Showing posts with label gulai. Show all posts
Showing posts with label gulai. Show all posts

12 March 2019

Tentang Sejarah Magelang - KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU

Oleh :
Bagus Priyana
MAGELANG TEMPO DOELOE:
KIPRAH PELUKIS MAGELANG DARI MASA HINDIA BELANDA, JEPANG, REVOLUSI FISIK HINGGA ORDE BARU 
MASA JEPANG (1942-1945)
Pada periode ini, seni lukis kurang bergairah mengingat saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk. Terlebih, Jepang juga terlampau sangat ketat dalam mengawasi para seniman, khususnya seniman lukis (pelukis).
Seorang pelukis Jepang bernama Oya San, yang merupakan lulusan Akademi Seni Lukis Tokyo, berusaha mengumpulkan para pelukis-pelukis muda Magelang. Oya San bekerja di Kantor Karesidenan Kedu di Magelang yaitu di bagian Sendenbhu atau propaganda.
Oya San mengadakan kursus seni lukis di SMP Botton (SMPN 1) seminggu sekali dengan materi berupa teori praktis tentang proporsi dan anatomi tubuh manusia, komposisi, hukum perspektif, melukis pada model, teori penguasaan dan penggunaan berbagai media melukis, sejarah seni lukis Jepang dan Eropa.
Salah satu pelukis muda Magelang yang mengikuti kursus tersebut adalah Soewito.
Pada saat itu, Sendenbhu Magelang juga menerima pameran keliling dari para pelukis dari kota besar, misalnya dari Jakarta seperti Affandi, S. Soedjojono, Basuki Resobowo, Nur Brahimsa, Rusli, Basuki Abdullah, Kartono Yudokusumo, Henk Ngantung, dan lainnya.
Pameran keliling dari pelukis ibukota itu dilakukan di Gedung Asia (Utara Aloon-aloon, kini Bank BCA) dengan mendapatkan perhatian besar dari masyarakat Magelang.
Selain itu, karya para pelukis muda Magelang juga turut ditampilkan, diantaranya S. Prapto, Hassim, Soehardi dan Soewito.
Jepang berusaha melakukan pendekatan kepada para pelukis Indonesia dengan tujuan untuk diajak bergabung dalam barisan propaganda perang Asia Timur Raya.
Sebelum kehendak Jepang itu terlaksana, Nagasaki dan Hiroshima sudah di bom oleh Amerika Serikat pada 6 dan 9 Agustus 1945.
(Bersambung)




Sumber :
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf

03 March 2013

BAKUL SIOMAY

Menurut http://id.wikipedia.org, Siomai atau siomay merupakan salah satu jenis dim sum. Dalam bahasa Mandarin, makanan ini disebut shaomai, sementara dalam bahasa Kanton disebut siu maai. Dalam dialek Beijing, makanan ini juga ditulis sebagai 燒麥, dan juga dibaca shaomai. Kulit siomai adalah serupa dengan kulit pangsit. Makanan ini konon berasal dari Mongolia Dalam. Siomay dapat dibuat dari udang, daging kepiting, atau daging sapi. Siomay dibuat berbentuk silinder, dan di atasnya diberi hiasan seperti telur kepiting, parutan wortel, atau kacang polong. Setelah dimatangkan dengan cara dikukus, siomai dimakan dengan cuka atau kecap asin. Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomay berdasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Siomay juga tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu. Telur ayam dan sayuran seperti kentang, peria, dan kubis dengan isi atau tanpa isi juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomai. Tahu bakso (tahu isi) juga termasuk ke dalam jenis siomai. Siomay (siomay bandung) dihidangkan setelah disiram saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lain cabai, gula pasir, bawang putih, garam dapur, dan cuka atau jeruk limau. Sewaktu disajikan, siomay bisa diberi tambahan kecap manis, sambal botol, atau saus tomat. Resep membuat siomay : -2 ons daging ayam dicincang (kalo mau rasa lebih nandang, ganti dengan tenggiri ato separo tenggiri/spanish mackarel plus separo panga fillet) -1 ons udang dicincang -2 ons ikan tuna/tenggiri dihaluskan -1 ons tepung tapioka/aci -2 sendok makan ebi digoreng dan diuleg lemes. -Bumbu bawang putih 4 -bawang merah 4 -merica 1 sdt -bumbu masak/vetsin/royco 1/2 sampai 1 sdt -gula 1 sdt -garam 1 sdt -kecap ikan Semua daging dan bumbu diuleg/blender/mixer, Lalu diulet pake tangan Tambahkan air biasa 150 cc boleh ditambah lagi max 50 cc, disesuaikan, pokoknya tidak terlalu cair, juga tidak terlalu keras. Setelah semua tercampur, harus langsung dibentuk Kalo pake tahu jangan lupa tahunya rendam pake air garam dulu. Setelah itu, kukuslah kurang lebih setengah jam… Resep sambel : -100 gr cabe rawit/merah -1,5 sdt garam -1/2 atau 1 sdt vetcin/bumbu masak -gula 4 sdm Semua diuleg lemes/blender lalu digoreng sampai matang. Baru masukan kacang suuk 250 gr yang telah digoreng ditumbuk. kemudian beri air 450 cc, setelah agak asat angkat. Bila mau dimakan tambahkan kecap dan jeruk limo.

