca. Seluruh runtuhan bangunan hampir tertutup semak belukar yang cukup lebat. Pada tahun 1938, N.J. Krom mengadakan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Dalam laporannya ia menyebutkan bahwa di Gede Ing Suro terdapat makam Islam yang didirikan di atas teras-teras dari bata. Dinding-dinding teras berhiaskan bentuk-bentuk wajik dan medallion dengan dasar daun. Di sekitar situs ditemukan juga hiasan terakota, beberapa batu alam dengan fragmen makara dan kala. Ia menganggap bahwa semua temuan itu berasal dari kebudayaan Jawa periode Majapahit (Krom, 1938:5-6). Pada tahun 1973, Bernet Bronson melakukan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Dari penelitian yang dilakukannya, ia berkesimpulan bahwa temuan-temuan dari situs Gede Ing Suro berasal dari abad ke-14-16 Masehi, yaitu masa pengaruh Majapahit akhir di Palembang. Kesimpulannya diambil berdasarkan temuan keramik hasil penggalian dan survei permukaan di sekitar kompleks bangunan, yaitu bahwa Situs Gede Ing Suro telah dihuni manusia sejak tahun 1450 (Bronson, 1973). Riwayat Penanganan Situs Makam Gede Ing Suro dipugar tahun 1978/1979-1981/1982 oleh Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatra Selatan dan Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Sejarah dan Purbakala Sumatera Selatan.

 Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia 


Palembang Soematra


Kondisi saat ditemukan hancur Komplek Makam Mangkoeboemi/ Gede Ing Suro Palembang.


Latar Belakang Sejarah 

Tambah data dari buku de Graaf, Kerajaan Islam Awal


Situs Makam Gede Ing Suro merupakan tempat pemakaman dari keluarga Ki Gede ing Suro, bangsawan pengikut Arya Penangsang yang pergi ke Palembang pada tahun 1552. Kerajaan jipang.


Ia adalah seseorang yang berasal dari kalangan rakyat biasa yang menjadi pemimpin di lingkungan masyarakatnya. Setelah 17 tahun memerintah dan tidak memiliki keturunan, ia mengangkat keponakannya sebagai putra mahkota yang memerintah Palembang dengan gelar Ki Gede ing Suro Muda. 


Ki Gede ing Suro Muda lebih dikenal sebagai cikal bakal penguasa Kerajaan Palembang. Pada sekitar tahun 1575 Ki Gede ing Suro Muda wafat dan dimakamkan di kompleks tersebut.


Riwayat Penelitian

Situs Makam Gede Ing Suro pertama kali diteliti pada tahun 1930 oleh Luning dan Westenenk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luning dan Westenenk, pada tahun 1935 F.M. Schnitger mengadakan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Menurut Schnitger, bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks tersebut telah hancur. Bagian yang masih tampak utuh adalah bagian fondasinya dan beberapa fragmen stupika, arca, tablet, keramik, dan manik kaca. Seluruh runtuhan bangunan hampir tertutup semak belukar yang cukup lebat.


Pada tahun 1938, N.J. Krom mengadakan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Dalam laporannya ia menyebutkan bahwa di Gede Ing Suro terdapat makam Islam yang didirikan di atas teras-teras dari bata. Dinding-dinding teras berhiaskan bentuk-bentuk wajik dan medallion dengan dasar daun. Di sekitar situs ditemukan juga hiasan terakota, beberapa batu alam dengan fragmen makara dan kala. Ia menganggap bahwa semua temuan itu berasal dari kebudayaan Jawa periode Majapahit (Krom, 1938:5-6).

Pada tahun 1973, Bernet Bronson melakukan penelitian di Situs Gede Ing Suro. Dari penelitian yang dilakukannya, ia berkesimpulan bahwa temuan-temuan dari situs Gede Ing Suro berasal dari abad ke-14-16 Masehi, yaitu masa pengaruh Majapahit akhir di Palembang. 


Kesimpulannya diambil berdasarkan temuan keramik hasil penggalian dan survei permukaan di sekitar kompleks bangunan, yaitu bahwa Situs Gede Ing Suro telah dihuni manusia sejak tahun 1450 (Bronson, 1973).


Riwayat Penanganan

Situs Makam Gede Ing Suro dipugar tahun 1978/1979-1981/1982 oleh Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatra Selatan dan Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Sejarah dan Purbakala Sumatera Selatan.













No comments:

Post a Comment