08 September 2022

Sejarah Magelang - Thomas Kaarsten

 Ave Neohistorian!


Memasuki abad ke-20, wajah baru bernama modernitas mulai mengubah kota-kota Indonesia. Di antara banyaknya arsitek yang ditugaskan pemerintah, ada seorang arsitek humanis bernama Herman Thomas Karsten.


Karsten (1885-1945) tiba di Semarang pada tahun 1914 setelah lulus dari TH Delft (1904-1909). Ia menjadi mitra di Bouwkundig Bureau (perusahaan arsitektur) atas undangan kawannya, Maclaine Pont. Selain membawa gerakan modernisme, Karsten juga mengantongi ideologi sosialisme yang sangat mempengaruhinya dalam merancang kota. Kepeduliannya yang tinggi terhadap masyarakat terjajah membuatnya tergabung dalam gerakan sosial politik Vereeniging van Locale Belangen (Asosiasi Kepentingan Lokal).


Saat Karsten digandeng oleh pemerintah untuk merancang kota (contohnya: Semarang dan Malang), ia berusaha menggabungkan 3 unsur utama pembentuk kota, yakni Eropa dengan bentengnya, Tionghoa dengan rukonya, dan Jawa/kraton dengan kampungnya (alun-alun). Hebatnya, ia berhasil menggabungkan ketiganya dan mengemasnya dengan sentuhan modern. Karyanya ini dipuji, menunjukkan visi Karsten untuk mengajak rakyat Jawa untuk menjadi modern kendati masih mempertahankan tradisionalisme. 


Karsten tidak peduli dengan pujian itu, karena hatinya tetap teriris melihat kumuhnya tempat tinggal pribumi. Ia mengajukan saran kampongverbetering (perbaikan kampung) pada pemerintah. Pemerintah menyambut usulan Karsten dengan membentuk NV Volkhuisvesting yang bertugas memperbaiki setiap kampung-kampung (khususnya pribumi) di kota. Karsten sendiri membangun NV Chevenings namun bangkrut di tahun 1930 karena krisis malaise. Selain itu Karsten juga aktif membentuk majalah seperti Djawa, De Taak, dan De Stauw yang isinya membela hak pribumi.


Sayangnya, hidup Karsten berakhir tragis. Ia meninggal di Kamp Interniran, Cimahi, pada tahun 1945. Meski begitu, Karsten selalu dikenang sebagai pengkritik kolonialisme dan pembela pribumi melalui tindakan-tindakannya.


-Silvi Nihlatin Naila

Editor: Amanda Marchelyana Senis 


Sumber:

Colombijn, Freek, dan Joost Cote. 2015. Modernization of the Indonesian City 1920-1960. Leiden: Brill.




No comments:

Post a Comment