BAKUL SIOMAY

Menurut http://id.wikipedia.org, Siomai atau siomay merupakan salah satu jenis dim sum. Dalam bahasa Mandarin, makanan ini disebut shaomai, sementara dalam bahasa Kanton disebut siu maai. Dalam dialek Beijing, makanan ini juga ditulis sebagai 燒麥, dan juga dibaca shaomai. Kulit siomai adalah serupa dengan kulit pangsit. Makanan ini konon berasal dari Mongolia Dalam. Siomay dapat dibuat dari udang, daging kepiting, atau daging sapi. Siomay dibuat berbentuk silinder, dan di atasnya diberi hiasan seperti telur kepiting, parutan wortel, atau kacang polong. Setelah dimatangkan dengan cara dikukus, siomai dimakan dengan cuka atau kecap asin. Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomay berdasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Siomay juga tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu. Telur ayam dan sayuran seperti kentang, peria, dan kubis dengan isi atau tanpa isi juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomai. Tahu bakso (tahu isi) juga termasuk ke dalam jenis siomai. Siomay (siomay bandung) dihidangkan setelah disiram saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lain cabai, gula pasir, bawang putih, garam dapur, dan cuka atau jeruk limau. Sewaktu disajikan, siomay bisa diberi tambahan kecap manis, sambal botol, atau saus tomat. Resep membuat siomay : -2 ons daging ayam dicincang (kalo mau rasa lebih nandang, ganti dengan tenggiri ato separo tenggiri/spanish mackarel plus separo panga fillet) -1 ons udang dicincang -2 ons ikan tuna/tenggiri dihaluskan -1 ons tepung tapioka/aci -2 sendok makan ebi digoreng dan diuleg lemes. -Bumbu bawang putih 4 -bawang merah 4 -merica 1 sdt -bumbu masak/vetsin/royco 1/2 sampai 1 sdt -gula 1 sdt -garam 1 sdt -kecap ikan Semua daging dan bumbu diuleg/blender/mixer, Lalu diulet pake tangan Tambahkan air biasa 150 cc boleh ditambah lagi max 50 cc, disesuaikan, pokoknya tidak terlalu cair, juga tidak terlalu keras. Setelah semua tercampur, harus langsung dibentuk Kalo pake tahu jangan lupa tahunya rendam pake air garam dulu. Setelah itu, kukuslah kurang lebih setengah jam… Resep sambel : -100 gr cabe rawit/merah -1,5 sdt garam -1/2 atau 1 sdt vetcin/bumbu masak -gula 4 sdm Semua diuleg lemes/blender lalu digoreng sampai matang. Baru masukan kacang suuk 250 gr yang telah digoreng ditumbuk. kemudian beri air 450 cc, setelah agak asat angkat. Bila mau dimakan tambahkan kecap dan jeruk limo.

