25 August 2022

Sejarah Magelang - Harto Sahabat Karib

 HARTO SAHABAT KARIB 


Oleh : Dedy Soeprijadi 


Di Magelang dahulu saya punya teman bernama Soeharto. Biasa saya panggil dengan Harto.

Kalau berbicara gayanya agak cepat .

Rambutnya kaku tegak dan di pipinya ada bintik-bintik hitam yang menjadi ciri khasnya.


Harto tinggal di Sambung

Kala itu Sambung baru saja dibangun perumahan untuk anggota Armed.

Ayah Harto memang seorang anggota Armed.

Hanya harap mengerti itu adalah ayah tiri karena ayah Harto yang sesungguhnya telah meninggal.


Dari ayah yang baru ini Harto punya adik yang baru juga. Tetapi yang jelas memang ibu nya masih muda dan boleh dikata menawan.


 Harto adalah teman karib.

Saya sering diajaknya menginap di rumahnya.

Oleh ayah tiri-nya Harto diberi kamar khusus untuk dia seorang. 

Ada tempat tidur bertingkat yang di alas dengan sprei bersih dan lantai yang selalu bersih cemerlang.

Harto sendiri yang mengepel kamarnya setiap hari

Walau lantai itu dari ubin PC tapi Harto sangat apik dalam membersihkannya.

Kala itu perumahan Armed di- Sambung baru saja dibuka sehingga di kiri kanan perumahan itu masih banyak ladang-ladang kepunyaan rakyat 

Biasanya pulang sekolah berjalan kaki melewati ladang-ladang itu.

Kalau perut lapar kami berdua sering membongkar ladang-ladang itu untuk mencari ubi dan kemudian kami makan mentah-2 sambil berjalan.

Seperti diketahui dari Poncol di mana sekolah kami berada biasanya kami berjalan kaki pulang ke Sambung.


Harto sering mengajak saya untuk menyambangi Setiawati. 

Setiawati tinggal di Plengkung.

Setiawati yang berlesung Pipit dengan rambut ekor kuda itu sangat manis sekali kalau tertawa.

Harto tergila-gila sekali kepada Setiawati.

Saya sering diajaknya sebab Harto sangat takut kalau diketahui ayah Setiawati.

Maklum saja anak SMP pasti masih dianggap masih bocah.

Sebab di sekolah Harto juga takut-takut mendekati Setiawati karena Guru sering memarahinya.


Percintaan antara Harto dan Setiawati mencapai puncaknya pada saat Harto berhasil mengajak Setiawati nonton bioskop bersama.

Mau tidak mau saya juga harus ikut nonton sebab nonton berdua merupakan hal yang terlarang waktu itu.


Kami berpisah ketika Harto mengikut orang tuanya pindah ke Tegal . Kemudian kami berulang-ulang bersurat-suratan.

Itu bertahan beberapa tahun.

Surat terakhir yang saya terima dari Harto ialah ketika Ia menceritakan kerusuhan anti cina di Kota Tegal pada tahun 1963.


Pada tahun 60-an persahabatan sudah mirip dengan persaudaraan . Maka ketika Harto berpindah ke kota Tegal ada perasaan kehilangan yang sangat.

Kala itu yang dikatakan sahabat karib adalah segala-galanya di dalam hidup. Karena kepada sahabat karib kita bercerita seluruh kehidupan kita apa adanya.


Lalu bagaimana dengan Setiawati?

Tentu saja Setiawati tetap tinggal di Magelang.

Walau iya cantik dan menawan tetapi sebagai sahabat karib Harto saya tidak akan menghianatinya untuk kemudian juga mencintai Setiawati.


Pada tahun 60-an persahabatan sangat dijunjung tinggi. Bahkan sampai kedua orang tua bisa saling mengenal.

Sejak tahun 1962 kami sudah berpisah dan tidak pernah berjumpa lagi hingga saat ini.

Sebab saat itu tidak ada telepon genggam apalagi internet.


Harto  menjadi sejarah dalam hidup saya bersama Kota Magelang yang indah dan tentram.



No comments:

Post a Comment