03 October 2023

Bing Slamet

 Melawak adalah suatu bakat dan pembawaan yang mungkin dari lahir. Kita pernah mempunyai seorang pelawak besar yaitu Bing Slamet. Nama lengkapnya adalah Bing Selamet bin Rantek Achmad. Bing Slamet adalah seorang seniman besar dan pahlawan Kebudayaaan yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Beliau selama puluhan tahun telah membuat masyarakat tertawa terpingkal-pingkal :  di masa perang dan damai. Menghibur orang-orang yang hidup susah, meskipun yang menghiburnya sendiri juga sama-sama susah. Bing Slamet bertahun-tahun telah membuat rakyat Indonesia dalam waktu-waktu tertentu sejenak melupakan kegetiran hidup dan kenestapaan.


Bing Slamet sudah berkarir sebagai seorang pelawak sejak tahun 1944. Ia tinggal di Lokasari Jakarta, yang di zaman Jepang bernama Rakutentji. Kala itu beliau sudah duduk di bangku menengah atas dan ia tinggal di asrama pelajar. Ia sering membolos, dan mendapatkan hukuman dari guru sekolahnya yaitu disuruh menyanyi dan melawak di depan kelas, hingga bakat melawaknya semakin terasah. Selain sering bolos, uang kiriman dari orang tuanya sering dipakai jajan dan traktir teman-temannya. Ketika tinggal di daerah Petojo Binantu, bertangga dengan Iskandar (ayah dari BM Diah). Ia sering diajak ikut acara siaran di Hoso Kjoku (RRI) dan menyanyi di restoran Kalimanah (milik keluarga BM Diah).


Beliau meninggal dunia pada 17 Desember 1974. Ketika meninggal,  rumahnya di jalan Arimbi diserbu oleh massa rakyat, dan ditahan oleh Polisi dan Hansip, persis seperti menghadang para demonstran. Anak-anak memanjat genteng. Ibu-ibu sambil menyusui bayinya  yang berpakaian dekil , pelajar, mahasiswa, pejabat, seniman, wartawan, semua ingin ikut masuk ke dalam Mesjid Al Ihtidaiyah di mana Jenazah beliau disemayamkan. 


Almarhum Bing Slamet sebelum meninggalnya hanya minta dimakamkan di Karet, di Karet dan ke Karet. Ada sekitar 300.000 warga ibukota yang turut mengantarkan ke pemakaman terakhirnya. Tak ada seorang pun yang mampu melukiskan secara persis bagaimana masyarakat tak dapat dilerai untuk mendekati jenazah orang yang sehari-harinya tidak lebih seperti mereka dalam hidupnya.  Selamat jalan, Pahlawan Kebudayaan…


Sumber: Merdeka, 9-11-1969 & Pelita, 21-12-1974. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba-Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team).


#Tokoh #pelawak #pahlawan #kebudayaan



No comments:

Post a Comment