GREBEG GULAI TUK SONGO

Grebeg Gulai Tuk Songo dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tradisi Nyadran di Kompleks Makam Kyai Tuk Songo yang lokasi berada tidak jauh dari aliran Kali Progo, Cacaban, Kota Magelang. Grebeg Gulai dan Nyadran dilaksanakan secara rutin pada hari Jum’at Pon pada Bulan Besar. Apabila dalam Bulan Besar tidak ada hari Jum’at Pon , maka Nyadran dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon Kirab Grebeg Gulai Tuk Songo dimulai dari Lapangan Kwarasan Kota Magelang menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo. Dalam kirab ini, beberapa orang tampil di depan dengan berpakaian bregada yang memikul sebuah tempayan berisi masakan gulai kambing. Di belakang ada beberapa orang yang salah satu tangannya memegang sebuah layah yang berisi daging masakan gulai, kemudian disusul dengan kelompok yang memikul gunungan hasil bumi, dan bagian belakang tampil kesenian tradisional. Sebelum kirab atau arak-arakan ini berangkat menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo, juga digelar sebuah fragmen yang menceriterakan asal-muasal hadirnya gerebeg gulai kambing ini, dan secara simbolis prosesi gerebeg gulai diawali dengan penuangan daging kambing ke dalam tungku atau tempayan oleh Pejabat Pemerintah Kota Magelang. Dengan penuh kebersamaan dan suka ria, masyarakat pun memasaknya, untuk kemudian masakan tersebut dikirab menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo. Untuk sampai di komplek makam, yang tidak jauh dari aliran Kali Progo ini, terlebih dahulu harus jalan kaki menyusuri pematang sawah yang berkelok-kelok. Bersamaan dengan itu masyarakat Kelurahan Cacaban Kecamatan Magelang Tengah sudah banyak yang menunggu sambil duduk lesehan di atas alas atau tikar yang dibawa dari rumah masing-masing. Selain membawa tikar atau alas untuk duduk lainnya, warga pun datang juga membawa tas yang berisi makanan, ada yang berbentuk nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya, nasi putih dengan beberapa lauk sayur-sayuran maupun jajanan buatan sendiri. Beberapa acara juga digelar di komplek makam ini, diantaranya ceramah agama yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Al-Ikhlas, tahlil maupun lainnya. Begitu pembacaan Surat Al-Ikhlas dan tahlil, yang dipimpin seorang kyai atau Ustad selesai dilakukan, beberapa warga langsung saling tukar makanan yang dibawanya. Beberapa saat kemudian, warga pun mulai berebut gunungan hasil bumi, yang di bagian atasnya terdapat sebuah jantung pisang sebagai 'mahkota'-nya. Beberapa orang kemudian juga berebut gulai kambing, yang diletakkan di lokasi lain. Dalam acara Grebeg Gulai Tuk Songo ini juga dibacakan sejarah riwayat Nyadran ini yang dibacakan seorang warga. Dalam sejarah riwayat Nyadran Tuk Songo disebutkan kalau beberapa tahun silam di wilayah Cacaban terjadi pageblug dan banyak warga yang sakit kemudian meninggal dunia. Hal ini memperoleh perhatian santri dan tokoh agama saat itu, Kiai Kodri, meminta untuk dilaksanakan mujahadahan di tepi aliran Kali Progo ini untuk mohon keselamatan. Kyai Tuk Songo sendiri merupakan nama samaran dari Kiai Ahmad Abdussalam, yang merupakan salah satu murid Pangeran Diponegoro yang berasal dari Keraton Surakarta. Konon Kyai Tuk Songo ini merupakan teman Kyai Langgeng, dan sama-sama berjuang melawan penjajah Belanda.

YUNIARI LIN HARGAYANI, SH, MM

JABATAN : KASUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN KECAMATAN MAGELANG UTARA LAHIR : 11 JULI 1967 CPNS : 02 MARET 1990 ALAMAT : JL. CEMARA 7 NO.1, PERUMAHAN PULAU MAS, KOTA MAGELANG

RUPABUMI KECAMATAN MAGELANG UTARA

Ketika manusia mendiami suatu wilayah di muka bumi, maka manusiapun memberi nama kepada semua unsur-unsur geografi, seperti nama untuk sungai, bukit, gunung, lembah, pulau, teluk, laut, selat, dsb, yang berada di wilayahnya atau yang terlihat dari wilayahnya. Manusia juga member nama pada daerah yang ditempatinya, seperti nama pemukiman, nama desa, nama kampung, nama hutan, dst, sampai dengan nama-nama kota. Tujuan memberi nama pada unsur geografi adalah untuk identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia. Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman manusia. Dengan kata lain, nama-nama unsur geografi bukan hanya sekedar nama, tetapi di belakang nama tersebut adalah sejarah panjang dari pemukiman manusia (a long history of human settlement). Pemberian dan pembakuan nama unsur geografis di permukaan bumi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting untuk dilaksanakan terutama sejak peta difungsikan sebagai salah satu media komunikasi, baik secara nasional maupun internasional, sehingga diperlukan adanya penyeragaman penulisan nama geografis. Unsur alam, misalnya : gunung, pegunungan, bukit, danau, sungai, muara, selat, laut, atau pulau. Sedangkan unsur buatan, seperti : jalan, desa, kota, fasilitas umum, atau fasilitas sosial. Pada tanggal 29 Desember 2006 diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Peraturan Presiden ini merupakan tindak lanjut dari Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Resolusi PBB Nomor 4 Tahun 1967 mengenai Standarisasi Nama-nama Geografis dan Resolusi PBB Nomor 15 Tahun 1987 tentang Pembentukan National Names Authority (NNA) di masing-masing negara anggota PBB. Terbitnya Peraturan Presiden tersebut, merupakan bentuk keseriusan Pemerintah dalam upaya percepatan penyusunan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penamaan dan pembakuan unsur rupabumi. Peraturan Presiden tersebut adalah landasan hukum dalam pelaksanaan pemberian dan pembakuan nama rupabumi (nama geografis) di Indonesia. Selanjutnya dalam upaya mengimplementasikan kegiatan penamaan dan pembakuan nama rupabumi di Indonesia sesuai Pasal 5 point a Perpres 112 Tahun 2006 diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi, dimana didalamnya termuat mengenai Prinsip, Prosedur dan Penetapan Pembakuan Nama Rupabumi.

