28 October 2019

Tentang Sejarah Magelang - Kolam Renang Pisangan

Maaf foto lama kolam renang Pisangan ini terlihat buram sebab terlalu lama.
Tapi justru karena buram itu lebih berkesan antik dan banyak kenangan.
Waktu saya kecil cukup jalan kaki menuju kesana. Jalan masih sepi. Hanya sekali2 Suburban menuju Kopeng atau Ngablak lewat.
Sehabis Suburban lewat, jalanan kembali sepi.
Sering berombongan dengan teman sekelas supaya irit.
Irit apanya ?
Irit ongkos makannya.
Sebab kalau makan rame2 bisa saling minta.
Kolam renang terbagi dua.
Untuk umum yg terlihat bangunannya kusam dan tua. Dan khusus untuk taruna AMN yg lebih mentereng dan airnya selalu berwarna biru cerah.
Kusmayadi teman sekelas kami selalu bikin repot kalau ikut.
Kusmayadi selalu terlihat norak kalau mau berenang. Sebab yg dipakai bukan celana renang tapi celana kolor.
Itu dikarenakan anu-nya besar sekali. Sehingga kalau memakai swimpak, akan terlihat melejit disana sini.
Saru banget.
Kami sudah menyarankan agar dia sunat. Siapa tahu sesudah sunat ukuran mungkin akan menjadi agak kecil sedikit.
Padahal kami sudah antar rame2 ke bong supit di Tengkon untuk bertanya berapa ongkosnya.
Tapi dia tetap takut.
Akhirnya dicari jalan keluarnya yaitu : pakai celana kolor tadi itu.
Udara sekitar kolam renang dingin dan sejuk.
Pohon-2 pisang tumbuh dalam air yang bening dan sejuk itu.
Mungkin itu sebabnya disebut Pisangan.
Kaum wanita memakai baju renang dalam batasan yang sopan.
Tidak ada yg memakai bikini atau baju2 yg sempit menantang seperti sekarang ini.
Begitu saja, kami anak laki2 yang dalam masa pubertas suka puyeng juga melihat wanita di kolam renang.
Tidak tahan.
Mata suka ber-kunang2 dan pandangan agak kabur.
Kami biasa menghabiskan waktu sekitar 3 jam kemudian pulang.
Sebelum pulang makan nasi ketan dg sayur yg hangat.
Oh sedap sekali.
Kalau di-pikir2 suasana waktu itu sepi dan sepertinya statis begitu2 saja.
Tapi kami merasa nyaman. Sebab boleh dikata tidak ada orang jahat dijalanan.
Anak2 yang rumahnya dekat pasar besar Rejowinangun atau sekitar Jaranan biasa ada jalan pintas menuju kesana.
Tapi sejak dibangun lokalisasi pelacuran didaerah Candi, kami anak2 dilarang orang tua melewati jalan itu.

No comments:

Post a Comment