09 April 2019

Tentang Sejarah Magelang - Pasar Malam di Aloon Aloon Magelang

Oleh : Dedy Soeprijadi

Saat itu di Alun2 Magelang sering diadakan pasar malam. Berbagai pameran dan stand ada disitu.
Alun2 dipagar keliling dengan dinding bambu dan orang yang masuk harus membayar.
Karena saat itu Orde Baru baru saja menang maka lagu Dara Puspita yang berjudul "Surabaya" sering diputar.
Lagu2 Dara Puspita dianggap mewakili kemenangan perjuangan Orde Baru.
Salah satu syairnya berbunyi : Kami berjuang, kami berjuang bersama-sama.....dst.
Kami dalam lagu itu adalah Rakyat Surabaya saat itu tapi diplesetkan menjadi "KAMI berjuang, KAPPI berjuang bersama-sama.
Anda pasti ingat apa KAMI Dan KAPPI itu.
Sekolah SMAK Pendowo letaknya dekat dengan alun2. Tak heran lagu2 itu terdengar sampai kedalam kelas.
Untungnya lagu2 itu baru diputar pada sore hari setelah sekolah usai. Jadi tak mengganggu.
Sore itu hujan turun.
Cukup besar hingga membuat tertahan mereka yang tak membawa jas hujan atau sepeda untuk pulang.
Gelap mulai menyergap. Kelas2 mulai ditutup oleh Pak Marsin, pesuruh kami.
Maka kami , anak2 yang tak bisa pulang, hanya bisa berdiri menggerombol disudut tertentu dekat jalan menunggu hujan.
Nah disitulah pertemuan2 tak terduga terjadi. Beberapa teman yang sulit mencari waktu bicara dengan sang kekasih saat itu sambil menunggu hujan melampiaskan kerinduannya.
Memang kami tahu ada beberapa teman yang saling tertambat hatinya Dan bertemu dikala menunggu hujan itu.
Hari makin gelap.
Lampu lampu jalan mulai menyala. Tapi keasyikan mengobrol itu tak terusik.
Apalagi kantor dimana guru2 berada juga sudah tutup dan lampu dimatikan membuat kami makin terasa bebas.
Ada kenikmatan tersendiri berdekatan dengan sang kekasih dengan cara begitu.
Aroma badan saling tercium sebab kami berdiri makin mendekat. Itu keintiman yang tak terlukiskan nikmatnya.
Beberapa saat kemudian ada beberapa teman yang dijemput oleh kakak atau ayahnya dengan membawa payung. Atau pulang nekat menerobos hujan.
Rumah tinggal di Magelang memang dekat dengan sekolah hingga jarak bukan halangan.
Tapi yang tak dijemput tetap setia menunggu hujan walau perut mulai keroncongan.
Beberapa teman masih ada yang asyik mengobrol.
Bahkan makin seru.
Saya juga masih mengobrol dengan Tjong Mei Siang. Gadis Manis dan gagah yang tinggal di Poncol.
Dia memilih tetap tinggal walau rumahnya sangat dekat dengan sekolah.
Saya ber-debar2 memilih waktu yang tepat untuk menciumnya dalam keremangan itu, tapi sayang masih banyak teman mengobrol tak jauh dari tempat kami menghalangi maksud itu.
Demikianlah cinta masa sekolah di Magelang saat itu dengan segala suka dukanya.
Kami kenang dengan indah walau terasa berat .
Walau tak semeriah di Jakarta, ternyata 50 tahun lalu suasana Magelang dapat kami nikmati sampai ketulang sungsum.
Tak terlupa sampai sekarang..
Ketika hujan mereda satu persatu teman mulai pulang. Sekolah mulai sunyi.
Dari alun-alun berulang-ulang diputar lagi lagu2 Dara Puspita.
Herannya kami Tak pernah bosan dengan syairnya...
"Kami berjuang, kami berjuang bersama-sama...."

No comments:

Post a Comment