04 November 2012

GREBEG GULE

Grebeg Gule Tuk Songo dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tradisi Nyadran di Kompleks Makam Kyai Tuk Songo yang lokasinya berada tidak jauh dari aliran Kali Progo, Cacaban, Kota Magelang. Grebeg Gule dan Nyadran dilaksanakan secara rutin pada hari Jum’at Pon pada Bulan Besar. Apabila dalam Bulan Besar tidak ada hari Jum’at Pon , maka Nyadran dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon Kirab Grebeg Gule Tuk Songo dimulai dari Lapangan Kwarasan, Cacaban, Kota Magelang menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo. Dalam kirab ini, beberapa orang tampil di depan dengan berpakaian bregada yang memikul sebuah tempayan berisi masakan gule kambing. Di belakang ada beberapa orang yang salah satu tangannya memegang sebuah layah yang berisi daging masakan gule, kemudian disusul dengan kelompok yang memikul gunungan hasil bumi, dan bagian belakang tampil kesenian tradisional. Sebelum kirab atau arak-arakan ini berangkat menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo, juga digelar sebuah fragmen yang menceriterakan asal-muasal hadirnya gerebeg gule ini, dan secara simbolis prosesi gerebeg gule diawali dengan penuangan daging kambing ke dalam tungku atau tempayan oleh Pejabat Pemerintah Kota Magelang. Dengan penuh kebersamaan dan suka ria, masyarakat pun memasaknya, untuk kemudian masakan tersebut dikirab menuju ke komplek makam Kyai Tuk Songo. Untuk sampai di komplek makam, yang tidak jauh dari aliran Kali Progo ini, terlebih dahulu harus jalan kaki menyusuri pematang sawah yang berkelok-kelok. Bersamaan dengan itu masyarakat Kelurahan Cacaban Kecamatan Magelang Tengah sudah banyak yang menunggu sambil duduk lesehan di atas alas atau tikar yang dibawa dari rumah masing-masing. Selain membawa tikar atau alas untuk duduk lainnya, warga pun datang juga membawa tas yang berisi makanan, ada yang berbentuk nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya, nasi putih dengan beberapa lauk sayur-sayuran maupun jajanan buatan sendiri. Beberapa acara juga digelar di komplek makam ini, diantaranya ceramah agama yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Al-Ikhlas, tahlil maupun lainnya. Begitu pembacaan Surat Al-Ikhlas dan tahlil, yang dipimpin seorang kyai atau Ustad selesai dilakukan, beberapa warga langsung saling tukar makanan yang dibawanya. Beberapa saat kemudian, warga pun mulai berebut gunungan hasil bumi, yang di bagian atasnya terdapat sebuah jantung pisang sebagai 'mahkota'-nya. Beberapa orang kemudian juga berebut gulai kambing, yang diletakkan di lokasi lain. Dalam acara Grebeg Gulai Tuk Songo ini juga dibacakan sejarah riwayat Nyadran ini yang dibacakan seorang warga. Dalam sejarah riwayat Nyadran Tuk Songo disebutkan kalau beberapa tahun silam di wilayah Cacaban terjadi pageblug dan banyak warga yang sakit kemudian meninggal dunia. Hal ini memperoleh perhatian santri dan tokoh agama saat itu, Kiai Kodri, meminta untuk dilaksanakan mujahadahan di tepi aliran Kali Progo ini untuk mohon keselamatan. Kyai Tuk Songo sendiri merupakan nama samaran dari Kiai Ahmad Abdussalam, yang merupakan salah satu murid Pangeran Diponegoro yang berasal dari Keraton Surakarta. Konon Kyai Tuk Songo ini merupakan teman Kyai Langgeng, dan sama-sama berjuang melawan penjajah Belanda. Tradisi Nyadran di Kompleks Makam Kyai Tuk Songo yang berada tidak jauh dari aliran Kali Progo, Cacaban, Kota Magelang, secara rutin dilaksanakan pada hari Jum'at Pon pada Bulan Besar. Apabila dalam Bulan Besar tidak ada hari Jum'at Pon , maka Nyadran dilaksanakan pada hari Jum'at Kliwon Tradisi Nyadran (Merti Desa) diselenggarakan di kompleks makam Kyai Tuk Songo di wilayah Kelurahan Cacaban, tepatnya dipinggir sungai progo pada setiap hari Jumat Pon Bulan Dzulhijah dengan membersihkan makam, membaca tahlil, dan terakhir makan bersama dengan masakan khas "Gulai Kambing" yang dimasak masyarakat dan pantang untuk dicicipin. Upacara ini dipercayakan masyarakat sebagai "tameng " dari segala bencana.