22 May 2020

Tentang Sejarah Magelang - HOTEL MONTAGNE MAGELANG : Menyibak Kisah Hotel Tua yang Sarat Cerita (Bagian I)

HOTEL MONTAGNE MAGELANG : Menyibak Kisah Hotel Tua yang Sarat Cerita (Bagian I)
Posisi Magelang yang berada jauh ditengah pedalaman pulau Jawa sejak dulu memang membawa banyak keuntungan bagi masyarakat yang tinggal disana. Selain pemandangan alam yang indah, tanah yang subur dan udara yang sejuk, Magelang juga termasyur bagi kalangan pelancong asing (vreemdelingen veerker / toeristen veerker) dikarenakan ia menjadi rumah bagi monumen akbar peradaban bangsa Jawa era Mataram Klasik yaitu, candi Borobudur.
Para pelancong dari berbagai negeri ini berduyun - duyun mengunjungi Borobudur untuk menikamti keagungannya, mempelajari sejarahnya serta menyelami eksotisme alam Jawa yang permai. Tidak jarang diantara mereka ada yang kemudian memutuskan untuk tinggal selama beberapa hari di wisma - wisma, pesanggrahan - pesanggrahan, dan hotel - hotel yang ada di sekitar sana. Namun sayangya, fasilitas pendukung bisnis penginapan dan perhotelan terutama yang berada di pusat Gemeente (Kota Praja) Magelang kala itu belum didukung secara optimal.
Meskipun jaringan jalan dan jalur kereta api sudah ada sejak 1890an, namun sampai sebelum tahun 1920, fasilitas umum lainnya seperti air bersih dan jaringan listrik belum secara optimal merata di wilayah Magelang. Sumur - sumur banyak yang digali oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan kebutuhan sehari - hari, serta penerangan yang masih sangat bergantung pada bahan bakar gas dan minyak yang kurang efisien. Belum lagi dengan sudah adanya hotel - hotel tua yang sudah terlebih dahulu beroperasi sejak abad ke-19 yang pada akhirnya membuat banyak investor enggan mengambil risiko untuk bersaing membuka hotel di pusat Kota Praja Magelang kala itu.
Absennya fasilitas modern pada hotel - hotel di pusat Gemeente Magelang tersebut pada akhirnya berimbas juga pada sedikitnya jumlah turis dan pelancong yang mau tinggal di pusat Kota Paja Magelang. Banyak dari para pelancong ini yang kemudian memutuskan untuk menginap di hotel - hotel yang berjarak lebih dekat dengan objek wisata seperti Hotel Borobudur yang ada persis di halaman pelataran candi meskipun minim fasilitas modern atau bahkan sekalian menginap di Hotel Dieng di Wonosobo yang terkenal mewah meskipun jaraknya jauh.
Namun, sebuah gebrakan baru berani diambil oleh Tuan Swanck dengan membuka sebuah hotel modern bernama HOTEL MONTAGNE di pusat Gemeente Magelang. Hotel Montagne ini berdiri persis di sebelah Selatan kawasan bisnis orang Eropa dan hoek jalan antara Residentielaan dan Groote Weg Pontjol yang tentu saja memberikannya keuntungan akses yang mudah dari berbagai penjuru. Selain itu, Hotel ini juga berada di sebalah Barat Groote Weg yang secara topografis menonjol lebih tinggi dari bagian Timur jalan yang merendah, sehingga pemandangan dari hotel ini bisa lebih luas ke arah Gunung Merbabu dan Merapi.
Sebelum dibeli oleh Tuan Swanck, Hotel Montagne dulunya adalah sebuah rumah besar yang benar - benar lawas (kemungkinan bangunan abad ke-19) dan sudah dalam keadaan rusak serta bobrok disana - sini. Halaman depan bangunan ini ditumbuhi oleh semak belukar dan pohon - pohon besar yang tidak terawat. Dulunya, rumah ini digunakan sebagai wisma tamu dengan nama Ciebrandt. Sebelum jatuh ke tangan Tuan Swanck pada Januari 1921, sempat beredar desas - desus bahwa bekas wisma Ciebrandt ini akan di jadikan Militair Tehuis (Rumah Militer) Protestan Bala Keselamatan pada Januari tahun itu.
Namun, baru pada sekitar awal bulan April, pembenahan dan renovasi bangunan wisma mulai dilakukan. Pohon - pohon besar yang tumbuh tak teratur ditebangi dan semak belukar liar dicabuti serta dibuang dari muka halaman wisma. Sebuah taman baru bermodel inggris muncul dari kerimbunan dan keangkeran bekas wisma itu.
Bangunan utama bekas wisma juga mengalami perombakan secara menyeluruh dengan cara pembangunan kembali, perbaikan dibeberapa bagian serta pengecatan ulang dinding wisma . Ruang makan yang dulu terkesan suram disulap dengan apik ketika berbagai perabotan modern berwarna putih dipasang disana. Kesan rapi, nyaman dan bersih kemudian muncul dari dalam ruang makan ini.
Kamar-kamar tidur tamu juga tidak luput dari perombakan. Didalam kamar tersebut masing - masing diisi dengan perabotan serba putih dengan tambahan wastafel yang mutakhir. Sementara itu pada bagian aula sosial dengan kursi-kursi klub, ditata dengan suasana remang sehingga menciptakan efek tenang dan memberikan suasana syahdu.
Banyak masyarakat Magelang yang kemudian terkesima dengan betapa cepatnya renovasi bangunan tua eks Wisma Ciebrandt yang angker itu. Transformasi luar biasa dari Tuan Swanck dalam mengubah wisma bobrok menjadi sebuah hotel modern bernama Montagne mendapat apresiasi dan sambutan yang baik dari masyarakat Magelang. Hotel Montagne Resmi dibuka pada 21 April 1921.
Bersambung..
- Chandra Gusta Wisnuwardana -

No comments:

Post a Comment